Buyaathaillah's Blog

Tabligh : Bagaimana dengan pekerjaan yang ditinggalkan kalau Khuruj ?

Bagaimana dengan pekerjaan yang ditinggalkan ?

Anjurannya adalah bagi yang kerja di kantor dan terikat dengan pekerjaanya, maka solusinya adalah dengan mengusahakan cuti dari kantor tempat dia bekerja. Bahkan dianjurkan agar dia membuktikan prestasinya di kantor dan menyelesaikan seluruh tugas-tugasnya agar kantornya tidak terlantar. Sehingga dia mempunyai “Bargaining Power”,  kekuatan untuk  mendapatkan cuti. Jika tidak dapat, maka terus diusahakan, dan sementara waktu kita luangkan waktu yang ada saja, dan yang kita mampu berikan. Seorang ulama memberi nasehat kepada saya :

“Lakukan apa yang kamu mampu, nanti Allah akan sempurnakan apa yang kamu tidak mampu lakukan.”

Jadi jika orang ini tidak mempunyai waktu asbab keterikatannya dengan kantor maka anjurannya tidak boleh memaksakan diri. Tetapi dia dianjurkan membuat usaha dengan memberikan prestasi yang terbaik kepada kantornya sampai pada saat dia mempunyai “Bargaining Power”. Jadi untuk saat ini di anjurkan dia memberikan waktunya semampu dia saja, lalu dia meningkatkan usahanya di kantor agar bisa mendapatkan bargaining power untuk mendapatkan cuti. Pengorbanan ini dapat dilakukan berdasarkan kemampuan bukan paksaan. Tidak ada tertib baku mengenai waktu yang disediakan untuk khuruj fissabillillah ini bagi orang yang terikat dengan pekerjaannya. Dan kita di anjurkan menghargai pengorbanan orang yang telah meluangkan masanya untuk di jalan Allah walaupun itu hanya sesaat saja. Karena sesaat di jalan Allah ini nilainya disisi Allah jauh lebih baik dari pada dunia beserta seluruh isinya.

Seorang teman pernah memberi nasehat kepada saya mengenai perkara ini. Dia katakan ketika saya bertanya, “Apakah saya harus buat usaha sendiri saja dan tidak kerja di kantor orang, agar bisa tetap ada dalam usaha dakwah ini ?” lalu dia jawab :

“ Memangnya kerja dakwah ini spesial bagi para wirausahawan saja ? Gak adil dong, masa utk sempurna agama seluruh manusia harus ganti profesi dulu? Repot amat, dijamin agama semakin gak laku. Jadi kalau memang ada kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan atau kondisi yang lebih baik, ya sudah istikarah, musyawarah, plus jaga prasangka baik, apapun hasil keputusannya. Terus kita betulin prestasi kerja kita, hingga kita punya posisi : dibutuhin kantor. Ini yang namanya Bargaining Power, sehingga kita bisa meminta seperti ini :

“Pak akhir bulan ini saya mau cuti dulu karena ada pekerjaan penting (Dakwah Khuruj Fissabillillah). Semua tugas dan pekerjaan sudah saya set dan saya selesaikan jauh-jauh hari, Insya Allah  3 hari / 40 hari / 4 bulan yang akan datang semuanya sudah beres….”

kita sudah biasa menyenangkan employer atau kantor kita asbab kita berfungsi dengan baik  dan dapat menunjukkan prestasi yang baik bahkan extra baik. Sehingga hasilnya adalah kita dikhususkan oleh kantor kita, dan dikasih berbagai fasilitas, termasuk cuti untuk khuruj fissabillillah. Hari ini orang yang extra-giat kerjanya mereka mengambil kesempatan dengan berebut meminta jatah kebendaan yang extra dari naik gaji, naik pangkat, naik fasilitas lainnya, tetapi kita sebagai pekerja agama bisa meminta “Jatah Extra Waktu”.

Pokoknya agama ini mulia dan usahanya juga mulia, jadi jangan sampai kita meminta-minta kepada mahkluk untuk agama seperti, minta duit, minta kesempatan, minta cuti, dll. Banyak Da’i yg masih suka minta waktu sama bosnya, tetapi tidak ada prestasi malah menyusahkan kantornya. Sehingga ketika  dia minta izin yang keluar dari bossnya :

“Bagimana sih kamu ini, udah kerja tidak ada prestasi, pekerjaan jadi banyak yang terbengkalai, disuruh kerja juga tidak becus, malah minta cuti lagi. Inikan namanya enak dikamu tidak enak di saya. Enak-enak saja pergi dengan alasan agama, tapi saya yang susah jadinya ditinggalkan beban oleh kamu ?”

Ini tanda bahwa bargaining position, posisi tawar, kita belum bagus, baik di sisi bos maupun di sisi “The Real Only Boss”, yang Maha mempunyai Kuasa atas diri kita dan hati boss kita, yaitu Allah Ta’ala. Siapa bilang kita keluar karena uang atau waktu luang? Kita keluar karena adanya pertolongan Allah atas diri kita. Untuk dapat pertolongan Allah ini kita harus berkorban, tetapi jangan mengorbankan kepentingan orang lain. Kita korban dengan harta dan diri kita tanpa harus mengganggu orang lain. Ini perlu keyakinan yang benar pada Allah. Orang kaya bisa keluar ke negeri jauh, ini sih biasa, karena mereka punya uang, tetapi mungkin susah waktunya. Tetapi kalau orang miskin bisa pergi keluar negeri, dia bisa punya banyak waktu tetapi uang dari mana, sedangkan dia miskin judulnya, statusnya.  Tetapi jika si miskin tadi bisa berangkat keluar negeri, itu baru luar biasa dan itulah yang namanya mendapatkan keyakinan yang benar namanya. Kita yakin jadinya bahwa bukan harta yang mampu memberangkatkan si orang miskin tadi tetapi Allahlah yang memberangkatkan dia. Begitu juga dengan wiraswatawan, usaha sendiri, dia bisa jaga nishab dan ambil takaza, ini bukan sesuatu yang luar biasa tetapi biasa aja karena dia mampu, tetapi bagi pekerja yang sibuk dan terikat dengan kantornya bagaimana dia bisa keluar lama dan ambil takaza? Jika dia bisa ambil takaza dan pergi waktu nishab, ini baru yang namanya “Amazing” atau “Luar Biasa”. inilah yang namanya pengorbanan yaitu mengusahakan yang tidak ada ! saya pernah lihat di pakistan para pegawai negri bisa keluar jauh dan lama? Contohnya Dr Saleem, ahli bedah, direktur rumah sakit pemerintah di Pakistan, bisa keluar negeri sebagai jemaah jalan kaki selama satu tahun di Russia ! kok bisa? Kenapa kita tidak bisa ? Ini karena kita masih belum yakin dengan rancangan Allah dan kekuasaan Allah. Makanya kita perlu keluar untuk memperbaiki keyakinan kita ini.”

Teman saya Abdurrahman Ugan pernah memberikan nasehat kepada saya yang diambil dari nasehat Prof. Abdurrahman dari masyeikh india. Asbabun nuzulnya dari nasehat ini adalah ketika temen saya, ugan, mau minta ijin khuruj namun cutinya cuma dapat 17 hari :

Kata Prof Abdurrahman: “you should proud of your work (dunia) no matter how small it is, Da’i should do his duties properly at their best. When your office only give you 2 minuntes for takaza, you should be back in your office before 2 minutes ….. but those 2 minutes you give for din (agama) you should do with bathin (full tawajjuh).”

Sedangkan yang tidak terikat dengan kantor, maka dianjurkan agar dia mempersiapkan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum ditinggal sampai pada kesiapan untuk ditinggalkan selama dia  pergi di jalan Allah. Sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan fitnah atau masalah di kemudian harinya. Bagi pelajar tertibnya adalah hanya 1 hari saja keluar di waktu libur hari minggu dalam seminggu itupun kalau tidak mengganggu kegiatan belajarnya dan prestasinya. Mereka dilarang untuk keluar di jalan Allah dalam waktu 3 hari, 40 hari, apalagi 4 bulan. Ini karena target dakwah bagi seorang pelajar adalah menunjukkan prestasi yang baik disekolahnya sehingga mereka bisa berdakwah diantara teman-temannya dan orang tuanya.

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.