Buyaathaillah's Blog

Bayan Syuro Mufti Luthfi Al Banjari : Hayatan Thoyyibah dan Fakih dalam Agama

Bayan Mufti Luthfi Al Banjari

Mesjid kebun Jeruk

Jakarta

Hayatan Thoyibah dan Faqih dalam Agama

Dalam majelis ilmu senantiasa kita jaga adab dan sunnah majelis, agar majelis tersebut bisa menjadi bermanfaat bagi yang hadir dan jadi asbab hidayah. Jadi dalam mejelis ini kita meniru-niru daripada sifat-sifat sholat. Sebagaimana ketika sholat kita merapat, dan shaff yang kosong di isi, begitu pula dalam majelis ilmu yang dicontohkan oleh Nabi saw. Jika sifat sholat ini kita amalkan dalam majelis ilmu, baru nanti kemanfaatan majelis ilmu akan kita rasakan. Jika adab dan sunnah sholat kita amalkan, nanti kita akan merasakan berkah, kenikmatan, dan manfaat dari sholat. Begitu pula jika kita hidupkan adab dan sunnah majelis, baru nanti Allah swt kasih keberkahan, hidayah, rahmat, dan manfaat dari membuat majelis ilmu.

Jangankan manusia, walaupun itu datang dari kelompok Jin jika mereka mendengarkan dengan penuh konsentrasi dan tawajjuh, ikut adab majelis, maka Allah swt akan beri hidayah. Sebagaimana peristiwa Allah swt datangkan sekelompok jin untuk mendengarkan dakwah dari Nabi saw untuk menghibur beliau asbab peristiwa thoif. Manusia menolak dakwah nabi saw, maka Allah swt kirimkan jin untuk mendengar dakwah beliau saw.

Firman Allah swt :

wa-idz sharafnaa ilayka nafaran mina aljinni yastami’uuna alqur-aana falammaa hadharuuhu qaaluu anshituu falammaa qudhiya wallaw ilaa qawmihim mundziriina

artinya :

“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (46:29)

Ketika mereka berkumpul dihadapan Nabi saw, salah satu diantar mereka berdiri menyampaikan, Anshitu : “dengarkan”, jangan bicara satu sama lain, tawajjuh, konsentrasi dengar bayan nabi saw. Bahkan Allah swt pilih para jin untuk berdakwah, setelah mendengarkan dakwah Nabi saw. Mereka kembali ke kaumnya untuk menyampaikan dakwah Nabi saw.

Maka kita niatkan untuk mengamalkan adab-adab majelis ini. Semua adab majelis bersumber dari Al Quran dan Hadits-hadits Nabi saw. Jika kita mengamalkan maka akan mendatangkan manfaat buat kita. Apa saja manfaatnya ? terbuka pintu hidayah, pintu rahmat, pintu ampunan, pintu kepahaman. Syaratnya ? amalkan sunnah adab-adab dalam bermajelis. Ketika beberapa orang lama meminta maulana yusuf rah.a membuat buku panduan tentang adab-adab bermajelis beliau hanya mengatakan baca kutubus shittah : kitab-kitab hadist, sudah ada semua disana. Beliau ingin menjelaskan bawah gerak kita dalam dakwah ini rujuknya senantiasa kepada Al Quran, Hadits, dan kehidupan para Sahabat RA.

Gerak dakwah ini senantiasa merujuk kepada :

  1. Quran
  2. Hadits
  3. Kehidupan para Sahabat RA

Rujukan ini senatiasa digunakan oleh Maulana Ilyas Rah.A, dilanjutkan oleh Maulana Yusuf Rah.A, Maulana Innamul Hasan Rah.A, hingga kini. Jadi dakwah ini bukanlah rekaya dari maulana ilyas rah.a, tidak, tapi senantiasa merujuk kepada Qur’an, Hadits, dan kehidupan sahabat RA. Jadi bid’ah dalam kerja ini tidak ada, bukan atas dasar pengalaman atau mimpi tapi arahan yang merujuk kepada Qur’an, Sunnah Nabi saw, dan kehidupan Sahabat RA. Semua ushul-ushul dalam gerak dakwah kita ini itulah sumbernya.

Asbab permintaan orang-orang lama dalam dakwah kepada maulana yusuf rah.a, agar dibuatkan semacam buku panduan gerak dalam dakwah ini, maka Beliau buatlah buku Hikayatus Sahabah. Melalui kitab Hikayatus sahabah ini, kita senantiasa membawa kerja kita dan kehidupan kita merujuk kepada kehidupan Nabi Saw dan para sahabat. Sehingga dalam kerja ini tidak ada satu bid’ahpun dilakukan, semuanya merujuk kepada Quran, Hadits, dan Hikayatus Sahabah.

Maka dalam bermajelis ini kita amalkan adab dan sempurnakan sunnahnya sebagaimana yang sudah di contohkan oleh para sahabat RA. Kalau kita kerjakan maka nanti akan ada manfaatnya. Ada ucapan pribahasa :

“Barangsiapa yang beradab maka dia akan untung, dan barangsiapa yang tidak beradab maka dia tidak akan untung”

Agama itu adalah Adab. Manusia tanpa agama berarti hidupnya tanpa adab, atau tidak beradab. Dalam bahasa kita sendiri Agama itu dari bahasa sangsekerta : “A” artinya tidak, dan “Gama” artinya Kacau, A-Gama digabung menjadi “Tidak Kacau”. Jadi Agama itu artinya “Tidak Kacau” dalam bahasa kita. Tanpa Agama orang hidup akan kacau. Kenapa seseorang kehidupan rumah tangganya kacau, karena tidak ada agama. Kenapa di masyarakat kehidupan kacau, karena tidak ada agama. Kalau ada agama pasti tidak akana da kekacauan dalam kehidupan.

Allah swt senantiasa mengingatkan kita dalam Al Quran bahwa kebahagiaan dan kejayaan manusia akan datang hanya dengan Iman dan Amal sholeh.

Allah swt berfirman :

man ‘amila shaalihan min dzakarin aw untsaa falanuhyiyannahu hayaatan thayyibatan falanuhyiyannahu hayaatan thayyibatan walanajziyannahum ajrahum bi-ahsani maa kaanuu ya’maluuna

artinya :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (16:97)

Jadi barangsiapa beramal sholeh baik dari laki-laki ataupun perempuan, sedangkan dia beriman, maka Allah swt akan berikan “Hayatan Thoyibah”, kehidupan yang baik, di dunia ini. Jadi kehidupan seseorang baik itu laki-laki ataupun perempuan jika di isi dengan keimanan dan amal sholeh, pasti Allah swt akan datangkan kepada dia kehidupan yang baik. Iman di hati dan Amal Sholeh dalam gerak geriknya. Dalam Hatinya ada Iman, dan gerak badannya dengan amal sholeh. Janji Allah swt bagi mereka yang mengisi kehidupannya dengan Iman dan Amal :

falanuhyiyannahu hayaatan thayyibatan : Kehidupan yang Baik

Dengan iman dan amal, Allah swt janjikan Kehidupan yang baik, Janji Allah swt ini pasti. Disini dalam kaedah bahasa arab terdapat 3 kali pasti minimal. Dalam ilmu nahwu ada 3 tahkid. Bahkan menurut ulama yang mendalami ilmu Nahwu ini, bisa di temui 12 tahkid, atau 12 kali pasti. Bahkan ada “Fa”, li tahkid, artinya pasti langsung, atau cash, kontan dikasih. Jadi tatkala Allah swt bilang barangsiapa beriman, “Fa”, langsung dikasih, cash atau kontan, kebahagiaan tersebut. Jadi tidak kredit janji Allah swt.

Syaikh Athoillah Askandari dalam Kitab Hikam beliau, menjelaskan kenapa kok saya sudah mengamalkan agama tapi kok tidak cash, kontan, balasannya. Udah doa 10 tahun mau kawin tapi tidak kawin-kawin. Doa berangkat ke IPB sudah 10 tahun tapi tidak berangkat juga. Kenapa ?

Maka beliau, Syaikh Athoillah katakan :

“Tidak mungkin bagi Allah swt, Maha Suci Allah swt, disaat hambanya bermuamalah dengan cash, Allah swt bayar dia dengan kredit.”

Saat kita bermuamalah dengan Allah swt cash atau kontan saat itu juga, lalu janji Allah swt dibayarkan dengan kredit atau angsuran, ini tidak mungkin. Kenapa Allah swt masih angsur, di kredit, doa saya ? ini karena kita belum cash atau kontan dalam menjalankan perintahnya. Di panggil sholat, Hayya Ala sholah, tapi kita masih tunda-tunda dulu. Niat tahajud jam 2 malam, ditunda masih lama, mendekati subuh saja, tidur lagi, jadi gak cash. Jika kita dalam mengamalkan perintah Allah swt cash terus, maka janji Allah swt juga akan cash terus, tidak mungkin kredit. Jadi jangan salahkan Allah swt, kok di Quran dibilangnya pasti, langsung cash hasilnya, kenyataannya berbeda. Kalau sahabat Nabi saw mereka dalam menjalankan perintah Allah swt, cash terus, maka doanya cash juga, balasannya cash juga. Jadi jangan salahkan Allah, padahal perintah “Fa” langsung cash dikasih. Kenapa sahabat ra bisa langsung kok kita malah tidak. Salahkan diri kita sendiri karena kita belum cash untuk berkorban menjalankan perintah Allah swt sebagaimana sahabat RA. Allah saw itu tidak mungkin bermuamalah dengan hambanya yang cash, sementara balasannya di angsur atau cicil, pasti langsung juga.

Jangankan akherat, di dunia ini, pasti dan pasti, 12 kali pasti, akan aku berikan balasan “Hayatan Thoyibah, kehidupan yang baik, bagi yang beriman dan beramal sholeh. Jadi agama tidak hanya menjanjikan akherat saja, itu jelas, tapi di duniapun juga Allah swt janjikan “Hayatan Thoyibah”, kehidupan yang baik.

Targhib Mubayin :

“Jangan berkhayal anda masuk surga, jika di dunia saja anda hidup sudah gelisah dan menderita.”

Waduh kacau nih hidup, susah banget hidup saya. Istri di rumah marah-marah, punya anak durhaka, dikejar-kejar debt collector, hutang menumpuk, musuh banyak serba ketakutan, hidup menderita. Kalau gerak masyarakat marah, mesjid tidak bisa terbuka. Berarti ada kesalahan dalam diri anda, jangan berkhayal masuk surga. Kenapa ?

Nabi saw sabdakan :

“Ad Dunia Dilul Akheroh : “Dunia itu bayang-bayang akherat.”

Jadi orang yang akan masuk surga, di dunia sudah Allah swt rasakan kebahagiaannya kepada dia. Walaupun belum ke akherat, di dunia Allah swt sudah rasakan kehidupan sugawi kepada dia. Apa itu kehidupan surgawi : Ketenangan Jiwa, merasa bersama dengan Allah swt, bahagia dengan keadaan dia. Dan orang yang akan masuk neraka, kehidupan nerakawi juga sudah Allah swt rasakan kepada dia di dunia. Walaupun hidupnya penuh dengan keglamoran, tapi merasa dalam kesusahan, kehinaan, ketakutan, penderitaan, kesedihan yang terus menerus. Jadi agama tidak hanya menjanjikan kebahagiaan kehidupan akherat saja, ini pasti, tapi di dunia pun Allah swt berikan Hayatan Thoyyibah.

Apa hayyatan thoyyibah yang Allah swt janjikan ? apakah dengan harta dan kebendaan, tidak, melainkan dengan kemanisan iman yang Allah swt berikan. Walaupun ada kesusahan secara jasmani terasa disakiti, namun itu semua terobati asbab adanya Ta’aluq, hubungan batin yang kuat, dengan Allah swt.

Kisah Bilal RA

Tatkala Bilal RA menjadi gubernur di negeri syams, ditanya bagaiamana kabarnya hidup kamu kini ? mungkin orang akan berpikir ini bilal dipuncak kekuasaan sebagai gubernur pasti inilah saat yang paling baik di hidupnya. Tapi apa kata bilal ?

“Saya merasa hidup saya yang paling nikmat adalah ketika saya di disiksa, dijemur di terik matahari, dipadang pasir, kepanasan. Ditiban batu yang besar, digebukin oleh orang Quraish.”

Kok bisa ? secara dzahir bilal disakiti tapi kok merasa hidupnya paling nikmat ? Bilal katakan :

“Ketika itu telah bercampur dalam diri saya pedihnya pengorbanan dengan manisnya Iman. Saat itu terasa manisnya Iman mampu menghilangkan pedihnya pengorbanan”

Contoh buat pencinta kopi :

Lebih enak mana air putih dikasih gula atau kopi dikasih gula ?

  1. Air putih biasa tidak ada pahitnya, dikasih gula, tidak nikmat
  2. Kopi terasa pahit, tapi dikasih gula jadi nikmat.

Jadi nikmatnya itu gula baru terasa tatkala dicampur dengan kopi yang pahit. Gula kalau dicampur dengan air putih biasa tidak mendatangkan kenikmatan apa-apa. Jadi manisnya Iman di hati bilal ra terasa asbab adanya pahitnya pengorbanan disiksa oleh kaum kafir quraish. Begitu terasanya manis iman tatkala bercampur dengan pedihnya perjuangan, sehingga ada perasaan ketagihan. Ada jemaah arab ketika memberi bayan mengatakan ini bilal ketika disiksa malah senang, semakin disiksa semakin bertambah kenikmatannya. Dia tidak bersedih tatkala disiksa, malah pingin ditambah beratnya siksaan. Kenapa bisa nikmat disiksa apa buktinya ? Ini perkataan bilal bukanlah hanya perkataan basa basi saja tentang manisnya iman. Buktinya adalah tatkala bilal disiksa oleh orang kafir quraish ditindih dengan batu yang besar di panas teriknya padang pasir, apa yang bilal katakan ? Bilal diminta untuk meninggalkan Islam tapi apa yang diucapkan bilal :

“Ahad…. Ahad…… Ahad….”

Kok gak bilang “Ya Rahman, Ya Rahim” padahal itu kata-kata masih bisa diterima oleh kalangan kafir quraish. Ini karena bilal tahu bahwa kata-kata “Ahad” ini adalah perkataan yang paling di benci oleh kaum kafir Quraish yang percaya pada banyak tuhan. Mereka kaum kafir quraish meletakkan 360 tuhannya disekeliling Ka’bah. Ketika Nabi Muhammad saw mengajak kepada 1 tuhan ini bikin mereka heran, bagaimana mungkin 360 tuhan diganti hanya dengan 1 tuhan. Kalau bilal mengatakan ya rahman ya rahim, berhenti langsung mereka menyiksa bilal. Bilal bisa aja bilang “Ya Rahman Ya Rahim, mohon ampun, saya tidak kuta dipukul.” Berhenti langsung penyiksaan jika Bilal bicara seperti itu dan minta ampun. Tapi yang terjadi tidak seperti itu, bilal tidak minta ampun bahkan bikin mereka tambah benci kepada bilal dan makin menyiksanya asbab bilal berkata : “Ahad…. Ahad….. Ahad…..”

Kayak seperti kita jemaah keluar di India musim panas, tidak ada AC, kipas tidak nyala, mau beli solar buat generator juga mahal, sehingga kita minta ampun pada Allah swt karena susahnya. Tapi ini Bilal tidak minta ampun, agar orang quraish berhenti menggebuk dia, dan mereka juga mengakui “Ya Rahman”. Bilal tahu kalau dia bilang “Ahad” maka ini orang quraish akan semakin murka, asbab nikmatnya iman tadi yang bercampur dengan pahitnya pengorbanan maka itu “Ahad” terus di ucapkan. Jadi setiap gebukan malah terasa nambah nikmat, maka bilal ucap “Ahad” lagi, digebuk lagi makin keras, bilal ucap “Ahad lagi, begitu seterusnya. Bilal RA menikmati setiap gebukan asbab terasanya manisnya dalam setiap gebukan. Kayak kita yang pencinta kopi suka bilang, “Tambah lagi kopinya”, karena memang terasa nikmatnya. Gula sudah terlalu banyak sayang tidak ditambah kopinya. Begit juga Iman yang sudah kuat hanya akan terasa manis dengan pahitnya pengorbanan, sehingga bilal minta tambah lagi gebukannya. Jadi setiap gebukan dari kafir quraish, Allah swt kasih kenikmatannya ini cash kepada bilal ra.

Ini baru kenikmatan dunia yang Allah swt kasih, hayatan thoyyibah, tapi nanti di akherat dalam ayat yang sama lanjutannya Allah swt berfirman :

“…walanajziyannahum ajrahum bi-ahsani maa kaanuu ya’maluuna” :

artinya :

“…sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (16:97)

Iman Sahabat

Bagaiaman keadaan Iman para sahabat RA ini sehingga sampai dipuji oleh Allah swt dan RasulNya.

Maulana Saad menjelaskan dari kitab Hayatus Sahabah, dari Al Qomah bin Harits RA :

Saya bersama 7 orang dari kaum saya datang kepada Nabi saw, anak-anak muda. Mereka berbincang-bincang dengan nabi saw, dan nabi saw senang dengan berbincangan dengan mereka. Ini karena anak-anak muda ini penuh adab kepada nabi saw, tutur katanya, kesopanannya, dan tidak ada yang ngantuk, gak kayak kita banyak tidurnya kalau dengar pembicaraannya.

Sewaktu kami di India ada tulisan di depan sebuah kantor konsultan, ketika bertemu harap HP dimatikan. Ini konsultant menulis ini karena dia tau HP ini mengganggu pertemuan, sementara waktu dia mahal, dia gak mau terganggu ketika sedang memberi penjelasan. Begitu juga kita hari ini nanya sama ulama, ulama sudah kasih waktu ditengah nasehat dia permisi karena dapet telpon dari istri, ini namanya tidak adab kepada ulama. Waktu konsultan itu mahal, begitu juga ulama, matikan HP kalau ketemu mereka. Apalagi waktunya Allah swt, lebih mahal lagi, jadi matikan HP kita.

Karguzari Mubayin :

Tahun 1986, ketika HP belum ada, orang mewat sedang mengadakan taklim, Syaikh Ilyas masuk mesjid. Karena melihat syekh Ilyas masuk mesjid, maka orang mewat ini bangun, menyambut beliau jabatan tangan. Marah syekh Ilyas diperlakukan istimewa kayak demikian. Syekh Ilyas marah berkata, “Duduk kalian jangan berdiri.”

Maulana Ilyas sampaikan :

“Orang yang paling baik dikalangan Tabi’in (seperti Uwais Al Qarni rah.a, hasan al basri rah.a, atau aulia syekh abdul qadir jaelani) atau seorang Waliullah sekalipun, tidak akan bisa menyaingi derajatnya sahabat Nabi saw yang paling rendah.”

Jadi kehebatan uwais al qarni, hasan al basri, syekh abdul qadir jaelani, rabi’ah al adawiyah tidak akan bisa menyaingi derajatnya sahabat Nabi saw yang paling rendah.

Sampai sampai nabi saw katakan kepada umar RA mengenai keutamaan Tabi’in :

“Wahai Umar nanti akan datang 1 orang laki-laki namanya Uwais Al Qarni, dia orang yang sangat berbakti kepada ibunya. Nanti ketika kamu bertemu dengannya, kamu minta doa kepada dia.”

Ini begitu tingginya derajat Uwais al Qarni sampai Nabi saw menyuruh Umar RA meminta doa kepada dia. Padahal siapa umar RA ? tingginya derajat umar sampai kalau ada Nabi berikutnya adalah Umar RA orangnya. Tapi kedudukan itu Tabi’in tidak akan bisa menyaingi derajat seorang sahabat Nabi saw yang kencing di mesjid. Ada sahabat Nabi saw dari kalangan arab badui, bodoh memang, masuk ke mesjid dia kencing. Sahabat yang lain mau ngegebukin itu badui, tapi nabi saw bilang jangan biar kan dia selesai kencing dulu. Itu derajatnya sahabat yang kencing di mesjid tidak bisa disaingin oleh tab’in yang paling hebat. Inilah keutamaan atau fadhilah dari syukbah kepada Nabi saw.

Sampai ada salah satu orang bertanya kepada Abdullah bin Mubarak Rah.A, gurunya Imam Bukhori Rah.A. : “Syekh siapa yang lebih mulia antara Muawiyah ra dengan Umar bin Abdul Azis Rah.A.” Umar bin Abdul Azis ini tabi’in muridnya anas bin malik ra. Bahkan Anas bin Malik ra mengatakan, saya tidak pernah merasakan sholat seperti sholatnya bersama rasullullah kecuali ketika saya sholat dibelakang Umar bin Abdul Azis. Ini keutamaan Umar bin Abdul Azis, sholatnya saja mendekati bahkan menyerupai sholatnya Rasullullah saw. Bahkan Anas bin Malik sendiri yang merupakan sahabat ra, lebih memilih jadi makmumnya Tabi’in, Umar bin Abdul Azis, karena jadi terasa nikmat betul sholatnya. Dijaman Muawiyah ra jadi khalifah ini negara kacau, sedangkan di jaman Umar bin Abdul Azis aman dan damai. Jangankan manusia bahkan serigala saja dan kambing saja bisa makan sama-sama. Maka beliau, Abdullah bin Mubarak Rah.A, katakan :

“Debu-debu yang nempel dimana ? dihidung keledainya muawaiyah, bukan dihidungnya muwawiyah, ketika berjalan bersama Nabi saw, itu tidak bisa disaingin dengan amalan umar bin abdul azis seumur hidupnya.”

Inilah keutamaan sahabat jangan main-main dengan sahabat. Orang yang berani menghinakan sahabat, lihat apakah kehidupannya akan berakhir happy ending atau tidak ? tidak mungkin khusnul khotimah bagi orang yang berani menghinakan sahabat ra. Siapa saja yang berani menghina sahabat, hati-hatinya hidupnya tidak akan baik akhirnya.

Kemudian untuk sahabat ra yang paling hebat seperti Abu Bakar RA, Umar RA, dan Ali RA, ini jika dibandingkan dengan Nabi yang paling rendah derajatnya diantara 124.000 nabi, sahabat yang paling tinggi derajatnya ini tidak akan bisa menyaingi derajat Nabi yang paling rendah. Sahabat yang paling tinggi derajatnya dengan amal yang dia kerjakan seumur hidupnya tidak akan mampu menyaingi derajat seorang nabi yang paling rendah. Walaupun Nabi tersebut tidak punya taskilan, dan sahabat punya taskilan yang amalnya mengalir sampai hari kiamat. Begitupula jika seluruh para Nabi dikumpulkan amalnya dan derajatnya tidak bisa menyaingin derajat Nabi saw. Begitu juga kedudukan nabi saw tidak akan bisa menyamai kedudukan Allah swt.

Jadi ketika Syek Ilyas disambut oleh orang mewat yang sedang taklim, maka beliau marah :

“Kalian sedang membaca hadits nabi saw dan kisah sahabat RA dalam taklim, lalu kalian tinggalkan taklim hanya untuk menyambut aku. Aku ini siapa dibanding dengan mereka, Nabi SAW dan para Sahabat RA !”

Kita lebih aneh lagi tinggalkan taklim hanya gara-gara HP, inilah ketidak adaban kita hari ini.

Maulana Saad sampaikan bahwa ayat :

waya’lamu maa fii al-arhaami : “Allah swt mengetahui apa yang ada dalam rahim” (31:34)

Allah swt mengetahui apa yang ada di Rahim wanita, tapi hari ini dokterpun juga bisa tahu. Sebelum anak saya lahir, dokter juga sudah tahu apa yang ada di dalam kandungan istri kita, laki-laki atau perempuan, melalui Xrays di scan kandungan istri kita. Tapi beda Tahu nya Allah swt dengan Tahunya dokter, dalam arti pengetahuan. Beda antara Maa Fi Arham dengan Man Fil Arham. Kalau hanya sekedar mengetahui Man Fil Arham, dokter juga bisa tahu, siapa yang ada dalam rahim ibu, laki-laki atau perempuan. Tapi Allah swt Maha Mengetahui, Maa Fi Arham, apa yang ada dalam rahim ibu tersebut dari : rizki, jodoh, maut, umur, bentuk, perangai, jenis, dll, ini dokter gak bisa tau.

Maka ketika Rasullullah saw bertanya kepada Al Qomah bin Harits RA : Maa Antum ? ini bukan Nabi sa bertanya siapa diri kamu, ini Nabi saw sudah tahu, tapi yang Nabi saw maksud dengan Maa Antum : Kamu ini Siapa ? ini mengandung pujian kepeda sahabat Al Qomah bin Harits dan kawan-kawannya yang berbicara bagus sekali.

Jadi ketika Nabi Saw bertanya :

Maa Antum : kamu ini siapa ?

maka Al Qomah menjawab :

Nahnu Mukminun : Kami orang beriman

Nabi Saw berkata : Setiap Ucapan itu harus ada buktinya. Bukti kamu beriman itu apa ?

Mereka katakan dalam diri mereka ada 15 sifat. 5 perkara yang kamu perintah kami beriman dengannya. 5 perkara yang kamu perintah kami beramal dengannya. 5 perkara yang telah ada dalam diri kami sejak zaman jahiliyah lagi.

5 perkara yang kamu perintah kami beriman:

  1. beriman kepada Allah dan Rasul
  2. beriman kepada malaikat
  3. beriman kepada kitab-kitab
  4. beriman kepada hari akhirat
  5. beriman kepada takdir

5 perkara yang kamu perintah kami beramal:

  1. mengucapkan syahadat
  2. solat
  3. zakat
  4. puasa di bulan Ramadhan
  5. haji

5 perkara yang sedia ada dalam diri kami :

  1. Syukur ketika senang
  2. Sabar ketika Susah
  3. Tegar menghadapi Rintangan / Musuh
  4. Ridha dengan keputusan Allah
  5. Bila musuh ditimpa kesusahan, Kami tidak gembira

Nabi s.a.w berkata bahwa kalian ini adalah orang-orang yang faqih, mempunyai pemahaman yang sempurna.

Iman itu adalah Sifat Malu

Iman ini merupakan kontroler, pengatur, dalam kehidupan seseorang. Kalau Iman sudah ada maka dia akan terjaga, terkontrol dengan baik.

Allah swt berfirman :

inna rabbaka labial mirshaadi : “sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (89:14)

Jadi sesungguhnya Allah swt itu meneropong, bukan hanya sekedar melihat. Allah swt itu “Samiun Bashirun” : Maha Mendengar dan Maha Melihat. Namun dalam ayat Innaka Rabbaka labial mirshod : Rabb kamu meneropong kamu. Disini Allah swt menambah penekanan dengan Meneropong, mengawasi. Jadi seperti ada CCTV nya, di awasi setiap gerak geriknya. Maksudnya di teropong atau diawasi, bahwa tidak ada dari gerak gerik kita yang tidak Allah swt tidak ketahui. Ketika Orang beriman merasa diawasi oleh Allah swt, diteropong, bagaimana dia bisa berani untuk berbuat maksiat. Sekitar manusia ini, setiap diri kita, ada 12 orang malaikat minimal yang ada bersama kita. Bahkan dalam setiap sel-sel dalam tubuh kita ini ada malaikat. Setiap tetesan air hujan yang jatuh dekat dia ada malaikat. Ada malaikat yang mencatat di kanan dan kiri kita. Kalau tahu seseorang ini disekitar dia ada begitu banyak malaikat, berani gak dia berbuat maksiat, tidak akan berani.

Nabi SAW bersabda :

“Jika kamu tidak mempunyai rasa malu, silahkan kamu kerjakan apa yang kamu mau. Namun orang beriman itu PEMALU.”(Mahfum Hadts)

Malu untuk berbuat maksiat karena selalu merasa diawasi oleh Allah swt, malaikat menyaksikan perbuatan dia. Sehingga dalam setiap gerak gerik yang dia lakukan dia akan senantiasa merasa diawasi.

Iman kepada Rasul

Agama ini tidak akan bisa dipahami tanpa kehadiran seorang Rasul, seakan-akan bisa langsung berhubungan dengan Allah swt. Yang memahami Firman Allah swt itu siapa ? yaitu para Anbiya AS. Kenapa para Nabi itu penting untuk dikirim ? yaitu untuk membimbing manusia.

Mufti Zaenal Abidin katakan :

Mesin itu kalau kecil maka cukup dikasih buku petunjuk kecil saja kayak jam tangan, jam weaker, remote AC atau TV, begitu pula sepeda motor, dan mobil. Tapi tatkala mesin itu menjadi semakin besar dan rumit kayak pesawat tempur F-16 atau Sukhoi, pabrik tidak hanya mengirim buku petunjuk saja, tapi dikirim juga selain buku ada instruktur. Selain pesawat tempurnya dikirim, tapi pilot pelatih juga dikirm bersama pesawat. Jadi Kalau negara kita beli itu pesawat, pelatih pilot juga akan dikirim sebagai instruktur kepada pilot indonesia, mengajarkan bagaimana cara membawa pesawat tempur tersebut. Agar pesawat yang dibeli bisa dibawa oleh pilot indonesia dengan baik. Kalau buku saja dikirim tanpa orangnya, pilot instrukturnya, nanti bisa banyak salahnya dalam membawa pesawat, bisa jatuh nanti.

Kisah Almarhum Ayah Mubayin :

Ayah saya dulu punya pabrik kecil minyak kelapa, kebakaran. Lalu dia buat pabrik lebih baru lagi, lebih besar, semua mesinnya baru. Beli mesinnya dari china melalui surabaya, besar sekali mesinnya. Bersamaan dengan mesin datang, dikirim juga bersama satu orang instruktur pengajar. Instruktur ini bekerja di pabrik ayah saya selama 6 bulan mengajari cara menjalankan mesin pabrik tersebut yang dibeli dari China. Saya bertanya kenapa tidak pakai ahli dari lokal saja untuk menjalankan mesin. Ayah saya bilang,”Tidak bisa.” Untuk bisa menggunakan mesin yang demikian rumit harus ada instruktur yang paham cara menggunakan mesin tersebut, yaitu cuman dari produsen mesin terebut. Kalau bukan intruktur dari produsen yang membuat mesin, nanti bisa salah pemakaiannya, rusak jadinya.

Contoh :

Satu orang kuli pelabuhan baca buku kedokteran dia temukan kalimat “Jarum”. Apakah Jarum yang dimaksud dengan kedokteran dan jarum yang diketahui oleh seorang kuli itu sama ? “Belikan Jarum” yang minta satu dokter dan satu lagi kuli, sama-sama minta jarum. Kalau dokter ini tentu yang diminta jarum suntik, tapi kalau kuli pelabuhan bicara jarum berarti jarum karung. Begitupula tukang jahit bicara jarum juga, tapi jarumnya adalah jarum jahit. Ada perokok berat minta jarum juga tapi yang dimaksud adalah rokok merk Jarum. Jadi begitu banyak jarum yang berbeda. Jadi untuk memahami kata-kata jarum dari buku saja tidak bisa, tanpa kita bersyukbah belajar dengan yang ahlinya.

Mesin yang paling rumit ini adalah manusia. Onderdil tubuh manusia ini adalah paling rumit. Maka Allah swt tidak hanya mengirimkan kitab samawi : Injil, Zabur, Taurat, dan Quran saja, tetapi bersama itu kitab, Allah swt juga mengirimkan Nabi, pengajar kitab. Mustahil kita bisa paham kitab tanpa Nabi.

Karguzari Arahan Menjaga Mata :

Kayak pesawat tadi arahannya pencet tombol take off, naik, tapi malah pencet tombol turun, begitu juga sebaliknya disuruh turun malah pencet tombol naik, jadi nabrak.

Saya pernah membawa mobil dengan istri saya, didepan saya ada sepeda motor, suasana tenang, jalan lancar. Tiba-tiba motor di depan saya nabrak masuk got selokan. Saya berpikir salah apa saya nih, tidak ngalkson dia, tidak ngagetin dia, kok tiba-tiba ini motor nabrak terjun ke got selokan. Kenapa ? ini karena pengendara motor tadi yang seharusnya matanya landing, ini malah take off. Perintahnya tundukkan pandangan, tapi ini mata malah naik jdi depan dia ada gadis cantik. Asbab melihat cewe cantik lewat, nyusruk akhirnya masuk got selokan.

Jadi arahan dalam Quran ada saatnya mata kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan, dan ada saatnya diperintahkan untuk melihat. Ada saat mata dimita untuk turun, dan ada saatnya mata diminta untuk naik. Ini mengurus mata saja perkara rumit belum lagi yang lainnya. Maka untuk perkara memahami perintah AL Quran ini diperlukan Nabi Saw untuk mengajarkan bagaimana mengamalkan perintah dalam Al Quran.

Allah swt berfirman :

laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira wadzakara allaaha katsiiraan

Artinya :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (33:21)

Tidak mungkin kita bisa paham Al Quran tanpa mengikuti Nabi Saw. Allah swt sendiri bilang sudah ada suri tauladan, contoh, buat mereka yang mau mengamalkan Al Quran, yang berharap rahmat Allah swt. Jangan juga coba-coba mau jadi golongan Ingkar Hadits, tidak perlu ikut Nabi saw, langsung aja baca Quran, tidak akan bisa. Memahami Al Quran itu harus dengan contoh yaitu dari Nabi Saw. Tidak mungkin bisa paham Al Quran tanpa merujuk kepada Nabi Saw.

Contoh :

Satu orang teriak : “Ambilkan Air”. Perintahnya mengambilkan Air, tapi yang bisa memahami perintah ambil air ini siapa ? yaitu orang yang sudah bersyukbah dengan tuan rumah yang memerintahkan. Ketika tuan rumah teriak ambilkan air, ini pembantu yang sudah kerja 10 tahun paham yang dimaksud dengan air itu apa. Jam 5.30 pagi tuan rumah teriak ambilkan air, berarti jam segini dia mau mandi, pembantu bawa air se ember buat mandi tuan rumah. Lalu jam 7 pagi sedang sarapan teriak lagi : Ambilkan Air. Maka si pembantu paham jam 7 sedang sarapan tuan rumah minta air, yang dibawakan air apa ? air minum segelas saja bukan se ember. Jam 12 siang tuang rumah teriak ambilkan air, si pembantu paham jam segitu tuan rumah mau ke mesjid minta dibawakan air untuk berwudhu. Begitu juga ketika tuan rumah mau ke jamban minta air, dibawakan air se lota oleh pembantunya. Kalau yang membawaka air belum syukbah dengan tuan rumah, maka dia tidak akan paham yang dimaksudkan mengambilkan air itu apa, bisa-bisa waktu mandi malah di kasih air segelas, dan waktu makan malah dikasih air se ember. Kenapa ? belum syukbah sama tuan rumah jadi belum paham maksud dari perintah ambilkan air.

Hari ini banyak umat yang hafal Quran, tapi karena tidak beryukbah dengan orang yang memahami Al Quran sebagaimana Nabi Saw dan para Sahabat RA, jadi kacau pemahamannya. Sampai ada seorang santri datang kepada saya, bilang dengan semangat:

“Alhamdullilah ustadz, saya dari semalam sampai pagi bersedakah panjang sekali dari isya sampai subuh. Itukan dalam hadits jelas perintahnya dan shahih betul. Nabi saw bilang bahwa dalam daging kemaluan kamu itu sedekah. Jadi berjima dengan istri itu adalah sedekah.”

Ini santri mungkin asbab di pondok 15 tahun jadi sedekahnya panjang dari isya sampai subuh. Ini hadits yang dia sampaikan memang shahih, tapi imannya lemah. Dalam hadits ini perumpamaannya yang diminta nabi itu satu gelaskah, satu emberkah, atau satu teko saja ? kan untuk sedekah sama istri cukup setengah sampai satu jam saja. Tapi untuk tahajjudnya berapa lama yang dicontohkan Nabi saw ? sampai kaki bengkak sangking lamanya tahajjud, bukan yang lain yang bengkak. Jadi santri ini tidak paham dalam memahami hadits ini walaupun dia lulusan pondok. Seperti pembantu yang tidak syukbah dengan tuan rumah, minta air buat makan bukannya dikasih satu gelas tapi malah dikasih satu ember. Inilah kepentingan adanya seorang Nabi dalam memberikan pemahaman perintah di Al Quran. Kehadiran seorang Instruktur itu penting untuk memahami buku panduan.

Pemahaman atas Perintah Sholat

Peritahnya : Watukima sholata yaitu Tegakkan Sholat. Bukan hanya sekedar mengerjakan sholat, tapi Menegakkan sholat dengan kesungguhan. Di Al Quran dijelaskan :

  1. Ada orang sholat masuk Surga
  2. Ada orang sholat masuk Neraka
  1. Ada orang Sholat masuk Surga

Allah swt berfirman :

qad aflahaal mukminuuna. alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uuna

Artinya :

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,” (23:1-2)

Sholat dia mampu mengantarkan orang tersebut ke surga.

  1. Ada orang Sholat masuk Neraka

“inna almunaafiqiina yukhaadi’uuna allaaha wahuwa khaadi’uhum wa-idzaa qaamuu ilaa alshshalaati qaamuu kusaalaa yuraauuna alnnaasa walaa yadzkuruuna allaaha illaa qaliilaan”

artinya :

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (4:142)

Orang ini sholatnya membawa dia ke neraka, karena apa ? Malas dan Riya. Ciri-ciri sholatnya orang munafiq ini diperintahkan sholat dia malas, terus minta dipuji-puji lagi.

Allah swt berfirman :

fawaylun lilmushalliina. alladziina hum ‘an shalaatihim saahuuna”

Artinya :

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,” (107:4-5)

Jadi walaupun dia sholat, tapi celaka, karena sholatnya menghantarkan dia ke neraka. Sholatnya dilambat-lambatkan, di akhir-akhirkan, lalai dalam sholatnya.

Jadi sholat yang di inginkan adalah sholat yang betul, dan yang bisa menghantarkan kita ke surga.

Maulana Yusuf katakan :

“Siapa itu orang lama dalam dakwah ? yaitu orang yang sholatnya tersebut bisa menarik khazanah Allah swt.”

Inilah orang lama, hanya dengan 2 rakaat sholat dia mampu menarik khazanah Allah swt. Lihat sholat kita apakah sudah menjadi orang lama dalam dakwah atau belum. Jadi semakin lama kita dalam dakwah ini seharusnya semakin dekat dengan Allah swt. Sehingga tatkala memerlukan sesuatu, dia lebih senang mengambil dari khazanah Allah swt dibanding ngambil dari tempat lain. Orang yang sholatnya sudah bisa menarik khazanah Allah swt, maka geraknya dalam dakwah ini semakin cepat. Kenapa ? ini karena Iman dan Sholat merupakan kekuatan dalam, kekuatan ruhaniat seseorang dalam dakwah.

Contoh :

Lebih cepat mana mobil atau delman ? Ini karena delman ditarik dengan kekuatan dari luar, seperti kuda atau sapi atau kerbau. Sedangkan mobil ditarik dengan kekuatan dari dalam.

Contoh :

Lebih cepat mana mobil atau pesawat ? lebih cepat pesawat. Padahal sama-sama mengandalkan kekuatan dalam, sama-sama pakai bensin. Bedanya mobil maish berhajat pada mahluk masih butuh jalanan. Kalau pesawat awalnya dia memang masih berhajat pada mahluk, tapi ketika take off dia tinggalkan kebesaran mahluk, tidak berhajat lagi pada apa yang ada di bumi, sehingga jalannya lebih cepat.

Jadi orang yang semakin menjauhkan diri dari berhajat pada mahluk, semakin cepat jalannya. Tapi memang awalnya berhajat pada mahluk, tidak bisa langsung lompat, tidak bisa,. Kayak pesawat tadi, tidak ada pesawat yang langsung lompat, pasti awalnya berhajat pada jalanan dulu. Kalau itu pesawat mau coba-coba langsung lompat bisa jatuh nanti.

Mufti Zainal Abidin, Masyeikh kita berkata :

Suatu ketika beliau di datangi seorang ahbab di airport, ketika beliau dalam perjalanan mau pulang. Ahbab ini bilang :

“Mufti shab, antum ini kalau bayan sudah sampai di langit, sehingga membuat kita semangat : jangan liat kantong, jangan liat duit, jangan liat asbab. Kami siap ikuti arahan. Tapi kenapa setiap kami mau berangkat fissabillillah, kenapa masih ditanya lagi isi kantong kami, berapa duit yang di bawa, masih melihat asbab kami lagi. Apa hubungannya bayan antum ini dengan tim taskyl, kayak gak nyambung.” Mufti termenung, berfikir cara menjawab pertanyaan ini.

Inipun juga pernah terjadi dengan saya, satu jemaah ribut dengan tm taskil. Jemaah sudah siap berangkat tapi tim taskil melarangnya. Ternyata jemaah yang tidak bawa passport maunya berangkat keluar negeri, tafakudnya juga tidak cukup, yang bawa duit cuman satu orang saja. Duit gak cukup, passport gak punya tapi maunya berangkat ke luar negeri. Di tafakkud sama tim taskil, ini jemaah marah-marah semua. Jemaah bilang, “Ngapain kamu tafakud-tafakud, urusan kami dengan Allah swt bukan dengan kamu.”

Akhirnya tim taskil menyerahkan masalah ini kepada saya : “Itu ada ustadz luthfi dibelakang kalian minta aja persetujuan dari beliau.”

Maka ketika bertemu saya, jemaah ini bilang :

“Ustadzkan kan sering bayan sering bayan jangan lihat asbab tapi lihat Allah swt, kenapa sekarang masih nanya lagi masalah duit?”

wah kacau juga nih jemaah. Saya shock, kaget juga ditanya seperti itu. Maka saya ceritakan kisah guru saya waktu saya masih sekolah di mesir, beliau bercerita tentang kisah Nabi Isa AS dialog dengan Iblis.

Iblis : “Wahai Isa apakah bener kamu yakin bahwa yang mematikan dan menghidupkan itu Allah swt ?”

Isa AS : “Pasti itu, Sangat Yakin”

Iblis : “Kalau begitu kamu naik ke gunung sana, cari tebing tinggi, lalu kamu loncat kebawah. Untuk membuktikan yang mematikan dan yang menghidupkan itu siapa ?”

Kira-kira kalau kita ditantang seperti itu bagaimana ? Ada jemaah jalan kaki ketemu iblis, lalu didakwahi iblis ini perkara nafi itsbat. Iblis nanya kamu jemaah jalan kaki kehabisan tafakud apa yang kamu makan, jemaah bilang kami makan daun2an, JOS ini jemaah. Kalau begitu kata iblis kamu cari tebing tinggi diatas gunung sana lalu lompat ke bawah teriakkan “La Illaha illallah” tidak ada yang bisa mematikan kita dan menghidupkan kita selain Allah swt, jangan kesan dengan mahluk. Kira-kira apa yang akan terjadi kalau kita lompat dari tebing tinggi diatas gunung ? Allah yang jaga saya, Allah yang pelihara saya, begitu ? Maka nih jemaah jos, naik gunung cari tebing lalu terjun, sampai dibawah mati. Kira-kira ini jemaah masuk surga atau neraka ?

Maka Isa AS katakan kepada iblis, Nabi Isa AS ini pintar dia, tidak ada nabi yang bodoh :

“Wahai Iblis yang berhak nguji itu siapa ? Allah swt yang menguji hamba atau hamba yang menguji Allah swt ?”

Kalau kita di universitas yang berhak menguji itu siapa ? dosen nguji mahasiswa atau mahasiswa menguji dosen ? tentu dosen, jangan sampai coba-coba seorang mahasiswa berani-beraninya menguji dosen, bisa gagal nanti kuliahnya. Begitu juga di pondok pesantren, Kyai yang menguji santri, bukan santri nguji kyai, kurang ajar namanya kalo begitu, bisa kualat.

Beda kalau ada jemaah musyawarah ini ada orang mengembala kambing diatas gunung, siapa siap yang ambil takaza dakwah kesana sampaikan tentang pentingnya sholat dan mengajak dia sholat. Maka ketika ini orang naik gunung buat menyampaikan agama lalu jatuh terpeleset dari atas gunung, mati, maka ini syahid buat dia. Tapi kalau jemaah tadi yang debat sama iblis, dia ikut tantangan iblis lompat dari tebing, ini namanya jemaah mau menguji Allah swt. Kalau bener dia lompat lalu mati, maka kematiannya itu mati konyol, mati sangit bukang mati syahid.

Berangkat 4 bulan ke IPB butuh 14 juta, dia pergi bawa 14 juta, lalu ditengah jalan hilang duitnya. Sampai di india duit hilang, habis tidak ada duit, ini namanya dia sedang di uji Allah swt. Maka jangan bicara kepada siapapun, jangan mengeluh kepada siapapun, jangan curhat, doa saja pada Allah swt, tawajjuh dan nangis kepada Allah swt. Tapi besok mau makan, harus kumpul duit, bagaimana caranya ? kumpulkan uang masukkan di bawah sorban :

  1. Kalau yang kehilangan duit ikut-ikutan memasukkan tangan dibawah sorban tapi tidak ngasih duit, ini maling namanya, bukan dai. Dia telah mendustai dirinya, mendustai Allah swt, dan mendustai kawan-kawannya.
  1. Panggil Amir, dia beri tahu amir : “Mir terus terang, ini hanya amir saja yang tahu, Uang saya hilang mir, Tolong pinjam duit sebentar, nanti pasti saya akan bayar.” Saya pinjam 100 ribu, tiap hari dia ikutan korban sesuai yang disepakati, sembari dia terus menangis tiap malam mohon pertolongan dari Allah swt.

Ini namanya ujian dari Allah swt, imannya sedang di uji Allah swt. Jika dia sabar, doa terus, selesaikan masalah dengan amal, dengan sholat dan doa, nanti Alah swt akan ganti uang dia yang hilang tadi, bahkan bisa lebih banyak lagi gantinya. Tapi kalo dia sengaja masuk dalam jemaah, duitnya tidak dibawa, disimpan dirumah, ini namanya menguji Allah swt. Jangankan air mata biasa yang bikin mata sampai bengkak, Air mata darahpun yang keluar Allah swt tidak akan kabulkan kamu punya doa. Kenapa ? karena anda menguji Allah swt.

Kembali kepada Mufti Zaenal Abidin ketika ditanya oleh Ahbab dia airport tadi. Bayan ke langit, tapi mau berangkat harus ditafakkud lagi, beliau termenung memikirkan jawabannya. Maka beliau melihat keluar airport ada peswat yang besar-besar parkir, dan ada yang berangkat, ada yang mendarat. Beliau berkata :

“Coba kamu lihat itu pesawat bisa terbang kemana-mana dan membawa penumpang yang banyak. Cuman itu pesawat ada kelemahan, kelemahannya apa ? pesawat itu tidak bisa jalan mundur dan tidak bisa meletakkan dirinya di runway, landasan pacu.” (pesawat jaman dulu)

Maka untuk bisa meletakkan dirinya di landasan pacu perlu mobil derek. Mobil derek inilah yang membawa pesawat mundur, dan memposisikan pesawat terbang di landasan pacu. Sekarang sudah tidak seperti itu pesawat modern. Dari landasan pacu, runaway, setelah diposisikan, pesawat diminta berlari untuk meninggalkan mahluq, yaitu gantungan kepada landasan.

Lalu beliau melanjutkan :

“Kamu ini punya potensi, kemampuan untuk terbang ke seluruh dunia.”

Memang Allah swtt tidak akan memberikan perintah atau beban diluar kemampuan orang.

Allah swt berfirman :

“laa yukallifu allaahu nafsan illaa wus’ahaa…”

Artinya :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (2:286)

Allah tidak mungkin memberikan beban diluar kemampuan dia, sedangkan Allah swt memberikan beban kepada kita ini untuk berangkat seluruh dunia. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus untuk :

  1. Kaffatan Linnas : Untuk Seluruh Manusia
  2. Rahmatan Lil Alamin : Rahmat Seluruh Alam

Begitu juga diperintahkan untuk mengikuti Nabi saw. Berarti kalau Allah swt perintahkan, sebenarnya saya ini mampu, tapi kenapa saya tidak bisa berangkat ? Ini karena kita memang masih perlu bantuan mobil derek untuk menempatkan posisi kita pada landasan pacu. Mobil derek inilah tim taskil yang mentafakkud jemaah biar jemaah bisa lepas landas tinggalkan landasan pacu. Supaya suatu saat nanti saat kamu sudah sampai ke maqom seperti sahabat RA, siap kapan saja, dan bersama siapa saja, dengan tafakkud berapa saja. Seperti sekarang kalau Syaikh Abdul Wahab Amir pakistan yang sudah memberi seluruh hidupnya untuk agama, ada gak yang berani menanyakan tafakkud kepada beliau, tidak ada yang berani. Ini karena beliau sudah sampai di maqom bebas tafakkud, berapa saja sudah siap dan kapan saja. Begitu juga kalau pesawat tidak di tafakkud menuju landasan pacu bisa nabrak-nabrak nanti. Begitu juga kita mau berangkat tapi tidak mau di taffakkud, bisa-bisa nabrak-nabrak nanti, istri di korbankan, anak di korbankan, kawan-kawan di korbankan, berantakan nanti.

Setiap dari kita ini sebenarnya punya kemampuan, untuk bisa seperti pesawat yang meninggalkan landasan pacu, meninggalkan mahluk. Memang diawal kita ini masih seperti pesawat juga, kita masih memerlukan mahluq untuk bisa sampai disana, terbang ke langit meninggalkan asbab. Kita masih butuh asbab : seperti kita masih harus bekerja, berdagang, bertani, ini semua sesuatu yang wajar saja usaha untuk mendapatkan duit. Namun nanti jika kita korban terus, lagi dan lagi, kita akan sampai di sana seperti peswat yang sudah lepas dari landasan pacu, lepas dari mahluk. Jangan kita masih berpikir siap ambil takaza atau nisab 4 bulan, tapi tolong dipikirkan saya ada istri 4 dan anak ada 20. Ini berarti kita masih seperti gerobak sapi, masih mengandalkan tenaga luar, tidak akan mendapatkan peningkatan ruhaniyat. Selalu dalam keadaan ingin ditarik dan minta difikirkan orang lain seperti gerobak sapi atau delman. Siap berangkat tapi bensin atau kantong di isi kan. Ibarat mesin, yang seperti ini tidak akan bisa terbang.

Keutamaan Zakat

Maulana Yusuf Rah.A katakan :

“Jika seseorang membayar Zakat dengan benar, maka nanti orang tersebut tidak akan mampu menampung keberkahan zakat.”

Apa itu keberkahan zakat ? tidak mungkin orang mati dalam keadaan miskin melarat bagi orang yang membayar zakat, tapi sebaliknya. Gimana sih saya udah bayar zakat tahunan sekarang saya malah mau mati ninggaling hutang di bank. Ini kan aneh ? berarti dia bayar zakat tidak sesuai dengan yang di inginkan oleh Allah swt.

Kalau kita di negara Islam maka akan dibentuk Amil Zakat untuk menampung zakatnya orang islam. Amil Zakat ini hebat, dia termasuk dalam 8 golongan yang mendapatkan bagian zakat. Ini amil zakat yang termasuk dalam 8 asnab zakat tadi, harus bekerja selama 1 tahun tanpa gaji dari pemerintah. Jangan seperti amil zakat yang suka nongkrong dimesjid mengumpulkan sekwintal-sekwintal zakat beras, tapi pas tutup mereka bagi dua antara mereka saja, ini maling namanya, bukan amil zakat. Kalau di mesjid saya mereka yang bertugas sebagai amil zakat saya berikan duit, tetapi mereka tidak punya hak atas zakat orang yang membayar kecuali kalau dia fakir. Namanya amil zakat itu kerjanya setahun, dan dia kerja harus mengetahui berapa banyak orang kaya dikampung dia, kekayaannya berapa. Kemudian amil zakat ini harus tahu berapa banyak orang miskin di kampung dia, punya anak berapa. Kalau kita tidak punya amil zakat, maka pembayar zakat tadi harus mencari orang miskin. Jika dia umumkan kepada orang-orang yang msikin boleh datang kerumah saya ambil uang zakat, maka ini tidak akan ada keberkahan dalam zakat dia tadi. Bahkan bisa-bisa menyebabkan orang miskin mati di rumah dia gara-gara berebutan zakat. Bukannya membawa keberkahan itu zakat, tapi malah membawa malapetaka.

Orang miskin itu ada 2 :

  1. Dia menampakkan kemiskinannya dengan mengemis
  2. Dia menyembunyikan kemiskinannya

Bahkan orang miskin yang kedua ini sampai orang-orang mengira bahwa dia ini orang kaya padahal orang miskin. Waktu makan dia nyalakan api di rumah dia, padahal tidak ada yang bisa dimasak. Supaya orang mengira bahwa dia ini serba cukup, tidak kurang dan tidak dalam kesusahan sampai tidak makan, padahal benar. Orang yang bayar zakat ini kapan dia mendapat keberkahan ?

Maulana saad, masyeikh kita katakan :

“Kalau dia mencari orang miskin sebagaimana dia mencari air di tengah padang pasir”

DI padang pasir mau wudhu tapi tidak ada air, langsung wudhu, ini tidak boleh. Dia harus mencari air dulu, sampai capek air tidak ada baru dia boleh tayamum. Maka kalau orang kaya tadi mencari orang miskin sebagaimana seseorang mencari air di tengah padang pasir tadi, ini pasti Allah swt beri keberahan dari uang zakat yang diberikan tadi.

Jadi apa saja keutamaan sahabat yang sudah ada dalam diri mereka sebelum masuk islam. Mereka berkata kepada Nabi saw, Ada 5 perkara yang sudah ada dalam diri kami :

  1. Syukur ketika senang
  2. Sabar ketika Susah
  3. Tegar menghadapi Rintangan / Musuh
  4. Ridha dengan keputusan Allah
  5. Bila musuh ditimpa kesusahan, Kami tidak gembira

5 Sifat Para Sahabat Nabi ketika Zaman Jahiliyah :

1.Sifat Sahabat yang pertama : Syukur ketika Senang

  1. Syukur dengan Lisan : Alhamdullillah
  2. Syukur dengan Hati : Meyakini Semua Nikmat dari Allah swt
  3. Syukur dengan Amalan : ada peningkatan dalam amal
  4. Syukur dengan di Dakwah : dibicarakan nikmat tersebut

Bersyukur dengan Lisan

Kalau kita hanya sampai ditaraf ini hanya mampu mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai tanda syukur, maka ini anak kecil juga bisa. Banyak anak kecil yang belajar doa syukur. Kalau kita hanya seperti ini tidak ada bedanya iman kita dengan anak kecil.

Bersyukur dengan Hati

Nabi Sulaiman AS ketika telah berkirim surat kepada Ratu Balqis, ditawarkan oleh beliau : “Siapa yang bisa memindahkan Singasana Ratu Balqis dari Yaman sana ke Palestine ?”

Allah swt berfirman :

“qaala ‘ifriitun mina aljinni anaa aatiika bihi qabla an taquuma min maqaamika wa-inne ‘alayhi laqawiyyun amiinun”

artinya :

Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (27:39)

Dalam Taksir kisah para Nabi, Jin Ifrit berkata : “Aku bisa memindahkannya sebelum kamu berdiri dari di majelis kamu.” Ini kurang lebih 4 jam. Majelis Sulaiman ini dari waktu dhuha sampai dengan dzuhur kurang lebih 4 jam. Nabi Sulaiman mempunyai kebiasaan dzikir terus sampai waktu dhuha. Setelah Dhuha, baru diberikan waktu untuk ummat selama 4 jam sampai dzuhur untuk menyelesaikan masalah-masalahnya bersama nabi sulaiman AS. Jadi ketika ifrit menawarkan memindahkan singasan ratu bilqis, ifrit mampu melakukannya dalam 4 jam, dari duduk lalu berdiri menyelesaikan masalah ummat sampai duduk lagi.

Allah swt berfirman :

“qaala alladzii ‘indahu ‘ilmun mina alkitaabi anaa aatiika bihi qabla an yartadda ilayka tharfuka falammaa raaahu mustaqirran ‘indahu qaala haadzaa min fadhli rabbii liyabluwanii a-asykuru am akfuru waman syakara fa-innamaa yasykuru linafsihi waman kafara fa-inna rabbii ghaniyyun kariimun”

Artinya :

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (27:40)

Lalu ada satu orang yang berilmu, Asif murid nabi sulaiman, berkata,”Saya akan pindahkan singasanan bilqis dalam satu kedipan mata saja.” Melihat singsana Balqis muncul didepan dia, sulaiman berkata :

“..haadzaa min fadhli rabbii..” : “Ini adalah karurnia dari Rabbku” (27:40)

Ini ciri-ciri orang bersyukur, tatkala datang kenikmatan, langsung di nisbatkan kepada Allah swt. Karunia ini untuk menguji aku apakah aku beryukur atau kufur pada Nikmat Allah swt. Bersyukur itu maksudnya adalah apakah Nikmat ini di nisbatkan kepada diri dia atau kepada Allah swt. Kalau Sulaiman salah dalam menisbatkan Nikmat : “lihat itu murid saya sudah bisa melakukan itu. Itu baru santri saya, apalagi Kyainya.” Ini orang kufur nikmat, sama seperti orang kafir kelakuannya.

Apa beda Nabi Sulaiman dengan Qorun Laknatullah Alaih :

  1. Qorun ketika punya banyak harta dimintai zakat dia menolak.

Allah swt berfirman :

“qaala innamaa uutiituhu ‘alaa ‘ilmin ‘indii awa lam ya’lam anna allaaha qad ahlaka min qablihi mina alquruuni man huwa asyaddu minhu quwwatan wa-aktsaru jam’an walaa yus-alu ‘an dzunuubihimu almujrimuuna”

Artinya :

“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” (28:78)

Jadi ketika nikmat berupa harta datang kepada Qorun dia tidak menisbatkan nikmat itu kepada Allah swt melainkan pada dirinya sendiri. Dia merasa mendapatkan nikmat harta itu karena otaknya dia sendiri, usaha dia sendiri : “Saya ini sarjana ekonomi jangan main-main, ini harta semua hasil jerih payah otak saya.”

Beda syukur dan Kufur :

  1. Jadi orang yang menisbatkan nikmat yang Allah swt kasih kepada otak dia atau usaha dia, maka ini yang dinamakan kufur.
  1. Sedangkan orang yang menisbatkan kenikmatan yang datang kepada dia hanya dinisbatkan kepada Allah swt, ini namanya Syukur.
  1. Ketika Nabi Sulaiman diberi kenikmatan oleh Allah swt apa yang dikatakan Nabi Sulaiman :

“..haadzaa min fadhli rabbii..” : “Ini adalah karurnia dari Rabbku” (27:40)

Bahwa semua kenikmatan yang diterimanya senantiasa dinisbatkan kepada Allah swt bukan pada diri dia, inilah yang namanya syukur. Jadi itu semua yang diterima oleh Nabi Sulaiman AS karena kehebatan Allah swt bukan karena kehebatan saya.

Bersyukur dengan Amalan

Allah swt berfirman dalam surat Al Kautsar :

“innaa a’thoy naa kal kautsar. fashalli lirabbika wanhar”

artinya :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (108 :1-2)

Rasulllullah saw ketika diangkat menjadi Nabi, dan mendapatkan banyak karunia dari Allah swt, maka beliau bersyukur melalui amalannya. Beliau sholat sebagai tanda syukurnya, sampai kaki bengkak-bengkak. Sehingga istri beliau Aisyah R.ha kasihan kok nabi saw sampai ibadah sedemikian hebat, padahalkan beliau sudah maksum. Apa kata Nabi saw :

“Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?” (HR Bukhari Muslim).

Jadi tanda orang bersyukur itu kelihatan, dia semakin semangat dalam ibadahnya. Itu berarti bersyukur.

Contoh :

“Alhamdullilah hari kita sudah makan rendang padang dan sate kambing, nikmat sekali.” Lalu setelah pulang dia tidur semaleman tidak tahajjud, ini berarti dia tidak bersyukur.

Tanda orang bersyukur itu didakwahkan

Allah swt berfirman :

“wa-ammaa bini’mati rabbika fahaddits”

Artinya :

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (93:11)

Kebaikan-kebaikan Allah swt kasih ini kita dakwahkan bagaimana baiknya Allah swt kepada kita. Semua kebaikan itu kita sampai kan kepada orang dengan membicarakan bagaimana baiknya Allah swt. Sampaikan rasa syukur kita dengan menisbatkan kenikmatan tersebut hanya kepada Allah swt, lalu kita ceritakan, dakwahkan, kepada orang lain : “Alhamdullillah saya tidur enak, Alhamdullillah saya makan nikmat, alhamdullillah saya bisa ketemu antum, alhamdullillah udara cerah, semuanya alhamdullilah terus disebutkan.”

Nabi saw sabdakan :

“Membicarakan Nikmat Allah swt itu berarti beryukur.” (Mahfum Hadits)

Kalau nikmat itu tidak anda bicarakan berarti kita tidak bersyukur. Jadi bukti orang itu bersyukur selain dengan lisan, hati, dan amalan, yaitu dengan membicarakannya.

Contoh :

“Alhamdullillah tadi malam saya bisa tidur nyenyak 1 jam” padahal yang diserang nyamuk 3 jam. Maka yang 3 jam ini diserang nyamuk jangan dibicarakan. Bicarakan yang 1 jam, lalu kita nisbatkan kenikmatan tersebut kepada Allah dan kita bicarakan, kita siarkan. Ini berarti kita bersyukur. Jika dia bicarakan nikmat Allah swt yang cuman 1 jam tadi dan menafikan kesusahan diserang nyamuk selama 3 jam, hanya melihat nikmatnya saja dari Allah swt, maka besok insya allah nyamuk tidak akan menyerang lagi.

Tapi kalau Ahbab mengeluh, ini kebun jeruk kacau nyamuknya banyak sekali, lurahnya tidak peduli, dan karkun suka bikin pasar malam got jadi macet. Insya Allah besoknya nyamuknya akan makin banyak. Karena dia tidak bersyukur dan hanya mengeluh kepada Mahluk.

Allah swt berfirman :

wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna ‘adzaabii lasyadiidun

Artinya :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (14:7)

Jadi kalau syukurnya dengan 4 cara tadi, baru Allah swt tambahkan nikmatnya. Kenapa sekarang hidup kita ini jadi susah ? ini karena yang dibicarakan kesusahan.

Contoh :

Pulang kerumah bilang ke istri : “Aduh ekonomi lagi susah sekali, gaji tidak bisa naik-naik.” Gaji ke 13 tidak cair, susah hatinya. Boss juga sekarang ketat sekali, izin susah dapat. Cerita dimarahin boss dikantor. Nanti istripun juga curhat, bicara kesusahan dia. “Iya nih bang, sekarang hujan terus, pakaian anak tidak ada yang kering, mau beli mesin cuci tidak ada uang, di rumah tidak ada yang bantu.” Begitu seterusnya, akhirnya suasana susah yang terasa dalam rumah.

Suami istri yang rajin bicara kesusahan ini, akan Allah swt tambah kesusahan dia, karena tidak bersyukur. Sekarang rubah pembicaraan, bicara yang baik-baik saja, bicara kenikmatan Allah swt walaupun yang kecil-kecil kita rasakan. “Masya Allah Bu hari ini ditengah-tengah kesibukan, abi masih ada waktu untuk bisa sholat dhuha 4 rakaat”. Nanti istri ikut juga bicara yang baik-baik : “Iya bang alhamdullillah hari ini aku juga bisa menyelesaikan sholat dhuha 8 rakaat, bahkan sempat baca yasin juga” Sehingga yang hidup suasana syukur di rumah. Baru dengan caa seperti ini akan nikmat dirumah. Baru rumah ini terasa tenang dan tentram karena kita selalu membicarakan nikmat Allah, selalu bersyukur.

Jadi kalau suasana syukur nikmat ini kita hidupkan dirumah, maka PASTI, tidak boleh insya allah, Allah swt akan tambah kenikmatan dalam hidup dia.

  1. Sifat Sahabat yang kedua : Sabar ketika Susah

Sabar ketika menghadapi musibah. Iman itu ada 2 :

  1. Syukur
  2. Sabar

Iman itu antara syukur dan sabar.

Maulana Saad sampaikan :

“Ketika mendapatkan nikmat orang tersebut gembira, dan orang itu sempurna imannya ketika mendapatkan musibah. Dia bergembira menerima musibah sebagaimana dia gembira menerima nikmat. Inilah orang yang sempurna imannya”

Contoh :

Seseorang patah kaki. Tapi dia bergembira mendapatkan musibah. Bukan gembira karena kakinya patah, tapi dia bergembira karena dosa-dosanya diampuni Allah swt, diangkat derajatnya oleh Allah swt.

Memang ada beberapa dosa yang tidak bisa diampuni dengan tahajjud yang panjang-panjang, ataupun dengan keluar 1 tahun fissabillillah, bahkan seumur hidup, kecuali dengan terpelesetnya kaki dia yang menyebabkan patah kakinya. Ada orang yang dosanya diampunan asbab kepalanya ditendang orang waktu tidur. Waktu tahajjud kepala saya ditendang, dosa saya apa ya Allah ? karena ada dosa yang tidak bisa diampuni kecuali dengan ditendangnya kepala dia tersebut.

Sampai membuat para malaikat ini bingung.

Kisah Malaikat diberi Tugas Aneh oleh Allah swt

Ada 2 malaikat bertemu setelah menjalankan tugasnya, lalu ngobrol. Mereka bercerita bahwa mereka mendapatkan tugas aneh dari Allah swt :

Malaikat I : Dia bertanya kepada malaikat yang satunya : Dari mana kamu ? Malaikat yang ditanya bilang, “saya dari ke tempat hamba Allah swt, yang jahat sepanjang hidupnya, tetapi di akhir hayatnya dia berdoa ingin makan ikan. Dan itu ikan tidak ada di kampung dia. Oleh Allah swt, aku diperintahkan untuk mengambil ikan itu dari tempat yang jauh, menhantarkan ikan itu ke rumah dia, diambil untuk dimasak oleh keluarganya, lalu dimakan oleh Hamba Allah swt yang jahat tersebut dengan enak lalu dia mati.” Kok aneh ini orang kacau, jahat, kufur pada Allah swt, tidak pernah taat, merindukan ikan menjelang kematiannya malah dikasih baru dimatikan.

Malaikat II : Dia ditanya oleh malaikat tadi, “ kalau kamu darimana ?” Dia bilang. “Aku dari tempat hamba Allah swt yang sholeh betul, hampir-hampir tidak pernah berbuat maksiat. Waktu mau meninggal minta air. Dikasihlah oleh keluarganya, ketika hampir sampai ditanganya, Allah swt perintahkan aku untuk memukul gelas itu hingga terjatuh dari tangannya. Gelas jatuh pecah, si hamba Allah swt lalu meninggal sebelum sempat meminum air.”

Maka ini malaikat melapor kepada Allah swt tentang tugas mereka dan peristiwa yang mereka alami. Para malaikat bertanya apakah ada hikmah dibalik peristiwa ini.

Allah swt menjawab :

“Wahai para Malaikatku itu bagi :

  1. Hambaku yang jahat itu dia banyak berbuat keburukan tapi dia ada juga berbuat kebaikan. Sebelum dia mati ada satu kebaikan dia yang belum aku balas. Maka aku penuhi keinginannya sebelum dia mati, membalas kebaikan yang pernah dia lakukan. Wahai para malaikatku sesungguhnya Aku ingin sebelum dia mati, Aku sudah membalas semua kebaikannya di dunia, sehingga aku tidak berhutang lagi padanya di akherat.
  1. Hambaku yang Sholeh dia banyak berbuat kebaikan tapi dia juga ada berbuat dosa. Dari semua dosa-dosanya yang sudah aku ampuni, ada satu kesalahan dia yang belum aku maafkan. Aku tidak ingin hambaku yang sholeh ini di akherat kelak menghadapku membawa dosa sehingga dia harus masuk neraka menebusnya. Maka aku kasih dia musibah, gelas air jatuh dari permintaan terakhirnya, untuk menghapuskan seluruh dosa-dosanya. Dia sabar dengan musibah yang diterimanya, maka ketika dia mati tinggal masuk surga.

Apakah kita bisa bergembira ketika susah sebagaimana bergembira ketika senang ?

  1. Sifat Sahabat yang ketiga : Tegar hadapi Tantangan / Musuh

Para sahabat RA ini mereka mempunya keistimewaan dalam menghadapi tantangan. Tatkala mereka sudah berjanji apapun masalah yang merka hadapi pasti mereka akan tegar tetap memenuhi janjinya. Walaupun itu harus berhadapan dengan musuh, dengan resiko kematian. Berjuang menghadapi tantangan yang begitu hebat, mereka para sahabat ra sudah mempunya sifat tegar, tidak mau lari dari tantangan atau musuh. Ini baru dai sejati :

  1. Benar dalam Ucapan
  2. Tegar dalam Tantangan
  3. Tidak lari dari Masalah

inilah dai sejati, sebagaimana sahabat Nabi saw. Bahkan Allah swt puji sahabat Nabi saw karena mereka terbagi 2 :

  1. Allah swt katakan mereka ini para sahabat RA : “Rijalun” yaitu “Laki-Laki” bukan anak kecil. Jadi kalau kita mau lihat ciri-ciri laki-laki sejati itu siapa ? para sahabat RA.

Allah swt berfirman :

“minal mukminina rijalun shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi, fa minhum man qadla nahbahu wa minhum man yantazhir, wa ma baddalu tabdilaa.”

Artinya :

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)” (33:23)

Rijalun : Laki-laki, Shodaqu ma ‘ahadullaha alaihi : Benar dalam janjinya dihadapan Allah swt. (!:09:06)

Ketika berperang diantara sahabat ada yang sudah meninggal syahid. Sedangkan yang masih hidup tetap tegar, tidak lari, terus maju berperang. Sahabat yang tegar menghadapai rintangan tidak lari. Kenapa ? ini karena mereka merindukan mati syahid. Ketika berperang melihat teman-temannya mati syahid, mereka menunggu kapan giliran saya mati syahid. Inilah sahabat ketika menghadapi musibah, rintangan, cobaan, tantangan, mereka tegar “Tidak Merubah Janjinya”.

Contoh :

Ditaskil 4 bulan siap ? Siap semuanya, walaupun istri hamil mau melahirkan, kebun mau panen, project sudah mau tanda tangan, tetap berangkat. Ketika sudah berucap berangkat 4 bulan apapun keadaaannya tetap berangkat tidak merubah janjinya. Tegar berhadapan dengan masalah yang bisa menghalangi dia untuk tidak memenuhi janjinya, apapun yang terjadi tetap berangkat. Ini baru namanya Dai

Jadi dai ini ketika di taskil :

  1. Benar dalam Janji
  2. Tegar menghadapi rintangan, maju terus pantang mundur
  3. Tidak merubah Janjinya sesulit apapun keadaannya.

Siap berangkat tapi ketika ada masalah atau ujian, dia batal berangkat. Ini dia bukan yang Shoddiq, benar dalam ucapannya. Shoddiq itu adalah orang yang sudah berucap pantang dia mundur dari yang dia ucapkan. Apapun yang terjadi masalah sesulit apapun tidak akan merubah janji dia, kalau sudah berucap, dia maju terus pantang mundur, ini baru shoddiq.

  1. Sifat Sahabat yang ke empat : Ridho atas keputusan Allah swt

Ridho ata semua keputusan Allah swt, walaupun pahit. Ini karena dia yakin semua keputusan Allah swt ini adalah baik.

“Tidak ada keputusan Allah swt itu yang tidak Baik, walaupun Pahit.”

Walaupun pahit keadaan yang kita terima, itu baik buat kita. Namun siapa yang bisa memandang seperti ini ? hanya orang beriman.

Pertanyaan yang sering kita tanyakan :

Kenapa Allah swt buat Saya Miskin ? Kenapa Allah swt buat Dia Kaya ?

Yakinlah bahwa kemiskinan yang Allah swt kasih buat kamu ini adalah yang terbaik.

Contoh :

Itu temen seperjuangan sama-sama dari kebun jeruk, berjuang bersama-sama. Sekarang sudah bawa mercy, yang satu lagi sudah bawa pajero, kenapa saya masih sepeda ontel, kempes lagi bannya. Itu keputusan yang Allah swt buat untuk anda, itulah yang terbaik.

Kisah Nabi Musa AS

Ada orang di jaman Nabi Musa sangking miskinnya dia menimbun dirinya dalam pasir untuk mencari kehangatan karena tidak ada selimut dan dingin sekali diluar. Dia mengeluh kepada Nabi Musa AS mengenai kemiskinan dia.

Dia berkata : “Wahai Musa bajuku saja tidak cukup untuk memenuhi tubuhku, sehingga aku menimbun diri aku dengan pasir agar auratku tidak kelihatan, dan agar tidak kedinginan. Doakanlah aku kepada Allah swt agar merubah keadaan aku yang miskin ini.”

Maka Nabi Musa AS berdoa, dan Allah swt terima doa iMusa AS, sehingga si miskin tadi menjadi orang kaya. Setelah kaya tidak kekurangan baju lagi, harta banyak, punya rumah buat berteduh, kendaraan, pelayan, dan lain-lain.

Suatu saat ketika Musa AS lewat di tempat itu lagi, orang-orang pada berkerumun, ramai, penuh orang. Maka Musa AS penasaran ingin melihat apa yang terjadi. Ternyata ada peristiwa orang mau digantung, hukum mati. Musa AS tanya kepada orang-orang ada kejadian apa ? mereka bilang ada orang kaya suka mabuk-mabukan, berzina dengan istri pejabat, lalu bunuh orang, sekarang dia mau di hukum gantung oleh pemerintah. Setelah mendekat Nabi Musa AS kaget. Ternyata si miskin yang minta di doakan jadi orang kaya itulah yang akan digantung. Ini orang miskin yang gak kuat dengan kemiskinannya sehingga minta di doakan jadi orang kaya. Setelah kaya jadi peminum, pemabuk, pezina, dan pembunuh. Musa AS bertanya kepada Allah swt hikmah dari kisah si miskin ini.

Allah swt berkata kepada Musa :

“Wahai Musa AS keputusan aku yang dulu atas kemiskinan dia itu lebih baik bagi dia jika dia sabar, tapi ketika dia meminta agar takdirnya dirubah menjadi orang kaya maka keadaan baik menjadi buruk bagi dia.”

Jangan kita juga datang ke kyai-kyai minta untuk didoakan agar menjadi kaya, jangan seperti itu. Tapi mintalah di doakan agar tegar menghadapi seluruh masalah.

  1. Sifat Sahabat yang ke lima : Bila musuh ditimpa kesusahan, Kami tidak gembira

Bagaimana kita meninggalkan kesenangan kita melihat musuh tertimpa musibah atau kesusahan. Inilah ciri orang beriman.

Contoh :

Ada orang mengusir kita dari mesjid, lalu ngirim anjing untuk ngejar jemaah. Gak taunya rumah orang tersebut kebakaran. Maka jangan kita merasa senang, sama musibah yang terjadi pada dia. Bahkan seharusnya dia berdoa pada Allah swt, “Ya Allah ampunilah dosa dia, beri hidayah, selamatkan dia.” Jangan malah bilang, “Itu gara-gara doa saya dia kena musibah, biar mampus kau !” ini bukan orang beriman yang kelakuannya seperti ini.

Jadi orang beriman itu tidak bergembira atas musibah yang jatuh kepada musuh. Justru membalas keburukan dengan kebaikan ini adalah sifat orang beriman yang sebenarnya, sifat calon penghuni surga. Jangankan mendoakan musibah, mengharapkan musibah datang kepada musuh saja, dia tidak terpikirkan. Tetap menginginkan agar musuh dia atau orang yang emndzolimin dia masuk surga. Jadi jangan senang atas kesusahan yang menimpa orang yang mendzolimi kita, kalau perlu kita bantu dia. Ini bisa menjadi asbab hidayah bagi orang yang mendzolimi kita, membalas keburukan dengan kebaikan.

Nabi saw itu tidak mengingankan musibah atas musuh-musuhnya, tapi menginginkan hidayah bagi mereka. Maka banyak musuh Nabi saw asbab dakwah nabi walaupun nabi telah disakiti oleh mereka, tetap nabi dakwah terus lagi dan lagi, akhirnya musuh nabi saw dapat hidayah, dan menjadi sahabat Nabi saw. Musuh jadi sahabat inilah ciri dakwah nabi saw. Bukannya di doakan keburukan, biar cepet mati, langsung masuk neraka, tidak nabi saw tidak seperti itu.

Kisah Maulana Ilyas Rah.A

Seorang ulama datang kepada Maulana Ilyas berkata : “Wahai Ilyas saya tahu bahwa gerak dakwahnya jemaah kamu ini, benar. Tapi satu yang saya takuti.”

Maulana Ilyas Rah.A bertanya : “Apa yang kamu takuti ?”

Beliau sampaikan : “Nanti gara-gara kerja dakwah kamu ini akan banyak orang kena musibah.”

Heran maulana Ilyas mendengar jawababn ini. Kok bisa ? jemaah gerak, dakwah membawa kebaikan, menyebarkan rahmat, tapi kok bisa membawa musibah.

Maulana Ilyas heran sehingga bertanya : “Apa maksud antum syekh ? bagaimana mungkin jemaah dakwah kok bisa membawa musibah ?”

Maka beliau menjelaskan : “Wahai Ilyas, dulu yang membuat dakwah ini adalah para Nabi dan sahabat R.hum.. Mereka adalah orang yang hatinya bersih, tidak ada pemikiran buruk, dan sabar menghadapi rintangan. Jadi kalau digebukin, didzoliin, disakitin, mereka tetap sabar tidak mendoakan keburukan. Jika bapaknya tidak mau ikut, mudah-mudahan anaknya mau ikut, ini yang selalu mereka doakan dalam setiap rintangan dakwah mereka. Sekarang dai yang kamu kirim sabarnya tidak sama dengan sabarnya mereka para sahabat R.hum. Sedangkan dalam dakwah ini doa mereka mustajab. Kalau mereka diusir, dipukul, disakitin, didzolimin, doa keburukan bisa celaka orang. Jadi gara-gara doa or ng-orang kamu yang gerak buat dakwah ini, banyak orang bisa kena musibah.”

Di Indonesia ini saja banyak cerita dan laporan, ratusan peristiwa, yang kena musibah, celaka, asbab menyakiti, mendzolimin, mengusir, mereka para dai.

Nasehat Maulana Qasim Rah.A, beliau bayan di markas Banjarmasin :

“Harap para dai ini berhati-hati tidak keluar dari nitanya, yaitu berhajat atas hidayah saja, tidak kepada yang lain. Walaupun kepada orang yang menyakiti dia, jangan minta yang lain kepada Allah swt selain Hidayah.”

Walaupun kepada orang yang sudah ngegebuk dia, menyakiti dia, mengusir dia, jangan doakan keburukan, apapun itu jangan minta selain hidayah. Kalau dai punya sifat balas dendam, ingin mencelakakan orang, maka dia akan rugi 2 :

  1. Allah swt tidak akan jadikan dia asbab hidayah lagi bagi orang lain.
  2. Allah swt akan cabut hidayah dari dia sendiri.

Ada kisah ahbab satu jemaah di jemur oleh aparat di siang bolong, menderita kesusahan, malu, dan tersiksa dijemur, di dzolimin. Maka setelah selesai menyiksa ini jemaah, aparat yang dzolim tadi pergi. Pergi naik motornya, dijalan motor aparat ini mendadak mati, dinyalakan tidak hidup-hidup. Tiba-tiba dari belakang ada trailer nabrak dengan kencang, sehingga dia Mati tertabrak. Maka salah satu orang dari jemaah bilang, “Doa saya ini, itu asbab doa saya, dia kena kecelakaan, jadi mati begitu, biar mampus, tau rasa.”

Maka saya tanya kepada teman dia yang masih aktif, kemana orang yang berdoa seperti itu sekarang. Maka dia bilang, “Sudah kembali ke habitat dia, jadi preman lagi.” Jadi asbab doa keburukan dia, kini Allah swt cabut hidayah dari diri dia, dan tidak lagi menjadi asbab hidayah bagi orang lain. Na’udzubillah.

Jadi dai ini jangankan berdoa keburukan buat musuh, mengharapkan keburukan saja tidak boleh. Jangan kita mentertawakan, senang, atas kesusahan yang menimpa musuh kita.

Ciri-ciri Orang Fakih

Maka Nabi saw gembira sekali ketika mendengar jawaban dari Al Qamah bin Haits RA ini.

Jadi ketika Nabi Saw bertanya : Maa Antum : kamu ini siapa ? maka Al Qomah menjawab : Nahnu Mukminun : Kami orang beriman.

Nabi Saw berkata : Setiap Ucapan itu harus ada buktinya. Bukti kamu beriman itu apa ?

Mereka katakan dalam diri mereka ada 15 sifat. 5 perkara yang kamu perintah kami beriman dengannya. 5 perkara yang kamu perintah kami beramal dengannya. 5 perkara yang telah ada dalam diri kami sejak zaman jahiliyah lagi.

5 perkara yang kamu perintah kami beriman:

  1. beriman kepada Allah dan Rasul
  2. beriman kepada malaikat
  3. beriman kepada kitab-kitab
  4. beriman kepada hari akhirat
  5. beriman kepada takdir

5 perkara yang kamu perintah kami beramal:

  1. mengucapkan syahadat
  2. solat
  3. zakat
  4. puasa di bulan Ramadhan
  5. haji

5 perkara yang sedia ada dalam diri kami :

  1. Syukur ketika senang
  2. Sabar ketika Susah
  3. Tegar menghadapi Rintangan / Musuh
  4. Ridha dengan keputusan Allah
  5. Bila musuh ditimpa kesusahan, Kami tidak gembira

Mendengar jawaban ini Nabi saw gembira sekali, danan berkata :

“Kalian ini adalah ahli adab. Orang-orang yang faqih, mempunyai pemahaman yang sempurna. Hampir-hampir kalian menjadi Nabi dengan sifat-sifat tersebut.”

Maka kata Nabi saw untuk melengkapi sifat mereka, tambah 5 perkara lagi sebagai kesempurnaan :

  1. Jangan bangun rumah yang tidak kamu tempati
  2. Jangan cari uang yang kamu tidak akan makan
  3. Jangan mengejar dunia yang akan kamu tinggalkan
  4. Terus kejar Allah swt yang denganya kamu akan dibangkitkan
  5. Berlomba-lombahan mengejar akherat.

(Mahfum Hadits)

Inilah kerja dakwah kita, keluar 4 bulan arahnya itu kesana. Terus korban dalam dakwah agar kita menjadi orang-orang fakih, paham agama, dan sempurna sifat-sifatnya sebagaimana yang maksudkan oleh Nabi saw. Dan semua ini akan kita dapatkan dengan kita berangkat 4 bulan di jalan Allah swt.

Blog di WordPress.com.