Buyaathaillah's Blog

Bayan Maulana Harun Al Rosyid

15 Oktober 2002

 

Maulana Harun

Mesjid Jami Kebon Jeruk

Markaz Indonesia

Jakarta

 

Bayan Subuh

 

 

Setiap kita yang hadir di muka bumi hadir bukan karena rencana kita atau karena rencana orang tua kita, kantor kita, pemimpin kita, bukan, tetapi kehadiran kita disini semata-mata karena rencana Allah. Hari ini berapa banyak manusia yang ingin menjadi kaya, tetapi berapa banyak yang berhasil menjadi kaya. Hari ini berapa banyak manusia yang ingin sembuh dari penyakitnya, tetapi berapa banyak manusia yang dapat sembuh. Hari ini berapa banyak orang yang mempunyai keinginan yang tinggi-tinggi, tetapi berapa banyak keinginan yang tercapai. Ini yang namanya kenyataan hidup ! Kita punya rencana atas diri kita dan masa depan kita, tetapi yang akan terjadi hanya rencana Allah atas diri kita. Ini bukti kita tidak bisa apa-apa dan tidak mempunyai kekuasaan apa-apa atas diri kita dan masa depan kita.

 

Ketika semua manusia masih di alam ruh, kita sudah berbuat perjanjian dengan Allah untuk mengakui Allah sebagai Pemelihara Tunggal dan satu-satunya yang patut disembah. Allah bertanya dalam Alqur’an kepada manusia mahfum : Alastu bi Rabbikum : “Apakah Aku ini Rabb, Pemelihara, kalian ?” Lalu kita menjawab : “Qollu Balla Syahidna : Benar Engkaulah satu-satunya Pemelihara kami.” Allah telah kirim 124.000 nabi untuk mengingatkan manusia tentang Allah sebagai Pemelihara mereka satu-satunya dan untuk mengingatkan manusia kembali atas perjanjian yang telah mereka buat. Ini bukti perhatian Allah kepada manusia, yaitu dengan mengingatkan mereka agar selamat dunia dan akherat. Di dalam sholat saja berapa banyak Allah mengingatkan manusia bahwa Allah adalah Rabb, Pemelihara, mereka. Inipun ketika di dalam kubur Allah akan tanyakan kembali mengenai perjanjian ini :

 

  1. Man Rabbuka : Siapa Pemeliharamu ? / Siapa Tuhanmu ?
  2. Man Deenuka : Apa Agamamu ?
  3. Man Kitabuka : Apa KitabMu ?
  4. Man Nabiuka : Siapa Nabimu ?

 

Allah telah beritakan kepada kita contekan atau pertanyaan untuk kita dikehidupan berikutnya, semuanya telah Allah buka dan tidak ada yang disembunyikan dari kita. Kini keputusan ada ditangan kita untuk mengusahakannya, karena hanya orang-orang yang tertancap Iman dan Amal sholeh yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. Seluruh mata, tangan, kaki, mulut dan telinga telah Allah kunci, hanya hati kita yang akan menjawab. Seluruh anggota badan ini akan menjadi saksi atas kebaikan dan keburukan yang kita lakukan. Atas perkara ini penting kita usahakan Hakekat kalimat La Illaha Illallah ke dalam hati kita.

 

Hari ini banyak orang yang tidak faham hakekat dari kalimat Tauhid ini. Kalimat ini memiliki beberapa tingkatan :

 

  1. Tulisan “La Illaha Illallah” :

 

Ini orang kafirpun bisa melakukannya, bahkan di dagangkan oleh mereka menjadi cetakan-cetakan tulisan untuk di jual kepada orang Islam. Hari ini berapa banyak tulisan-tulisan Islam menempel di mobil-mobil orang Islam bahkan di mesjid-mesjid, tetapi berapa banyak yang faham makna dan yakin atas manfaatnya.

 

 

 

  1. Lafadz “La Illaha Illallah” :

 

Ini orang Munafiqpun bisa mengulanginya, tetapi tidak tertanam keyakinan sama sekali dalam hatinya. Ini jika kita ajarkan kepada binatang seperti burung, maka burungpun dapat mengulang-ulanginya. Namun bukan ini yang dicari hanya sekedar pengulangan di lisan tetapi hatinya tidak faham dan tidak tertancap keyakinan, seperti burung tadi. Seorang sahabat berkata bahwa kalimat ini akan pudar sebagai mana corak yang pudar pada baju. Nanti di akhir zaman telah diberitakan oleh Nabi SAW bahwa kalimat “La Illaha Illallah” ini tinggal kenangan ucapan dari nenek moyang mereka.

 

  1. Pemahaman “La Illaha Illallah” ( Makna atau Teori ) :

 

Orang seperti ini dia akan mampu menjabarkan makna dari kalimat ini dan mampu membuat orang lain mengerti sampai tingkatan logika saja. Ini sudah banyak terjadi bahkan dibukukan oleh para penulis-penulis kitab. Namun orang yang hanya sampai pada tingkatan ini tidak akan mampu mengamalkan hakekat kalimat ini. Buktinya adalah ketika orang tersebut ada masalah larinya masih kepada mahluk bukan kepada Allah. Akhirnya ini hanya akan menjadi seperti teori saja, sedangkan prakteknya sulit untuk diamalkan. Orang yang mengetahui makna dan faham kalimat ini bukan berarti dia punya keyakinan untuk mencapai tingkatan hakekat dari kalimat ini. Ada suatu kisah seorang Ulama di kritik oleh seorang Syekh mengenai Akhlaq dari ulama itu yang buruk. Si syekh itu berkata : “Dia itu tidak memiliki Akhlaq”. Ketika kritikan ini terdengar oleh si Ulama, maka dia marah lalu membuat buku tentang Akhlaq dan penjabarannya. Lalu si Syekh itu kembali berkata : “Dia itu bukan tidak tahu Akhlaq, tetapi yang saya katakan dia tidak punya Akhlaq.” Ini bedanya antara pengetahuan dan hakekat. Suatu ketika Abu Darda RA diberitahu oleh seseorang bahwa rumahnya akan terbakar karena tetangganya sedang mengalami kebakaran. Tetapi apa jawab Abu Darda RA : “Itu tidak mungkin terjadi, saya tahu Allah tidak akan melakukan itu karena saya telah diberi do’a oleh Nabi SAW untuk terhindar dari perkara seperti itu.” Dan kenyataannya ketika itu rumah Abu Darda RA tidak terbakar oleh api sementara rumah yang lain habis terbakar. Ini karena do’a Abu Darda RA disertai dengan keyakinan yang mutlak kepada Allah, berbeda dengan do’a kita yang masih terbatas dengan lafadz dan logika.

 

  1. Keyakinan yang Mutlak atas kalimat “La Illaha Illallah” :

 

Mereka yang mempunyai keyakinan mutlak kepada Allah adalah mereka yang mempunyai keyakinan sebagaimana keyakinan yang dimiliki oleh para Nabi AS dan Sahabat RA. Orang yang mempunyai keyakinan mutlak kepada kalimat ini maka dia akan mengoptimalkan fungsi tubuh hanya untuk ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan dia tidak akan mau lari kepada selain Allah ketika mendapat masalah. Ada masalah diselesaikan dengan do’a dan sholat. Orang yang tertanam keyakinan terhadap kalimat ini dia akan Memaksimalkan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Seorang Sahabat bernama Abu Hudzafah ditawarkan separuh kerjaan oleh Raja Persia dengan syarat dia meninggalkan Keyakinannya terhadap Allah dan RasulNya. Tetapi apa jawab Abu Hudzafah RA, “Walaupun engkau berikan seluruh kerajaanmu kepada saya, Saya tidak akan meninggalkan keyakinan saya walaupun itu hanya sekedip mata.” Inilah keyakinan sahabat RA yang sudah tertanam didalam hatinya.

 

Namun Keyakinan ini tidak bisa datang hanya dengan diucapkan berulang-ulang, ditulis berulang-ulang, atau dibeli seperti kita membeli benda-benda. Tetapi keyakinan ini akan datang melalui usaha atas keyakinan dan pengorbanan yang sungguh-sungguh secara terus menerus, sampai keyakinan ini wujud secara sempurna di dalam hati sebelum kita mati. Keyakinan ini akan datang asbab hidayah yang Allah berikan kepada orang tersebut. Sedangkan Hidayah ini hanya Allah berikan kepada orang yang Allah kasihi dan Allah cintai, tidak semuanya Allah berikan. Ini bukti bahwa hidayah itu mahal harganya, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Buktinya Nuh AS hanya 80 orang yang Allah berikan hidayah padahal dia dakwah siang dan malam selama 950 tahun. Lalu Nabi Isa AS hanya 12 orang saja yang Allah berikan Hidayah, dan Musa AS hanya kepada kaum Bani Israil saja. Ada juga nabi yang tidak ada pengikutnya sama sekali karena tidak Allah berikan hidayah. Penting kita syukuri nikmat Iman yang telah Allah beri kepada kita terutama yang mendapatkannya semenjak lahir tanpa pengorbanan tidak seperti para Nabi AS dan Sahabat RA yang mendapatkan Iman melalui pengorbanan. Andai kita lahir di jaman Nuh AS atau di Eskimo apa jadinya kita sekarang. Allah telah berikan banyak kenikmatan dan kemuliaan kepada Umat Nabi SAW yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya. Allah berikan kepada umat ini penutup para Anbiya AS yang namanya tertulis bersebelahan dengan nama Allah di ArasyNya. Allah berikan Kitab Al Qur’an yang menggugurkan kitab-kitab sebelumnya. Allah berikan Lailatul Qadr yang sama dengan 1000 bulan nilainya kepada umat ini. Jika kita syukuri nikmat Iman ini maka nanti Allah akan tambah kenikmatan iman ini dan Allah akan tambah kefahaman kita.

 

Allah ingin kita mengabdi hanya kepada Allah saja semata. Lalu Allah berikan kita tangan, mata, telinga, untuk memudahkan kita beribadah tetapi ini sifatnya titipan atau pinjaman. Seperti orang yang meminjam motor kita lalu malah dipakai untuk menabrak anak kita, maka kita akan marah dan mengambil motor kita. Nanti akan datang suatu masa Allah akan menagih titipanNya dan semuanya akan bersaksi menentang atau membela kita tergantung pada amal-amal yang kita buat. Fungsi tubuh ini dapat menjadi asbab dekat dengan Allah Ta’ala atau menjadi asbab murkaNya Allah ta’ala.

 

Nabi SAW mendidik sahabat selama 13 tahun agar Iman sahabat ini dapat terbentuk dulu pertama kali dengan kuat sehingga siap menerima perintah-perintah Allah secara sempurna. Setiap ada masalah, Nabi SAW perintahkan para sahabat untuk bersabar karena bersabar dalam masalah dapat menjadi asbab terbentuknya Iman. Hanya melalui keadaan yang mujahaddah, susah payah demi agama, Iman akan terbentuk. Sahabat orang tuanya disiksa didepan mereka, tetapi Nabi SAW tidak mendo’akan kehancuran bagi yang menyiksa sahabat tersebut. Namun yang Nabi SAW perintahkan mereka kepada mereka adalah untuk bersabar. Ini karena Nabi SAW tau dibalik kesabaran terhadap ujian dari Allah ini tersimpan Tarbiyah berupa Hikmah, Sifat, Kekuatan Iman, dan Kefahaman Agama. Inilah pengorbanan sahabat untuk mendapatkan yang namanya Iman, dan hanya dengan kesabaran menghadapi kesusahan Iman akan datang.

 

Asbab kesabaran dan pengorbanan sahabat dalam mempertahankan dan mendapatkan Iman, maka Agama dapat sempurna dijalankan di jaman Sahabat RA. Suatu ketika Umar RA bertemu dengan seorang anak pengembala kambing yang sedang menggiring dombanya. Umar RA meminta kepada anak tersebut untuk memotong satu domba saja untuk dibelinya. Tetapi anak tersebut menolaknya, padahal Umar berkata bahwa ini tidak akan diketahui oleh siapa-siapa dan tidak akan dibilang kepada siapa-siapa. Lalu si anak kecil itu menjawab, “Bagaimana dengan Allah ?” Walaupun tidak ada intel yang melihat, orang yang memperhatikan, tetapi dalam diri anak kecil ini sudah tertanam rasa takut kepada Allah. Hari ini orang, jangankan tidak ada orang, dalam keadaan terlihat ada orangpun masih berani bermaksiat kepada Allah tanpa rasa malu. Ini kondisi kita hari ini maksiat sudah dimana-mana dan tidak ada rasa malu.

 

Seseorang yang hidup dengan Keyakinan yang benar kepada perintah-perintah Allah dan hidup dengan kezuhudan ini dapat menjadi asbab datangnya kecintaan Allah pada dirinya. Yakin dan Hidup Zuhud adalah ciri-ciri kehidupan sahabat yang mereka sangat pertahankan. Bagaimana kehidupan Siti Aisyah R.ha yang mensedekahkan seluruh hartanya yang dia punya sementara bajunyapun masih dalam keadaan bertambal-tambal. Padahal dengan uang yang dia sedekahkan Aisyah R.ha mampu membeli baju baru yang bagus. Tetapi asbab keyakinannya yang benar dan fikirnya terhadap akheranya maka dia memilih mensedekahkan seluruh hartanya dan hidup dalam keadaan Zuhud sebagaimana Nabi SAW hidup. Zuhud ini adalah keadaan dimana kita lebih kesan terhadap nilai amal dibandingkan dengan kenikmatan dunia.

 

Suatu kisah diceritakan seorang nenek rumahnya dihancurkan ketika dia sedang pergi oleh seorang kaya untuk membangun rumahnya yang mewah. Lalu si nenek itu berdo’a, “Ya Allah walaupun saya tidak ada dirumah itu, apa engkau juga tidak ada ya Allah ?” asbab do’a si nenek ini maka rumah si orang kaya tadi Allah benamkan kedalam bumi. Lalu ada juga kisah seorang wali yang ketika berjalan pelan menghalangi kendaraan seorang kaya yang hendak melewati jalannya, dengan marah memukul wali tersebut hingga terjatuh. Saat itu juga sebelum si kaya terduduk di kendaraannya tiba-tiba si orang kaya tadi dipukul oleh seseorang yang tidak nampak hingga dia terjatuh pula. Setelah berdiri dia lihat si wali tadi masih dalam keadaan jatuh terduduk, namun selain si wali tadi tidak ada seorangpun yang nampak terlihat. Inilah kisah pembelaan Allah kepada hamba-hambanya yang mempunyai hubungan baik denganNya.

 

Sedangkan ciri-ciri orang yang Allah benci adalah mereka yang mempunyai sifat Bakhil dan Panjang Angan-angan. Hari ini orang yang mempunyai sifat Bakhil ini adalah mereka yang merasa bahwa apa yang mereka miliki adalah hasil dari usaha mereka dan milik mereka. Dan ada juga yang dikarenakan ketakutan mereka terhadap kemiskinan yang akan mereka hadapi. Padahal segala sesuatu yang kita miliki ini adalah milik Allah, dan kita pada hakekatnya tidak memiliki apa-apa. Apa yang kita punya ini sifatnya hanyalah titipan dari Allah saja. Salah satu kelebihan pada diri Nabi SAW adalah tidak pernah menolak permintaan orang yang meminta kepadanya jika sanggup. Semua yang ada pada Nabi SAW dan ada pada diri Nabi SAW akan diberikan jika ada yang meminta bahkan kepada orang munafiq dan pada orang yang membencinya sekalipun. Pernah Sahabat memberikan hadiah baju yang bagus dan indah kepada Nabi SAW, dan Nabi SAW sangat menyukai baju tersebut. Lalu datang seseorang kepada Nabi SAW meminta baju yang baru saja diberikan itu kepada Nabi SAW, sehingga baju yang disukai Nabi SAW itu langsung diberikan oleh nabi SAW kepada orang itu. Hilangnya rasa memiliki terhadap kebendaan milik sendiri merupakan salah satu sifat yang dimiliki Nabi SAW. Sehingga Nabi SAW selalu mempunyai kesan memberi dan tidak pernah menyimpan ataupun menyembunyikan, semuanya diberikan kepada siapa saja yang memerlukan. Jadi ciri-ciri kebathilan dalam diri ini jika kita mempunyai sifat bakhil, beda dengan sifat Nabi SAW yang mulia.

 

Sedangkan orang yang panjang angan-angan ini adalah dibenci Allah disebabkan orang seperti ini sukanya hanya berangan-angan saja tetapi tidak ada pengamalannya. Orang yang panjang angan-angan akan merasa bahwa mereka seakan-akan bisa hidup sampai angan-angan mereka tercapai. Padahal yang Allah mau adalah bagaimana kita memaksimalkan perintah Allah saat ini dan jangan berandai-andai akan kehidupan yang akan datang. Orang yang panjang angan-angan seperti ini akan mempunyai kebiasaan menunda-nunda amal. Dia akan menyesal ketika kematian menjemput tanpa di duga-duga sebelum sempat beramal. Para sahabat itu jika mereka melangkah dengan kaki kanan tidak yakin bahwa mereka masih bisa melangkahkan kaki mereka yang kiri. Ketika salam kekanan tidak yakin masih masih dapat mampu memberi salam ke kiri. Jika beramal disegerakan dan tidak akan ditunda-tunda karena mereka tidak yakin masih bisa hidup beberapa saat yang akan datang. Inilah keyakinan sahabat jauh dari angan-angan yang panjang selalu menyegerakan amal yang dapat dilakukan saat itu juga.

 

Orang yang baik dengan penguasa maka penguasa akan memperhatikan keadaannya. Jika kita susah maka kita akan di bantu dan jika butuh pertolongan akan diberi. Tetapi jika kita tidak punya hubungan baik dengan penguasa maka kita akan melewati masalah seperti berhadapan degan birokrasi, diskriminasi, hukum, dan lain-lain. Jika mau pertolongan diminta keterangan dulu dan kelengkapan surat-surat, kita akan dihisab dulu oleh mereka. Begitu juga keadaan yang akan menimpa kita dikubur nanti, jika kita tidak punya hubungan baik dengan Allah ketika kita masih hidup, maka kehidupan kita dikubur dan di alam-alam selanjutnya akan dipersulit dan bermasalah.

 

Setan ini akan membuat usaha atas Iman kita agar rusak walaupun kita menjelang sakratul maut. Dalam suatu kisah, Imam Ahmad bin Hambal, menjelang sakratul mautnya dia bercerita bahwa dia masih dia digoda oleh setan untuk durhaka kepada Allah. Kita orang beriman ini dalam setiap saat selalu dalam keadaan bermusuhan dengan syetan, selama 24 jam sampai menjelang ajal kita. Untuk itu kita harus sering melakukan kontrol atas Iman kita dan senantiasa dalam keadaan mengusahakan dan mempertahankan Iman. Hanya dengan Iman dan keyakinan yang benar, maka amal-amal kita ini dapat mempunyai ruh dan dapat mendatangkan kesan kepada orang lain. Ruh dari amal ini adalah Keyakinan yang benar dan pengorbanan yang sungguh-sungguh dalam beramal. Sholat kita ini akan hidup jika mempunyai Ruh. Apa itu Ruh Sholat yaitu keyakinan yang benar. Sesuatu yang mempunyai ruh itu berarti hidup. Sholat yang hidup adalah sholat yang dilakukan dengan keyakinan yang sempurna. Bukan Ibadah Dzohir saja tetapi ibadah bathin juga. Jika dalam beramal kita tidak tawajjuh kepada Allah maka amal kita tidak akan dilihat oleh Allah. Tetapi jika kita tawajjuh kepada Allah ketika beramal maka, Allah akan bukakan hijab, yaitu peningkatan kefahaman atas agama dan dalam makrifatullah (mengenal Allah). Sholat ini adalah hubungan bathin antara seorang hamba dengan kholiknya, setiap rukun ada perintahnya dan hati kita diminta untuk senantiasa selalu dalam keadaan tawajjuh kepada Allah. Atas perkara ini penting kita perbaiki qualitas sholat kita. Jika seholat kita baik maka akan baik seluruh amal-amal kita.

 

Agama ini masuk kedalam hati bukan karena kerajaan dan kekuasaan, tetapi karena adanya pengorbanan orang dalam berdakwah dan bertabligh. Buktinya Daud AS tidak ada penjelasan tentang umatnya bahwa umatnya daud AS adalah yang paling banyak. Tapi umat yang paling banyak adalah Umat Nabi Musa AS dan Umat Nabi Muhammad SAW. Jika memang kerajaan dan kekuasaan dapat memberikan manfaat kepada umat dan kerja dakwah, maka ketika Nabi SAW ditawarkan menjadi Nabi yang Raja dan Kaya tidak akan ditolak oleh Nabi SAW. Tetapi malah menolak tawaran Allah tersebut.

 

Manusia akan mati sebagaimana dia hidup. Jika dia hidup suka kebut-kebutan, maka orang ini akan mati dalam keadaan kebut-kebutan. Jika dia suka mabuk-mabukan maka kemungkinan besar dia akan mati dalam keadaan mabuk-mabukan. Jadi kita niatkan untuk mati di jalan Allah di tempat yang paling jauh. Nabi SAW pernah menangisi orang yang hijrah dari mekkah ke madinah, tetapi mati di mekkah dan tidak di madinah. Jangan niat mati dikampung sendiri, tetapi niatkan mati diujung dunia di jalan Allah.

Blog di WordPress.com.