Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi : Penghalang dan Pertolongan

Bayan Hadratji Maulana Saad Al Khandalawi
Nizamuddin Markaz
New Delhi, India.

Bayan Subuh

Assalamualaikum wr. wb.

Permasalahan yang paling besar pada diri ummat hari ini adalah Istiqomah dalam agama. Dalam mengamalkan agama ini ada 2 perkara yang menjadi pengahalang :

1. Nafsu : Penghalang dari dalam
 Diri sendiri tidak mau mengamalkan Agama

2. Suasana : Penghalang dari Luar
 Keluarga, Pemerintahan, Pekerjaan, dll.

Kedua penghalang ini harus kita fikirkan bagaimana kita menghadapinya dan bagaimana kita bisa terus istiqomah dalam mengamalkan agama.

1. Apa obatnya ?
2. Apa penyebab penghalang ini ada ?

Jika kita merujuk kepada sirah Nabi saw dan para sahabat RA dari sini bisa kita ketahui bahwa penyebab utama munculnya 2 penghalang ini dalam diri ummat asbabnya adalah karena ummat meninggalkan dakwah. Dakwah ini menentang 2 penghalang ini, hanya dakwah saja. Ketika seseorang dakwah illallah maka 2 penghalang ini akan dilawan oleh Dakwah. Kenapa ? Ini karena dengan dakwah ini akan ada mujahaddah. Dan mujahaddah ini akan menundukkan Hawa Nafsu. Jika seorang beriman meninggalkan Amr Makruf Nahi Mungkar maka dia akan mencintai kemungkaran, suka pada kemungkaran.

Contoh :

1. Di India ini orang suka memelihara Ular. Asbab pemeliharaan ini maka akan timbul cinta pada ular ini. Dia suka ular itu padahal ular itu berbahaya untuk dia.

2. Di indonesia orang ada yang suka memelihara buaya. Mereka tahu bahwa buaya ini berbahaya dan bisa mencelakakan dirinya. Namun cinta pada perkara tersebut maka tetap dia jaga, dia pertahankan.

Ini adalah gambaran. Jika seseorang beriman itu tidak amar makruf nahi mungkar, maka dia akan cinta pada kemungkaran. Jika dia tidak buat Nahi Mungkar maka akan timbul pada diri dia rasa suka kepada kebathilan. Seseorang merasa sangat berhajat pada kemungkaran sebagaimana seorang yang sangat lapar berhajat pada makanan. Ini karena sudah ada kecintaan asbab kebiasaan. Jika dia melihat kemungkaran lalu dia tidak mencegahnya maka dia akan cinta kepada kemungkaran tersebut. Jika dirumah kita ada hal-hal yang buruk lalu kita tidak mencegahnya maka nanti suatu saat perkara buruk tersebut akan mempengaruhi kamu sehingga kamu senang pada perkara buruk tersebut.

Inilah pentingnya kita mencegah kemungkaran jika tidak maka kemungkaran tersebut akan mempengaruhi kamu sehingga kamu timbul rasa suka kepada kemungkaran tersebut. Kemungkaran itu akan mengalahkan dirinya. Jika dia sudah terbiasa dengan perkara-perkara mungkar tersebut, maka dia akan mencari-cari alasan untuk tidak menolaknya. Jika dia sudah cinta pada kemungkaran, ketika dia diajak untuk mencegah kemungkaran maka dia akan mengatakan bahwa saya sendiri belum meninggalkan kemungkaran bagaimana saya bisa mencegah orang dari berbuat kemungkaran. Kenapa ? karena dia sendiri sudah cinta pada kemungkaran. Alasan ini akan keluar dari mulutnya.

Dia juga akan mencari alasan lain, apa alasannya ? yaitu jika saya mencegah dia dari kemungkaran nanti dia akan marah. Alasan ini karena dia sendiri merasakan kesenangan dalam kemungkaran dan akan marah jika dilarang atau disalah-salahi. Maka dia akan merasakan perasaan yang dengan pelaku kemungkaran yang lainnya. Kalau saya cegah dia dari berbuat mungkar dia akan marah, karena perasaan ini ada pada dirinya juga. Kecintaan dia pada kemungkaran tidak bisa mencegah dia dari mencegah orang lain dari berbuat kemungkaran.

Namun dengan kerja dakwah ini akan menundukkan nafsu. Nafsu inilah yang akan membuat seseorang cinta kepada kemungkaran. Hanya dakwah ini yang mampu mencegah kemungkaran. Ini adalah tingkat iman yang tengah yaitu dakwah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.”

[HR. Muslim, no. 49]

Tingkatan Iman :

1. Paling tinggi : Ubah dengan Tangan
2. Tingkat Tengah : Ubah dengan Lisan
3. Tingkat Bawah : Benci dalam hati

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Melakukan kemungkaran itu merupakan satu kemungkaran, dan tidak mencegah kemungkaran, ini juga termasuk kemungkaran.”

Melakukan kemungkaran ini dosa, dan tidak mencegah kemungkaran ini juga suatu dosa. Orang-orang beralasan :

“saya sendiri belum meninggalkan kemungkaran bagaimana saya bisa mencegah orang dari berbuat kemungkaran”

Padahal mencegah kemungkaran ini sangat penting bagi orang yang melakukan kemungkaran itu sendiri. Justru dia tidak bisa mencegah kemungkaran dengan alasan dia sendiri juga melakukannya. Padahal jika dia mencegah kemungkaran maka kemungkaran itu akan hilang dari diri dia sendiri. Orang-orang tidak mau mencegah kemungkaran dengan alasan dia belum bisa meninggalkan kemungkaran. Dengan kita mencegah kemungkaran maka kemungkaran dalam diri kita juga akan ikut hilang. Agar seseorang bisa meninggalkan kemungkaran dia sendiri harus mencegah kemungkaran.

Orang yang ingin terhindar dari kemungkaran dan orang yang ingin menghilangkan kemungkaran, dua-duanya musti mencegah kemungkaran.

1. Orang yang ingin terhindar dari melakukan kemungkaran
2. Orang yang ingin menghilangkan kemungkaran yang ada pada dirinya

Ini dua-duanya juga harus mencegah kemungkaran. Makolahnya para ulama :

“orang yang tidak meu mencegah kemungkaran karena dia sendiri masih berbuat kemungkaran dan orang yang tidak mau mengajak kepada kebaikan dengan alasan dia sendiri belum melakukan kebaikan ini sama dengan orang yang meninggalkan puasa dengan alasan tidak sholat.”

Kalau di tanya kenapa kamu tidak puasa ? ini karena saya subuh tidak sholat. Padahal ini adalah 2 perintah :

1. Mengamalkan Agama
2. Mengajak Orang untuk mengamalkan Agama

Ini perintah yang berbeda. Mengamalkan agama itu perintah dan mengajak orang lain untuk mengamalkan agama ini juga perintah. Meninggalkan dakwah, mengajak orang untuk mengamalkan agama, ini sama saja dengan orang yang meninggalkan puasa dengan alasan tidak sholat.

Jika kita melihar sirahnya sahabat RA, maka akan diketahui penyebab mereka bisa melawan 2 penghalang agama, Nafsu dan Suasana, karena mereka buat kerja dakwah.

Allah swt berfirman :

Wa man aḥsanu qaulam mim man da’ā ilallāhi wa ‘amila ṣāliḥaw wa qāla innanī minal-muslimīn

Artinya:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”

(QS. Fushilat : 33)

Siapakan orang yang lebih baik Qoulnya, Ucapannya atau pendapatnya. Seperti Qoul Syafei ucapan atau pendapat syafei, Qoul Hambali, Pendapat atau Ucapannya Hanafi.

Siapakah yang lebih baik ucapan atau pendapatnya melebihi orang yang mengajak manusia untuk mengamalkan agama dan dia sendiri juga mengamalkan agama. Lalu di akhir ayat di tutup : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Apa maknanya : wa qāla innanī minal-muslimīn. Mendakwahi manusia kepada Allah swt dia tidak akan merubah pendiriannya bahwa dia seorang yang muslim.

Analogi Undangan Acara

Jika kita mau mengadakan pesta atau acara tasyakuran, maka kita akan mengundang orang-orang datang ke rumahnya. Kita akan berdakwah ke orang-orang untuk datang kerumah kita. Mengundang mereka makan di rumah kita. Jika di hari dan waktu yang sama kita mendapat undangan untuk menghadiri acara di rumah teman, apa mungkin kita datang ke rumah teman kita untuk hadir ke acara dia ? tentu tidak mungkin. Seperti apapun akrabnya kita dengan teman kita, jika acara kita berbenturan dengan acara teman kita, pasti kita akan menolaknya, tidak bisa hadir di acara dia. Jadi tatkala kita mengundang tidak mungkin kita akan terundang ke yang lain.

Maka maksud dari ayat wa qāla innanī minal-muslimīn adalah ketika dia berdakwah, mengundang atau mengajak, dia akan tetap dalam agamanya, tidak tertaskil dengan yang lain.

3 orang sahabat yang meninggalkan perang Tabuk

Ada 3 orang sahabat yang meninggalkan berjuang bersama Nabi saw. Apa dosanya ? Sahabat ini baru sekali ini saja tidak ikut keluar berjuang bersama Nabi saw. Padahal semua peperangan telah di ikutinya, hanya sekali ini saja di terlewatkan. Mereka tidak berzina, tidak meminum khamr, tidak berjudi, tidak meninggalkan sholat, hanya tidak ikut berjuang bersama Nabi saw satu kali saja. Apa yang terjadi ?

Allah swt perintahkan Nabi saw dan para sahabat RA untuk mendiami mereka selama 50 hari. Siapapun mereka walaupun keluarga sendiri tidak boleh bicara dengan para sahabat yang tidak ikut keluar bersama Nabi saw. Semua orang menampakkan wajah marah kepada mereka, selama berapa lama ? 50 hari. Bukan hanya Nabi saw dan Sahabat RA saja, bahkan istri dan anak mereka pun diperintahkan untuk meninggalkan mereka.

Keluar di jalan Allah swt ini tujuan akhirnya bukan untuk mempelajari agama.

Maulana Ilyas Rah.A berkata :

“Belajar agama ketika keluar di jalan Allah swt ini seperti belajar Alif Ba Ta.”

Ini derajat yang paling rendah, keluar untuk belajar agama. Niat utama ketika keluar di jalan Allah swt ini adalah niat belajar Usaha atas Agama, belajar usaha nubuwah. Jika niat kita hanya sampai kepada belajar agama saja maka kita tidak akan sampai pada tujuan utama. Kita tidak akan bertahan lama dalam kerja ini jika niat hanya untuk belajar agama. Ini karena tujuan kita keluar untuk belajar agama, sementara Maulana Ilyas katakan keluar di jalan Allah swt untuk belajar agama ini hanya belajar alif ba ta. Sehingga kita mulai berpikir ketika kita keluar tapi dalam jemaah tidak ada ulama, maka saya tidak bisa belajar apapun, akhirnya tidak jadi keluar.

Ketika ketiga sahabat ini tidak keluar dan mereka di diamkan selama 50 hari. Maka Raja Ghossan mengirim surat melalui utusan yang dikirim bertemu dengan sahabat yang tidak keluar. Raja Ghosan menuliskan bahwa :

“kamu sudah diterlantarkan oleh Nabimu, keluargamu, dan sahabat-sahabatmu. Maka datanglah kepada kami, kamilah yang akan memuliakan kamu. Saya akan memberikan kamu harta dan saya akan memberikan kedudukan jabatan yang tinggi. Sedangkan jika kamu tetap di madinah maka kamu akan tetap diterlantarkan oleh Nabi kamu, keluarga kamu, dan sahabat-sahabat kamu.”

Dalam kisah ini banyak sekali pelajaran yang musti di ambil oleh seorang dai. Ketika mereka tidak dakwah maka yang mungkar akan mendatangi mereka. Asbab tidak dakwah maka tawaran-tawaran akan dunia datang. Jadi dalam hitungan 50 hari raja ghossan menulis surat merayu pindah ke tempat mereka. Jika tidak dakwah maka Ahli Batil akan dakwah kepada kamu.

Disini tampak keikhlasan para sahabat RA. Ketika surat itu telah selesai dibaca, maka surat itu di buang kedalam perapian di depan mata utusan Raja Ghossan. Maksudnya apa ? ini sebagai peringatan penolakan atas tawaran dan peringatan untuk tidak melakukan penawaran itu lagi kepada dia. Ini keikhlasannya para sahabat ketika mereka mendapat musibah karena tidak keluar di jalan Allah swt. mereka tetap memahami dirinya bahwa musibah ini terjadi karena kesalahan dirinya. Jadi sahabat itu jika ada musibah, langsung menyalahkan diri sendiri. Bukan kayak kita malah balik menantang jika diperlakukan seperti itu :

“Saya baru sekali tidak keluar nisab kalian sudah memperlakukan saya seperti itu. Lebih baik ini saya ikuti permintaan raja Ghossan. Saya bisa dapat harta dan jabatan.”

Dalam kisah ini menjelaskan keikhlasan para sahabat RA dalam kerja dakwah. Mereka merasa bersalah tidak ikut dalam perjuangan. Mereka merasa bahwa sudah sepatutnya saya dihukum demikian yaitu menerima hukuman tidak diajak bicara oleh Nabi saw, keluarga, dan para sahabat. Inilah keikhlasan sahabat RA. Mereka telah menunjukkan bahwa dalam amal mereka tidak punya maksud-maksud lain selain Ridho Allah swt. Jika dalam kerja dakwah seseorang punya tujuan-tujuan lain, jika tujuan-tujuan itu tidak dia dapatkan, maka dia akan segera tinggalkan kerja dakwah. Jika mereka mempunyai tujuan harta dalam kerja dakwah, tentu mereka akan tinggalkan kerja ini tatkala tujuan tersebut tidak tercapai. Kenapa ? karena waktu dia didalam kerja ini tidak mendapatkan keuntungan yang dia cari. Justru tatkala dia tidak dakwah, dia mendapatkan tawaran sebagaimana tawaran dari raja ghossan.

Dalam kerja dakwah ini, orang yang mempunyai tujuan selain mendapatkan ridho Allah swt, maka dia akan meninggalkan kerja dakwah. Mereka terus buat korban, dinampakkan, agar bisa mendapatkan posisi Zumidar. Jika korban saya banyak, maka orang-orang akan memandang saya, dan akan menunjuk saya sebagai zumidar. Sehingga ketika tidak dijadikan penanggung jawab maka dia akan tinggalkan kerja ini. Ini karena dia punya maksud lain dalam kerja dakwah ini selain Ridho Allah swt. Sehingga ketika tujuan tidak tercapai maka dia akan tinggalkan kerja dakwah.

Kisah Sahabat Abdullah ibnu Hudzafah RA

Abdullah bin Hudzafah RA ditangkap Raja Romawi lalu ditawarkan masuk ke agama nasrani. Jika mau maka Raja akan memberikan kepadanya separuh harta kerajaan romawi. Ahli Batil menawarkan Kebathilan itu juga mereka buat pengorbanan. Demi menjadikan satu orang sahabat masuk ke agama Nasrani, seorang Raja Romawi siap memberikan separuh harta kerajaan romawi. Hari ini siapa orang yang siap memberikan separuh hartanya. Agar orang-orang mengikuti yang batil mereka siap mengorbankan harta mereka. Sedangkan hari ini berapa banyak harta yang siap dikorbankan orang beriman untuk memperjuangkan agamanya.

Raja romawi ini paham jika satu orang sahabat ini berhasil kita lumpuhkan, diselewengkan dari perkara yang Haq, maka yang lain juga bisa kita jatuhkan semuanya. Jika saya berhasil menaklukkan sahabat ini maka saya akan berhasil merusak semuanya. DI pikiran Raja Romawi ini jika satu orang sahabat bisa dimasukkan ke agama nasrani maka akan banyak sahabat-sahabat yang lain ikut ke agama nasrani. Raja Romawi mendakwahi satu sahabat dengan iming-iming separuh harta kerajaan agar masuk kepada agama Nasrani.

Apa Jawaban Sahabat Abdullah ibnu Hudzafah RA :

“Jika kamu berikan semua harta kerajaan (bukan separuh), Saya tidak akan tinggalkan islam walaupun hanya sekedip mata.”

Lalu Raja katakan :

“Saya akan bunuh kamu kalau begitu”

Sahabat ditawar harta tidak mau maka berikutnya diancam nyawanya. Apa kata Abdullah ibnu Hudzafah RA :

“Terserah kamu mau apakan nyawa ini, saya tidak akan tinggalkan islam.”

Inilah Bukti keikhlasan sahabat RA, mereka tidak cinta dunia dan tidak takut mati. Maka raja romawi ini putus asa dengan dakwahnya mengajak sahabat tinggalkan islam masuk ke agama nasrani. Sehingga jika dengan Harta dan Nyawa dia tidak berhasil, kini Raja mengancam dengan 2 orang jemaah Abdullah bin Hudzafah yang dibunuh didepan matanya. Dua orang sahabat Abdullah bin Hudzafah dibakar hidup-hidup didepan Abdullah bin Hudzafah RA supaya dia mau pindah ke agama Nasrani.

Ini adalah penghalang kedua yaitu penghalang dari luar agar seseorang tidak mengamalkan agama. Apa saja ? yaitu dari istri, anak, pemerintahan, pekerjaan, bisnis, orang-orang kafir, dll.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Orang beriman itu ditolong Allah swt ketika orang beriman dakwah menolong agama Allah swt. Sedangkan orang kafir ditolong Allah swt ketika orang beriman meninggalkan dakwah.”

Allah swt telah memberi persyaratan untuk mendatangkan pertolongan Allah swt, yaitu :

Yā ayyuhallażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum

Artinya:

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”

(QS. Muhammad : 7)

Persyaratannya adalah jika kamu menolong agama Allah swt maka Allah swt akan menolong kamu. Jika kamu buat kerja dakwah maka Allah swt akan tolong kamu. Dan jika semua yang ada di bumi ini berusaha menghilangkan agama yang ada dalam dirimu, maka mereka tidak akan bisa. Dengan dakwah maka Allah swt akan menolong kita dan menguatkan agama yang ada dalam diri kita dari penyelewangan dan godaan ahli batil. Allah swt katakan Jika kamu menolong agama Allah swt maka Allah swt akan berikan:

1. Nusrotullah –> Kemenangan dari Musuh
2. Hidayah –> Keteguhan dari Penyelewengan

Inilah persyaratan yang Allah swt kasih jika kita ingin mendapatkan pertolongan Allah swt dan Hidayah. Apa itu ? yaitu dengan Dakwah, kita tolong agama Allah swt. Hari ini kita mengira Jika hartamu sudah keluar di infakkan untuk agama berarti ini sudah di anggap menolong agama Allah swt. Padahal ini belum tentu seperti itu.

Beda Menolong Agama Islam vs Menolong Orang Islam

Ketika Allah swt mengatakan : in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu. Disini Allah swt mensyaratkan pertolongan itu pada agama Allah swt, bukan pada orang islam.

Hari ini yang menolong orang islam itu bukan orang islam saja tapi juga orang diluar islam juga banyak membantu orang islam.

Contoh :

1. Banyak orang non islam membantu orang islam membantu pembangunan mesjid.

2. Ketika Musibah Gempa dan Tsunami banyak orang non islam mengirimkan bantuan kepada orang islam

Hari ini bukanlah hal yang aneh jika orang non muslim membantu orang muslim. Baitullah Ka’bah itu yang membangun orang musyrik. Nabi saw berthawaf di ka’bah yang dibangun oleh orang musyrik. Orang-orang musyrik ini mereka mengecilkan ukuran ka’bah yang dibuat oleh Nabi Ibrahim. Ka’bah yang ada sekarang dibandingankan yang dulu dibuat Nabi Ibrahim AS, jauh lebih besar. Seumur hidup nabi saw tidak mengubah ukuran bangunan ka’bah yang dibuat oleh orang-orang musyrik. Padahal Nabi saw punya hak mengubah kembali bangunan yang dirubah oleh orang-orang musyrik karena beliau adalah utusan Allah swt. Mereka orang-orang musyrik memberi makan dan minum untuk orang-orang yang haji. Orang musyrik membangun kabah, membersihkan ka’bah, memberi makan dan minum orang-orang haji.

Allah swt berfirman :

A ja’altum siqāyatal-ḥājji wa ‘imāratal-masjidil-ḥarāmi kaman āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa jāhada fī sabīlillāh, lā yastawụna ‘indallāh, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn

Artinya:

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.

(QS. At Taubah : 19)

Allah swt sendiri yang mengatakan bahwa orang-orang musyrikpun juga mengurus ka’bah dan memberi makan minum orang yang haji. Orang musyrik menyangka dengan membangun mesjidil haram dan membersihkan ka’bah, memberi makan minum orang-orang haji, mereka menyangka ini kebaikan besar karena merasa ini rumah Allah swt. Maka turunlah ayat itu membantah prasangkaan mereka bahwa tidak sama orang mengurus masjidil haram dan berkhidmat kepada orang haji dibanding keimanan kepada Allah dan jihad di jalan Allah swt. Keimanan dan Jihad ini jauh lebih tinggi dari itu semua yang orang musyrik kerjakan.

Ayat ini menunjukkan bahwa orang kafirpun memberikan bantuan menolong orang-orang islam. Jadi yang menolong orang islam itu bukan muslim saja, orang non islam pun juga menolong orang islam. Orang non islam mereka membangun rumah sakit gratis yang di manfaatkan oleh orang islam. Sementara hari ini kita menyangka dengan menolong orang islam kita sudah menolong islam. Padahal ini bukanlah menolong agama. Menolong orang islam ini nanti hubungannya dengan harta. Disini yang menjadi persyaratan mendatangkan Nusrotullah, pertolongan Allah swt, adalah dengan menolong agama Allah swt.

Apa itu menolong Agama Allah swt ?

Menolong Agama Allah swt itu adalah Dakwah illallah yaitu mengajak orang-orang beriman untuk menguatkan iman mereka dan mengamalkan agama.

Nabi saw bersabda :

“Tolonglah saudaramu yang di dzalimi dan yang berbuat zalim dan.” Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.”

(HR. Bukhari & Muslim)

Para sahabat berpikir kalau menolong orang yang didzalimi ini bisa diterima, logis, memang sudah seharusnya. Kita bisa beri bantuan tenaga atau harta. Namun menolong orang yang mendzolimi ini tidak logis. Bagaimana cara menolong orang yang berbuat dzalim ? ini sahabat pun bingung. Nabi saw katakan bukan ini maksudnya. Jadi yang dimaksud menolong orang yang berbuat dzalim adalah mencegah dia dari kedzalimannya. Inilah yang dimaksud menolong orang yang berbuat dzalim, bukan menolong dia berbuat dzalim. Memberikan uang kepada orang yang berbuat dzalim, bukan itu yang dimaksud. “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.”


Jadi yang dimaksud dengan in tanṣurullāha yanṣurkum : jika kamu menolong (agama) Allah, maka Dia akan menolongmu, ini yang menjadi persyaratannya adalah kamu menolong agama Allah swt. Jadi kalau hanya sekedar membantu orang islam, maka orang kafirpun juga membantu orang islam. Orang kafir yang membantu orang islam maka Allah swt akan berikan balasan untuk kebaikan itu di dunia, tidak di akherat. Allah swt tidak berikan pahala, tapi balasan di dunia. Bagaimana balasannya ? dengan melipat gandakan hartanya, diperbanyak hartanya. Berbeda dengan jika yang membantu orang islam itu adalah muslim, maka dia akan mendapatkan pahala dan hartanya juga akan dilipat gandakan. Namun bukan ini yang menarik pertolongan Allah swt.

Membantu orang islam keutamaannya :

1. Mendapat Pahala
2. Hartanya akan diberkahi

Namun ini bukan keutamaan yang bisa menarik pertolongan Allah swt. Kapan pertolongan Allah swt turun ketika kita membantu agama islam.

Apa itu Membantu Agama Islam –> DAKWAH ILLALLAH

Dakwah illallah yaitu mengajak umat islam untuk mengamalkan Agama Islam. Mengajak manusia untuk kembali ke jalan yang dicontohkan oleh Nabi saw, itulah dakwah.

Infak Harta di Jalan Allah vs Tidak Infak menuju Kebinasaan

Allah swt berfirman :

Wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati wa aḥsinụ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya:

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

(QS. Al Baqarah : 195)

Menginfakkan hartamu untuk di jalan Allah swt ini tidak akan mengurangi hartamu. Justru jika kamu tidak menginfakkan hartamu di jalan Allah, kamu telah menjatuhkan dirimu dalam kehancuran. Kebanyakan harta para sahabat RA itu habis dalam perjuangan. Harta mereka habis untuk Infaq Fissabillillah. Namun tidak juga kamu jadi berfikir saya tidak usah infak kepada Anak Yatim, Fakir Miskin, Dhuafa, tidak seperti itu. Ini jangan kamu artikan demikian. Ini juga bisa mendatangkan Ridho Allah swt memberi makan fakir miskin dan dhuafa, menjaga anak yatim. Allah swt senang jika kita membantu fakir miskin dan anak yatim. Rasa Kasih Sayang pada Mahluk ini akan mendatangkan kasih sayang Allah swt.

Nabi saw bersabda :

“Sayangilah siapa yang ada di muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh siapa saja yang ada di langit”

( Hadits Tirmidzi )

namun yang dimaksud : Wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati, Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. Ini yang dimaksud disini adalah menginfakkan harta di jalan Allah swt untuk dakwah fissabillillah. Meninfakkan harta untuk yatim dan fakir miskin itupun juga fissabillillah. Namun ayat ini bukan dimaksudkan meninfakkan harta buat anak yatm dan fakir miskin. Kamu punya kendaraan dan kamu punya uang, lalu kamu gunakan uangmu agar kendaraan bisa berangkat keluar fissabillillah. Kamu punya kendaraan namun kendaraanmu tidak bisa berangkat ? kenapa tidak ada bensinnya. Maka kamu gunakan hartamu untuk mengisi bensin agar kendaraan tetap bisa berangkat di jalan Allah swt. Inilah yang di maksud : Wa anfiqụ fī sabīlillāhi, Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah.

Kalau saya tidak punya asbab bagaimana saya keluar ? Nabi saw tidak punya kendaraanpun tetap keluar dengan para sahabat RA. Dulu ketika berangkat di jalan Allah swt yang tidak punya kendaraan jauh lebih banyak dibandingkan yang punya kendaraan. Walaupun begitu mereka tetap keluar di jalan Allah swt. Hari banyak kendaraan tapi tidak ada yang keluar. Sahabat RA sangking minimnya kendaraan, maka 1 kuda dinaiki 3 orang, bergilir-gilir dengan yang lain. Nabi saw juga begitu 3 orang satu kendaraan. Maka para sahabat RA mengatakan, “ya Rasullullah tuan saja yang duduk di atas kendaraan, biar kami berjalan kaki.”

Nabi saw katakan :

“Tidaklah kalian lebih kuat daripada saya (Maksudnya Nabi saw lebih kuat dari mereka) . Pahala yang kamu perlukan itu saya juga perlukan.”

Saya mau keluar tapi berjalan kaki, saya tidak mau bawa kendaraan saya. Ini bukan masalah pahala untuk kendaraan ataupun kamu lebih suka tidak menggunakan kendaraan, tidak bukan itu. Jika kamu keluar membawa kendaraanmu maka kotoran kendaraanmu akan menjadi pahala bagimu. Kamu keluar dengan kuda maka kotoran kuda akan menjadi pahala bagimu. Begitu juga dengan mobil dan motor.

Bukan masalah saya punya kendaraan tapi saya tetap mau jalan kaki, bukan begitu. Jalan kaki juga penting. Namun bukan masalah saya punya asbab tetapi saya tidak mau pakai asbab sama sekali, tidak begitu. Menggunakan asbab di jalan Allah swt ini ada pahal tersendiri. Kalau begitu saya berkendaraan saja sendiri biar yang lain jalan kaki saja, tidak begitu juga. Kamu bagi kendaraanmu dengan temanmu. Inilah yang dikehendaki, kendaraanmu digunakan fissabillillah, bukan digunakan dirimu sendiri fissabillillah. Kita bilang kamu tidak punya kendaraan sabar saja, saya punya kendaraan pahala saya semakin banyak. Tidak seperti ini. Kendaraan fissabillillah kamu gunakan bersama teman-temanmu.

Wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan.

Ini jangan kamu anggap sebagai menginfakkan harta di jalan Allah swt akan mengurangi hartamu. Jangan pernah beranggapan seperti ini. Jika kamu menganggap hartamu berkurang ketika kamu infakkan fisabillillah sehingga kamu tidak mau berinfak di jalan Allah swt, ini kamu telah menjatuhkan dirimu dalam kehancuran. Kamu beranggapan hartamu berkurang ketika pergi fissabillillah.

Di zaman Nabi saw bahwa orang yang buat kerja ini sudah banyak ada orang muhajirin dan anshor. Maka seandainya kita tidak keluar, maka sudah banyak yang lain yang ikut keluar. Agama sudah tersebar dan orang kafir sudah tunduk. Dan apa yang kami lakukan untuk agama ini sudah banyak. Ini orang anshor sempat berpikir demikian. Jumlah kita sudah banyak. Nantipun kita tetap akan memperjuangkan agama. Untuk sementara ini kita akan pulang ke madinah, 6 bulan ini kita urus perdagangan kita, pertanian kita, tenak kita, ladang kita, kebun kurma kita, urus dapur dulu kalau sudah beres dalam 6 bulan baru kita keluar lagi. Ini sempat ada dalam fikiran orang-orang anshor. Kita minta izin kepada Nabi saw agar diberi kesempatan ngurus dapur dulu, urus dunia dulu sebentar. Toh kita sudah banyak kerja dan memperjuangkan agama. Jumlah kita sudah banyak dan orang kafir mekkah sudah kita taklukkan. Kita juga masih punya keluarga anak dan istri yang musti di urus. Ini sempat terlintas di fikiran orang-orang anshor. Ini bukan fikiran orang munafik, ini lumrah, manusiawi ingat anak istri dan usaha dunianya. Mereka balik bukan untuk urus bisnis saja tapi buat amal maqomi. Ketika mereka berpikir demikian turunlah ayat :

Wa anfiqụ fī sabīlillāhi wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahlukati wa aḥsinụ, innallāha yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya:

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

(QS. Al Baqarah : 195)

Nabi saw bertanya kepada orang anshor apa yang ada dipikiran kalian sehingga Allah swt menegur dengan menurunkan ayat ini. Kami berpikir demikan karena kami lihat semua sudah berjalan, orang kafir mekkah sudah ditaklukkan, orang-orang berbondong-bondong masuk islam, kita sudah ikut lama dalam perjuangan, sementara kami ada anak istri dan kebun yang tidak terurus, kami berpikir ingin cuti selama 6 bulan urus maqomi baru berjuang lagi.

Apa kata Nabi saw :

“Tidak jangan berpikir seperti itu. Jangan pernah kamu menganggap mengeluarkan hartamu fissabillillah itu akan mengurangi hartamu. Justru ketika kamu tidak mengeluarkan hartamu untuk fissabillillah ini sama seperti kamu menjatuhkan dirimu pada kehancuran.”

Beberapa tahun berlalu, setelah nabi saw wafat. Dalam peperangan ada seorang anak muda yang berlari dengan menghunus pedangnya menerobos pasukan orang-orang kafir. Kemudia ada orang yang berkata dia telah melanggar ayat Allah swt melempar dirinya kedalam kehancuran :

wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahluka : dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan

Mereka mengucapkan ini ketika anak muda itu menerobos pasukan musuh sendirian. Sementara disitu ad Abu Ayub Al Anshari. Maka beliau bilang kamu telah keliru menafsirkan ayat tersebut. Sekarang ini kami masih hidup, ayat itu turun kepada kami, sedangkan kamu mau mengubah makna Al Quran ?

Maka Abu Ayub Al Anshari RA jelaskan yang dimaksud dengan wa lā tulqụ bi`aidīkum ilat-tahluka : dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, kami telah berniat untuk kembali ke rumah kami selama 6 bulan, cuit dari fissabillillah. Inilah yang dimaksud kehancuran, kebinasaan. Maknanya mereka izin untuk 6 bulan cuti berarti mereka sudah pergi di jalan Allah swt selama 6 bulan. Sedangkan kita keluar berapa lama ? 4 bulan, di rumah 8 bulan. Mereka sahabat sudah berjuang selama 6 bulan dan izin pulang selama 6 bulan. Asbab ini Allah swt turunkan ayat tersebut. Jangan sampai kamu masukkan dirimu dalam kehancuran. Ayat inilah yang turun kepada para sahabat yang mau izin pulang cuti 6 bulan fissabillillah.

Maka menginfakkan harta fissabillillah ini :

1. Mendatangkan pertolongan Allah swt
2. Membangkitkan Agama

Menginfakkan harta untuk menolong orang islam ini tidak bisa membangkitkan agama, tapi hanya menolong orang islam. Jika ingin membangkitkan agama maka infak harta itu bukan kepada orang islam melainkan kepada perjuangan fissabillillah, untuk dakwah. Penjelasannya akan berbeda membantu agama islam dengan membantu orang islam.

Nabi saw bersabda :

Jika semua harta yang ada di dunia baik yang di atas bumi maupun di bawah bumi (seperti emas, perak, nikel, minyak, batu bara,gas), diberikan kepada satu orang oleh Allah swt, lalu dia infakkan dengan ikhlas untuk mendapatkan ridhonya Allah swt, untuk menyamai pahala orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah swt separuh hari saja, maka tidak akan bisa menyamai orang yang keluar di jalan Allah swt separuh hari.

(Mahfum Hadits)

Ini hadits nabi saw. Inilah hakekat menginfakkan harta untuk perjuangan fissabillillah.

Namun pikiran orang hari ini tidak kesini, sehingga umat meninggalkan perjuangan dakwah fissabillillah. Mereka berpikiran ketika mereka menginfakkan harta untuk menolong orang fakir miskin dan yatim piatu inilah yang menurut mereka menolong agama Allah swt. Sehingga umat meninggalkan kerja dakwah asbab salah fikir yang seperti ini. Kasihan ini orang miskin jangan di taskil fissabillillah, kasihan dia. Padahal orang miskin ini keutamaannya masuk ke surga 500 tahun lebih dulu daripada orang kaya. Khawatir melihat orang miskin karena kemiskinannya, hanya melihat sama orang kaya kalau ditaskil. Ini kesalahan cara berfikir.

Hadits Nabi SAW :

“Sepagi sepetang dijalan Allah adalah lebih baik dari dunia dan seisinya,”

(HR.Bukhari-Muslim).

Hadratji Maulana Saad :

“Pahala dakwah separuh hari, dari pagi sampai siang bukan pagi sampai sore, itu tidak bisa dikalahkan walaupun menginfakkan harta seluruh dunia baik yang di dalam bumi dan di atas bumi seluruhnya.”

Maka Nabi saw membagi harta ghonimah kemudian datang seseorang berkata bahwa Nabi saw sudah berbuat ghuluw, diantara maknanya menipu. Padahal Ghuluw itu adalah ketika orang menganggap nabi Isa AS sebagai anak tuhan. Menyampaikan tentang pentingnya kerja dakwah ini bukanlah Ghuluw, tapi ini adalah Haq.

Kisah Sahabat Muadz bin Jabal RA

Muadz bin Jabal ketika itu diputus untuk berangkat fissabillillah oleh Amirul Mukiminin. Namun beliau undur untuk bisa sholat jumat di mesjid Nabawi. Lalu Umar RA berkata wahai Muadz kenapa kamu tidak berangkat pergi di jalan Allah swt bersama yang lainnya. Muadz RA menjawab bahwa dia ingin sholat jumat di mesjid Nabawi bersama Amirul Mukminin Syaidina Umar RA. Nanti saya bisa susul jemaah saya setelah jumatan.

Maka Syaidina Umar RA berkata wahai Muadz apakah kamu tidak ingat kisahnya Abdullah bin Rawahah. Dia tunda berangkat fissabillillah demi sholat jumat bersama Nabi saw di mesjid Nabawi. Sedangkan kamu hanya tinggal untuk sholat jumat bersama saya. Abdullah bin Rawahah tinggal untuk sholat jumat bersama Nabi saw. Dia berfikir mungkin ini waktu saya yang terakhir sholat jumat bersama Nabi saw. Apakah kamu lupa kisahnya ? Nabi saw berkata kepada Abdullah bin Rawahah:

“Jika kamu menginfakkan semua harta diseluruh dunia ini untuk mengalahkan sepagi nya mereka yang fissabillillah, maka kamu tidak akan bisa mencapainya.”

Coba bandingkan Harta seluruh dunia dengan harta orang yang paling kaya, mana yang banyak. Seberapa kayanya orang yang paling kaya dengan harta seluruh dunia. Sekian ratus negara berkumpul bersama orang-orang yang paling kaya di dunia, mengumpulkan harta baik yang ada didalam bumi dan diatas bumi, mulai dari tambang emas, perak, nikel, minyak, batu bara, gas, air, permata, mutiara, ikan-ikan, semuanya dikumpulkan, tidak akan bisa mengalahkan paginya saja orang yang fissabillillah.

Dalam Riwayat lain Nabi saw berkata : “Wahai ibnu Rawahah tahukah kamu seberapa jauh kamu tertinggal ?”. Lalu Abdullah bin Rawahah RA berkata, “saya tertingal separuh hari.” Maka Nabi saw katakan : “Tidak, kamu sudah tertinggal 500 tahun perjalanan.”

Maulana Ilyas Rah.A mengatakan :

“Jika ada orang yang mengamalkan agama semuanya dikerjakan dari yang fardhu sampai yang sunat ditambah dengan sunnah-sunnah Nabi saw, kemudian dia meninggalkan semua dosa, bahkan yang Makruh sekalipun. Melindungi diri dari yang Syubhat. Orang seperti ini hanya dikatakan sebagai Ahli Ibadah saja.”

Dia tidak dikatakan orang yang menghidupkan agama, hanya ahli ibadah saja. Hari ini orang sudah rajin sholat wajib dan sholat sunat, ini sudah dikatakan ahli ibadah. Padahal itu bukan ahli ibadah. Ahli Ibadah itu :

1. Mengerjakan semua perkara Ibadah yang Fardhu dan Sunat
2. Menghidupkan Sunnah Nabi saw
3. Meninggalkan semua yang haram dan Makruh sekalipun
4. Melindungi diri dari Syubhat

–> Inilah Definisi Ahli Ibadah bukan Dai.

Anologi

Satu orang yang duduk di bahtera atau kapal bersama jemaaah. Lalu semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, sibuk dengan amal ibadah masing-masing. Semuanya orang baik orang sholeh-sholeh. Namun ada satu orang yang mencungkil perahu untuk ambil air agar tidak menyusahkan jemaah yang lain di atas kapal. Semua pada sibuk dengan amalan masing-masing. Jika kapal ini bocor, apakah yang tenggelam hanya orang yang mencungkil saja, membolongi kapal, ataukah semua orang yang ada di dalam kapal. Orang hari inipun seperti itu, mereka sibuk beribadah saja tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya. Maka bukan hanya dia yang melubangi kapal yang celaka, semua orang didalam kapal akan celaka. Bukan hanya orang yang berbuat maksiat saja yang celaka, orang yang Ibadah pun akan celaka.

Hari ini jumlah kita berapa banyak ? kita sering terlena dengan kehadiran orang atau jumlah kedatangan dalam ijtima. Kehadiran mencapai sekian ratus ribu orang. Sekarang kita lebih tawajjuh pada jumlah. Terkesima dengan banyaknya orang yang datang. Padahal seandainya semua orang yang telah mengambil bagian kerja dakwah diseluruh dunia dikumpulkan menjadi satu, lalu masing-masing dibagi, setiap satu orang dakwah mendatangi satu orang yang tidak mengamalkan agama, itupun sebenernya belum cukup. Berapa perbandingannya ? seperti garam di tepung roti, sedikit sekali. Tepung Roti satu karung besar, sedangkan garam hanya satu sendok. Jika 1 dai mendatangi 1 orang, dengan jumlah orang islam di seluruh dunia, ini hanya seperti 1 karung tepung dan 1 sendok garam. Hari ini kita terlena dengan jumlah kedatangan. Bukan jumlah kedatangannya tapi jumlah yang keluarnya di jalan Allah itu berapa ? terlena oleh jumlah bukan risau atas ummat.

Bahkan kamu cuman terkesan pada bayan-bayan. Saya tidak akan keluar sampai saya mendengarkan semua bayan. Kerja ini bukan kerja bayan. Kerja ini adalah mendatangi ummat. Kalau orang itu sibuk ibadah, sibuk memperbaiki ibadahnya, sibuk memperbaiki hubungannya dengan Allah swt. Itu bisa saja mendatangkan pertolongan Allah, semacam KAROMAH. Orang yang begitu dekat dengan Allah swt sampai bisa jalan diatas air, dengan kedipan mata bisa berpindah tempat ke tempat lain, langsung muncul di mekkah depan ka’bah. Ini bisa saja terjadi.

Karomah vs Nusrotullah

Allah swt berfirman :

Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(QS. Al Hujarat : 13)

Karomah : inna akramakum ‘indallāhi atqākum, Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.

Orang yang paling berkaromah diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa. Orang yang paling Taqwa adalah orang yang paling dekat dengan Allah swt. Kamu bisa saja mendapatkan karomah jika kamu memperbaiki hubungan kamu dengan Allah swt. Kamu duduk berdikir lalu tiba-tiba dapat uang, bisa saja sepeti ini.

Namun pertolongan yang dikehendaki untuk membangkitkan agama bukanlah pertolongan berupa karomah untuk setiap infirodhi orang islam. Bukan ini yang dikehendaki. Jika kita ingin membangkitkan agama, maka pertolongan Allah swt yang dikehendaki adalah pertolongan yang merata kepada Umat seluruhnya. Bukan pertolongan pada setiap pribadi orang-orang.

Melalui sirah Nabi saw dan para Sahabat RA, mereka telah memberi pelajaran yang berharga kepada ummat ini. Nabi saw ini mempunyai banyak sekali Mukjizat dan ketika Nabi saw wafat, maka orang-orang musyrik berkata Nabi mereka telah wafat maka tidak ada lagi pertolongan untuk umat islam. Sekarang kita bisa mengalahkan mereka.

Lalu Abu Bakar RA berkata :

“Orang yang mengamalkan agama karena Muhammad, menyembah muhammad, sungguh muhammad telah mati. Siapa yang mengamalkan agama karena Allah swt, menyembah Allah swt, sesungguhnya Allah swt itu tidak mati, kekal abadi.”

Allah swt berfirman :

Wa mā muḥammadun illā rasụl, qad khalat ming qablihir-rusul, a fa im māta au qutilangqalabtum ‘alā a’qābikum, wa may yangqalib ‘alā ‘aqibaihi fa lay yaḍurrallāha syai`ā, wa sayajzillāhusy-syākirīn

Artinya:

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

(QS. Ali Imran : 144)

Mereka orang musyrik beranggapan bahwa pertolongan itu ada karena Nabi ini masih bersama mereka, sekarang Muhammad saw sudah mati. Ini ucapan orang musrik dan munafik. Sedangkan pertolongan kepada oranng beriman bukan karena nabi muhammad masih ada atau tidak. Pertolongan kepada orang beriman itu tatkala orang beriman itu ikut jalan Nabinya.

Allah swt berfirman :

Innā lananṣuru rusulanā wallażīna āmanụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yauma yaqụmul-asy-hād

Artinya:

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia sampai hari kiamat

(QS. Al Mukmin : 51)

Perkara ini lah yang tidak dipahami orang musyrik dan orang munafik, bahwa pertolongan Allah swt yang turun kepada orang beriman itu sampai hari kiamat. Walaupun Nabinya sudah tidak ada lagi diantara mereka. Sementara mereka berpikir bahwa pertolongan Allah swt itu ada bersama Nabi saw, kalau nabi sudah tidak ada maka tidak akan ada lagi pertolongan untuk orang beriman.

Pertolongan Allah swt itu bukan untuk Nabi saja tapi untuk semua orang beriman sampai hari kiamat. Nabi muhammad saw sudah memberi contoh kerja apa yang di lakukan jika ingin mendapatkan pertolongan Allah swt. Al Quran telah memberi tahukan secara jelas perkara ini.

Allah swt berfirman :

Mang kāna yaẓunnu al lay yanṣurahullāhu fid-dun-yā wal-ākhirati falyamdud bisababin ilas-samā`i ṡummalyaqṭa’ falyanẓur hal yuż-hibanna kaiduhụ mā yagīẓ

Artinya:

Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke rumah, ikatkan ke lehernya, Lalu melaluinya, hendaklah ia pikirkan apakah itu dapat melenyapkan apa yang ada dalam hatinya.

(QS. Al Hajj : 15)

Tafsir : “Siapa yang berpendapat bahwa Allah tidak menolongnya, maka hendaklah ia merentangkan tali ke loteng rumahnya, kemudian menggantung diri dengan tali itu. ‘


Allah swt dalam Al Quran memberi analogi atas orang yang berfikiran bahwa Allah swt tidak akan menolong hambanya itu seperti orang yang mengikat tali di atasp rumahnya terus diletakkan di lehernya sambil dia tersenyum. Orang yang mengira bahwa pertolongan Allah swt tidak akan datang kepada kita, kemudian dia meninggalkan ini agama. Maka dia tidak akan mengurangi kehebatanKU.

Seperti apa pertolongan Allah swt yang diberikan kepada orang beriman setelah Nabi saw wafat sekalipun. Dizaman Nabi saw ditolong dan setelah Nabi saw wafatpun masih ditolong.

Kisah Nabi Saw meminum madu dirumah Zainab R.ha

Nabi saw selepas sholat ashar beliau pergi ke rumah Zainab R.ha untuk minum madu. Asbab ini beliau terlambat datang kerumah istri-istri beliau yang lain. Aisyah R.ha dan Hafsah R.ha tidak suka dengan kejadian ini mereka kesal dengan Zainab R.ha. istri-istri Nabi saw ini, mereka buat kesepakatan untuk membalas Zainab R.ha. Caranya dengan mengatakan bahwa tercium dari mulut Nabi saw ini bau yang tidak enak. Mereka aisyah r.ha dan hafsah R.ha, berkata kepada Nabi saw bahwa tercium bau tidak enak dari mulut Nabi saw. Beliau saw katakan bahwa dia baru saja minum madu dari rumah Zainab R.ha. Maka untuk menyenangkan hati istri-istri beliau ini, maka Nabi saw menyampaikan saya tidak akan pernah minum madu lagi. Asbab ini turun ayat dari Allah swt :

Yā ayyuhan-nabiyyu lima tuḥarrimu mā aḥallallāhu lak, tabtagī marḍāta azwājik, wallāhu gafụrur raḥīm

Artinya:

“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; demi kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(QS. Tahrim : 1)

Langsung datang teguran dari Allah swt kepada Nabi saw asbab mengharamkan apa yang dihalalkan Allah swt hanya demi menyenangkan hati istri. Nabi padahal tidak mengharamkan madu hanya tidak akan minum madu lagi untuk menyenangkan istrinya.

Maka minum Madu tadi itu tidaklah wajib dan tidaklah Harom, namun mubah. Allah swt tegur Nabi saw karena Nabi ini barometer syariah. Apa yang Nabi saw lakukan itu yang akan di ikutin ummat. Maka tatkala Nabi saw menolak minum Madu lagi sesuatu yang dihalalkan Allah swt hanya untuk mendapat Ridho istri-istrinya, langsung Allah swt tegur Nabi saw. Dalam lanjutan ayat tersebut Allah swt berfirman :

In tatụbā ilallāhi fa qad ṣagat qulụbukumā, wa in taẓāharā ‘alaihi fa innallāha huwa maulāhu wa jibrīlu wa ṣāliḥul-mu`minīn, wal-malā`ikatu ba’da żālika ẓahīr

Artinya:

“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.”

(QS. At Tahrim: 4)

Jika mereka dua orang istri kamu menentang kamu, hafsah r.ha dan Aisyah r.ha, maka Allah swt, Jibril AS, semua orang beriman, dan para malaikat, akan membantu kamu untuk melawan mereka. Padahal siapa mereka berdua apakah ribuan musuh yang akan menyakiti Nabi. Perkara Apa yang begitu hebat sampai ayat begitu keras turun, hanya perkara Madu. Siapa yang akan membantu Nabi dan untuk menghadapi siapa ? seluruh malaikat dan orang beriman bersama Allah swt akan menghadapi 2 orang wanita ini. Siapa yang akan menolong Nabi saw dalam ayat ini :

1. Allah swt
2. Jibril AS
3. Seluruh orang beriman
4. Para Malaikat

Apa maknanya dibalik ini semua ?

Nabi saw ini tidak diutus untuk Madu, namun perkara Madu saja Allah swt siap menolong beliau, Jibril, orang beriman, dan para malaikat. Bagaimana dengan perkara yang Nabi diutus untuk itu ?

Hadratji Maulana Saad sampaikan :

“Perkara yang Nabi saw tidak diutus untuk perkara tersebut saja, namun jika ada yang menentangnya maka : Allah swt. Jibril, semua orang beriman, para malaikat, akan menolong Nabi saw. Bagaimana mungkin untuk perkara yang Nabi diutus dengannya Allah swt tidak tolong.”

Walaupun bukan untuk perkara yang Nabi saw di utus, Allah swt tetap akan menolong Nabi saw. Jadi keinginan Nabi saw ini selalu disertai pertolongan Allah swt. Allah swt dan para malaikat dan orang beriman akan membela Nabi saw jika menghadapi masalah walaupun hanya untuk perkara Madu. Sekarang perhatikan, Lalu bagaimana pertolongan Allah swt yang akan turun jika ada yang menentang Nabi saw atas perkara yang Nabi saw justru diutus atasnya. Untuk perkara Madu saja begitu hebatnya Allah swt menyatakan akan menolong Nabi saw, apalagi perkara yang Nabi saw diutus dengannya. Tentu pertolongan Allah swt lebih pasti dan jauh lebih besar lagi.

Begitulah perasaan sahabat ketika mendantangi para Raja, Gubernur, Panglima Perang, mereka tidak merasa khawatir karena mereka yakin dengan perkara yang Nabi saw diutus dengannya pasti akan mendapatkan pertolongan Allah swt.

Kisah Sahabat Ribi’i bin Amir RA
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya menjelang terjadinya Perang Qadisiyah, pemimpin pasukan Persia, Rustum meminta kepada Panglima Tentara muslim, Sa’ad bin Abi Waqqash mengirim utusan menemuinya untuk sebuah dialog. Sehingga Sa’ad mengirim Rib’i bin Amir RA.
Ribi’i datang dengan pakaian seadanya, membawa pedangnya untuk bertemu rustum. Lalu digerbang ditahan oleh tentara rustum bahwa kamu tidak bisa menemui rustum dengan membawa keledainya. Ribi’i bin Amir berkata saya tidak akan turun dari keledai saya sampai saya menyampaikan semua yang harus disampaikan. Ribi’i bin Amir RA mendakwahi rustum panglima perang persia diatas kudanya, tidak turun dari kuda. Keberanian ini asbab keyakinannya kepada Nabi saw yang dengannya dia diutus oleh Allah swt atas perkara tersebut, pasti Allah swt akan tolong.
Rib’i memasuki kastil Rustum dengan menunggangi kudanya yang kerdil, memakai baju compang camping, dan membawa pedang yang buruk. Ketika memasuki ruang pertemuan, disitu sudah dihiasi dengan bantal-bantal bertahtakan emas dan beralaskan sutera. Lalu ada seorang pembesar Rustum berkata, “Turun dari Kudamu dan Letakkan senjatamu…!”
Rib’i menolak perintah tersebut dan berkata, “Bukan aku yang ingin datang menemuimu, tetapi kamu sendirilah yang memanggilku untuk menemuimu. Jika engkau membiarkanku seperti ini, aku akan menunggu. Jika tidak, aku akan kembali.”
Rustum meminta pembesarnya itu untuk membiarkannya, kemudian ia menanyakan apa yang diinginkan orang-orang Islam mendatangi negerinya. Rib’i lalu menjelaskan tentang Islam, dan menyerunya untuk memeluk Islam. Setelah terjadi beberapa tanya jawab dalam dialog tersebut, akhirnya Rustum meminta tangguh beberapa hari untuk bermusyawarah dengan pembesar-pembesarnya.
Kemudian Rib’i berkata, “kami tidak pernah meninggalkan sunnah Nabi kami, kami tidak akan menangguhkan lebih dari tiga hari. Oleh karena itu, bicarakanlah dengan mereka, dan pilihlah tiga hal dalam tiga hari ini : Masuk Islam, membayar jizyah (pajak), atau kita berperang…!”
Mendengar keputusan tegas dan pemaparan yang lugas dari seorang Rib’i tersebut, Rustum berkata, “Apakah engkau pemimpin pasukan mereka?”.
“Bukan,” kata Rib’i, “Tetapi kami umat Islam seperti halnya satu tubuh manusia, yang di atas akan melindungi yang di bawah, yang di bawah mendukung yang di atas..!!” lanjutnya.
Maka rustum marah dia berkata kalau gitu saya akan hancurkan pasukan kamu. Ribi’i bin Amir berkata : “Silahkan saja, kami mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai arak.”
Beda Nusrotullah Nabi AS vs Nabi Muhammad SAW

Pertolongan itu bukan hanya untuk Nabi Muhammad saw saja, tidak seperti itu. Berbeda dengan Nabi yang sebelumnya. Dalam Al Quran :

Qāla kallā, inna ma’iya rabbī sayahdīn

Artinya:

Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.

(QS. Asy Syuara : 62)

Ketika Nabi Musa AS dibelakangnya ada pasukan firaun yang mengejarnya dan didepannya Lautan tidak bisa dilewati. Nabi Musa AS dan Bani Israil terpojok diantara laut dan pasukan Firaun. Bani Israil bilang : Inna Lamudrakun, Kita akan tertangkap. Maka Nabi Musa AS berkata : Inna Maiya Rabbi, Tuhanku besertaku.

Ketika Nabi Saw bersama Abu Bakar RA, hijrah dikejar musyrikin mekah bersembunyi di Gua Thur. Abu Bakar RA terlihat khawatir lalu Nabi saw menenangkannya dengan berkata : La tahzan Innaloha Ma’ana, Allah bersama kita.

Allah swt berfirman :
Illā tanṣurụhu fa qad naṣarahullāhu iż akhrajahullażīna kafarụ ṡāniyaṡnaini iż humā fil-gāri iż yaqụlu liṣāḥibihī lā taḥzan innallāha ma’anā, fa anzalallāhu sakīnatahụ ‘alaihi wa ayyadahụ bijunụdil lam tarauhā wa ja’ala kalimatallażīna kafarus-suflā, wa kalimatullāhi hiyal-‘ulyā, wallāhu ‘azīzun ḥakīm

Artinya:

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(QS. At Taubah : 40)

Apa bedanya pertolongan Allah swt antara Nabi terdahulu dan Nabi Muhammad saw. :

1. Musa AS dan Bani Israil : Inna Maiya Rabbi, Tuhanku besertaku.

2. Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar RA : La tahzan Innaloha Ma’ana, Allah bersama kita.
Ketika Nabi musa dia bilang Allah swt bersama saya sedangkan Nabi Muhammad saw bilang Allah swt bersama kita, padahal Abu Bakar RA bukan Nabi. Pertolongan Allah swt bukan untuk nabi saja, tapi juga untuk orang beriman. Kenapa pertolongan Allah swt juga turun kepada orang beriman. Kapan pertolongan yang sama datang kepada orang beriman sebagaimana pertolongan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw ? yaitu jika orang beriman mengerjakan kerja, perkara yang Nabi saw diutus untuk itu. Apa perkara yang Nabi saw diutus untuk itu ? yaitu dakwah illallah. Allah swt baru turunkan pertolongan jika umat ini buat kerja Nabi saw. Allah stw akan tolong dia dalam urusan rumah tangganya, Allah swt akan tolong dia dalam urusan bisnisnya, Allah swt akan tolong dia dalam urusan agamanya. Allah swt akan tolong dia di dunia dan di akherat.

Keutamaan Menolong Agama Allah swt

Apa keutamaan menolong agama Allah swt :

1. Innā lananṣuru rusulanā wallażīna āmanụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yauma yaqụmul-asy-hād : Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia sampai hari kiamat

2. Yā ayyuhallażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkanmu.

Apa keutamaannya menolong Agama Allah :

1. Nusrotullah : Pertolongan Allah dunia dan akherat
2. Hidayah : Keteguhan Hati tidak akan Menyimpang

Jadi takazanya adalah tidak hanya mengamalkan agama tapi juga menyebarkan agama. Apa takazanya :

1. Mengamalkan agama –> Ibadah
2. Menyebarkan agama –> Dakwah

Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Menggabungkan 2 perkara ini : Ibadah dan Dakwah, inilah yang akan menarik pertolongan Allah swt.”

Seorang Abid, ahli ibadah, itu tidak akan mendapatkan masalah dari luar berbeda dengan dai. Dai ini mendapatkan masalah dari luar.

Beda masalah Dai vs Abid :

1. Abid : Masalah dari dalam –> Nafsu
2. Dai : Masalah dari luar –> Istri, anak, pemerintahan, kantor

Penghalang dari luar baru datang untuk menentang ketika seseorang buat dakwah. Inilah penghalang yang akan dihadapi orang yang mau menggabungkan ibadah dan dakwah :

1. Penghalang dari dalam : Nafsu
2. Penghalang dari luar : Dunia (Istri, Anak, Bisnis, Pemerintah)

Kisah Sahabat Abu Bakar RA

Di zaman Nabi saw, orang-orang berkata kepada abu bakar :

“Wahai Abu Bakar, engkau ini orang yang mulia, orang yang berpengaruh, orang yang mahsyur, dan kami memuliakan engkau. Tuan ini tidak mungkin kami hinakan. Tapi jika tuan membaca al quran dengan suara keras, maka kami tidak akan sungkan mengeluarkan tuan dari mekkah”

Abu Bakar RA ini mempunyai kebiasaan membaca al quran dengan suara yang keras. Mereka orang musyrik khawatir jika di dengar orang-orang, maka Abu Bakar RA akan mendakwahi mereka, sehingga mereka masuk islam. Jika di dengar oleh anak istri mereka, nanti mereka akan condong kepada islam. Masalah itu muncul dari luar ketika kita sudah mulai buat dakwah.

Hari ini orang berpikir saya sudah sholat, saya sudah puasa, saya sudah zakat, agama sudah ada pada diri saya, mau apa lagi. Andaikan abu bakar RA berkata ya sudah saya baca quran pelan-pelan saja untuk diri saya sendiri, baca quran itu sudah sudah cukup buat saya. Ini tidak seperti itu. Abu Bakar RA bilang :

“Walaupun kamu keluarkan saya dari mekkah, maka saya akan tetap baca Al Quran dengan suara keras.”

Orang-orang musyrik berkata saya akan memberikan keamanan bagi kamu di mekkah dan menjaga kamu tapi dengan syarat kamu tidak boleh baca quran keras-keras. Mereka tidak mau orang-orang terpengaruh asbab mendengar bacaan Quran Abu Bakar RA, lalu masuk islam. Apa kata Abu Bakar RA :

“Kamu ambil saja itu jaminan keamananmu, saya tetap akan baca Quran dengan suara yang keras.”

Permasalahan dari luar ini muncul ketika seseorang mulai buat dakwah. Seddangkan ibadah permasalahan dari luar tidak akan muncul. Justru ahli ibadah itu tidak mau mendapatkan masalah dari luar. Padahal orang yang buat kerja dakwah itu sudah mesti dapat masalah dari luar.

Permasalahan :

1. Ahli Ibadah : Masalah bukan dari luar tapi dari dalam
 Jika Nafsu menguasai dia Ibadah menjadi hambar

2. Ahli Dakwah : Masalah dari luar
 Terhambat keluar asbab istri, anak, kantor, dan pemerintahan, keamanan

Ahli Ibadah ini jika sudah dikuasai hawa nafsunya maka ibadah-ibadahnya akan menjadi hambar. Lalu ibadahnya sudah berubah menjadi keinginan untuk dipuji. Maka bagi ahli ibadah masalah itu tidak muncul dari luar tapi dari dalam.

Ahli Dakwah ini tantangannya justru menghadapi penghalang dari luar. Namun pertolongan Allah swt akan datang ketika seorang membuat kerja dakwa lalu dia mendapatkan tantangan dari penghalang luar.

Dengan Infirodhi dakwah, Nusroh Ghoibiyah akan datang. Dakwah infirodhi itu kesannya sangat kuat.

Kisah Nabi saw Dakwah kepada 2 Perampok

Nabi saw mendakwahi 2 orang perampok di tengah jalan. Padahal resiko dakwah kepada perampok ini nyawa taruhannya, sangat berbahaya sekali. Dua orang perampok ini tidak ada orang yang berhasil selamat jika ketemu mereka. Nabi saw memilih jalan yang berbahaya untuk bisa dakwah kepada 2 orang perampok ini. Nabi saw dalam perjalanan ke madinah, ada 2 jalan, salah satunya jalan yang ada perampoknya. Ada dua jalan, satu aman, dan satu lagi ada perampoknya. Maka orang disitu mengatakan jangan lewat jalan yang ada perampoknya. Jika kita disuruh pilih jalan, kita pilih jalan yang mana ? satu aman dan satu lagi berbahaya. Apa kata Nabi saw ? saya akan berjalan di jalan yang ada perampoknya. Abu Bakar RA bilang ya Rasullullah ini jalan berbahaya. Nabi saw katakan biar saya dakwahi mereka. Disini nyawa rela hilang, nyawa tidak diperhitungkan, demi dakwah. Jadi nyawa tidak dianggap jika dibandingkan dengan dakwah. Mendingan nyawa hilang demi dakwah, dibanding nyawa selamat tinggalkan dakwah. Maka kedua orang perampok ini bertemu Nabi saw.

Allah swt berfirman :
Allażīna yuballigụna risālātillāhi wa yakhsyaunahụ wa lā yakhsyauna aḥadan illallāh, wa kafā billāhi ḥasībā
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.
(QS. Al Ahzab : 39)
Dai yang akan menyampaikan perintah Allah swt, maka orang-orang akan mulai menakuti-nakuti dia. Namun mereka tidak takut kecuali kepada Allah swt.

wa lā yakhsyauna aḥadan illallāh : mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah

Kenapa mereka tidak takut karena mereka yakin Allah swt akan jaga mereka dari gangguan manusia jika buat dakwah.

wallāhu ya’ṣimuka minan-nās : Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia

Allah swt berfirman :

Yā ayyuhar-rasụlu ballig mā unzila ilaika mir rabbik, wa il lam taf’al fa mā ballagta risālatah, wallāhu ya’ṣimuka minan-nās, innallāha lā yahdil-qaumal-kāfirīn

Artinya:

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

(QS. Al Maidah : 67)

Allah swt lah yang akan menjaga seorang dai. Seorang dai itu pemberani, tidak ada dai itu yang penakut. Hanya karena tidak ada uang tidak berani keluar. Padahal Allah swt akan selalu menjaga seorang dai. Jika ada seseorang mendatang dai, maka dia akan berpikir sebenarnya kamu bukan sedang menentang saya tapi kamu sedang menentang yang mengutus saya. Seseorang dai akan selalu ditolong Allah swt yaitu seorang dai yang yakin pada pertolongan Allah swt.

Allah swt berfirman : “Ajaklah orang-orang menuju saya, maka saya akan bersama kamu.”
Disini yang ingin saya jelaskan adalah tentang pertolongan Allah swt, agar seorang dai ini tidak perlu khawatir dalam membuat kerja dakwahnya. Dai tidak ada kekhawatiran dalam membuat kerja dakwah karena Allah swt akan tolong dai yang membuat kerja sebagaimana para Nabi yang di utus atas perkara tersebut.

Istiqomah Amal Agama jika buat Dakwah

Seorang Dai ini harus punya keyakinan bahwa keistiqomahan dalam mengamalkan agama hanya bisa didapatkan ketika agama itu di dakwahkan. Namun kamu jangan ubah tata cara dakwah. Jika kamu ubah tata cara dakwah maka yang tersebar bukan hidayah tapi kesesatan. Dakwah tidak mengikuti zaman, tapi Zamanlah yang mengikuti dakwah. Dakwah ini mengikuti Sirahnya sahabat.

Dakwah dengan Media

Dakwah tidak mengikuti zaman, walupun sekarang zaman telah berubah, teknologi telah maju bisa menggunakan media-media. Bisa dakwah di mimbar-mimbar TV. Jika kita datangi orang jalan kaki susah, kita bisa kirim via medsos atau gadget. Dakwah yang menggunakan tata cara kebatilan untuk menyebarkan kebatilan, tidak mungkin datang pertolongan Allah swt.

Menyebarkan perkara Haq dengan menggunakan cara yang Batil. Ini sama dengan mencampurkan perkara yang Haq dengan perkara yang batil. Jika perkara yang Haq sudah bercampur dengan perkara yang Batil, maka perkara yang Haq ini akan ikut menjadi Batil. Media-media siaran yang ada sekarang ini adalah cara-cara orang batil menyebarkan kebatilannya. Bagaimana mungkin cara batil digunakan untuk menyebarkan agama. Sedangkan masing-masing sudah ada caranya. Kenapa harus menggunakan cara lain untuk menyebarkan agama, tidak menggunakan cara sunnah dan sirah sahabat RA.

Analogi

Ketika seseorang sakit di rumah sakit biasanya di bawah tempat tidurnya ada wadah. Wadah ini digunakan jika pasien ini ingin buang air. Jika pasien ini sudah tidak bisa bergerak, maka dia tidak perlu pergi ke toilet, dia bisa gunakan wadah tersebut buat buang air. Bagaimana bila wadah ini di cuci sebersih-bersihnya, lalu saya tuangkan air minum, saya kasih ke tuan untuk diminum. Kira-kira bagaimana ? Apakah tuan mau minum dari wadah itu ? Tidak mau ? Bagaimana jika saya beli wadah yang baru apakah tuan mau minum dari situ ? Namun jika dibalik orang kencing di gelas, maka ini dianggap satu kebodohan. Gelas ini untuk minum bukan untuk buang air kecil. Sebenarnya sah-sah saja, boleh saja, kepepet tidak ada wadah akhirnya gelas jadi wadah buang air. Namun yang namanya perasaan tentu tidak bisa dipungkiri. Perkara yang sepele seperti ini aja, perasaan dan akal kita bisa menolaknya. Walaupun kita bersihkan itu wadah ataupun beli yang baru, tidak mungkin perasaan dan akal kita bisa menerimanya untuk dijadikan tempat minum. Perkara yang sepele ini aja orang-orang memahami tidak mungkin cara seperti ini bisa diterima, bagaimana mungkin perkara yang haq menggunakan cara yang lain untuk menyebarkan perkara yang Haq.

Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Menggunakan cara yang Batil untuk menyebarkan yang Haq, maka yang akan tersebar justru perkara kebatilan bukan perkara yang Haq.”

Menyebarkan yang Haq ini hanya ada jalan yang khusus tidak bisa menggunakan semua cara. Seperti TV, Medsos, Gadget, siaran-siaran, ini akan membuat kerja kita lebih mudah, dan terjangkau kebanyak orang. Kita tinggal duduk di satu tempat maka orang-orang di ujung dunia akan bisa mendengarkan dakwah kita.

Musyawarah Panggilan Sholat

Para sahabat RA bermusyawarah dengan Nabi saw bagaimana cara memanggil orang islam untuk datang sholat. Waktu itu belum ada adzan. Maka untuk memanggil orang-orang bagaimana caranya. Maka sahabat-sahabat mengajukan usul-usul. Apa saja usulnya :

1. Bagaimana jika kita menggunakan Gendang. Kita pukul gendang setiap waktu masuk, nanti orang yang dengar akan mengetahui ini sebagai panggilan sholat.

–> Nabi Tolak Usul ini karena ini cara Orang Yahudi

2. Bagaimana jika kita menggunakan lonceng untuk memanggil orang islam sholat.

–> Nabi Tolak Usul ini karena ini cara Orang Nasrani

3. Bagaimana jika menggunakan Api untuk memanggil orang islam untuk sholat.

–> Nabi Tolak Usul ini karena ini cara orang Majusi

Nabi saw tidak mau menggunakan : Gendang, Lonceng, dan Api. Kenapa ? karena cara ini adalah cara-cara yang digunakan oleh orang kafir. Gendang dan Lonceng ini hubungannya dengan pendengaran. Sedangkan Bakar Api ini hubungannya dengan penglihatan. Kita bakar Api nanti Api mengeluarkan asap, ketika orang-orang melihat maka mereka akan tahu waktu sholat sudah masuk.

Hari ini orang-orang islam mencari-cari cara dakwah model baru dengan menggunakan media-media padahal cara-cara tersebut dipakai oleh ahli batil menyebarkan kebatilannya. Mereka berpikir dengan cara baru ini, dakwah jadi lebih mudah dan akan sampai dipelosok-pelosok dunia. Maka yang akan terjadi pengetahuan agama akan sampai tapi Agama tidak akan sampai. Pengetahuan ya benar mungkin orang jadi tahu, tapi agama tidak akan wujud dan tidak akan diamalkan. Mereka akan tahu orang islam boleh menikahi 4 istri, kasihan yah jadi wanita muslim di poligami. Jadi pengetahuan agama akan sampai, cuman agama tidak akan wujud. Mereka akan bilang bahwa orang islam ini sholat 5 waktu satu hari, kasihan sekali yah orang islam berat dan capek pastinya, kita orang nasrani cuman seminggu sekali. Pengetahuan islam akan sampai ke mereka, tapi agama tidak akan wujud.

Analogi Air Gunung

Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Geraknya umat untuk mendatangi orang-orang itu di ibaratkan seperti air yang turun dari gunung. Seperti apa kencangnya air yang turun dari gunung. Air ini akan membersihkan semua tempat yang dilewati. Air yang mengalir ini akan senantiasa suci. Dia sendiri suci dan akan mensucikan tempat-tempat yang dilewati.”

Seorang dai ini ketika dia bergerak ini seperti air gunung tadi. Dia sendiri akan menjadi bersih dan membersihkan dosa-dosa pada diri umat yang dilewati. Begitu pentingnya seorang dai ini bergerak.

Analogi Pedagang

Seorang pedagang ini akan mencari untung dengan menjual barangnya di tokonya. Manfaat apa yang akan dia dapatkan dengan berjualan :

1. Pedagang itu sendiri akan mendapatkan manfaat : Untung
2. Pembelinya juga akan mendapatkan manfaat : Barang

Seorang dai :

1. Dia sendiri mendapatkan manfaat
2. Orang lainpun juga mendapatkan manfaat.

Dakwah : Perintah vs Faedah

Dalam kerja dakwah ini yang harus kamu pahami adalah bahwa saya ini harus bergerak, karena ini perintah Allah swt. Kita dakwah karena ini perintah Allah swt, bukan untuk mendapatkan faedah-faedah. Kalau saya keluar nanti Allah swt akan tolong saya, bisnis saya akan berkembang maju. Jadi ketika buat kerja dakwah ini ada keinginan-keinginan. Orang yang punya keinginan-keinginan selain ridho Allah swt ketika buat kerja dakwah, maka suatu saat dia akan tinggalkan kerja dakwah jika keinginan-keinginannya tidak tercapai. Kenapa ? ternyata ketika dia pulang usahanya bangkrut. Ternyata saya bangkrut karena saya keluar. Bukan tambah maju usaha saya ketika saya keluar malah bangkrut. Seandainya saya tidak keluar tentu tidak akan bangkrut.

Karguzari Taskil
Tim Taskil datang ke rumah Ahbab lagi sakit. Ayo keluar kata tim taskil, dia bilang tidak bisa karena saya sakit. Tim Taskil bilang kalau kamu keluar nanti sakit kamu Allah swt sembuhkan. Akhirnya dia keluar pergi di jalan Allah swt. Ternyata ketika wabsyi sakitnya makin parah. Akhirnya tidak mau keluar lagi. Kenapa ? karena ketika keluar punya tujuan-tujuan lain selain Ridho Allah swt.

Buatlah kerja dakwah ini karena ini perintah Allah swt, bukan karena yang lain. Walaupun dalam keadaan sakit, tetap berangkat juga.

Analogi Sholat

Ketika waktu sholat tiba, seseorang yang sakit tetap harus sholat juga. Kalu dia tidak bisa berdiri, maka dia bisa sholat dengan cara duduk. Asbab memahami bahwa sholat ini adalah perintah Allah, maka dalam kondisi sakitpun tetap sholat. Dakwahpun demikian, kita harus memahami bahwa dakwah ini perintah Allah swt. Jika setiap orang memahami dakwah ini adalah perintah Allah, maka orang ini akan istiqomah.

Sholat Nabi saw Menjelang Wafat

Nabi saw pernah dalam keadaan sakit parah sudah tidak bisa bergerak lagi. Sehingga harus dipapah oleh 2 orang agar bisa datang ke mesjid untuk sholat berjamaah. Para sahabat RA menunggu Nabi saw untuk mengimami. Beliau sadar kemudian pingsan lagi. Beberapa saat sadar lagi lalu pingsan lagi. Akhirnya Nabi saw menyuruh Abu Bakar RA untuk mengimami sholat.

3 Wasiat Nabi saw

Menjelang Wafat Nabi saw menyampaikan 3 perkara :

1. Sholat : Ibadah
 Hak Allah swt (Haqqullah)

2. Tunaikan Hak orang di bawah Naunganmu (Anak, Istri, Hamba Sahaya) : Muamalah, Muasyarah, Akhlaq
 Hak Manusia (Haqqul Adami)

3. Berangkatkan Jemaah Osamah : Rombongan Dakwah
 Hak Ummat

Ini adalah Azas kerja kita. Nabi saw sebelum wafat mengulang-ulang wasiat ini sebelum beliau wafat. Padahal ini sudah beliau sampaikan ketika beliau masih sehat.

Analogi Pedagang

Pedagang ini dia punya modal, lalu buat usaha, dia jualan, kemudian bangkrut. Dia akan berfikir kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Maka dia akan cari modal lagi untuk melanjutkan usahanya. Lalu gagal lagi, bangkrut lagi. Maka dia bilang ini kegagalan yang membawa semakin dekat kepada keberhasilan. Cari modal lagi kemudian usaha lagi.

Orang yang mengurus perkara dunia saja mereka tidak henti-hentinya usaha, setiap jatuh bangkit lagi dan terus bergerak kedepan. Jatuh lagi, bangkit lagi, gagal lagi coba lagi, terus begitu, tidak putus asa dan berhenti. Ini karena ada tuntutan dunia, kalau saya tidak terus usaha, maka saya akan kelaparan. Asbab ada tuntutan mereka tidak berhenti dan terus berusaha. Saya terus akan cari cara agar bisa jalan terus. Padahal ini hanya untuk urusan dunia.

Bagaimana dengan Dai yang buat kerja dakwah. Seorang dai ini tidak akan mundur dengan kegagalannya, setiap jatuh dia bangkit lagi, setiap mentok dia akan usaha lagi. Seorang dai buat kerja dakwah ini karena merasa dituntut oleh perintah Allah swt. Ada tuntutan untuk seorang dai dalam menjalankan dakwahnya. Maka tidak ada yang namanya kegagalan pada diri seorang dai. Bagaimana mungkin ada kegagalan pada diri seorang dai, sedangkan seorang dai itu sudah dijanjikan pertolongan dari Allah swt.

wallāhu ya’ṣimuka minan-nās : Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia

Dia tidak akan dibiarkan celaka oleh gangguan orang-orang. Allah swt akan menjaganya dari gangguan asbab dai ini buat kerja Nabi saw.

Orang yang urus dunia tidak mendapatkan janji apa-apa. Jika dia mengurus bisnisnya pasti dia akan sukses, tidak ada janji seperti ini. Padahal tidak ada janji apa-apa atas asbab dunia, yang ada mereka hanya menaruh harapan. Urusan dunia ini selalu kita menaruh harapan, walaupun harapan ini kebanyakan palsu. Namun asbab merasa dituntut oleh hajat-hajat dunia sehingga mereka akan selalu berusaha walaupun gagal. Walaupun jatuh bangkrut, dia akan usaha lagi.

Sedangkan dai ini dalam buat kerja dakwah, tidak ada yang namanya kegagalan. Dia dituntut Allah swt, tetapi dia juga di tolong Allah swt. Perhatikan ayat quran atas janji pertolongan Allah swt dan kamu lihat sirah Nabi saw dan para sahabat.

Apa keutamaan menolong agama Allah swt :

1. Innā lananṣuru rusulanā wallażīna āmanụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yauma yaqụmul-asy-hād : Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia sampai hari kiamat

2. Yā ayyuhallażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkanmu.

Baca pertolongan Allahh swt pada para Nab dan para sahabat RA. Bagaimana doa-doa mereka Allah swt kabulkan. Ini semua janji Allah swt.

Apa tuntutan Allah swt atas seorang dai ?

1. Seorang dai pantang mundur
2. Seorang dai tidak melihat suasana tapi perintah Allah swt

Allah swt berfirman :

Wa iż qālat ummatum min-hum lima ta’iẓụna qaumanillāhu muhlikuhum au mu’ażżibuhum ‘ażāban syadīdā, qālụ ma’żiratan ilā rabbikum wa la’allahum yattaqụn

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “sebagai peringatan dari Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.

(QS. Al Araf : 164)

Ketika dai ini ditanya kenapa kamu dakwah ke mereka yang begitu banyak keburukan yang mereka telah buat, yang setiap perbuatan mereka sudah bisa dipastikan hukumannya di neraka. Begitu banyak keburukan yang mereka lakukan pasti Allah swt akan menyiksa mereka, untuk apa kamu dakwah ke mereka. Apa jawaban seorang dari :

qālụ ma’żiratan ilā rabbikum wa la’allahum yattaqụn : sebagai peringatan dan supaya mereka bertakwa.

Ada harapan semoga mereka mau bertaqwa, inilah penyebab seorang dai tidak akan berhenti dakwah. Berungkali di datangi tetap tidak mau terima ajakan dai, tidak apa-apa maju terus datang lagi dan lagi. Hari ini kita begitu takut di hina jika terus mendatangi orang. Para sahabat RA dahulu demi buat kerja dakwah ini mereka semua dihina dan dicaci. Bahkan Nabi saw orang yang paling muliapun dihina. Apakah mereka berhenti dakwah ? tidak maju terus pantang mundur. Sedangkan kita bukan orang mulia seperti mereka tapi tidak mau dihina.

Nabi saw mengajarkan ilmu kepada para sahabat RA, lalu memerintahkan mereka untuk pergi ke kampung-kampung, negeri-negeri, pelosok-pelosok dunia untuk menyampaikan nya kepada ummat. Nabi saw mengutus perorangan dan mengutus secara berjamaah juga. Kitapun juga buat demikian sebagaimana yang dikerjakan Nabi saw dan Sahabat RA. Agama agar tersampaikan kepada ummat ini dainya yang harus bergerak bukan HP nya yang bergerak.

Kita terus perbaiki cara dakwah kita agar semakin serupa dengan kerja dakwah nabi saw dan para sahabat RA. Lalu kita niat sungguh-sungguh untuk senantiasa memperjuangan ini agama tanpa mempedulikan caci maki orang lain. Dengan membawa kepahaman bahwa ini adalah perintah Allah swt, tuntutan Allah swt. Kita kedepankan janji-janji Allah swt dan pertolongan Allah swt kepada kita dalam membuat kerja dakwah ini. Inilah yang akan menyebabkan kita Istiqomah dalam mengamalkan agama dan kerja dakwah.

Semoga Allah swt pahamkan kita semua ….. Amien.

Hadratji no.4
2.17.38

Blog di WordPress.com.