Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi : Cara Membentuk Ummat melalui Ijtimaiyat

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi DB
Markaz Dakwah Nizammuddin
New Delhi, India.

Bayan Subuh,

Assalamualaikum wr, wb.


Kerja dakwah kita ini akan terus berlanjut dengan pertolongan Allah swt saja. Bahkan untuk kerja dunia sekalipun ini juga berlanjut dengan pertolongan Allah swt. Padahal Dunia ini dengan segala bentuk kerja dunisnys dipandangan Allah swt ini adalah sesuatu yang sangat kecil dan remeh, tidak seperti kerja agama. Seperti apapun kerja dunia mau yang 1 trilyun atau 1 bilyun ini semua remeh di padangan Allah swt. Semua perkara dunia ini sangat kecil. Jika kerja dunia yang demikian remeh dan kecil saja berjalannya dengannya pertolongan Allah swt, bagaimana mungkin kerja kenabian yang keuntungannya dunia dan akherat tidak menggunakan pertolongan Allah swt.

Allah swt itu melihat hamba-hambanya, siapa saja yang diantara mereka yang mau menyenangkan Allah swt. Mereka kerja hanya untuk Ridho Allah Swt saja. Siapa yang akan mendapatkan pertolongan Allah swt, ini semua Allah swt akan lihat dulu. Siapa saja yang akan Allah swt tolong adalah Ad Jizi : orang lemah yang selalu berdoa kepada Allah swt. Sedangkan orang yang suka mengaku-ngaku, suka merasa, seperti saya ini orang lama, saya ini orang pintar, saya ini orang kaya, saya ini orang korban orang yang butuh pengakuan macam ini tidak akan dipandang oleh Allah swt. Sedangkan orang yang dipandang dan ditolong Allah swt adalah orang yang selalu memandang dirinya hina, lemah, kecil, tidak bisa apa-apa, merasa tidak punya apa-apa selain Allah, saya tidak bisa bergerak tanpa izin Allah swt. Lalu dia berdoa, maka mereka yang seperti inilah akan Allah swt tolong.

Seorang Dai ini musti tahu apa asbab turunya pertolongan Allah swt. sebagaimana dunia ini selalu membutuhkan asbab, begitupula agama yang untuk kebaikan seorang hamba selalu juga ada asbab-asbabnya. Pertolongan Allah swt turun kepada seorang hamba itu bukan kepada hamba yang Qobiliat. Apa itu Qobiliat yaitu atas kemahsyuran. Orang Qobiliat itu orang-orang yang sudah mashyur. Jadi cara datangnya pertolongan Allah swt ini bukan menyasar orang-orang yang Qobiliat. Ketika seseorang itu mahsyur maka orang itu akan Allah swt berikan pertolongan, tidak bukan seperti itu.

Banyak penyebab pertolongan Allah swt turun kepada Umat ini :

1. Pada Orang yang Lemah
2. Pada orang yang miskin
3. Pada orang yang di dzolimin
4. Dll

Namun ada satu asbab yang sangat kuat yang bisa menarik pertolongan Allah swt. Apa asbab yang paling kuat dalam menarik pertolongan Allah swt ? yaitu Ijtimaiyat, berjamaah. Orang yang amalnya banyak yang kurang tapi dia berjamaah, maka kekurangannya itu akan disempurnakan oleh Allah swt. Sebaliknya orang yang amalnya sempurna tapi tidak berjamaah, maka Allah akan pandang amalan ini sebagai amalan yang tidak sempurna. Dia sholat dengan keikhlasan, tertib, dan penuh adab, gerakannya benar namun sendirian tidak berjamaah, maka akan tercatat sebagai amalan yang kurang.

Maulana Ilyas Rah.A katakan :
“Jika purana sati, orang lama, mereka berkumpul buat kerja, tapi tidak dengan berjamaah. Maka pertolongan Allah swt tidak akan turun. Lalu orang baru buat kerja tapi dengan berjamaah maka akan turun pertolongan Allah swt.”

Jadi Ijtimaiyat atau berjamaah ini adalah asbab terkuat untuk mendatangkan pertolongan Allah swt. Banyak penyebab turunnya pertolongan Allah swt, tapi yang terkuat adalah dengan Ijtimaiyat, berjamaah.

Apa itu Jemaah dan bagaimana cara membentuk jemaah ?

Jemaah itu seperti sholat. Ketika sholat berjamaah itu bisa dibilang ada sholat berjamaah karena ada imam, bukan hanya karena ada kesamaan gerak. Walaupun sama geraknya rama-ramai sholat, tapi tidak ada imam maka tidak bisa disebut jemaah.

Bagaimana cara membentuk jemaah ?

1. Melihat sebagai Ummat bukan Tapka
2. Berlaku Lemah Lembut
3. Sabar mudah memaafkan dan tidak mendendam
4. Senantiasa bermusyawarah dipimpin Amir

I. Penyebab Pertama Jangan ada Tapka : Sekat / Kelompok

Umat harus menghilangkan perasaan merasa berbeda, tidak menyatu (Sekat / Tabpkah). Seperti saya orang delhi, dia orang lahore, kami dari bangsa cina, dia dari suku batak, kami kepolisian, dia dari tentara, saya dokter, dia supir, maka umat sulit bersatu. Selama masih ada perasaan merasa berbeda, masih ada sekat, maka ummat tidak akan bisa berjamaah. Kita bawa ummat sebagaimana kita sholat berjamaah, tidak membedakan yang kaya dan miskin, yang pintar dan yang bodoh, yang hitam kulitnya dan yang putih kulitnya. Semua orang kaya, orang pintar, kulit putih, semua harus di shaff awal, apakah seperti itu kita sholat, tentu tidak. Sholat ini tidak melihat kedudukan atau status sosial, tidak melihat tabka, sekat. Pejabat bisa sholat disamping rakyat, orang kaya bisa sholat disamping orang miskin, seorang dokter bisa sholat disamping supir, tidak membeda-bedakan. Seorang Ulama sekalipun jika dia sebagai makmum tetap dibelakang imam.

Kenapa Allah swt tidak turunkan kepada umat ini. Ini karena yang menjadikan pertolongan ini merata pada umat adalah jika umat ada dalam Ijtimaiyat, berjamaah. Adapun pertolongan yang turun kepada ummat hari ini itu tidak merata, hanya kepada orang-orang tertentu saja, infirodhiat. Hari ini pertolongan Allah swt turun hanya kepada infirodhiat, orang per orang. Sedangkan untuk menurunkan pertolongan Allah swt secara Ijtimaiyat, merata, itu azasnya adalah berjamaah. Persyaratannya adalah Berjamaah.

Dakwah dan Ibadah ini adalah amalan Ijtimaiyat. Bukan Ibadah saja yang ijtimaiyat, dakwahpun Ijtimaiyat. Di zaman Nabi saw hanya orang musyrik dan kafir yang tidak datang berjamaah. Sahabat berdatang berjamaah, orang munafikpun berjamaah di mesjid nabawi. Begitu marahnya Nabi saw bagi orang yang tdiak berjamaah. Sehingga orang munafikpun merasa takut ketika ketinggalan sholat berjamaah, padahal hukum sholat berjamaah ini adalah sunnah.

Nabi saw bersabda :

“Rasanya aku ingin mengumpulkan para pemuda untuk mengumpulkan kayu bakar agar membakar rumah orang-orang yang sholat dirumahnya tidak mau datang ke mesjid untuk menunaikan sholat berjamaah.”

(Mahfum Hadits)

Mereka sholat dirumahnya bukan tidak sholat tapi tidak mau datang ke mesjid untuk berjamaah. Jadi penyebab nabi saw mau membakar rumahnya bukannya karena tidak sholat, dia sholat dirumahnya, tapi tidak berjamaah. Begitu marahnya Nabi saw kepada orang yang tidak berjamaah, padahal sholat berjamaah itu hanya sunnah. Inilah ushul atau azas kerja dakwah yaitu tidak boleh ada sekat atau kasta atau tabpka dalam kerja ini.

Nabi syuaib ini diutus kepada kaum yang profesinya pedagang. Dan ada nabi yang di utus kepada kaum yang profesinya petani. Namun para Anbiya AS mendatangi kaumnya dengan satu tabka : ada yang ke kaum petani, ada yang ke kaum tajir, ada yang ke kaum kerjanya mengembala. Seperti nabi sholeh ini diutus ke kaum pengembala, makanya mukjizatnya itu adalah Unta Pengembala. Sedangkan Nabi saw di utus untuk menggabungkan semua Tabka, semua kaum, semua kelompok.

Hari ini kita ada pemikiran agar orang-orang itu mau ikut dalam kerja dakwah maka kita buat Jord khusus kelompok dia. Jord Kelompok dia buat khusus untuk kelompok orang macam dia. Sedangkan tidak ada Jord Khusus dalam kerja ini. Bahwa Nabi saw diutus untuk menggabungkan Tabka. Dizaman Nabi saw ini ada 2 suku yang selalu saling berperang. Kemudian Nabi saw mengumpulkan 2 kabilah ini. Padahal 2 kabilah ini tidak pernah bersatu, selalu saling bertentangan. Kerja dakwah yang dibuat nabi saw itu adalah mengumpulkan 2 kabilah yang saling bertentangan. Niat untuk menyatukan Ummat dengan cara memisahkan Tabka, inilah yang memecah belah ummat.

Kisah Jord Khusus Nabi saw dan Surat Abasa

Suatu ketika pemimpin musyrikin meminta waktu nertemu dengan Nabi saw, namun mereka membawa syarat. Para pemimpin musyrik itu tidak suka duduk bersama orang-orang fakir dari kalangan sahabat RA. Ini karena ada diantara sahabat ini adalah mantan hamba-hamba sahaya mereka. Jadi orang-orang kaya musyrik itu tidak suka duduk dengan sahabat dari kalangan orang-orang fakir. Mereka mengatakan wahai muhammad kami akan mendengarkan pembicaraanmu tapi dengan syarat bahwa suhaib, salman, dan bilal jangan mendekat dengan kami. Ini karena mereka bukan dari kalangan kami, ini syaratnya untuk mendengar dakwah nabi saw. Ini kebiasaan pemimpin musyrik mekkah, mereka minta dibuatkan jord khusus untuk mereka saja. Ini karena merasa berbeda dengan mereka. Para pemimpin Musyrikin ini tidak mau digabung dengan orang fakir, untuk mendengarkan dakwah nabi saw, harus dengan jord khusus kalangan mereka saja.

Maka Nabi saw berpikir ini sarannya bisa diterima. Paling tidak mereka mau mendengarkan pembicaraan, ini dalam pikiran Nabi saw. Nabi saw berpikir sahabat ini kan sudah beriman semua. Maka Nabi saw mengatakan para sahabat jika orang-orang musyrikin ini datang maka kalian jangan mendekat dulu ke saya. Maka nabi saw memberikan waktu untuk para pemimpin musyrikin itu. Selama waktu itu nabi saw meminta para sahabat ra yang fakir miskin untuk tidak mendekat ke lokasi jord khusus.

Disini yang saya bicarakan apa ? Jord Khusus. Kenapa ini kita bicarakan karena masih ada dipikiran kita untuk buat jord macam ini. Buat jord pejabat, buat jord dokter, buat jord suku tertentu, buat jord orang khowas, dll. Jika kita buat jord seperti ini mereka mau mendengarkan pembicaraan kita, khusus untuk pejabat saja, khusus untuk orang kaya, khusus untuk dokter, dll.

Ketika Nabi saw menetapkan waktunya maka para pemimpin musyrikin datang ke Jord khusus tersebut. Ketika Jord khusus sudah dimulai, para sahabat RA tidak ada yang datang, sesuai dengan perintah Nabi saw. Atas kehendak Allah swt ada 1 orang sahabat yang buta, Abdullah bin Maktum, dia tidak mengetahui pengumuman Nabi saw ini, langsung datang ke Jord Khusus Nabi saw secara tiba-tiba. Dia tidak tau bahwa ditempat itu ada jord khusus. Dia berkata :

“Ya Rasullullah ajarkanlah kepada Aku apa saja yang telah diajarkan Allah swt kepada engkau.”

Asbab kedatangan ibnu maktum yang tiba-tiba, nabi saw tidak senang mendengarkan ucapannya di majelis petinggi-petinggi musyrikin quraish. Ini memang kehendak Allah swt, melalui kejadian ini Allah swt ingin menunjukkan Azas kerja dakwah. Nabi saw tidak senang karena saya sudah melarang kamu untuk datang, kenapa kamu masih datang. Ketika Nabi saw menunjukkan ketidak senangannya, Allah swt turunkan ayat menegur keras nabi saw dalam surat Abasa.

Allah swt berfirman :

‘abasa wa tawallā. an jā`ahul-a’mā. wa mā yudrīka la’allahụ yazzakkā. au yażżakkaru fa tanfa’ahuż-żikrā. ammā manistagnā. fa anta lahụ taṣaddā. wa mā ‘alaika allā yazzakkā. wa ammā man jā`aka yas’ā. wa huwa yakhsyā. fa anta ‘an-hu talahhā. kallā innahā tażkirah. fa man syā`a żakarah

Artinya:

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya.”

Bagaimana mungkin kamu mengarahkan pandanganmu kepada orang-orang merasa dirinya serba cukup, tidak butuh pengajaran darimu. Lalu kamu berpaling dari orang yang di hatinya ada takut kepada Allah swt dan butuh pengajaran darimu. Inilah kejadian yang didalamnya ada peringatan dari Allah swt. Satu pelajaran Ushul Dakwah, Azas kerja kita. Memisahkan tabka-tabka dalam kerja dakwah, cara seperti ini tidak akan bisa membentuk ummat. Nabi saw itu di utus untuk membentuk Ummat bukan untuk menyiapkan kelompok-kelompok atau tabka-tabka.

Nabi saw berkata kepada Afzam RA, jika kamu ingin keluar di jalan Allah swt kamu jangan bergabung jemaah kaummu. Inipun azas kerja kita bagaimana ketika kita keluar ini dengan siapa saja bukan hanya dengan orang yang kita kenal. Makna arahan Nabi saw ini adalah jika kamu bisa keluar dengan orang yang tidak kamu kenal ini adalah kesempatan dimana kamu bisa memperbaiki akhlaqmu. Berbeda dengan hewan, mereka hanya mau berkumpul dengan jenisnya saja. Merpati dengan merpati, kambing dengan kambing, harimau dengan harimau, serigala dengan serigala. Ini adalah tabiat atau kebiasaan binatang, sifat binatang. Berapapun banyaknya hewan diseluruh dunia ini mereka hanya mau bergabung dengan temannya saja, kelompoknya saja, tidak menyatu dengan yang lain.

Kisah Jemaah Masturoh Perancis dan Afrika

Satu jemaah datang, jemaah masturoh, 3 pasang dari perancis dan 2 pasang dari afrika. Kami mentaskil mereka. Orang Afrika betul-betul hitam gelap, sedangkan orang perancis berkulit putih. Satu jemaah telah terbentuk. Orang afrika berkata bagaimana kami bisa keluar sama mereka, kami orang berkulit hitam dan mereka berkulit putih. Mereka berpendapat kebiasaan kami juga berbeda dengan mereka. Bahasa kamipun tidak sama. Mereka usul hendaknya jemaah kami dipisahkan.

Maka satu orang ahbab bilang pisahkan saja mereka, beda kebiasaan, beda bahasa, beda bangsanya, nanti jadi susah. Ahbab ini berpendapat kalau dipisah akan memudahkan mereka belajar agama dan kerja agama. Kalau dipisah menurut kelompoknya masing-masing nanti mereka ada kemudahan untuk belajar. Tapi kalau disatukan, kebiasaannya beda, bahasanya beda, nanti mereka akan kesulitan belajar kerja ini.

Hadratji Maulana Saad katakan :

Kerja ini bukan hanya belajar agama, kerja ini untuk membentuk ummat.

Jika hanya untuk belajar agama saja, banyak sekali perantara untuk belajar agama. Dibentuknya jemaah dari orang yang berbeda-beda bukan hanya untuk belajar agama tapi juga untuk membentuk ummat. kamu telah keliru dalam memahami kerja dakwah.

Kerja dakwah ini untuk membentuk umat bukan tabka sehingga mereka hanya keluar dengan negaranya masing-masing, sukunya masing-masing, kelompoknya masing-masing. Bahkan belajar dari Nabi saw 2 suku yang berbeda dan selalu bertikai ini disatukan oleh Nabi saw, inilah cara membentuk ummat.

Maka asbab ini jemaah memahami kekeliruan mereka dalam memandang kerja. Mereka berkata di negara kami orang perancis punya mesjid sendiri dan orang afrika punya mesjid sendiri. Begitu juga dalam bermuamalah kami tidak bermuamalah satu dengan yang lain. Mereka orang islam dan kamipun orang islam. Jadi menyatukan orang dari berbagai macam suku, bahasa, warna, negara, ke dalam satu jemaah ini adalah cara Nabi saw dalam membentuk Ummat. Inilah Azas dakwah kita yaitu menghilangkan sifat Tabka dalam hati.

Ummat ini memerlukan pertolongan Allah swt. Dan yang menjadi penyebab utama turunnya pertolongan Allah swt secara merata jika Ummat ini berjamaah. Jika Ummat tidak berjamaah, maka pertolongan Allah swt ini hanya infirodhiat, kepada orang-per-orang saja. Pertolongan kepada ummat tidak akan turun, sementara ummat ini memerlukan pertolongan Allah swt.

Nabi Muhammad saw itu tidak membiarkan Ummat berbeda hanya karena bahasa dan warna kulit. Bahkan perbedan-perbedaan ummat disatukan oleh Nabi saw.

Kisah Sahabat RA Bilal Menjadi Muadzin

Bilal RA dia itu orang asing berkulit hitam gelap, bukan keturunan Arab. Nabi saw menjadikan Bilal sebagai Muadzin. Tidak seperti sekarang orang yang dijadikan muadzin adalah orang yang remeh saja, tidak punya pekerjaan, kasih dia jadi muadzin. Nabi saw menyampaikan kepada para sahabat RA fadhilah seorang muadzin. Ketika mendengar fadhilah seorang muadzin, maka syaidina umar berkata :

“Ya Rasullullah engkau baru saja menjelaskan kepada kami satu keutamaan yang akan menyebabkan kami nanti saling mengangkat pedang, saling membunuh untuk bisa mendapatkan fadhilat muadzin.”

Lalu Rasullullah saw berkata :

“Wahai Umar akan tiba suatu masa yang menjadi muadzin nanti adalah orang-orang hina, dianggap remeh.”

Maka Nabi saw menjadikan Bilal RA ini sebagai Muadzinnya Nabi saw di mesjid Nabawi. Nabi saw tidak memilih berdasarkan tabka, karena dia orang kampung saya maka saya akan pilih dia. Siapa yang dipilih Nabi saw bukan keluarganya, bukan kerabatnya, bukan orang sukunya, tetapi Bilal RA dari Habasyah, Afrika.

Jangankan umat islam secara umum, saudara dengan saudara, adik dengan kakak. Gara-gara warisan sang adik berpikir bagaimana kakaknya meninggal, dan sang kakak berpikir bagaimana sang adik meninggal. Padahal mereka punya hubungan darah daging. Jadi kerja agama ini bukan sistem pewarisan. Bahwa yang berhak menjadi muadzin hanya orang quraish aja, tidak begitu.

Kisah Usamah RA

Dia ini kulitanya hitam gelap, wajahnya dibawah standar, hidungnya pesek. Nabi saw begitu cintanya kepada Usamah, suatu ketika beliau jatuh dan jidadnya berdarah, hidungnya berdarah, tepat di depan pintu rumah Nabi saw, Maka Nabi saw perintahkan Aisyah mengambil obat segera. Aisyah R.ha berpikir bagaimana saya bisa bersihkan wajahnya usamah yang sudah penuh darah. Maka Nabi saw sendiri yang bangkit mengangkat Usamah dan mencium tempat luka yang mengeluarkan darah. Aisyah R.ha melihat Nabi saw mencium tempat luka Usamah RA.

Jika kamu mau menjadi Ummat maka jangan sekali-kali ada perasaan berbeda dengan orang yang ada dihadapanmu. Dia berbeda dengan saya, wajahnya beda, kulitnya beda, bahasanya beda, ini sukunya berbeda. Maka untuk menjadi ummat kamu harus menghilangkan rasa perbedaan dalam diri kamu. Berbeda dengan jemaah-jemaah yang dibentuk dalam kerja ini dari halaqah 1 dan itu halaqah 2, halaqah 3, dst. Ini bukan untuk memisahkan ummat tapi untuk meningkatkan kerja. Kamu mengira markaz ini berbeda-beda untuk memisahkan ummat, tidak ini untuk sarana memudahkan kerja.

Merasa berbeda dengan yang lain itu adalah sifat binatang. Hewan yang paling buruk dalam pandangan islam itu adalah anjing. DI kampung-kampung orang-orang punya anjing. Itu anjing punya halaqah-halaqah, daerah kekuasaan. Ada satu anjing pergi ke daerah kekuasaan anjing yang lain maka mereka akan bertengkar, berkelahi. Jika kita dengar ada suara anjing berkelahi ini orang-orang akan bilang ada anjing dari kampung lain datang kesini. Ini karena satu anjing pergi ke daerah kekuasaan anjing yang lain. Coba kamu kejar anjing itu maka dia akan berlari ke daerah kekuasaan kampungnya. Dia tidak akan lari lebih dari daerah kekuasaannya. Inilah kebiasaan anjing, bertengkar karena tidak satu kelompok, tidak satu suku, tidak satu negara.

Perang Khandaq

Di perang Khandaq, Nabi saw memisah-misah para sahabat RA. Ada kelompok yang membagi Parit, Ada kelompok Perkhidmatan, Ada kelompok yang Hirotsah, Ada kelompok yang menyiapkan pasukan. Nabi saw memisahkan para sahabat RA itu bukan untuk memecah-mecah ummat tapi untuk kemudahan kerja. Halaqah atau Markaz ini dibagi-bagi, itu bukan untuk memecah ummat, tapi untuk kemudahan kerja. Kalau Markaznya terlalu jauh maka dia bisa hadir di markaz lain yang lebih dekat. Dia mau keluar 40 hari atau 4 bulan untuk bayan hidayah, maka dia tidak perlu keluar ke tempat yang terlalu jauh untuk bayan hidayah.

Lanjutan Kisah Usamah RA

Usamah RA dipilih Nabi saw untuk menjadi Amir jemaah. Saat itu Usamah RA terlambat mendatangi jemaahnya. Jemaahnya saat itu menunggu Usamah RA di Arofah. Maka ada orang Arab Yaman bilang siapa ini Usamah yang bikin kita menunggu. Kenapa Jemaah ini ditahan tidak langsung berangkat. Kenapa gara-gara Usamah kita berhenti disini. Apa kelebihannya dia padahal dia tidak punya keunggulan apapun dari kita. Ini karena Usamah ini orang baru, wajah di bawah standar, dan kulitnya hitam. Mereka berkata apa ini kelebihannya Usamah ? Tidak beberapa lama orang-orang yaman ini yang membicarakan Usamah RA, Murtad semua. Maka ditanyakan kenapa ini orang-orang yaman murtad ? Maka dikatakan bahwa orang-orang yaman in murtad asbab meremehkan Usamah RA.

Jadi Nabi saw itu membentuk ummat, bukan memisahkan jemaah-jemaah menurut tabka-tabka, kelompok-kelompok. Bukan hanya dalam urusan warna saja seperti orang yaman tadi dan usamah RA, dalam urusan bahasa sekalipun juga sama. Apa itu bahasa Arab ? ini adalah bahasa surga, bahasa Nabi saw, bahasa Quran, bahasa Hadits. Semua bahasa pasti akan habis di hari kiamat, kecuali bahasa Arab. Seperti apa Nabi saw memahamkan sahabat RA, bagi mereka yang berbahasa arab dan mereka yang tidak bisa berbahasa arab. Orang Arab dan orang Ajam (Non Arab). Nabi saw tidak membiarkan Ummat terbagi karena bahasa.

Kisah Sahabat Non Arab : Suhaib, Salaman, dan Bilal

Suhaib RA adalah sahabat dari Romaqi. Salman RA adalah sahabat dari Persia. Bilal RA adalah sahabat asal Habasyah. Tiga orang ini adalah orang Ajam. Mereka punya bahasa masing-masing di negaranya. Kemudian duduk bersama Muadz bin Jabal RA, orang Arab. Lalu datang Qais ibnu Mu’tatiyah, dari kabilah Khadraj. Melihat 3 orang sahabat ajam ini, dia mengatakan bahwa kalian ini bukan orang Arab. Kami ini orang Arab, kami lebih berhak menolong Nabi saw karena dia orang Arab bukan kalian. Menolong agama Allah swt itu kami yang bisa lakukan, sedangkan kalian tidak bisa, karena bahasa kami bahasa Arab, Quran itu bahasa Arab. Sedangkan kalian bahasa nya bukan Arab. Qais ini menyombongkan bahasa arab atas bahasa sahabat RA yang bukan Arab, bahasa Ajami. Bayangkan ini untuk bahasa Arab bagaimana marahnya Nabi kepada orang arab yang memecah ummat karena bahasa arab. Hari ini umat begitu bangga dengan bahasa inggris, ada kesombongan dalam bahasa inggris. Padahal apa artinya bahasa inggris dibanding bahasa arab.

Maka ketiga sahabat ini kecil hati, sehingga melihat ini Muadz RA marah kepada Qais. Muadz RA berkata kepada Qaiz, Kenapa kamu berkata demikian kepada mereka ? Maka Muadz memegang Qais dan membawanya kedepan Nabi saw. Muadz sampaikan kepada Nabi saw bahwa Qais sudah berkata demikian kepada Suhaib, Salman, dan Bilal. Bahwa hanya kami yang bisa menolong Agama Allah swt karena bahasa kami arab dan kalian bukan., kami orang arab sedanbgkan kamu orang ajam.

Nabi saw mendengar pembicaraan ini naik ke mimbar mengumpulkan semua sahabat RA. Nabi bayankan bahwa bahasa Arab ini bukanlah ibumu atau bapakmu. Lalu kenapa kamu membanggakan bahasa arab kemudian meremehkan yang bukan arab, orang ajam. Nabi saw berbicara dengan suara yang marah. Padahal ini hanya perbedaan bahsa, ada bahasa inggris, ada bahasa arab, ada bahasa melayu, dll. Allah swt telah menciptakan bahasa-bahasa tersebut, memang Allah swt yang ciptakan. Kenapa kamu merasa bangga dengan bahasa arab ini, sehingga kamu meremehkan bahasa yang lain, kata Nabi saw. Nabi saw bayan di mimbar atas perkara ini semantara Muadz RA tetap memegang Qais ibnu Mutatiyah. Nabi dengan marah bilang ke Muadz, wahai Muadz kamu dorong Qais ibnu Mutatiyah ke arah neraka jahanam. Begitu kerasnya Nabi saw berbicara sampai menyampaikan ke Muadz RA kamu dorong itu qaiz biar jatuh ke Neraka. Padahal bahasa arab ini bahasa yang sangat tinggi, itupun Nabi saw tidak mau memisah-misahkan ummat dengan menggunakan bahasa arab ini. Nabi saw tidak mau membagi-bagi, mengkotak-kotakkan, umat ini walaupun hanya soal bahasa.

Ini adalah azas kerja dakwah kita bahwa jangan sampai kamu membedakan ummat dengan tapka-tapkanya, mengkotak-kotakkan ummat. Kerja ini bukan untuk mengkotakkan ummat, tapi untuk menyatukan ummat. Menganggap satu tapka ini hina, maka ini akan merusak kerja. Satu orang sahabat yang punya pemahaman demikian membandingkan bangsa arab dengan Ajam. Nabi saw begitu marah sehingga mengumpulkan seluruh sahabat untuk menjelaskan begitu pentingnya masalah tersebut. Kenapa ? Nabi saw tidak mau ada perbedaan pada diri ummat. Nabi saw selalu menampakkan kepada para sahabat bahwa tidak ada perbedaan dalam diri umat islam.

Kisah sahabat Umar RA dengan tangan sahabat

Suatu ketika Umar RA sedang duduk bersama teman-temannya. Ada satu orang muslim awam, pulang dari keluar di jalan Allah swt, baru wabsyi. Maka dia duduk disamping Umar RA, di dalam majelisnya Umar RA. Dia mau karguzari kepada Umar RA. Maka tiba waktu makan. Suprah sudah dibentangkan untuk makan. Tidak seperti kita hari ini makan di piring. Para sahabat RA mereka makan di wadah besar. Berbeda sama hewan maunya makan di tempat masing-masing, tidak mau berkumpul makannya.

Jadi para sahabat berkumpul untuk makan di satu wadah yang besar. Suatu ketika satu orang berkata kepada Nabi saw bahwa ini makan tidak cukup. Maka Nabi saw katakan mungkin kamu kalau makan berpisah-pisah, makanya tidak cukup makanan. Makanlah kalian bersama-sama jangan berpisah-pisah, maksudnya dalam satu wadah besar atau nampan.

Maka sahabat yang pulang dari medan perang satu tangannya terputus. Sehingga dia merasa orang-orang akan jijik jika makan sama saya, karena satu tangan saya tidak ada. Maka dia bersembunyi, pergi dari tempatnya syaidina Umar RA. Dia merasa kecil hati takut orang-orang tidak mau duduk dengan saya karena tang saya sudah terputus. Maka dia pergi kepojok tempat, duduk disana. Sahabat yang lain juga berpikir bagaimana dia mau makan bersama sedangkan tangannya terputus.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Hari ini kita berpikir bahwa satu orang islam itu hanya satu pribadi, padahal satu orang islam itu adalah satu ummat. Setiap satu orang itu bagian diri ummat.”

Maka syaidina Umar RA memanggil dia, mendekatlah dengan saya. Saya tau kenapa kamu menyingkir. Tangannya yang terputus itu masih dia pegang. Maka dia sembunyikan tangannya dan dia pergi ke sudut. Umar katakan saya tau kenapa kamu duduk disudut. Saya bersumpah kata Umar RA bahwa disini tak ada yang boleh makan sebelum tangan kamu yang terputus itu dibawa keliling diantara para sahabat RA. Maka dia kembali duduk disamping Umar RA. Umar RA berkata ketahuilah bahwa ini tangan dia yang terputus ini telah masuk kedalam surga. Sisa jasadnya yang sebagian yang masih ada di dunia, tinggal menunggu jasad yang lain menuju ke surga.

Maksudnya apa dari kisah memutar tangan sahabat ini, Umar menginginkan agar jangan ada pikiran diantara orang islam bahwa si fulan ini hina dan si fulan itu hina, dia cacat hina, dia sempurna berarti baik. Kenapa ? karena menganggap satu orang islam hina bisa membuat seseorang ini jatuh dari pandangan Allah swt. Jadi menganggap satu orang muslim hina itu bisa membuat dirinya jatuh dari pandangan Allah swt. Ini adalah ushul, azas kerja dakwah. Bahwa untuk membentuk ummat harus kamu hilangkan dari hatimu perasaan tapka-tapka, tetapi bawalah perasaan sebagai Ummat. Jangan kamu liat satu orangpun dengan tapkanya masing-masing. Kamu pandang setiap orang ini dengan pandangan ummat. Dia bukan pejabat tetapi ummat. Dia bukan pedagang tetapi Ummat. Dia bukan orang kaya, tetapi dia ummat. Orang kaya tidak mengamalkan agama maka dia akan celaka. Dia orang asia dan saya orang afrika, tidak tetapi mereka adalah ummat walaupun berbeda sama kita. Jangan kamu lihat tapka pada diri ummat, tetapi kamu liat ummat pada diri setiap tapka-tapka.

Hari ini kita berpikir bahwa dia seorang pejabat, maka kita harus kirim pejabat juga. Jangan sampai kita utus orang-orang yang tidak pandai bicara ke dia, tidak selevel, kalo bukan orang yang berpendidikan nanti salah bicara bagaimana. Untuk dapat menjadi ummat seseorang haruslah menghilangkan tapka dari pandangannya.

Nabi saw mendakwahi 2 orang perampok, ketika itu nabi saw tidak bilang bahwa mereka perampok tidak akan bisa didakwahi. Tidak nabi tidak seperti itu. Nabi saw melihat perampok itu sebagai ummat bukan sebagai tapka, bahwa jika perampok ini mau taat pada Allah swt pasti akan Allah swt bahagiakan. Nabi tidak membeda-bedakan dalam berdakwah, bahwa semua orang ini sama tidak berbeda, satu ummat, dan ini takazanya dakwah ke 2 perampok dibanding mengambil jalan yang aman.

Ketika Nabi saw pulang dari Thaif untuk berdakwah. Beliau mendakwahi satu orang hamba, namanya Addas. Jadi di Thaif Nabi saw mendatangi tokoh-tokoh, pemimpin-pemimpin Thoif. Pulang dari sana beliau mendakwahi satu orang hamba sahaya namannya Addas. Hari ini dai hanya mau mendakwahi orang-orang yang besar saja. Dai merasa hina ketika harus mendakwahi orang-orang yang kecil, orang-orang remeh, pekerja-pekerja rendahan. Padahal yang membuat dia meningkat dalam kerja dakwah ini apabila dia mendatangi orang-orang yang kecil, orang-orang miskin, pekerja-pekerja rendahan dimata awam. Seseorang akan meningkat dalam kerja dakwah tatkala dia semakin merendah, mendatangi orang-orang yang dianggap rendahan di pandangan manusia.

Pandangan Allah swt itu tertuju kepada seorang hamba itu pada 2 perkara yaitu ketika seorang hamba ini buat 2 perkara. 2 perkara ini yaitu :

1. Ibadah
2. Dakwah

Inilah yang menjadi azas dalam kerja dakwah menghilangkan tapka dari dalam hati, tidak punya perasaan berbeda. Tugas kita adalah membentuk ummat.

II. Penyebab Kedua : Berlaku Lemah Lembut

Maka untuk membentuk ummat ini perlu dihilangkan tapka / sekat. Sedangkan untuk menjaga Ummat ini diperlukan sikap lemah lembut.

Allah swt berfirman :

Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa’fu ‘an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

( QS. Ali Imran : 159 )

Asbab RahmatNya Allah swt sehingga kamu bisa memiliki sifat lemah lembut. Apa yang kita pelajari sejauh ini :

1. Membentuk Umat –> Hilangkan Tapka
2. Menjaga Umat dalam Jemaah –> Berlaku Lemah Lembut

Kerja ini kerja yang sangat besar. Bagaimana kita bisa menjaga kerja besar ini tetap ada yaitu dengan membawa perasaan merasa kecil. Jangan bawa perasaan merasa besar dalam kerja ini, tetapi kecilkan diri kita. Orang yang mau mendapatkan dunia sering kali mengecilkan dirinya agar bisa mendapatkan dunia. Lihat bagaimana orang yang mau menikah, ketika melamar dia mengecilkan dirinya dihadapan mertua. Dia bisa mengecilkan dirinya, berlaku sopan, lemah lembut, dihadapain mertua, tidak sombong, merasa besar. Padahal ini perkara dunia saja. Begitu juga ketika seseorang melamar pekerjaan dalam wawancaranya tentu dia akan berlaku sopan, tidak arogan. Demi mendapatkan pekerjaan atau keduniaan, seseorang rela mengecilkan dirinya. Dia akan puji-puji orang di depannya dan merendahkan dirinya, agar dapat diterima. Padahal dunia ini perkara yang hina tapi demi mendapatkannya orang-orang rela merendahkan dirinya.

Nabi saw bersabda :

“Seandainya dunia ini sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air”

Begitu hinanya dunia ini, hanya orang yang kafir yang mendapatkan bagian. Andaikan dunia ini adalah perkara yang mulia maka selain orang beriman tidak akan mendapatkannya.

Seseorang akan bisa berjalan dalam kerja dakwah ini tatkala dia bisa menghadirkan perasaan merasa kecil dalam dirinya. Perasaan merasa kecil inilah yang akan bisa mendatangkan sifat lemah lembut. Sedangkan orang berbuat kasar ini karena ada perasaan merasa besar dalam hatinya, ada kesombongan.

1. Merasa Kecil –> Lemah Lembut asbab Tawadhu
2. Merasa Besar –> Perilaku Kasar asbab Sombong

Rasullullah saw selalu mengatakan kepada orang-orang jika ada kesalahan yang saya buat kepada kalian maka balaslah. Dalam kerja dakwah ini yang kita belajar untuk mendapatkannya adalah sifat sabar.

III. Penyebab ketiga terbentuknya jemaah : Sifat Sabar

Kisah Paman Nabi SAW Hamzah RA syahid

Hamzah RA dibunuh kemudian wajahnya dihancurkan, dicabik cabik, hingga tidak nampak lagi bentuknya. Hamzah RA dibunuh kemudian di mutilasi, dicincang badannya. Nabi saw begitu marah melihat keadaan pamannya yang syahid. Begitu marahnya Nabi saw hingga mengatakan saya akan balas tindakan mereka dengan membunuh 70 orang dari mereka orang musyrik.

Allah swt menurunkan ayat :

Wa in ‘āqabtum fa ‘āqibụ bimiṡli mā ‘ụqibtum bih, wa la`in ṣabartum lahuwa khairul liṣ-ṣābirīn

Artinya:

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

(QS. An Nahl : 126)

Inilah ujian yang sangat berat bagi Nabi saw, melihat pamannya yang dicintainya selalu melindungi Nabi saw, dan membelanya. Kini pamannya tersebut syahid, dalam jasadnya keadaan telah dirusak, dimutilasi, di hancurkan mukanya hingga tidak berbentuk. Lalu Nabi saw hendak membalas kekejaman ini, namun Allah swt perintahkan untuk bersabar. Bayangkan ini adalah perintah Allah swt kepada Nabi saw untuk bersabar. Bukan Allah swt katakan akan membantu Nabi saw membalas perbuatan orang musyrik yang kejam kepada pamannya. Justru Allah swt katakan agar Nabi saw bersabar, saat nabi saw ingin membalas kekejaman perlakuan orang musyrik kepada pamannnya. Allah swt katakan orang yang bersabar Allah swt senantiasa bersamanya.

Orang yang bekerja di pengadilan dan kehakiman, pengacara yang membela satu orang ini, terdakwa, dia akan berkata kepadanya kamu diam saja biar saya yang bicara membela kamu. Pengacara ini akan berkata saya akan menjadi wakil kamu dalam membela dan berbicara, kamu diam saja. Di pengadilan apapun yang terjadi kamu jangan bicara biar saya saja sebagai wakil kamu yang bicara kepada hakim. Ini permisalan saja. Kira-kira kalau itu kamu, apakah kamu akan tetap berbicara di mahkamah pengadilan atau biar pengacara sebagai wakil kamu yang bicara.

Kisah sahabat RA seorang Musyrik menghina Abu Bakar RA

Suatu ketika ada seorang musyrik menghina habis-habisan, mengatai, Abu Bakar RA. Saat itu Abu Bakar RA diam saja tidak membalas. Begitu lama Abu Bakar RA di maki-maki oleh seorang musyrik, dia diam saja. Sekian lama Abu Bakar RA diam, lalu berpikir ini sudah waktunya saya membalas ucapannya. Tatkala Abu bakar RA membalas satu perkataan saja, di antara banyaknya cacian. Satu kata saja yang terbalaskan oleh Abu Bakar RA kepada orang musyrik yang memakinya dengan begitu banyak kata-kata, Nabi saw langsung berdiri meninggalkan Abu Bakar RA. Melihat itu, Abu Bakar RA segera menghampiri nabi saw. Abu Bakar RA katakan kepada Nabi saw, Ya Rasullullah dari tadi orang msuyrik itu memaki saya melempar banyak kata-kata cacian, selama itu pula engkau malah tersenyum melihat keadaan saya dimaki dan dicaci. Kemudian ketika saya hanya membalas satu ucapan saja, engkau malah pergi meninggalkan saya.

Nabi saw berkata, wahai Abu Bakar ketika kamu diam tidak membalas cacian, Aku melihat satu malaikat yang membela kamu dan membalas setiap makian yang diberikan kepadamu. Namun ketika kamu mulai membalas ucapan makian dari orang musyrik itu, maka aku melihat malaikat itu langsung pergi dan setan datang. Sedangkan Aku tidak suka berada dekat dengan setan. Pertolongan Allah swt hilang dari kita tatkala kita sudah tidak sabar menghadapi ujian. Malaikat yang membantu pergi asbab kita tidak sabar. Sedangkan malaikat ini di utus Allah swt untuk menolong kita. Nabi saw katakan bahwa malaikat di utus Allah swt untuk membela kamu, membalas setiap cacian yang dilontarkan kepadamu. Kamu sudah dibela, lantas kamu berbicara, maka Malaikat itupun pergi.

Jadi bersabar itu adalah asbab yang paling besar untuk mendatangkan pertolongan Allah swt. Kalau kita menghendaki pertolongan dari Allah swt, maka hendaknya kamu bersabar. Nabi saw telah mengajarkan kepada para sahabat seperti itu. Sabar itu sampai mana batasnya ? hari ini orang bilang dia terus mencaci sampai kapan kita harus diam saja. Sampai kapan kita bersabar ketika dicaci terus menerus, kesabaran saya ada batasnya.

Hari ini air sudah menjadi Tsunami, kita sabar saja seperti air. Sampai waktunya, ketika terus dihina, lalu mengatakan air sekarang sudah menjadi tsunami, untuk membalas dia berkata demikian. Ini karena bagi dia kesabaran itu ada batasnya. Padahal sabar itu tidak ada batasnya. Kita ini harus seperti air lembut, dari atas turun kebawah. Air ini selalu merendah, selalu pergi ke jalan yang ada dibawahnya. Air tidak pernah membalas selalu tenang. Namun hari ini orang bilang air sudah menjadi tsunami. Kesabaran ada batasnya karena air sudah menjadi tsunami. Kita harus membalas, sampai kapan kita harus bersabar. Dia akan berkata kesabaran saya telah habis. Berapa banyak orang yang bilang, sampai kapan kita harus bersabar, sudah berapa tahun kita bersabar. Dia terus mencaci maki kita, sampai kapan kita harus bersabar. Kini air saja yang tenang dan sabar, itu juga sudah berubah menjadi tsunami. Dalam kerja kenabian yang kita lakukan ini, Sabar itu tuntutannya sampai mati.

Kisah Sahabat Abu Dzar Al Giffari RA

Suatu ketika Abu Dzar RA ini tidur di mesjid. Lalu Nabi saw membangunkannya, dan bertanya wahai abu dzar kenapa kamu tidur di mesjid. Dia berkata ya Rasullullah saya tidak punya rumah, tidak punya tempat tinggal, saya tidur di mesjid saja. Lalu Nabi saw sampaikan kepada abu dzar bahwa nanti setelah kematian beliau saw, orang-orang di madinah ini akan menyusahkan kamu. Nabi saw balik bertanya kepada Abu Dzar RA jika itu terjadi apa yang akan kamu lakukan. Abu dzar RA mengatakan saya akan tinggalkan madinah, pergi ke syam, dan tinggal di syam. Lalu Nabi saw bertanya lagi apa rencanamu jika nanti orang syams juga menyusahkan kamu. Maka Abu Dzar RA sampaikan bahwa dia akan kembali ke madinah jika itu terjadi. Lalu Nabi saw bertanya lagi jika orang madinah menyusahkan kamu lagi apa yang akan kamu lakukan ? Ini adalah pertanyaan yang ke 3, Nabi saw sedang mencari tahu sampai dimana batas sabarnya Abu Dzar RA. Orang-orang hari ini bilang sampai kapan kita harus bersabar, sabar itu ada batasnya. Padahal sabar itu tidak ada batasnya.

Maka Nabi saw bertanya kepada Abu Dzar RA sampai kapan kamu akan bersabar ketika mengalami keadaan seperti itu ? Kamu kembali ke Madinah lalu kamu dapati orang madinah tetap menyusahkan kamu. Maka Abu Dzar RA katakan kalau begitu saya akan menentang orang-orang madinah. Kata Abu Dzar RA, saya akan menentang mereka semua termasuk pemerintah jika itu terjadi. Lalu apa kata Nabi saw wahai Abu Dzar jangan kamu lakukan itu. Beliau saw bersabda, wahai abu dzar jadilah orang yang selalu memaafkan, kamu lewati permasalahanmu dengan sabar, dan terulsah kamu taatilah amir mu, sampai kamu bertemu saya. Berapa lama itu ? nabi saw tidak mengatakan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun. Tidak nabu tidak mengatakan seperti itu tapi nabi saw katakan bersabarlah kamu dan taati amirmu sampai kamu bertemu saya. Maknanya apa ? para sahabat dituntut sabar itu sampai kapan ? sampai mati.

Dimanapun zumidar ataupun amir menyuruh kamu kesana dan kemari teruslah sabar dan taati amir kamu sampai kapan ? sampai kamu berjumpa dengan aku, sampai mati. Ini perintah Nabi saw kepada Abu Dzar RA. Nabi tidak mengatakan ya saya pahami keadaan kamu udah disusahkan sama mereka satu tahun atau dua tahun sekarang udah saatnya membalas, sabar itu ada batasnya. Tidak, nabi saw tidak memerintahkan seperti itu. Kini sudah 3 tahun kamu diganggu sekarang waktunya melawan. Tidak, nabi saw tidak memberi batasan waktu. Nabi perintahkan untuk terus bersabar menghadapi orang-orang dan taati amir kamu walaupun menyusahkan dirimu, sabar sampai kapan ? sampai mati, sampai berjumpa Nabi saw.

Jadi untuk menjaga agar Ummat tetap dalam berjamaah maka diperlukan sifat apa saja :

1. Bawa Perasaan Ummat bukan Tapka
2. Lemah Lembut
3. Sabar
4. Ada Amir / Pemimpin

Tarbiyah atau pelajaran yang sebenarnya itu ada pada sifat sabar. Sabar disini yang dimaksud adalah tidak ada keinginan untuk balas dendam. Antara Intiqom (Balas Dendam) dengan sabar ini tidak bisa menyatu.

Hendaknya kita menjaga Ummat dalam jemaah, jangan sampai dalam jemaah ada jemaah ataupun ummat keluar dari jemaah. Seperti di dalam mesjid ini hanya boleh ada 1 jemaah. Tidak boleh dalam mesjid ini ada 2 sholat jemaah. Jika dalam jemaah ada jemaah sebagaimana dalam sholat berjamaah di mesjid ada 2 sholat berjamaah, maka ini bukan dikatakan jemaah lagi tetapi inilah yang dikatakan Firqoh bukan jemaah. Ketika di dalam mesjid ada orang sholat berjamaah lalu ada kelompok buat sholat berjamaah juga di waktu yang sama. Maka ini bukan dianggap jemaah lagi tapi Firqoh.

Seratus ribu orang sholat tanpa imam. Rukunya bersamaan, sujud dan itidal bersamaan, takbir bersamaan, tapi tidak ada Imam. Apakah ini sholat berjamaah ataukah infirodhiat. Kenapa ini sholat infirodhiat ? karena sholat tidak punya imam.

Ada dua orang sholat, satu imam, satu makmum. Walaupun cuman berdua, tapi ini di namakan jemaah. Berapapun orang yang sholat walaupun ratusan ribu orang tapi tanpa imam ini dianggap afrod, infirodhiat. Jemaah itu bukan jumlah yang banyak, bukan itu. Ketika kita melihat jumlah orang yang banyak berarti mereka jamaah, belum tentu. Jemaah itu ketika ada imamnya, walaupun orangnya cuman 2 saja. Jika ada imamnya, maka dianggap sholat berjamaah. Walaupun banyak yang sholat ruku bersamaan, takbir bersamaan, sujud bersamaan, tapi tidak ada imamnya maka ini infirodhiat tidak jemaah. Inilah azas dalam menjaga ummat ini untuk tetap dalam jemaah :

1. Perasaan Ummat bukan Tapka
2. lemah lembut
3. Sabar tidak dendam : Maafkan dan mohonkan ampunan
4. Ada Amir/Imam yang memimpin Jemaah / Musyawarah

IV. Penyebab keempat : Adanya Amir dan Musyawarah

Allah swt berfirman :

Fa bimā raḥmatim minallāhi linta lahum, walau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍụ min ḥaulika fa’fu ‘an-hum wastagfir lahum wa syāwir-hum fil-amr, fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh, innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn

Artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

( QS. Ali Imran : 159 )

Inilah azas kerja berjamaah. Jika tidak ada kelembutan maka orang akan lari dari jemaah. Sabar sebagaimana Abu Bakar, padahal satu orang saja, dia diminta Nabi saw bersabar, lalu ketika membalas pertolongan Allah berhenti. Bagaimana dengan sabar ketika dalam berjamaah, maka harus lebih sabar lagi. Amir itu adalah ushul dalam berjamaah sebagaimana orang sholat jika tidak ada imam maka tidak bisa dibilang berjamaah. Begitupula kita dalam bermusyawarah, sebagaimana ada imam dalam sholat, maka dalam musyawarahpun juga ada amir. Inilah fondasi, ushul, atau azas dalam berjamaah. Jika jemaah ini ingin dipertahankan, maka ushul tersebut harus dipegang. Perkara ini harus kita pahami dan ajarkan kepada semua pekerja dakwah kalau mau jemaah itu dipertahankan.

Kisah Nabi saw diracuni wanita yahudi

Ada satu wanita yahudi memasukkan racun ke dalam makanan nabi saw. Wanita ini tahu makanan yang disukai nabi saw. Nabi saw suka makan daging kambing bagian kaki depan. Setelah 6 bulan dari Nabi saw memakan makanan tersebut, lalu Allah swt beri tahu Nabi saw bahwa didalam makanan yang beliau makan dari wanita yahudi tersebut ada racunnya. Maka beliau pun memberi tahu kepada para sahabat RA bahwa beliau sudah diracuni. Para sahabat RA langsung mengatakan apakah kita tangkap saja dia. Kata Nabi saw jangan ditangkap wanita tua yahudi itu. Kenapa ? ini karena wanita tua yahudi ini sedang menguji apakah beliau ini seorang nabi atau bukan. Jika dia Nabi maka dia tidak akan mati. Jika dia mati berarti wanita yahudi berpikir kita tidak perlu lagi khawatir dengan orang ini, bisa istirahat tidak perlu dakwah kesana kemari.

Balas dendam itu hanya satu arah dari 2 perkara :

1. Allah swt yang akan membalaskan
2. Mahluk yang membalaskan

Jika mahluk yang membalas maka tidak perlu lagi balasan di akherat. Jika Allah swt yang membalas, maka Allah swt akan memberi pahala juga, dan balasannya bisa keras. Bagaimana mendapatkan balasan yang datang dari Allah swt, yaitu dengan bersabar. Nabi saw tidak menyuruh sahabat RA untuk menangkap wanita yahudi tersebut. Ketika nabi saw memakan makanan yang ada racun tersebut, selama 6 bulan baru Allah swt kasih tau nabi saw. Nabi saw kasih tau sahabat peristiwa tersebut makanan yang sudah diracuni. Maka para sahabat RA sampaikan kami akan tangkap dia dan balas dendam perbuatan tersebut untuk nabi saw. Maka Nabi saw katakan

“jangan tangkap dia, untuk apa ditangkap, Allah swt telah sembuhkan saya. Jadi untuk apa lagi balas dendam. Saya diutus bukan untuk mencelakakan ummat, tapi untuk mengantarkan hidayah pada ummat.”

Pelajaran dari kisah ini adalah jika ada yang berbuat buruk kepada kita, balaslah mereka dengan perbuatan baik. Berbuat baiklah kepada mereka yang berbuat buruk kepada kita. Ini takaza kita, agar kita mendapatkan keberkahan dari sirah Nabi saw. Dengan cara inilah ummat akan terbentuk. Inilah akhlaq nabi saw yaitu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepada kita. Disinilah Allah swt perintahkan kepada Nabi saw “Fa’fuanhum” : Maafkan mereka. Tentu yang di maafkan itu adalah orang yang berbuat salah. Jika tidak berbuat salah apa yang dimaafkan. Saya maafkan dia tapi dia tidak berbuat salah, apa faedahnya ? faedah memaafkan ketika kita tahu ada yang berbuat salah kepada kita.

Maksud fa’fuanhum Allah swt perintahkan karena ada yang berbuat salah kepada Nabi saw. Bukannya kita akan berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada saya dan saya balas lebih buruk lagi siapa saja yang berbuat buruk kepada saya. Ini bukan rasa sebagai Ummat. Ummat akan terbentuk jika kepada orang yang berbuat salah, kamu berbuat baik. Orang yang berbuat salah tersebut akan melihat pengorbananmu. Inilah kekurangan pada diri kita yaitu ketika kawan kita berbuat salah kepada kita, maka kita tidak lagi melihat pengorbanannya, yang nampak hanya kesalahannya kepada kita. Ketika kawan kita berbuat satu kesalahan kepada kita yang nampak hanya kesalahannya saja, padahal ribuan kebaikan dia punya juga. Ini akhirnya yang kita bicarakan terus menerus yaitu satu kesalahan kawan kita. Kita tidak lihat lagi kebaikan dia. Sebenarnya bukan apa kesalahannya yang harusnya kita bicarakan tapi apa pengorbanannya yang telah dia buat, apa kebaikannya ? Inilah yang mau kita pandang yaitu pengorbanan kawan kita, kebaikan dia bukan kesalahannya. Lihat sirahnya Nabi saw dan para sahabat RA.

Dalam sirah sahabat RA, mereka para sahabat RA juga berbuat salah. Sahabat juga ada yang berbuat salah. Namun nabi saw selalu mengajarkan kepada para sahabat RA yang lain bahwa ketika kamu melihat saudaramu berbuat salah kamu ingatlah pengorbanannya, kebaikan-kebaikannya. Beginilah nabi saw mengingatkan para sahabat jika ada kawan yang berbuat salah, kamu ingatlah pengorbanannya, ingat kebaikannya. Ada seorang sahabat yang berbuat kesalahan yang begitu besar, apa yang beliau lakukan.

Kisah Sahabat Hatib ibn Abi Baltah RA.

Sahabat ini, Hatib ibn Abi Baltah RA, telah berbuat kesalahan yang begitu besar. Ketika itu Nabi saw diam-diam ingin menyerang mekkah. Maka sahabat ini mengirim surat buat orang di mekah untuk memberi tahu rencana Nabi saw. Ini suatu kesalahan yang besar, tidak main-main kesalahannya. Lalu perbuatannya ini ketahuan oleh Nabi saw. Umar RA begitu marah sampai mau memenggal leher Hatib RA. Nabi saw bertanya kenapa kamu lakukan itu. Dia berkata ya rasullullah saw aku punya anak dan istri yang masih di mekkah, aku khawatir mereka akan dicelakai jika aku tidak memberi tahu mereka. Di mekkah tidak ada yang menjaga anak dan istri saya, sedangkan engkau ada Allah swt yang melindungimu.

Maka ketika Hatib mengetahui rencana Nabi saw, diapun berkirim surat kepada orang musyrik mekkah. Dia meminta agar mereka menjaga anak istrinya, jangan disakiti, nanti dia akan memberi tahu rencana penyerangan Nabi saw ke mekkah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Ali, Zubair dan Miqdâd. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada mereka : “Pergilah kalian ke daerah Raudhah Khakh! Di sana ada seorang wanita yang sedang membawa sepucuk surat. ambillah surat tersebut.

Nabi saw mengutus sahabat untuk menyusul seorang wanita yang akan membawa surat hatim ke musuh, musyrikin mekkah. Posisinya ada di pinggir mekkah, kamu ambil surat itu dari wanita tersebut. Maka Miqdat bersama beberapa orang sahabat RA pergi menyusul wanita tersebut. Mereka menuju ke tempat yang disampaikan Nabi saw, dan ternyata wanita itu ada disana. Ketika digeladah sahabat tidak menemukan surat tersebut. Maka Sahabat memerintahkan agar wanita tersebut mengeluarkan surat tersebut. Namun wanita tersebut membantah bahwa dia tidak membawa surat tersebut, dan dia sudah diperiksa tidak ada surat tersebut. Maka sahabat RA bilang tidak mungkin kamu tidak membawa surat, karena Nabi kami sudah mengatakan ada surat bersama kamu. Jika kamu tidak berikan maka kami akan menelanjangi kamu sampai kami menemukan surat itu. Akhirnya wanita itu ketakutan dan menyerahkan surat yang dimaksud dari selipan rambutnya.

Setelah surat tersebut sampai di tangan sahabat Miqdat RA, maka dia kembali menyerahkan surat tersebut kepada Nabi saw. Nabi saw memanggil Hatib RA, dia telah melakukan kesalahan yang sanagt besar. Sehingga orang berpikir Hatib sudah murtad dari islam makanya dia melakukan perbuatan atau kesalahan tersebut.

Hatib RA memberi alasan kepada Nabi saw :

“Para Muhajirin yang ikut bersamamu mempunyai kerabat yang dapat melindungi keluarga mereka (di Mekah). Dan karena aku tidak mempunyai nasab di tengah-tengah mereka, aku ingin memiliki jasa untuk mereka sehingga dengan demikian mereka mau melindungi keluargaku. Aku melakukan ini bukan karena kekufuran, bukan karena murtad, bukan pula karena aku rela dengan kekufuran setelah memeluk Islam.”

Hatib berkata ya Rasullullah saya tidak murtad dari islam. Saya selalu meyakini bahwa pertolongan Allah swt adalah pasti datangnya kepada engkau. Saya mengirim surat ini bukan karena murtad tetapi saya khawatir akan keselamatan anak istri saya di mekkah. Saya melakukan ini agar mereka tidak mencelakai anak istri saya. Saya khawatir orang musyrik akan membunuh mereka. Saya ingin mereka dengan surat ini dapat menjaga anak dan istri saya. Inilah alasan saya mengirim surat bukan karena saya murtad. Umar RA yang mendengar hal tersebut langsung mengeluarkan pedangnya. Umar berkata ya rasullullah izinkan saya untuk memotong leher si munafik ini. Umar sangat marah karena ini kesalahan yang sangat besar. Kalau di Militer ini bisa dibunuh karena ini termasuk pengkhianatan, menjadi mata-mata musuh. Orang islam menjadi mata-mata musuh ini tidak mungkin kalau dia bukan orang munafik. Ini dia hatib sudah bukan orang kita lagi, bukan bagian dari kita. Dia telah membuka rahasia kita kepada musuh kita, biarkan saya memenggal lehernya. Ini kata Umar yang begitu marah pada Hatib RA.

Lalu nabi saw katakan :

“Bukankah ia (Haathib) itu termasuk yang ikut perang Badr? Dan Allah telah menyaksikan Ahli Badar, seraya berfirman: ‘Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, sungguh surga telah pasti bagi kalian’

i’malu ma syi’tum fa ghofartu lakum

Dalam riwayat lain: ‘berbuatlah semau kalian, sesungguhnya Aku telah mengampuni kalian’.”

Dalam riwayat Imam Ahmad hadits Jâbir, ditegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka”

Inilah keutamaan ahlul badr, Allah swt ampuni dosa-dosa mereka yang akan datang walaupun dosa itu sangat besar. Nabi saw bilang ke Umar RA bagaimana kamu bisa membunuh dia wahai Umar setelah apa yang telah Allah swt firmankan. Nabi saw tidak mengatakan kamu bunuh saja dia wahai umar, dia telah membuka rahasia kita. Tidak nabi saw tidak mengatakan seperti ini. Disini Nabi saw justru meminta umar RA untuk mengingat pengorbanannya Hatib RA walaupun dia bersalah.

Dalam kerja dakwah ini seseorang bisa jadi punya udzur karena umur tua atau karena sakit. Tapi jangan kamu kemudian hina dia, bahwa orang ini sudah tidak ada manfaat lagi, dia sudah tidak punya fikir, dia pemalas, keluarkan dia dari jemaah atau jangan bawa dia lagi dalam kerja. Sehingga dalam jemaah keluar sering kali kita ambil jalan pintas pulangkan saja dia ke markaz kalo pemalas, sakit2an, dll. Dalam kerja dakwah ini ada orang kaya dan miskin, ada pengusaha dan ada pengemis, ada pejabat ada mantan kriminal, ada orang sholeh dan ada orang bertato. Sedangkan mesjid itu siapapun yang masuk kedalamnya adalah seorang hamba Allah, semuanya sama dimata Allah swt. Inilah yang membuat semua orang itu berjamaah di dalam mesjid. Ada raja ada rakyat, ada pejabat ada karyawan, semua sama di dalam mesjid tidak ada kasta atau perbedaaan. Namun jika kalian memisahkan orang-orang berdasarkan status atau kelompok mereka maka kalian harus banyak-banyak istighfar.

Bawalah saudaramu untuk bergerak, jangan berpikir karena dia ada kekurangan kita tidak mau bawa dia. Kalau kita bawa dia nanti akan rusak kerja ini. Itu cara berpikir yang tidak benar, yang benar itu bawa saudara kamu ini keluar di jalan Allah, libatkan dia dalam kerja, kemudian kamu jaga dia, urus dia, bimbing dia. Bukannya malah bilang kalau dia ikut nanti kerja kita berantakan.

Hadratji Maulana Saad sampaikan :

“Siapapun tidak akan bisa merusak kerja dakwah ini. Ingat, tidak ada seorangpun yang bisa merusak kerja ini. Berpikiran seseorang bisa merusak kerja, ini pikiran yang keliru. Orang yang berbuat kerusakan itu yang rusak dirinya sendiri bukan kerja ini. Justru asbab kerja ini orang rusak bisa terperbaiki. Kerja inilah yang akan memperbaiki kita, bukan kita yang memperbaiki kerja ini. Maka dalam bentuk ijtimaiyat ajaklah siapapun dia untuk keluar di jalan Allah swt.”

Jangan ada pikiran bahwa orang ini tidak bisa dibawa keluar karena dia akan merusak kerja. Bawa orang keluar di jalan Allah, siapapun dia, lalu kamu jaga dia, perhatikan dia, bimbing dia. Kalau dia tetap berbuat salah atau kerusakan maka kerusakan itu untuk dirinya sendiri. Kerja Nubuwah ini tidak akan ada yang bisa merusaknya.

Di zaman sahabat RA mereka telah menggunakan, hartanya, waktunya, kehormatan mereka, keluarga mereka, bahkan nyawa mereka untuk memperjuangkan agama Allah swt. Dai itu dia tidak Istigna, merasa tidak perlu. Kita tidak usah ajak dia karena orang macam dia tidak bisa jadi asbab hidayah. Tidak, dai itu tidak seperti itu. Jangankan kepada orang islam, kepada seorang musyrikpun dai harus ada perasaan perlu sama dia. Perlu disini bukan perlu bantuan, tapi ajak kerja sama. Seorang dai itu harus selalu berpikir untuk menyampaikan hidayah.

Abu Thalib dan Abu Jahal

Abu Thalib ini adalah seseorang yang senantiasa membantu kerja nabi saw. Dan nabi saw selalu menginginkan hidayah atas dirinya. Namun Abu jahal yang selalu menyusahkan Nabi saw, ingin mencelakakan nabi saw, itupun nabi saw juga berharap hidayah atas dirinya. Nabi saw selalu berusaha menyampaikan hidayah kepada Abu Jahal, bukan hanya kepada Abu Thalib. Nabi saw senantiasa berharap hidayah kepada orang musyrik yang senantiasa membantu Nabi saw. Namun Nabi saw juga memohonkan hidayah kepada orang musyrik yang memusuhi Nabi saw. Nabi saw masih suka mendatangi Abu Jahal, mengkhususi dia.

Kisah Sahabat Hijrahnya Umar RA dan Ayaz RA

Ketika Umar RA hijrah ke arah Madinah, maka ada 2 orang bersama dia. Ayaz ibn Abi Rabiah dia keluar bersama umar RA menuju ke arah madinah. Orang musyrik mekkah mengetahui bahwa ayaz pergi menuju madinah bersama Umar RA. Bahwa orang-orang yang menghendaki keburukan akan senantiasa memisahkan orang-orang, dia akan selalu membuat masalah. Orang musrik mekkah berpikir bagaimana memisahkan ayaz dari jemaah agar tidak ikut menuju ke Markaz Madinah. Di markaz madinah itu ada ijtimaiyat. Dalam ijtimaiyat seseorang itu bisa terjaga agamanya.
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah saw :
“Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia sebagaimana serigala bagi kambing. Serigala menerkam kambing yang memisahkan diri dari kawanannya dan menyendiri. Janganlah kalian memisahkan diri dari jamaah dan hendaklah kalian bersama Jamaah dan orang terbanyak (dari kalangan orang mukmin).”
[Hadits riwayat Ahmad di dalam Musnadnya no. 21091]
Orang yang masuk kedalam jemaah, seberapapun lemahnya dia, sebagaimana kambing yang masuk kedalam jemaahnya, maka dia akan tetap terjaga. Inilah keutamaan ijtimaiyat, dengan ijtimaiyat seseorang akan terjaga, agamanya akan kuat. Sedangkan jika seseorang itu berpisah atau keluar dari jemaah, maka dia akan menjadi lemah. Ketika berpisah dari jemaah, maka tidak akan ada kekuatan sama sekali, sangat lemah. Seseorang itu akan lemah jika terpisah dari ijtimaiyat. Apa yang terjadi ketika kita dalam keadaan lemah, setan akan datang menangkap kita, sebagaimana serigala menangkap domba yang keluar dari kelompoknya. Itulah selemah-lemahnya domba.

Analogi Ombak

Orang yang tinggal dipinggir laut seberapa besar ombak yang sampai ke pantai, kecil sekali. Berbeda dengan ombak yang ada di samudra laut. Ombak yanga ada ditengah samudra itu besar sekali, Badai Ombak. Kekuatannya bisa menjatuhkan kapal-kapal raksasa.

Perhatikan, tatkala Ombak itu keluar dari samudra memisahkan diri bergerak ke tepi pantai maka ombak itu akan mengecil, melemah tidak membahayakan. Sampai kepinggir pantai ombak itu akan habis. Kenapa ? ini karena ombak ini telah keluar dari laut samudra. Kekuatan Ombak yang begitu besar akan melemah bahkan habis ketika dia keluar dari dari samudra laut menuju pantai. Ombak ini akan kuat ketika dia berjamaah di samudra laut. Inilah pentingnya Ijtimaiyat. Dan kekuatan jemaah itu harus dibedakan dengan infirodhiyat (bersendirian). Kekuatan Ijtimayat dan Kelemahah Infirodhiyat itu seperti Ombak tadi. Ketika berpisah dari jemaah, maka tidak akan ada kekuatan sama sekali, sangat lemah. Seseorang itu akan lemah jika terpisah dari ijtimaiyat, kekuatannya akan habis seperti ombak dipinggir pantai.

Maka kita perlu mengetahui apa itu kekuatan jemaah dan apa itu kelemahan infirodhiyat. Kambing yang tetap bersama jemaaahnya walaupun kambing itu lemah, dia akan terjaga, kuat bersama jemaahnya.

Lanjutan Kisah Hijrahnya Umar RA dan Ayaz RA

Maka ayaz telah pergi ke madinah, Abu Jahal mendatangi Ayaz menanyakan kenapa kamu meninggalkan mekkah. Lalu Abu Jahal berkata wahai Ayaz, ibumu telah bersumpah di mekkah, dia akan terus menyiksa dirinya sampai mati kepanasan duduk di tengah panas matahari kalau kamu tidak kembali. Perhatikan sampai seperti apa seseorang itu diajak agar memisahkan diri dari jemaah. Abu Jahal katakan ibumu tidak berhenti menyiksa dirinya, duduk dibawah matahari, sampai kamu pulang kembali ke mekkah.

Omar RA katakan kepada ayaz, wahai Ayaz kamu jangan kembali ke mekkah. Agamu itu lebih penting dari keluarga. Maka ayaz mencari-cari alasan bahwa harta dan ibuku masih ada di mekkah. Di sini abu jahal sedang berusaha memisahkan ayaz dari jemaah dengan cara menyampaikan masalah-masalah. Lalu Umar berkata, kalau karena harta kamu kembali, saya ini orang yang paling kaya di antara orang Quraish. Saya akan berikan kepadamu separuh harta saya, tapi kamu jangan kembali ke mekkah. Dia abu jahal, hanya ingin memisahkan kamu dari madinah. Jadi untuk menahan satu orang agar tidak keluar dari jemaah, Syaidina Umar RA siap menginfakkan separuh dari hartanya. Namun Ayaz mengatakan saya tidak bisa meninggalkan ibu saya. Maka Umar RA katakan kalau kamu tetap mau kembali ke mekkah, kamu bawa kuda saya. Umar RA bilang bahwa jika mereka mau mencelakakan kamu kudaku ini sangat cepat berlari, maka kamu bisa membawanya untuk menyelamatkan diri ke madinah. Namun Ayaz lebih memilih kuda pemberian abu jahal. Ayaz naik kekudanya abu jahal, lalu pergi balik ke mekkah. Setelah jauh berjalan, Ayaz di ikat, di bawa kembali ke mekkah, kemudian terus disiksa. Sehingga menyebabkan Ayaz Murtad. Asbab penyiksaan yang begitu hebat, akhirnya ayaz memillih murtad, karena tidak kuat dengan siksaan. Inilah yang terjadi tatkala kita memisahkan diri dari jemaah. Ayaz telah memilih pergi meninggalkan jemaah apa yang terjadi ? lemah sendirian ditangkap dan disiksa.

Allah swt berfirman :

Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya:

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Azzumar : 53)

Orang-orang menyangka dahulu bahwa orang yang sudah murtad tidak akan mungkin untuk kembali lagi. Lalu ayat ini turun surat Azzumar ayat 53 :

“Wahai orang-orang yang mengharapkan Ridho Allah swt, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah swt.”

Maka ketika ayat ini turun, Umar RA langsung berpikir bagaimana agar Ayaz ini kembali ke madinah. Bukannya berpikir bahwa dia sudah berpisah dari kita, biarkan saja dia. Tidak seperti itu yang ada di pikiran Umar RA. Kita tidak usah berpikir agar dia kembali, toh dia udah murtad, tidak seperti itu. Kemudian ayat ini ditulis oleh syadina Umar RA lalu dikirim ke mekkah. Syaidina Umar sendiri yang mengantarkan ayat yang ditulis ini ke mekkah. Lalu beliau membaca ayat ini kemudian berdoa. Surat yang berisikan ayat tersebut telah sampai kepada orang-orang yang telah murtad di mekkah. Siapa saja yang mengharapkan ridho Allah swt, hendaklah jangan berputus asa dari Rahmat Allah swt. Maka ayaz berdoa ya Allah berikanlah kepahaman pada saya apa maksud dari ayat ini. Maka Allah swt beri kepahaman kepada mereka, bahwa surat ini untuk saya yang murtad. Setelah memahami bahwa surat tersebut turun untuk mereka yang murtad maka mereka semua langsung mengambil kuda-kuda mereka berangkat menuju madinah. Mereka menjadi sahabat RA selama-lamanya.

Jadi kita jangan berpikir orang yang sudah berpisah dari kita lalu kita biarkan mereka begitu saja, kita tidak pedulikan mereka lagi. Jangan pernah berpikir demikian. Kita selalu berharap orang yang memisahkan diri dari kita suatu saat akan kembali lagi menyatu dengan kita. Inilah perasaan sebagai Ummat, Kita tidak boleh berputus asa dari mereka. Perasaan ummat itu apa ? tidak menganggap dirinya berbeda dari saudaranya.

Kisah Sahabat RA Umar berharap seorang yahudi masuk islam

Umar RA mengagumi kepintaran seorang anak yahudi dalam berhitung. Umar sangat berharap anak ini dapat hidayah dan masuk islam. Umar RA ingin memberi tugas anak yahudi ini untuk menulis, mencatat, dan menghitung, semua harta yang keluar masuk di baitul mall. Umar RA hanya butuh melihat satu kebaikan saja dalam diri anak yahudi berharap agar dia mau masuk islam. Asbab ahli dalam berhitung Umar berharap dia mau masuk islam padahal dia seorang yahudi. Walaupun dia seorang yahudi saya berharap dia mau masuk islam karena kepintarannya dalam berhitung agar dia bisa saya beri tugas menjadi sekretaris keuangan.

Mengharapkan kebaikan dari satu orang musyrik yahudi, Syadina Umar RA sampai berharap dia masuk islam. Orang musrik yahudi, cuman satu kebaikan saja ahli menghitung, Umar sangat berharap agar dia bisa masuk islam dan dimanfaatkan buat kemaslahatan. Sekarang bagaimana mengharapkan kebaikan pada diri orang islam. Walaupun dia sudah terpisah dari kita, jangan bawa lagi dia dalam kerja. Tidak dai tidak boleh berpikir seperti itu. Dalam melihat seseorang walaupun dia sudah keluar dari jemaah, banyak berbuat salah, maka tetap seorang dai harus bisa membawa orang yang telah memisahkan diri dari jemaah untuk kembali dalam jemaah. Bagaimana caranya ? dengan mengingat pengorbanan dia. Kita cari kebaikannya, sebagaimana Umar RA melihat kebaikan pada anak yahudi musyrik. Jika kita mengingat pengorbanan dia dulu maka ini akan tetap menimbulkan rasa cinta pada dia.

Ini adalah ijtimaiyat ummat. Jika dia merasa berbeda dari saudaranya maka dia tidak akan bisa menjadi Ummat. Ummat berada dalam tapka-tapka, namun untuk menjadi ummat kamu tidak bisa melihat tapka, kamu melihat ummat pada diri tapka. Mau dia hanafi, hambali, syafei, maleki, orang hitam atau putih, kaya atau miskin, pejabat atau pegawai, raja atau rakyat, semuanya menyatu sebagai Ummat. Hanya kerja dakwah ini saja yang mampu menyatukan tapka-tapka menjadi satu ummat.

Hazrat Maulana Yusuf katakan :

“Orang yang ibadahnya sampai ke Arasy dan doanya maqbul, namun jika dia tidak berjamaah maka pertolongan Allah swt tidak akan turun.”

Inilah azas kerja kita bagaimana ummat islam memperkenalkan keislamannya. Bagaimana caranya ? yaitu dengan bergerak secara berjamaah mendakwahkan agama ke seluruh alam. Kerja ini bukan takrir tapi tahrik, bukan bicara saja tapi bergerak. Umat ini bergerak dengan tapka-tapka yang berbeda-beda menjadi satu jemaah pergi di jalan Allah swt. Ijtimaiyat keluar di jalan Allah swt secara berjamaah. Bukan secara tapka-tapka jemaahnya, tapi satu jemaah dengan tapka yang berbeda-beda menjadi satu secara ijtimaiyat pergi di jalan Allah swt.

Perlihatkan kepada manusia bahwa ummat ini bergerak dari berbagai macam tapka menjadi satu jemaah pergi di jalan Allah swt. Dengan cara seperti inilah pertolongan Allah swt akan turun kepada kita.

Pembicaraan kita hari ini adalah Ushul-Ushul berjamaah. Hilangkan sifat tapka dari dalam hati, untuk menghadirkan sifat Ummat dari dalam hati. Kita semua ini adalah satu jasad yaitu jasad daripada ummatnya Nabi saw. Beginilah kerja sahabat yang dalam kurun waktu 23 tahun telah menaklukkan dua pertiga dunia. Mereka bergerak dari kumpulan tapka-tapka menjadi satu.
Imam Malik berkata :

“Hanya dengan jalan yang ditempuh oleh Nabi dan para sahabat saja, ummat dapat kembali ke jalan yang sebenarnya.”

Hanya dengan seperti ini saja. Kita niatkan pergi secara berjamaah ke tempat-tempat yang terjauh mendakwahkan agama ke seluruh manusia. Lalu kita tingkatkan pengorbanan kita secara bertahap-tahap. Kita berangkat dengan harta dan diri kita.

Insya Allah !!!


Blog di WordPress.com.