Buyaathaillah's Blog

Bayan Maulana Saad Al Khandalawi : 6 sifat dalam dakwah

Nasehat 1 :
Setiap amal ini Allah swt tuntut keistiqomahan. Keistiqomahan akan datang apabila ada iman atau keyakinan yang kuat di hati. Usaha kita hari ini adalah bagaimana keimanan kita bs kuat terhujam dihati sehingga bs mendatangkan keistiqomahan dalam amal.
Nasehat 2 :
Tanamkan dalam diri kita bahwa kita dalam kerja ini adalah untuk memperbaiki diri kita sendiri bukan untuk memperbaiki orang lain. Tatkala dia senantiasa dalam keadaan sibuk memperbaiki diri dia tersebut maka ini bs menjadi asbab  perbaikan bagi orang lain.
Nasehat 3 :
Maulana Yusuf rah.a katakan perbaikan akan datang tatkala dia dakwahkan kepada orang lain. Jika kita dakwahkan keyakinan pada orang lain maka pertama yang akan terperbaiki adalah keyakinan kita sendiri. Iman akan datang tatkala kita dakwahkan iman kpd orang lain. Inilah kekhususan amalan dakwah ini.
Nasehat 4 :
Yang kita inginkan adalah bagaimana dari dakwah datang kepada kita ini hakekat 6 sifat. Amal dakwah ini akan mendatangkan tarbiyah, hidayah, dan pemahaman dalam diri kita jika kita kerjakan dengan penuh keyakinan.
Nasehat 5 :
Amal Dakwah ini adalah amalan nubuwah, amalnya para nabi. Sudah ada jaminan bahwa melalui amal ini maka hidayah akan kita dapat. Jika dakwah ini tidak kita lakukan dengan keyakinan bahwa dengan dakwah masalah kita akan selesai, maka yang terjadi kita mudah meringan ringankan atau meremeh temehkan amalan dakwah ini, selalu di belakangkan. Jika sudah kita remehkan amalan dakwah ini maka perbaikan tidak datang.
Nasehat 6 :
Jika tidak ada keyakinan dalam kerja ini maka apa yg terjadi ? Pekerja dakwah ini akan mudah meninggalkan amal2 dakwah ini seperti 3 hari ditinggalkan, 40 hari ditinggalkan, malam musyawarah ditinggalkan, jaulah ditinggalkan, taklim ditinggalkan, dll. Kenapa semua itu ditinggalkan karena dia tidak yakin bahwa amal dakwah ini dapat menyelesaikan masalah. Jika amal dakwah sdh ditinggalkan maka berikutnya ibadahpun akan ditinggalkan.
Nasehat 7 :
Maulana ilyas katakan dimana ada kelemahan dalam dakwah kita maka kita akan merasakan pula kelemahan dalam ibadah kita. Ini sdh menjadi ukuran dari dai apabila dia mengetahui agama akan berkurang, maka dia akan merasakan kesedihan atau tidak terima kalau agama ini berkurang.
Sebagaimama Abu Bakar ra dia berkata apakah agama akan dibiarkan berkurang padahal aku masih hidup ?
Apabila tidak ada kerisauan dalam diri kita melihat berkurangnya agama dalam diri kita ataupun dalam diri ummat berarti kita tidak terhubung dengan dakwah.
Inilah azas dalam dakwah kita. Makanya yang terpenting dalam kerja ini adalah terperbaikinya diri kita sendiri bukan orang lain.
Nasehat 8 :
Pertama yang harus kita perbaiki dalam kerja dakwah kita ini adalah sifat yg pertama yaitu iman kita. Takaza yg utama dalam kerja ini adalah menguatkan iman kita sendiri.
Maulana Ilyas katakan jika aku harus memberi nama kepada gerakan ini maka aku akan menamainya usaha menggerakkan iman.
Nasehat 9 :
Fondasi dari seluruh ibadah ini adalah Iman. Dengan keimanan maka seseorang akan mendapat 4 hal :
1. Ikhlas

2. Istiqomah

3. Pahala

4. Janji Allah

Nasehat 10 :
Langkah pertama kebesaran Allah ini kita bicarakan sebanyak banyak sesering seringnya. Dengan pembicaraan iman maka iman akan terbentuk. Jika iman terbentuk maka akan mudah mengamalkan agama. Hari ini mengapa agama lemah diamalkan karena tidak ada lagi orang yang membicarakan iman.
Nasehat 11 :
Pembicaraan Iman ini untuk membentuk iman dalam hati. Sedangkan ilmu itu adalah jalan untuk mengantarkan iman kita ketujuan. Contoh : orang belajar ilmu sholat bukan supaya dia bisa sholat, karena orang yg belajar sholat belum tentu dia sholat. Begitu juga orang belajar ilmu zakat bukan untuk membuat dia membayar zakat, karena belum tentu dia mau bayar zakat. Maka yang bs menggerakan sesorang ini untuk mengamalkan ilmu sholat atau ilmu zakat yang dia pelajari ini adalah iman. Maka penting kita bicarakan kemuliaan allah, kekuasaan Allah, qudratullah, nusrotullah, rabbaniyah nya Allah agar iman terhujam dalam hati kita sehingga mampu menggerakan kita untuk beramal.
Nasehat 12 :
Agar iman terhujam di hati ini ada 4 hal yg harus kita lakukan :
1. Kita bayankan kebesaran Allah : kekuasaanNya, qudratullahNya, nusratullahNya. Kita bayankan agar kita kenal kepada Allah swt.
2. Kita ceritakan perjalanan dan perjuangan Anbiya AS dan bagaimana Allah swt menolong mereka yg buat kerja agama. Allah swt firman kan kpd nabi saw bahwa Allah swt kisahkan para nabi ini kepada kamu untuk menguatkan hati kamu. Allah ceritakan pertolongan Allah kpd ibrahim as, kpd musa as, kpd Nuh as, ini utk menguatkan dakwah nabi saw.
3. Kita ceritakan nusroh ghaibiyah yg Allah swt berikan kepada para sahabat ra dalam kerja dakwah ini. Ini supaya kita paham bahwa pertolongan Allah bkn hanya kpd para Nabi saja tapi juga kepada mrk yg bukan nabi tapi mau bw kerja ini.
4. Kita hafalkan hadits2 yg shahih yg meriwatyatkan ttg keimanan. Ini agar kita mengetahui alamat iman dan dalil2nya. Kita harus tahu apa yg jd alamat iman dan apa yg membatalkan keimanan kita. Disinilah penting kita baca berulang ulang muntakhab al hadits dan kita hafalkan agar bs menjadi rujukan kita kemana alamat iman itu ditujukan. Taklimkan secara ijtimai.
Nasehat 13 :
Sahabat bertanya apa itu iman kpd nabi saw. Nabi saw jawab :
“Apabila perbuatan baik yg kamu kerjakan dapat membuat kamu gembira dan perbuatan buruk yg kamu kerjakan membuat kamu sedih berarti kamu telah beriman.”
Ini namanya alamat iman dari hadits2 yg shahih.
Nasehat 14 :
Dengan menghafal hadits2 yg sahih  yg berhubungan dng 6 sifat ini kota jadi tau alamatnya. Sehingga ketika bertemu ulama yg bertanya koridor pembicaraan kita tidak terlepas dari dalil2 shahih tersebut. Bukan keluar dari karangan2 kita tetapi dari dalil yg benar dan shahih.
Nasehat 15 :
Kebiasaan daripada sahabat ra ini ketika bertemu, mrk akan saling mengajak untuk duduk berbicara iman walaupun hanya sebentar. Sebagaimana abdullah bin rawahah suka mengajak duduk sahabat mari kita bicara iman bermudzakaroh iman.
Nasehat 16 :
Sunnah para sahabat ini adalah saling mengajak bermudzakaroh perkara Iman. Hari ini sunnah sahabat ra sudah kita tinggalkan sehingga suasana iman tidak lagi wujud dalam kehidupan kita.
Padahal dakwah iman yakin ini sesungguhnya orang beriman itu sendiri yg berhajat atas iman itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt :
“Ya ayyuhalladzi na amanu. AMINU….”
Artinya : “Wahai orang2 yg beriman…. berimanlah kamu…”
Maksudnya adalah ini perintah kepada orang beriman untuk mendakwahkan iman. Para sahabat ra mereka membuat majelis majelis yg memudzakarohkan iman sehingga Allah swt menguatkan iman mrk. Sehingga keyakinan mrk terhadap yg Ghaib itu lebih kuat dibandingkan thd yg nampak.
Asbab hari ini kita tinggalkan pembicaraan dan mudzakaroh iman sehingga yakin kita terhadap yg ghaib jadi lemah. Keyakinan kita hari ini justru kepada yang nampak2 saja akibat suasana pembicaraan iman sudah kita tinggalkan.
Nasehat 17 :
Mesjid akan makmur melalui 2 amal yaitu : Taklim dan Dakwah. Maka usaha memakmurkan mesjid : dakwah, taklim, istiqbal ini seharusnya kita lakukan setiap hari bukan seminggu sekali. Jangan jadikan kerja ini sbg kerja karkun saja bukan tetapi kita bawa semua orang secara umumiyat untuk ikut dalam kerja ini.
Allah berfirman yg memakmurkan mesjid Allah ini hanya orang yg beriman pd Allah dan beriman pd hari kemudian.
Maka melalui program dakwah taklim istiqbal kita buat 2 halaqah yaitu halaqah taklim dan halaqah dakwah.
Nasehat 18 :
Dng program dakwah taklim istiqbal kita kirim rombongan2 untuk mengajak dan menghadirkan ummat ke mesjid. Jika tidak bs hadir sekarang kita tanyakan kapan waktu luang yg mrk punya. Jika mrk udzur jangan dimarahi atau ditarghib untuk berhenti kerja, jangan. Cara seperti itu bukan cara dakwah. kita tidak boleh menyuruh orang melepaskan pekerjaan mrk atau menyuruh mrk menyari pekerjaan lain.
Yg kita inginkan adalah bagaimana dalam kesibukan mrk dalam kerja2 mrk, mereka bs meluangkan waktu mrk untuk agama atau kita minta kapan waktu mereka yg kosong kita pakai utk agama. Setan ini buat kerja juga diwaktu waktu kita yang kosong shg waktu yg kosong itulah terpakai utk bermaksiat kpd Allah swt. Oleh krn itu kita minta waktu kosong mereka dimana mereka bs meluangkan waktunya utk agama. Bw mereka ke mesjid shg tdk ada waktu kosong yg bs dimasuki oleh kebathilan. Jika mereka mendapat hidayah asbab suasana iman di mesjid maka mereka akan menjadi dai di tempat mereka kerja tersebut. Jadi jangan minta mereka berhenti kerja.
Nasehat 19 :
Jika suasana mesjid hidup asbab 2 amalan : Dakwah dan Taklim, maka hidayah akan Allah swt datangkan melalui perantara amalan tersebut.  Nabi saw sabdakan barangsiapa yg menginginkan ilmu dan iman maka Allah akan memberikannya kepada org tsb. Caranya gimana hidupkan halaqah iman dan halaqah taklim dimesjid.

Kita boleh menghidupkan dakwah iman di rumah rumah yg kita datangi. Tapi yang lebih utama jika kita bisa menghadirkan mereka ditengah tengah suasana amalan mesjid yg hidup halaqah iman dan halaqah taklim, ini akan memberikan kesan yg lebih kepada mereka. Akan lebih mudah bagi mereka mencerna dan memahami dakwah kita jika kita hadirkan mereka dalam amalan mesjid yg hidup halaqah iman dan halaqah taklim.
Nasehat 20 :
Ketaatan ini adalah alamat dari Iman. Orang beriman ini seperti onta yg jinak. Kemana di arahkan dia ikut, jika di ikat dia berhenti. Onta ini taat kepada pemiliknya. Begitulah ketaatan kita kepada Allah sbgmn taat nya onta kpd pemiliknya.
Nasehat 21 :
Semua amal akan menjadi kuat bergantung kepada keimanan seseorang tsb. Kapan orang bs sholat ketika imannya kuat.
Dalam surat al baqarah 1-5 :
Mereka yg beriman kpd yg ghaib dan mendirikan sholat.
Begitu juga dengan iman maka muamalah, muasyarah, akhlaq semua akan menjadi baik.
Nasehat 22 :
Jika keyakinan kita terletak pada asbab maka semua ibadah, muamalah, muasyarah, akhlaq kita akan menjadi lemah dan rusak.
Namun Yakin kita kuat kpd Allah maka akan ada kemudahan mengerjakan amal2 tersebut dan membentuk ketaatan dalan setiap keadaan.
Nasehat 23 :
Ketaatan ini membutuhkan :

1. Iman

2. Ilmu

Iman itu menggerakkan sedangkan Ilmu itu mengarahkan.
Nasehat 24 :
Sholat kita perbaiki dzohirnya dan bathinnya. Dzohir melalui taklim masail bertanya pd ulama dan taklim fadhail untuk mengenal keutamaan amal dan mendorong semangat dalam beramal.
Orang yg sholatnya tidak benar begitu cepat ruku dan sujudnya, maka nanti dia tidak akan dibangkitkan sbg ummat nabi saw.
Nasehat 25 :
Ada keadaan karkun asbab banyak takaza dan lain sebagainya, akhirnya dia percepat sholatnya. Padahal tujuan dakwah ini adalah perbaikan dalam sholatnya, untuk mendapatkan hakekat sifat ke 2. Bukan malah merusaknya. Maksud dakwah ini jika dikerjakan adalah perbaikan dalam ibadah.
Nasehat 26 :
Suatu ketika maulana ilyas dan rombongan dalam perjalanan ke mewat tiba waktu sholat. Mereka buat gerak dari pagi sampai malam. Sehingga dalam keadaan letih mereka buat musyawarah. Usul sebagian kpd maulana ilyas agar cepat2 sholat yg wajib beres biar bs makan dng tenang lalu istirahat. Tapi kata maulana ilyas yg benar itu kita cepat2 makan biar bs sholat dng tenang lalu istirahat. Kalo kita dahulukan sholat keliatannya baik tp sholat yg dilakukan cepat2 akan rusak dan pikiran dalam sholat jd tidak tawajuh krn jadi ingat makan.
Nasehat 27 :
Jangan sampai asbab kerja dakwah malah membuat ibadah kita jadi menurun atau berkurang. Kita berkata dakwah ini kerja besar sedangkan ibadah ini kerja abid bukan kerja dai. Mengecilkan ibadah karna dakwah ini adalah tipuan iblis laknatullah alaih. Seharusnya asbab dakwah, ibadah jadi kuat bukan jadi lemah atau kecil.
Nasehat 28 :
Menegakkan ibadah ini akan kita dapatkan melalui ilmu. Duduk dalam taklim fadhail akan memberi kita pemahaman keutaaman amal. Sehingga ada gairah dalam mengerjakan ibadah. Ibadah ini akan kuat jika kita memahami fadhilah2 dalam ibadah kita. Dengan mengetahui nilai ibadah maka akan mendorong kita untuk melakukan ibadah dengan betul.
Nasehat 29 :
Ada 3 hal untuk menguatkan ibadah kita :
1. Perbaiki dzahir sholat (Masail)

-> Adab dan Fiqh

2. Perbaiki batin sholat

-> Dzikir, Ihsan, Tawajjuh

3. Ihtisab (Fadhail)

-> Pengharapan kepada Allah atas janji2 Nya.
Nasehat 30 :
Tujuan taklim fadhail agar kita bs menghadirkan sifat ihtisab dalam beramal. Apa itu ihtisab ? Mengharap pahala dan keutamaan dari Allah. Ihtisab ini itu sifat pengharapan kepada Allah. Apa yg kita harapkan : pahala, keutamaan, ridhonya.
Nasehat 31 :
Nabi saw katakan apa yg tidak aku jelaskan jangan ditanyakan. Apa yg tidak dijelaskan kita tinggalkan. Ini pelajaran buat kita sehingga tidak ada perkara2 baru atau penemuan2 baru dalam taklim.
Nasehat 32 :
Arahan nabi kpd para sahabat. Apa yg disuruh itu yg dikerjakan, apa yv tidak disuruh tidak dikerjakan. Sebagaimana perintah nabi saw kepada hudzaifah ra untuk memata-matai musuh, jangan lakukan yg lain pantau saja. Ketika itu hudzaifah ada kesempatan membunuh musuh islam saat dia memata matai.  Padahal abu sofyan pemimpin pasukan musuh, pahala membunuh pasukan kafir juga besar. Namun tidak dia lakukan padahal kesempatan ada, krn apa ? Tdk ada perintah dari Nabi saw. Hudzaifah ra teringat pesan nabi saw agar jangan melakukan sesuatu sampai kamu ketemu kembali dng nabi saw. Keinginan membunuh ada tp dia teringat pesan nabi, sampai 3x mo coba bunuh gak jd. Asbab ketaatan hudzaifah ra ini dikemudian hari Allah jadikan Abu Sofyan yg dr menjadi musuh islam menjadi pembela islam.
Itulah ketaatan para sahabat ra. Apa yg diperintahkan nabi itu yg dikerjakan, dan apa yg tidak diperintahkan ditinggalkan jangan dikerjakan. Inilah ushul dalam dakwah kita.
Nasehat 33 :
Buat mudzakaroh 6 sifat dengan keluarga kita, tujuannya agar lahir dari rumah kita dai dai yg memiliki 6 sifat. Buat secara bergantian, sehingga mereka miliki kemampuan untuk mendakwahkan 6 sifat di dalam rumah dan diluar rumah.
Nasehat 34 :
Mesjid Nabawi hidup taklim dan disaat yg sama abu hurairah ra jaulah ke pasar untuk menghadirkan orang ikut taklim di mesjid. Abu harairah berkata wahai manusia apa yg kalian dilakukan dipasar sementara warisan mabi saw sedang dibagi bagikan dimesjid. Maka berbondong bondong orang datang ke mesjid. Sampai di mesjid ternyata yang ada halaqah taklim kata abu hurairah ra itulah warisan nabi saw. Bersamaan dengan taklim ada juga usaha atas jaulah menghadirkan orang dalam taklim. Inilah amalan mesjid nabawi.
Nasehat 35 :
Mengenai taklim masail hendaknya kita dorong diri kita untuk belajar kepada ulama. Hakekat sifat ilmu maa dzikir ini akan kita dapatkan jika didalam diri kita ada kecintaan terhadap ilmu dan penghoramatan kepada ulama.
Hadratji Inamul Hasan berkata Yakinlah bahwa mendatangi ulama itu adalah ibadah. Dengan mendatangi mereka Allah swt nanti akan beri keberkahan ilmu. Melalui ulama ini nanti amal amal kita akan menjadi baik dan benar. Jika umat tidak mau mendatangi ulama maka kejahilan tidak akan hilang dari kehidupan ummat.
Nasehat 36 :
Dalam setiap bayan atau mudzakaroh jangan sampai kita mengingkari atau mengecilkan kerja kerja orang lain dalam bidang agama : Taklim mereka, Ibadah mereka, Dakwah mereka, Khidmat mereka. Jangan kita banding bandingkan bahwa kerja dakwah kita ini lebih baik dari usaha mereka. Mereka semua bergerak dalam bidang agama maka kita harus hargai. Apabila kita menghina atau mengecilkan kerja mereka berarti kita mengecilkan kerja kenabian. Karena yg namanya kerja kenabian itu adalah kumpulan dari amalan amalan seperti dakwah, taklim, dzikir, dan khidmat. Kalo kita kecilkan kerja mereka berarti kita telah mengecilkan kerja nabi saw. Jangan kita beranggap bahwa kerja yg lain bertentangan dengan kerja kita. Sehingga kita berpikiran bahwa kerja yg lain kecil hanya kerja yang besar, jangan berpikiran seperti itu.
Hadratji katakan Dakwah ini adalah kerja besar seperti kerja air. Air ini akan menyirami semua tempat sehingga semuanya mendapatkan manfaat. Dakwah ini menyirami semua tempat seperti air sehingga semua orang bisa merasakan manfaatnya. Dakwah menyirami semua tempat dari ibadah, dzikir, taklim, bahkan muamalah, muasyarah, pemerintahan, perkantoran, semuanya mendapatkan manfaat dan menjadi semakin kuat. Jangan sampai kita mengecilkan mereka tapi kita hargai dan kita hormati usaha2 mereka dalam agama.
Nasehat 37 :
Dalam suatu perjalanan ke saudi saya berkesempatan duduk dalam mobil dengan seorang imam mesjid yg alim. Alhamdullillah dia juga istiqomah keluar 3 hari dan 40 hari tiap tahun. Dia juga buat jaulah dan taklim di mesjid. Dia bercerita suatu ketika dia di targhib oleh teman2 maqomi bahwa kamu ini sudah lama jadi karkun kenapa belum juga berangkat 4 bulan. Dia bilang kemampuan saya cuman bisa 3 hari dan 40 hari karena saya seorang imam terikat sama aturan mesjid. Temannya bilang kalo begitu berhenti saja jadi imam, ganti kamu dagang saja sehingga kamu ada kebebasan utk buat usaha agama dan perdagangan. Karena terkesan dengan targhiban temannya ini diapun berhenti jadi imam mesjid. Dia menceritakan ini kepada saya dengan harapan bahwa ini adalah kabar gembira. Tapi saya katakan kepadanya bahwa ini bukan kabar gembira justru saya merasa sangat berduka. Dia bertanya kenapa anda berduka ? Maka saya katakan bahwa kamu inikan iman juga sebagai khatib dan memberi taklim juga ini semua adalah kerja agama. Dalam kerja dakwah kita ini untuk kerja dunia saja tidak kita minta berhenti apalagi untuk kerja agama. Mengapa sampai kamu tinggalkan kerja agama yang sudah kamu jalankan ? Kerja dunia saja tidak kita minta mereka untuk ditinggalkan apalagi kerja agama. Padahal dengan kerja agama kami sebagai khotib, sebagai imam, sebagai pemberi taklim kita bisa mengarahkan orang orang untuk bisa ambil bagian dalam kerja ini. Sedangkan menjadi imam dan khatib ini adalah amanah agama kepada kamu, jadi jangan kamu tinggalkan.
Istikhlas itu bukanlah meninggalkan pekerjaan kita terutama kerja agama agar kita bisa pergi dakwah. Istikhlas itu adalah kita tetap dlm pekerjaan kita namun dari situ kita tetap buat dakwah kepada orang orang yg berhubungan dengan kerja kita. Tapi istikhlas itu adalah sejauh mana kita tawajjuh kepada Allah dalam setiap dakwah yang kita buat di setiap keadaan kita apa itu di mesjid ataupun di kantor. Disitulah ladang kita bermujahadah karena keterbatasan kita tapi kita tetap buat dakwah dan tawajuh kepada Allah inilah istikhlas. Dan istikhlas itu adalah kita sibuk dalam kerja agama tapi kita tidak lagi berpolitik, berpartai, dan kegiatan lainnya yg tidak ada kebaikannya. Namun kerja kita sehari hari yang buat memenuhi kebutuhan kita sehari hari tetap kita kerjakan seperti berdagang, bertani, apalagi menjadi imam dan khatib.
Maka ini adalah kerja dakwah kita jangan kita kecilkan kerja agama orang lain. Apalagi menyuruh berhenti ataupun pindah kerja. Kita hargai semua usaha mereka dalam bidang agama. Bahkan mereka yang bergerak dalam usaha kebatilan pun juga sama tidak usah dibicarakan dengan mereka. Allah swt bilang agar kita membiarkan mereka dengan apa yang mereka kerjakan. Jangan kita sibuk dengan pekerjaan orang yang ada dalam kebatilan tersebut. Bahkan Allah swt firmankan jangan kamu menghina sembahan sembahan mereka karena nanti mereka akan balik menghina Allah swt.
Nasehat 38 :
Hadratji katakan dengan ilmu kita mendapatkan ketaatan sedangkan dengan dzikir kita dapatkan ketawajuhan kepada Allah swt.
Nasehat 39 :
Untuk membentuk isti’dad atau kesiapan dalam diri kita untuk tawajjuh dalam setiap amalan maka kita membutuhkan sifat dzikir. Dengan dzikir akan wujud ketawajuhan dalam hati kita.
Maulana ilyas katakan orang yang berdzikir tapi tidak disertai ketawajuhan pada Allah maka ini akan melahirkan kemalasan. Maka dalam dzikir ini harus kita kosongkan diri kita dari segala sesuatu. Cari tempat sepi agar kita bisa betul betul tawajjuh dalam dzikir kita. Jangan sampai kita dzikir sebagai sambilan atau formalitas saja. Kelihatan berdzikir tapi hati dia tidak kepada Allah swt.
Nasehat 40 :
Dzikir dengan ketawajuhan akan menghasilkan ketaatan. Umar ra katakan setiap orang yang taat itu adalah orang yg berdzikir. Maka hendaklah kita berdzikir dengan lisan tapi hatinya juga ikut berdzikir. Nabi isa as beri nasehat hendaknya kamu berdzikir dengan lisan yang diikuti oleh hatinya.
Nasehat 41 :
Jika orang sudah bisa mendapatkan ketaatan melalui dzikirnya tadi maka nanti Allah swt akan perbaiki hubungan dia dengan manusia. Maksudnya apa ? Allah akan beri dia sifat yang ke 4 yaitu sifat iqrom sahabat ra. Apa itu iqrom ? Yaitu kepahaman dalam meletakkan orang pada tempat nya masing2. Iqrom itu juga bagaimana kita mengenali potensi orang dan menggunakan potensi itu menurut kesiapannnya masing2.
Nasehat 42 :
Jika kita tidak mau mengenali atau memahami potensi orang dan menggunakan mereka menurut kesiapan mereka berarti kita tidak menghormati mereka.
Nasehat 43 :
Sifat Iqrom ini membutuhkan mujahaddah. Apa mujahaddahnya ? Bagaimana kita bisa meletakkan diri kita bersama orang tersebut. Kita korbankan ego kita, nafsu kita, bahkan kehormatan kita untuk kita bersama orang tadi. Jika kita rela menjalankan ini walaupun bertentangan dengan nafsu atau selera kita, inilah yang dinamakan akhlaq. Tapi kalo kita justru membawa mereka menurut kemauan kita dan hanya menurut keadaan keadaan yg kita inginkan saja, sesuka nafsu kita saja, maka kita tidak akan mendapatkan mujahaddah. Sedangkan mujahaddah ini adalah sumber hidayah. Tanpa mujahaddah maka kita tidak akan bisa mendapatkan hakekat iqrom atau akhlaq sahabat ra.
Nasehat 44 :
Kalo kita hanya keluar dengan orang orang yang sesuai selera kita saja dan hanya ke tempat2 yg sesuai nafsu kita saja maka ini namanya tamasya bukan mujahadah.
Tapi kalo kita keluar bersama orang orang yg tidak sesuai selera atau harapan kita ini baru namanya mujahaddah. Jika kita iqrom mereka yang tidak sesuai dengan selera kita berarti kita iqrom semata mata krn Allah swt bukan karena keakraban atau kecocokan kita dengan mereka.
Nasehat 45 :
Inilah kepentingannya mengapa kita dianjurkan untuk senantiasa membawa orang orang baru dari kalangan manapun tanpa melihat status atau kekerabatan atau kecocokan kita dengan mereka. Maka setiap kita membawa orang baru kita akan mendapatkan tarbiyah yang berbeda beda, pelajaran dan pengalaman yg beda2. Tarbiyah akan datang kepada orang yang baru dan kepada kita.
Nasehat 47 :
Kita bawa semua orang dalam satu jemaah dari semua kelompok. Jangan kita bawa berdasarkan kelompok2 saja sepeti dokter sama dokter, tentara sama tentara, pengusaha sama pengusaha, jangan tapi kita bawa mereka dalam satu jemaah dari berbagai macam kelompok. Jika kita bawa berdasarakan kelompok nanti tidak akan terbentuk umat yang terbentuk adalah sekat sekat antara kelompok. Yang kita inginkan adalah bagaimana terbentuknya satu ummat semuanya kita satukan dalam satu jemaah.
Nasehat 48 :
Hari ini umat sudah terpecah pecah berdasarkan kelompok kelompok tadi. Maka ini adalah satu satunya kerja yang menyatukan semua kelompok menjadi satu ummat.
Nasehat 49 :
Nabi saw katakan kepada ahsan ra pergilah kamu memperjuangkan agama dengan orang yg tidak bersama orang selain kawan kamu maka nanti akhlaq kamu akan baik.
Itulah yg namanya Iqrom dalam kerja kita ini.
Nasehat 50 :
Nabi saw setiap mendapati orang baru masuk islam maka beliau langsung menggabungkan mereka orang baru dengan orang lama.
Nasehat 51 :
Pentingnya orang lama bawa orang baru ini adalah agar ada tarbiyah atau pelajaran bagi orang baru dan tarqiyah atau peningkatan bagi orang lama.
Kisah muawawiyah ra sebagai orang lama dan wail ra sebagai orang baru msk islam :
Sudah menjadi kebiasaan nabi saw menggabungkan orang baru dan orang lama agar bisa sama2 belajar. Suatu ketika wail ra putra raja seorang bangsawan masuk islam. Maka nabi saw tendemkan wail ra bersama muawiyah ra. Maka dalam suatu perjalanan ketika itu muawiyah merupakan seorang miskin dan wail ra seorang kaya yang bangsawan, pergi dalam suatu perjalanan bersama. Dalam perjalanan itu muawiyah yang miskin baju gembel pergi tanpa ada alas kaki memegang kuda yg ditunggangi wail ra yg berpakaian mewah dan bersepatu mahal. Mereka berjalan bersama sementara muawiyah kepanasan. Muawiyah bilang ke wail orang baru wahai wail berilah aku tempat bersama naik kuda denganmu. Saya mau saja kata wail Tapi kalo kamu naik nanti apa kata orang ? ada orang miskin menunggangi kuda kerajaan jadi aib nanti. Orang lama muawiyah sabar saja tetap berjalan menghadapi kelakuan makmur baru. Lalu muawiyah katakan kalo kamu keberatan maka berikanlah sepatu kamu biar aku jalan gak kepanasan. Lalu wail katakan wah nanti apa kata orang kok sepatu raja dipakai sama orang miskin, jadi aib lagi. Maka muawiyah tetap saja sabar berjalan dalam perjalanan tersebut.
Setelah 5 zaman dilewati Allah swt angkat muawiyah ketika itu menjadi khalifah amirul mukminin. Allah angkat muawiyah menjadi khalifah asbab kesabarannya. Suatu saat datang wail ra minta izin menghadap khalifah muawiyah ketika itu. Maka muawiyah memperkenankan dia masuk. Lalu muawiyah bertanya kepada wail, wahai wail mulia mana tahtaku ini dengan kudamu yg dulu. Maka wail katakan wahai amirul mukminin maafkan aku yg dulu itu orang baru masih dekat kepada kejahilan belum ngerti apa2. Tolong maafkan saya.
Maulana saad katakan muawiyah bersabar menghadapi orang batu bermujahaddah dng kelakuannya yg kurang menyenangkan, maka setelah 5 zaman Allah swt balas muawiyah dengan meninggikannya sbg khalifah umat islam. Asbab kesabaran orang lama maka Allah swt angkat dia dan akan mendatangkan peningkatan dalam kehidupannya. Sementara wail orang baru asbab bersama orang lama juga mendapatkan tarbiyah pelajaran bagaimana beradab kepada orang lama bahwa saya tidak pantas menyombongkan kuda saya dihadapan orang lama.
Begitulah pentingnya kita menggabungkan orang lama dengan orang baru. Bagaimana orang lama bisa membawa orang baru agar ada tarbiyah pelajaran bagi orang baru dan tarqiyah peningkatan bagi orang lama.
Inilah yang namanya iqrom.
Nasehat 52 :
Orang yang bersabar dalam menghadapi ujian ujian dalam kerja dakwah itulah orang orang mukhlis. Orang yang mukhlis adalah mereka yang tidak menunggu ucapan terima kasih ataupun pujian2 bahkan tdk terkesan dng hinaan2 dalam menjalankan kerja agama.
Banyak orang yang terhenti dari kerja dakwah asbab tidak mendapatkan pujian dari orang lain. Mereka merasa tidak dihargai akhirnya keluar dari kerja yang mulia ini. Sedangkan orang yg tidak ikhlas itu nampak kerja agamanya sedikit. Hanya orang yang ikhlas dalam kerja agama akan mendapatkan istiqomah. Allah swt katakan orabg munafik ini beramal untuk mendapatkan riya maka beramalnya itu hanya sedikit.
Nasehat 53 :
Penting kita bawa kerja ini dengan keikhlasan dengan menjadikan kerja ini sebagai maksud hidup kita.
Nasehat 54 :
Mudzakaroh yang kita dapatkan ini adalah amanah untuk diamalkan dan disampaikan kepada yang lain.

Blog di WordPress.com.