Buyaathaillah's Blog

Bayan Syuro Indonesia H. Cecep Firdaus : Kekayaan Hati vs Kekayaan Dunia

Bayan Syuro Indonesia

H. Cecep Firdaus

Assalamualaikum wr. Wb.

Kebanyakan manusia di dunia ingin jadi orang kaya, bahakn yang ada di mesjid juga pingin jadi orang kaya. Di dunia ini ada 2 jenis kekayaan :

  1. Kekayaan Dunia
  2. Kekayaan Hati

Apa itu kekayaan dunia yaitu ? segala macam kebendaan dan harta. Tempat kekayaan dunia ini di luar jasad kita. Bisa dilihat oleh mata dan disentuh oleh tangan seperti : rumah, mobil, pakaian, uang, intan berlian, dll. Inilah kekayaan dunia, kekayaan kebendaan.

Apa itu kekayaan Hati ? segala sesuatu yang berhubungan dengan hati. Tempatnya kekayaan hati ini ada di dalam hati kita. Tidak bisa dilihat oleh mata dan tidak bisa disentuh oleh tangan, yaitu : keimanan, taqwa, tawakkal, qanaah, ihsan. Inilah kekayaan hati.

Sedangkan yang bisa menjamin bisa memberikan kebahagiaan dunia dan akherat kepada kita bukanlah kekayaan dunia, tetapi kekayaan hati. Kalau kita ada iman, taqwa, tawakkal, maka di jamin kehidupan kita akan bahagia dunia dan akherat.

Dalam kekayaan dunia tidak ada janji Allah swt, bahwa keduniaan dapat memberikan kebahagiaan dunia dan akherat, tidak ada. Bahkan kekayaan dunia ini tidak ada nilainya disisi Allah swt.

Disebutkan dalam sebuah hadits :

“andaikata dunia ini ada nilainya disisi Allah swt, seberat sebelah sayap nyamuk saja, satu teguk airpun tidak akan Allah swt berikan kepada orang kafir.” (mahfum hadits)

Sekarang dilimpahkan keduniaan oleh Allah swt kepada orang kafir, sebab dunia inilebih rendah dari sebelah sayap nyamuk. Sedangkan perkara iman, taqwa, dan tawakkal ini adalah perkara besar, tidak Allah swt berikan kepada setiap orang. Sedangkan perkara dunia ini Allah swt berikan kepada orang yang dimurkai dan yang dicintai. Tapi kalau kekayaan hati ini : Iman, Taqwa, Tawakkal, hanya diberikan oleh Allah swt kepada orang yang dicintai saja.

Kekayaan dunia ini tidak menjamin kebahagiaan hidup seseorang. Walaupun dia menjadi sekaya-kayanya orang di dunia, menjadi orang yang paling berkuasan, dan manusia paling kuat, kalau kita mati tanpa iman, langsung masuk neraka. Pangkat, Harta, Kekuatan, tidak bisa membela kita di kubur, di akherat. Orang yang tidak memiliki kekayaan hati, begitu mati, maka dia akan tersiksa selama-lamanya. Hidupnya hanya menunggu adzab datang saja, menunggu siksaan datang. Walaupun dia dari seorang Raja, seorang Panglima Perang, Seorang Kaya Raya, begitu Mati langsung di Adzab, kekal dalam penderitaan untuk selama-lamanya.

Seluruh para Nabi diutus oleh Allah swt ke dunia ini tidak ada yang mengajarkan kepada manusia bagaimana cara mendapatkan keduniaan, tidak ada. Seluruh Nabi mengajarkan kepada manusia ini bagaimana cara mendapatkan kekayaan hati. Bagaimana mendapatkan hidayah, bagaimana mendapat kan Iman, bagaimana mendapatkan Taqwa. Inilah yang diajarkan oleh para Nabi.

Mustinya jadi pelajaran bagi kita bahwa sesunguhnya yang berharga itu adalah kekayaan hati. Tapi kebanyakan manusia di dunia ini bodoh : bersusah payah, bekerja keras, untuk mendapatkan sesuatu yang tidak berharga. Mati-matian mengejar dunia yang tidak menjamin memberikan kebahagiaan. Namun kita tidak sadar perkara ini. Kini orang kalau sudah mendapatkan harta, titel, dan kedudukan, di anggap sebagai orang pandai, padahal bodoh, jahil. Tidak paham mana perkara yang lebih penting dan berharga. Dia pikir kalo sudah punya harta, titel, dan jabatan seolah-lah sudah sukses.

Saya mendengar dalam khotbah Juma’at ketika kami bergerak di India, Khatib menyampaikan :

“Tolabul Dunia Jahil, Tholabul Uqba Aqil, Tolabul Maula Kamil”

Artinya :

Orang yang bekerja menuntut untuk mendapatkan dunia ini adalah Jahil. Sedangkan orang yang bekerja untuk mendapatkan Akherat adalah berakal. Dan orang yang berusaha untuk mendekat kepada Allah swt itulah orang yang sempurna.

Ini bukan kata-kata sembarangan, ini adalah perkataan ulama berdasarkan Al Quran dan Hadits.

Lalu Khatib melanjutkan :

“Tholabul Dunia mardud, Tholabul uqba Mahfud, Tholabul Mauwla Mahmud”

Artinya :

“Orang yang usaha hanya untuk keduniaan maka akan tertolak. Sedangkan orang yang mengejar akherat itu adalah orang yang terpelihara. Dan orang yang berusaha untuk mendekat kepada Allah swt itu adalah orang yang terpuji.”

Kita tidak sadar kebanyakan manusia ini sebenarnya adalah orang-orang bodoh.

Imam Ghazali Rah.A katakan :

“Hari ini dunia nampak cantik, karena penduduknya adalah orang-orang bodoh.”

Sedangkan yang suka mempercantik dunia itu adalah orang-orang bodoh. Orang-orang yang ada akalnya dia akan mempercantik amalan, mempercantik iman, mempercantik akhlaq, mempercantik ketaqwaan. Hari ini kita beranggapan bahwa negara yang keduniaannya cantik dikira sebagai negara maju. Negara yang dunianya canggih, kita anggap sebagai negara maju, ini karena kita bodoh. Keduniaan yang canggih itu bukanlah ukuran kemajuan. Kemajuan itu adalah yang diajarkan oleh Nabi saw. Kita Na’udzubillah telah beranggapan menjadikan orang-orang bodoh itu seperti Nabi, wajib untuk di ikuti. Kita harus seperti Negara Maju kayak Amerika, Eropa, China, dll. Padhal kalau kita baca Al Quran kita justru dilarang mengikuti mereka, karena itu jalan hidup orang kafir. Kita diminta untuk mengikuti jalan Nabi, bukan orang kafir. Yang diperintahkan Allah swt tidak kita kerjakan, yang dilarang justru itu yang kita kejar-kejar.

Iman dan Amal ini tinggi nilainya tapi tidak kita usahakan. Dunia yang remeh dan tidak ada nilai justru itu yang kita kejar mati-matian. Kalaupun ada manfaatnya dunia ini, itu hanya terbatas semasa kita hidup saja. Nanti kalau mati, harta dunia, tidak ada manfaatnya lagi. Semua keduniaan yang kita usahakan dan kita bangga-banggakan itu tidak akan ada manfaatnya di kubur, tidak ada manfaat di mahsyar, tidak ada manfaatnya buat akherat kita. Tapi kalau kita memiliki kekayaan hati, Iman dan Amal, maka ini akan bermanfaat di dunia dan di akherat. Masalah-masalah besar di akherat ini dapat diselesaikan dengan kekayaan hati bukan dengan kekayaan dunia. Begitu juga tidak ada masalah di dunia ini yang tidak bisa diselesaikan oleh kekayaan hati. Tetapi kalo kekayan dunia jangankan di akherat, di dunia saja kadang-kadang tidak bisa menyelesaikan masalah.

Kalau kita misalnya dalam perjalanan, tersesat di hutan atau padang pasir. Walaupun kita ada uang banyak dan ada credit card, kita lapar kira-kira bisa bermanfaat gak itu uang dan credit card. Kalau kita lapar ata haus mana bisa kita makan itu uang dan credit card. Tapi kalau kita ada iman di kala kesulitan seperti itu, doa pada Allah swt, nanti Allah swt berikan jalan keluar. Sebagaimana yang terjadi dengan para sahabat RA :

  1. Minta air, maka datang air.
  2. Minta makanan, datang makanan.
  3. Minta keselamatan, diselamatkan oleh Allah swt

Kisah Seorang Raja

Ada kisah di suatu kerajaan hidup seorang raja yang kaya raya. Suatu ketika sang raja pergi ke ruang bawah tanah istananya, di basement istana. Ternyata di basement itu ada gudang harta yang besar dan simpanan kekayaan kerajaan. Didalam gudang itu tersimpan perbendaharaan kerajaan dari kursi emas, pedang pusaka, coin emas, intan berlian, semuanya ada disitu menumpuk dan sangat banyak. Sedangkan yang memegang kunci perbendaharaan itu hanya 2 orang saja yaitu : Sang Raja dan Perdana Menterinya. Maka sang raja suatu ketika mendatangi gudang harta tersebut untuk menganggumi banyaknya harta yang dia miliki. Dia turun ke gudang dia buka gudang itu dengan kuncinya lalu dia masuk kedalam menikmati pemandangan harta kekayaannya. Dia keliling-keliling melihat-lihat perbendaharaan harta kerajaan. Ketika raja di dalam gudang perdana menteri lewat. Dia lihat ini kok gudang terbuka. Maka ini perdana menteri fikir, mungkin dia lupa menutupnya. Karena sebelum raja masuk dia yang masuk terlebih dahulu dan keluar ruangan, baru raja masuk, dia tidak tahu. Lantas si perdana menteri ini, tidak melihat kedalam lagi, langsung dia tutup pintu gudang tersebut lalu dikuncinya, digembok dari luar. Dia tidak tahu bahwa ada raja di dalam gudang itu.

Maka setelah meninggalkan gudang, perdana mentri pergi mencari raja. Sampai sore hari ini perdana menteri menunggu dan mencari Raja, kok tidak muncul-muncul raja. Besoknya lagi dicari oleh seluruh kerajaan tidak ada juga, tidak muncul-muncul juga. Dua hari raja dicari-cari, tidak ad ayang tahu raja ada dimana. Sampai hari ketiga pencarian, masih belum ketemu juga. Akhirnya agar kerajaan dan pemerintahan tidak vakum dari kepemimpinan, diangkatlah putra mahkota menjadi Raja yang baru. Setelah putra mahkota menjadi Raja, perdana menteri mengatakan pada putra mahkota, bahwa kerajaan mempunyai gudang harta yang hanya boleh dimasuki oleh Raja dan Perdana Menterinya. Perdana menteri berkata :

“Tuan Raja mudah dibawah basement istana ini ayahanda Raja mempunyai gudang harta untuk menyimpan perbendaharaan harta kerajaan. Sekarang ayahanda sudah tidak ada, maka gudang harta kerajaan ini menjadi milik tuan Raja Muda. Mari kita pergi lihat untuk serah terima harta kerajaan.”

Maka perdana menteri membawa putra mahkota yang sudah menjadi Raja baru ini, untuk melihat gudang perbendaharaan harta kerajaan. Setelah membuka gudang harta kerajaan, mereka masuk kedalam, didapati Raja lama yang dicari-cari ada didalam. Tapi Raja lama ini ada didalam gudang sudah dalam keadaan mati. Maka terkejut putra mahkota dan perdana menteri. Ketika di lihat keadaanya sang Raja lama, di tangannya ada sepucuk surat. Lalu dibaca sepucuk surat itu, tulisan yang tertulis :

“Saya adalah seorang Raja yang Kaya Raya. Saya mati, kelaparan dan kehausan, ditengah Harta kekayaan saya.”

Ini bisa terjadi pada kita, mati ditengah harta kita yang kita cintai, tapi tidak bisa memberikan manfaat saat kita membutuhkannya. Di dunia aja tidak manfaat, apalagi di akherat. Banyak terjadi seperti itu. Contoh : banyak orang kaya, konglomerat, sakit keras, makan ini tidak boleh, makan itu tidak boleh, walaupun harta banyak tidak bisa menyelamatkan dia dari kematian yang disebabkan karena penyakitnya.

Ini pelajaran bagi kita, jika ngejar-ngejar dunia terus, tidak belajar dari kisah ini, bodoh berarti kita namanya. Mustinya kita sudah berlari ngejar bagaimana bisa mendapatkan iman dan taqwa.

Kisah Sahabat RA

Serombongan sahabat ra pergi di jalan Allah swt. Dalam perjalanan perbekalan mereka habis. Maka jemaahnya laporan kepada amir rombongan bahwa jemaah kehabisan air. Haus tapi tidak ada air, Mau wudhu juga gak bisa. Amir rombongan katakan, kita tayamum, sholat minta paad Allah swt. Maka rombongan taat, mereka semua tayamamum lalu sholat, doa minta pada Allah swt. Lalu mereka melanjutkan perjalanan.

Setelah mereka melanjutkan perjalanan, tidak lama, mereka menemukan sungai, bersih airnya. Akhirnya semua sahabat-sahabat ra dalam rombongan tersebut menunaikan hajat-hajatnya. Mereka minum, mandi, wudhu, dan cuci baju, bahkan menyimpan sebagaian air sebagai perbekalan. Setelah puas menunaikan hajat mereka lalu melanjutkan perjalanan. Lalu di tengah perjalanan ada seorang sahabat lapor bahwa botol minumnya tertinngal di pinggir sungai. Ia mohon izin kepada amir untuk kembali mengambil botol tersebut. Maka kembalilah sahabat yang botolnya tertinggal ke tempat sungai tersebut. Dia pergi sendiri mencari, tapi aneh, botol air yang dicari ada disitu, tapi sungainya sudah tidak ada, hilang. Botol ketemu, tapi sungai hilang.

Disini Allah swt ciptakan sungai tersebut khusus hanya untuk menolong sahabat ra yang sedang kesulitan air. Ini sudah janji Allah swt menolong orang yang beriman.

Allah swt berfirman :

“….wakaana haqqan ‘alaynaa nashrum muminiina.”

Artinya :

“……Dan menjadi Hak AKU menolong orang-orang yang beriman.” (30:47)

Menjadi Hak Allah swt membantu orang-orang beriman. Ini janji Allah swt, kalau kita ada iman, pasti Allah swt akan tolong kita. Kenapa umat islam gagal dimana-mana, di hina dimana-mana, dibantai disana sini. Bukan karena umat islam tidak punya senjata, dan bukan karena tidak punya kekuasaan. Umat islam kalah, dibantai, dihinakan, dizalimi, dimana-mana asbab karena tidak adanya pertolongan Allah swt kepada umat ini. Sahabat ra daat kemenangan demi kemenangan, ini karena ditolong oleh Allah swt. Pertolongan Allah swt ada bersama para Sahabat RA. Ini karena kekayaan hati yang dimiliki sahabat ra. Sahabat RA mempunyai iman yang betul, hidup amal, dan ada ketaqwaan kepada Allah swt, sehingga Allah swt mewajibkan atas diriNya menolong orang-orang beriman.

Kenapa umat islam hari ini tidak ditolong oleh Allah swt ? ini karena perkara Iman, bukan karena perkara tertinggal science dan technology, atau karena kalah di milter dan ekonomi, bukan. Ini pendapat bodoh,berpendapat islam kalah karena tidak menguasai science dan technology, kecil militernya, lemah ekonominya. Kita tidak ditolong oleh Allah swt karena asbab kita miskin kekayaan hati, lemah iman dan tidak ada ketaqwaaan. Tidak disadari oleh umat hari ini kekalahan umat islam, pembantaian umat islam, pendzoliman terhadap umat islam, asbab umat islam miskin kekayaan hati. Herannya kita tidak merasa, malah merasa miskin harta melulu, miskin dunia melulu.

Padahal kalau kita bandingkan dengan para sahabat RA, kekayaan duniayang ada pada kita kini jauh lebih bagus dair apa yang dimiliki para Sahabat RA. Makanan kita lebih enak dari para sahabat RA, pakaian kita lebih bagus dari sahabat RA, rumah kita lebih besar dari Sahabat RA, kendaraan kita lebih baik dari Sahabat RA. Tapi kenapa sahabat Mulia, sedangkan kita hina hari ini. Padahal Allah swt nya masih sama, Nabinya masih sama, Kiblatnya masih sama, Quran nya juga masih sama. Kenapa bisa hina umat islam hari ini ?

Dalam keadaan serba mewah tapi kita dihinakan hari ini, dimana-mana dibantai, di cap teroris, di cap sebagai perusuh. Umat islam dalam keadaan tidak mempunyai kekuatan apa-apa dibantai, didzolimin, dicabik-cabik hak-haknya. Walaupun hari ini umat islam jumlahnya banyak, tapi tidak berkutik. Ini karena umat islam tidak di tolong oleh Allah swt.

Sahabat mendapatkan kemenangan dan kejayaan karena ditolong oleh Allah swt walaupun secara ekonomi mereka lemah, militer juga terbelakang senjatanya, minoritas jumlahnya. Kenapa bisa mereka ditolong oleh Allah swt ? ini asbab keimanan mereka. Kita jahil hari ini mengejar dunia saja yang tidak ada janji pertolongan Allah swt di dalamnya. Namun bila kita mengusahakan Iman, kekayaan hati, disitu pertolongan Allah swt bersama kita. Kita jahil, asbab kebodohan kita, kini kita malah ikut-ikutan orang-orang yang tidak punya iman. Orang yang tidak punya iman sibuk mengejar dunia, kita yang beriman juga sibuk ikut-ikutan ngejar dunia. Padahal kalau kita baca Quran tidak diajarkan oleh Nabi saw ikut-ikutan daripada orang yang tidak punya iman.

Allah swt kirim kita kedunia ini untuk usaha atas iman, ini yang benar bukan usaha atas ngejar-ngejar dunia. Anehnya kita tinggalkan usaha atas keimanan, malah sibuk usaha atas keduniaan. Lihat, yang sudah dapat keduniaan saja begitu menyedihkan keadaaannya. Baca Quran, bagaimana kehidupan mereka yang maju keduniaannya kayak : Qorun, Firaun, Namrutz, Kaum Tsamud, Kaum Ad, Kaum Saba, Kaum Madyan. Asbab tidak ada Iman Allah swt telah hancurkan mereka, binasa. Hari ini begitu juga, kalau kita tidak mau usaha atas iman, maka kehidupan kita akan dihancurkan, dibinasakan oleh Allah swt. Orang kaya bukannya selamet dari kesusahan, tapi malah tambah banyak kesusahan yang datang dalam kehidupannya, jika tidak punya iman. Kehinaan datang kepada orang kaya, dituntut, dikejar-kejar aparat, kena kasus korupsi, dan dibuka-buka aibnya. Coba kalau kita memiliki iman, maka kehidupan kita akan dijamin oleh Allah swt. Dengan Iman, Allah swt akan amankan kehidupan kita, dimuliakan diberi ketentraman, ketenangan. Jadi betul kata khatib tadi, kita ini bodoh. Ngaku sarjana, sekolah tinggi-tinggi, hanya untuk mengejar-ngejar dunia yang tidaka da nilainya dan tidak dibawa mati. Tidak ada usaha memikirkan ian, perkara yang tinggi dan perkara yang besar.

Bahkan keduniaan ini bukan saja tidak ada manfaat nanti di akherat, tapi malah menjadi mudharat di akherat nanti. Bukan hanya mudharat di akherat, di dunia juga bisa menjadi mudharat kepada kita. Tapi kalo iman, taqwa, tawakkal, tidak ada mendatangkan kemudharatan, semua bermanfaat, dunia dan akherat. Kalau harta dunia ini kadang-kadang bukan saja tidak mendatangkan manfaat, tapi malah mendatangkan mudharat kepada kita. Banyak orang kena mudharat daripada dunia ini.

Kisah Orang Hindu

Di India yang mayoritas penduduknya beragama hindu. Kendaraan yang dipakai ketika itu adalah kuda, belum ada mobil. Jadi si orang hindu ini pingin memiliki kuda, karena dengan menaiki kuda, dia bisa terlihat gagah, dan perjalanan jadi lebih cepat. Dan kuda ketika itu harganya mahal. Kuda merupakan kendaraan raja-raja, bangsawan, dan orang-orang kaya.

Jadi si orang hindu ini buat ibadah menyembah dewanya, lalu berdoa memohon agar diberikan kuda. Dari pagi, siang, sore, malam, dia berdoa sungguh-sungguh minta kuda setiap habis melakukan pemujaan dan ibadah. Dia minta kepada berhalanya minta kuda. Nama berhalanya si RAM. Dia berdoa : “Ya Ram beri saya kuda, Ya Ram beri saya kuda.”

Suatu hari ada seorang jendral, berkendaraan naik kuda. Kudanya besar, tinggi. Dibelakangnya ada anaknya yang masih kecil daik kuda poni kecil. Berkendaraan kuda juga ini anak kecil, tapi kudanya kecil, kuda poni. Waktu dalam perjalanan ada sungai, mau nyebrang. Kuda yang besar milik si jendral bisa melewati sungai, tapi kuda yang kecil si anak kecil tadi tidak bisa. Mka si jendral tadi nyari pertolongan, mencari orang kesana kemari. Kebetulan si hindu tadi yang doa minta kuda ada di sekitar situ. Maka karena dia jendral, dia langsung perintahkan si hindu untuk menolong anaknya jendral menyebrang sungai. Karena takut dengan si e=jenderal, si hindu ini taat aja. Diatur sedemikian rupa itu kuda digendong sama si hindu, kaki kuda ada di pundak si hindu, si anak jendral naik kuda bersama jendral. Susah bener berjalan, berenang, membawa kuda melewati sungai. Sampai kelelep-kelelep minum air. Akhirnya si hindu tersebut teringat doanya kepada si Ram, dewa dia tempat meminta. Dia bilang :

“Ram ente salah paham, saya minta kuda biar bisa menaikinya diatasnya, tapi ini kuda engkau kasih malah menaiki saya, ada diatas saya.”

Jadi hari ini banyak orang islam minta dunia pada Allah swt, tapi setelah datang itu dunia malah bikin susah. Kena rampok, kena bunuh, dikejar-kejar orang, banyak kejadian seperti ini terjadi pada orang kaya. Tapi kita gak kapok-kapok, bandel kita, udah dibilangin tetep aja masih ngejar dunia lupakan agama. Banyak pelajaran di Quran dan kenyataan, yang bisa di ambil, sebagai peringatan kepada kita. Orang yang kena sengat, kena racun dunia ini banyak.

Mudharat Ambisi Kekuasaan

Disetiap negara banyak orang yang berambisi jadi presiden. Padahal kalau kita membaca dari sejarah, rata-rata orang-orang yang telah jadi presiden ini matinya menyedihkan. Berharap setelah jadi presiden bisa happy ending, tapi kenyataan malah sebaliknya, Unhappy Ending. Banyak yang menjadi presiden malah dibunuh, dihinakan, dibuka aibnya, dipenjara, difitnah, dihujat. Tapi tidak kapok-kapok orang, tetep aja berambisi jadi presiden, rebutan lagi.

Seperti yang Nabi saw sabdakan :

“Kamu ini seperti Laron yang mengejar Api. Aku ini seperti orang yang menyelamatkan kamu dari Api.” (mahfum hadits)

Serangga Laron ini munculnya malam hari, dan kebiasaannya dimana ada api dia kejar, diserang api itu. Padahal udah jelas api itu panas, mematikan, tapi tidak ada daya untuk menghindarinya, malah nyerbu rame-rame. Belum sampai ke api, baru dekat-dekat saja ini laron pada mati berjatuhan, tapi tetep aja laron yang lain ngejar menuju kepada kematian. Serangga ini bodoh, tidak belajar dari kematian teman-temannya, tetap aja nyerang itu api.

Masalahnya ketika Nabi saw sampaikan aku adalah orang yang menyelamatkan kamu dari kobaran api, itu tidak bisa terjangkau semuanya. Kebanyakan manusia maju, lolos maju menuju api. Jadi sibuk menarik manusia ini agar jangan terjerumus menuju api.

Nasehat Mubayin :

“Kita semua menyerbu kepada dunia seperti laron menyerbu obor api”

Karguzari Mubayin tentang Tetangga dapet Uang

Ketika saya masih muda, masih SMA, saya punya tetangga, dia orang arab. Dulunya beliau tentara. Dulu pernah dibuka oleh pemerintah indonesia tahun 1960 an, siapa-siapa yang pernah jadi tentara dengan membawa bukti, akan dikasih gaji rapel. Nah ini orang karena pernah jadi tentara dulunya, dia rapel gaji semenjak belum merdeka sampai saat itu. Besar dia dapet uang rapel dari pemerintah. Dia usaha terus, akhirnya dapet gajji rapel itu. Uang saat itu yang diterima tergolong besar, Rp.1.600.000. Maka karena mendapat uang yang begitu besar, dia bagikan uang itu dengan anak-anaknya. Ada satu anak dari istri muda, merasa pembagiannya tidak adil. Maka anak ini malam-malam marah, ditimpuki tuh rumah bapaknya. Maka ribut semua satu keluarga. Nih mantan tentara marah, siapa yang berani-beraninya lempar rumah dia dengan batu. Pas keluar dia kejar, ternyata anak dia juga dari istri muda.

Maka dia bawa ke dalam, ribut di dalam rumah sama anak-anak istri pertama. Lagi ribut didalam rumah tiba-tiba hujan lebat, genteng pecah, bocor rumah, kebanjiran. Maka si Mantan tentara ini duduk termenung. Dia bilang :

“Dulu sebelum keduniaan dateng, ini rumah tentram. Anak akur, genteng gak bocor, gak ada masalah. Sekarang kenapa pas dunia dateng, keluarga jadi berantakan, hubungan adik kakak jadi rusak, rumah bocor kebanjiran, gak tenang hidup jadinya.”

Jadi ketika dunia datang bukannya dapat manfaat, malah dapat mudharat. Ini kejadian nyata. Dan banyak lagi kisah-kisah seperti ini. Asbab dunia bukannya baik hidup malah banyak masalah. Ini musti jadi pelajaran bagi kita. Kenapa kita tidak justru mencari Iman, cari Taqwa, cari Tawakkal, cari hidayah, yang akan menyelamatkan kita. Bukan malah ngejar-ngejar yang tidak pasti mendatangkan kebahagiaan.

Jadi orang yang tidak mau mencari iman dan tidak mau ikut dakwah itu bodoh. Alasan apapun itu bodoh, tidak ada alasan. Sekarang orang-orang yang cinta dunia ini mangatakan :

“Duniakan manfaat juga, bisa untuk sedekah, bisa bangun madrasah, bisa bangun mesjid, bisa pergi Haji.”

Dia lupa kalau dunia bermanfaat kalau ada iman. Dengan Iman akan ada keikhlasan dalam amal. Pergi haji kalau ikhlas diterima, sedekah kalau ikhlas diterima, bangun mesjid kalau ikhlas diterima. Tapi kalau tidak ada kekayaan hati, tidak ada keikhlasan, tidak akan diterima itu semua. Seberapa besar harta yang kita infaq kan atau sedekahkan, yang diterima hanya yang ikhlas. Sedangkan Ikhlas itu berbanding lurus dengan iman. Ketika Nabi saw ditanya Apa itu iman ? iman itu adalah ikhlas. Apa itu Ikhlas ? Nabi saw jawab ikhlas itu iman. Tidak bisa ikhlas itu hanya sekedar ucapan saya ikhlas, saya ikhlas, tidak bisa. Ikhlas itu dengan iman bukan ucapan. Orang yang kuat imannya, kuat ikhlasnya. Orang yang lemah imannya, lemah ikhlasnya. Orang yang tidak ada imannya, tidak ada ikhlasnya. Pergi haji karena mau jadi bupati, bangun mesjid biar dapet pendukung suara, bangun madrasah biar di dukung kyai nya. Mana diterima amal yang tidak ada keikhlasan. Walaupun harta digunakan untuk kebaikan, tapi kalau tidak ada iman maka tidak akan ada keikhlasan. Tidak ada keikhlasan tidak akan diterima oleh Allah swt. Kebanyakan alasan aja itu, kita perlu kekayaan untuk tolong fakir miskin, biar ada alasan ngejar-ngejar harta. Tapi setelah jadi kaya malah jadi kikir juga, lip service untuk memperkaya diri saja dia bicara buat bantu fakir miskin. Ini karena orang kaya mau mengeluarkan hartanya untuk agama itupun perlu iman, kalau tidak ada kikir juga orang kaya. Belum lagi di akherat setiap nikmat akan ditanya oleh Allah swt. Makan banyak harta dan nikmat dunia semakin banyak hisabnya, pertanyaannya nanti di akherat.

Disebutkan dalam sebuah hadits :

“Orang miskin dan orang kaya sama-sama beriman dan sama-sama beramal. Tapi orang miskin akan masuk surga 500 tahun lebih dulu daripada orang kaya.”

Kenapa demikian ? orang kaya itu terhambat dengan pertanyaan-pertanyaan pertanggung jawaban hartanya : Dari mana harta ini, kemana dibelanjakan, kenapa begini, kenapa begitu. Maka untuk orang yang beriman dan yakin adanya Hisab tidak akan mau menumpuk-numpuk harta.

Kisah Rasullullah saw

Nabi saw jangan mencari dunia, ditawarkan oleh Allah swt saja ditolak sama Nabi saw. Nabi saw ditawarkan oleh Allah swt :

“Wahai Muhammad, kamu mau menjadi Nabi yang hamba atau Nabi yang Raja. Jikalau engkau mau maka gunung di sekitar mekah akan Aku jadikan emas untuk engkau.”

Kalau kita yang bodoh pasti mikirnya, “Kenapa tidak diterima itukan halal dari Allah swt.” Bisa dipake buat biaya dakwah, bisa pergi kesana kemari. Tapi jauh cara fikir nabi saw dengan cara fikir kita, Nabi saw jauh lebih pintar dari kita. Kita ini apa otak kita, cetek otaknya, dibandingkan dengan otaknya Nabi saw yang luas dan dalam. Nabi saw itu orangnya pandai, bukan kayak kita bodoh-bodoh. Ini tawaran Dunia dari Allah swt, sama Nabi saw ditolak. Ulama sampaikan jika Nabi saw terima tawaran Allah swt tersebut, maka kemanapun Nabi saw pergi maka gunung emasnya pun juga ikut. Dalam tafsir lain katakan andaikan Nabi saw terima tawaran gunung emas itu dari Allah swt, tidak akan dituntut nanti di akherat. Tapi tetep sama Nabi saw ditolak, karena Nabi saw paham bahwa kebaikan itu hanya ada dalam amal agama bukan dalam kebendaan atau harta. Kita jangankan ditawarkan, didalam tanah saja kita gali-gali. Aneh apa yang ditolak Nabi saw, justru itu yang kita kejar-kejar hari ini. Jadi jahil kita ini, merasa lebih pandai dari Rasullullah saw. Orang pandai itu dia akan nyari iman, nyari taqwa, nyari tawakal. Bukannya ngejar-ngejar dunia melulu, ini bodoh namanya. Sibukkan diri kita dalam meningkatkan kekayaan hati. Kayakan hatinya bukan Dunianya dikayakan.

Nabi saw bersabda :

“Al Ghina ghinatul Qulub : Orang Kaya itu yang Kaya Hatinya.” (Mahfum)

Inilah perbedaan fikir Nabi saw dan Orang Kafir. Kalau orang Kafir ini pendapatnya adalah manusia akan senang jika dijadikan kaya. Sebagaimana negara-negara Barat kayak amerika, eropa, china, jepang, fikirnya adalah bagaimana ekonomi mereka ini secara pendapatan bisa tinggi, supaya bisa membeli segala keperluannya. Bagaimana makanan, oakaian, tempat tinggal, kendaraan, tercukupi. Jadi taregtnya bagaimana setiap orang ini bisa jadi kaya, minimal tidak hidup dibawah garis kemiskinan. Dia pikir dengan menjadi kaya ini bisa terpenuhi segala keperluan.

Nabi saw sebetulnya juga mengajarkan kita supaya menjadi kaya, tetapi bukan kaya dengan kebendaan tapi kaya Hati. Kaya hati dengan sifat-sifat yang mulia sepeti Iman, Taqwa, Tawakkal, Ihsan, dll. Jadi beda kaya kebendaan dengan kaya hati, kaya menurut orang tidak punya iman dengan kaya yang dimaksud Nabi saw. Andaikan manusia keinginannya dipenuhi, pendapatannya di naikkan, tapi kekayaan hati, sifat yang Allah swt inginkan, tidak ada, hanya ikut kepada hawa nafsunya saja, maka dia akan selalu merasa miskin terus. Sekarang banyak orang kaya tapi merasa miskin.

Imam Ghazali rah.a:

“Orang miskin itu adalah orang yang tidak bisa membeli barang yang diperlukannya.”

Inilah definisi miskin menurut imam ghazali.

Contoh :

Ada orang punya mobil dua. Tapi dia merasa butuh mobil 3 bukan 2. Sanggupnya beli 2, bukan 3. Ini miskin namanya, walaupun dia punya mobil 2. Begitujuga kalao dia punya mobil 10, tapi hasratnya butuh 11, diluar kesanggupannya, masih pingin juga, ini miskin namanya. Keinginan yang banyak belum terpenuhi, padahal sudah punya banyak harta, tapi selalu merasa kurang inilah yang namanya kemiskinan. Orang yang sudah punya banyak mobil tapi masih berhajat nambah mobil lagi, inilah kemiskinan. Walaupun dia tidak punya mobil, tapi dia tidak berhajat pada mobil, inilah orang kaya. Dia tidak berhajat pada mobil, dan tidak merasa perlu dengan mobil, orang macam ini lebih kaya daripada orang yang punya banyak mobil tapi masih berhajat nambah mobil.

Sedangkan definisi yang berlaku di dunia ini adalah ingin menjadikan orang kaya dengan kekayaan dunia, tapi hatinya tidak dibina, nafsunya bergejolak ingin ini dan itu, miskin terus.

Note :

“Kaya dan Miskin itu masalah Hati. Jika hati banak keinginan ini kemiskinan namanya. Jika hati tidak punya keinginan / hajat inilah kekayaan. Orang kaya tapi banyak keinginan ini miskin. Orang miskin tapi tidak berhajat pada kekayaan / kebendaan ini kaya namanya.”

Nabi saw sudah mensinyalir :

“Anak Adam ini andaikan diberi 1 lembah emas, maka pasti dia akan meminta yang ke 2. Begitu pula jika diberi 2 lembah emas, pasti akan mencari yang ke 3. Dikasih yang ke 3, pasti nyari yang ke empat. Begitu seterusnya.” (Mahfum)

Jadi asbab nafsu di hati, banyak keinginan, dia akan dalam keadaan miskin terus. Sedangkan nabi saw mengajarkan kepada kita memasukkan sifat Qanaah kedalam hati. Sifat Qanaah ini adalah merasa cukup dengan yang ada. Dengan sifat Qanaah ini kita akan menjadi orang kaya beneran.

Mubayin :

“Kaya tapi banyak keinginan ini dan itu yang belum terlaksana, ini namanya kaya palsu. Kalau kita punya sifat Qanaah, ini namanya kaya beneran, merasa cukup dengan yang ada, tidak berhajat dengan yang tidak ada.”

Kisah Nabi Isa

Dalam fadhilah sedekah ada kisah tentang Nabi Isa, beliau berkata :

  1. Rumahku Kolong Langit : Maksudnya Rumah saja tidak punya
  2. Lampuku dimalam hari Bulan dan Bintang : tidak punya lampu
  3. Kendaraanku dua kakiku : Tidak ada kendaraan, pergi jalan kaki
  4. Makananku rumput-rumput yang tumbuh diatas tanah : yang ada aja
  5. Lauk makananku adalah lapar : Kalau lapar makan apa aja enak.

Tapi kata beliau, Nabi Isa AS : ”Akulah orang terkaya di dunia” Kenapa bisa begitu ? Nabi Isa AS katakan : “Aku tidak berhajat kepada selain Allah swt.”

Ini baru kaya beneran, sebagaimana yang diajarkan Nabi Isa AS. Hari ini kita tidak mau jadi orang kaya beneran maunya jadi orang kaya palsu. Sibuk mengejar dunia, hawa nafsu malah makin bertambah, terus bertambah, ini miskin namanya. Akhirnya asbab mengejar dunia dan mengumbar hawa nafsu, banyak yang terjungkal. Dunianya habis, dia nya dihinakan, dimusuhi, sedangkan dia tidak mendapatkan manfaat apa-apa.

Kisah perjalanan Isa AS

Pernah ada satu orang datang kepada Nabi Isa AS, dia pingin ikut dalam perjalanan dengan Nabi Isa AS. Maka Nabi Isa membolehkannya. Dalam perjalanan tiba waktu makan. Nabi isa AS bilang ke orang yang ikut sama dia, saya akan buang hajat dulu, kamu tunggu disini. Dalam perjalanan itu Nabi Isa AS membawa bekal 3 keping roti. Ketika Nabi Isa AS telah menyelesaikan buang hajat, dia kembali itu roti tinggal dua, berarti satu telah hilang. Nabi Isa AS bertanya sama orang yang ikut pergi bersama Nabi Isa AS, kemana potongan roti yang satu lagi. Dia bilang, tidak tahu. Maka Nabi Isa AS tidak mau ambil pusing, Maka dari roti yang tersisa dua oleh Nabi Isa AS langsung dibagikan, Nabi Isa dapet satu keping roti, dan tamunya dapet satu keping roti. Setelah selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan ketemu sungai, mau nyebrang tidak ada jembatan dan tidak ada perahu. Maka Nabi Isa AS pegang tangan orang tersebut, dengan mengucapkan bismillah dibawa orang tersebut berjalan diatas air, sampai keseberang sungai.

Setelah menyebrangi sungai, sambil memegang tangan tamunya, Nabi Isa AS berkata : “Demi Allah yang telah menunjukkan kebesarannya kepada kita, mengizinkan kita sampai bisa berjalan diatas air sampai seberang. Kini Aku bertanya kepada kamu, kemana itu sepotong roti yang tadi ?” maka si tamunya tadi masih bilang : “Saya tidak tahu.” Akhirnya Nabi Isa melanjutkan perjalanan lagi sama orang tersebut. Lalu datang waktu makan berikutnya, lapar, tapi makanan tidak ada. Ada kijang lewat, lalu Nabi Isa panggil kijang tersebut, datang itu kijang menghampiri Nabi Isa AS. Lalu sama Nabi Isa AS, kijang tersebut disembelih, dimasak, lalu dimakan bersama. Setelah selesai makan, tulang-tulang itu kijang dikumpulkan kembali. Nabi Isa AS perintahkan itu tulang belulang jadi kijang lagi, maka tulang belulang yang sudah habis dagingnya, kembali berubah menjadi kijang lagi. Setelah hidup kembali menjadi kijang lagi, si kijang mengucapkan salam lalu pergi. Lalu Nabi Isa AS berkata : “Demi Allah swt yang telah menunjukkan kekuasaannya kepada kita. Allah swt kirim itu kijang untuk kita makan, setelah menjadi tulang Allah swt hidupkan kembali kijang tersebut seperti semula. Aku tanya kembali kepada engkau, kemana itu roti yang ke 3 tadi.” Si tamu tersebut tetap bilang, “Saya tidak tahu.” Baiklah kalau begitu kata Nabi AS kita lanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan sampailah mereka di suatu pantai. Maka Nabi Isa AS buat 3 gundukan pasir pantai. Lalu 3 gundukan pasir pantai tersebut diperintahkan Nabi Musa AS jadi emas. Maka 3 gundukan pasir tersebut berubah menjadi emas. Nabi Isa AS sampaikan kepada tamunya : “Ini satu gundukan emas buat kamu, satu gundukan emas buat saya, dan satu gundukan emas lagi buat yang makan roti ke 3 yang hilang.” Baru si tamu itu bilang, “Saya yang makan roti ke 3 tadi.” Karena sudah mengaku, maka Nabi isa bilang bawa saja 3 gundukan emas tersebut, dan kita berpisah disini. Sifat kamu buruk, jangan ikut saya lagi.

Lalu setelah berpisah dengan Nabi Isa AS, tamu tersebut dalam perjalanan ketemu 3 orang perampok. Maka melihan 3 gundukan emas yang dibawa si tamu tadi, lalu perampok ini bunuh si tamu tersebut dan di rampoklah 3 gundukan emas tadi. Mereka berkata diantara mereka, “Ini ada 3 gundukan emas, pas buat kita bertiga dibagi rata.” Tapi sekarang kita lapar perlu ada orang yang khidmat. Maka ditunjuk 1 orang khidmat untuk beli makanan ke kota, yang lain menunggu. Nanti setelah makan kita bagi ini 3 gundukan emas sama rata, begitu rencana mereka. Inilah dunia, waktu temannya pergi beli makanan setan masuk. Syetan membisikan kepada perampok yang beli makanan, di pikiran dia terbayang, “Ini emas 3 gunduk, kalau saya bunuh mereka, saya bisa bawa 3 gunduk emas, semuanya jadi milik saya.” Maka syetan membisikan, “Nanti di kota kamu makan yang kenyang, lalu beli makanan buat mereka tapi diracunin, biar mereka mati, 3 gunduk emas jadi milik kamu.” Maka dengan persiapan matang si perampok yang khidmat ini pulang setelah makan kenyang dnegan membawa 2 bungkus makanan yang sudah diracunin. Sementara yang dua perampok menunggu makanan, syetan juga datang ke mereka. Syetan membisikan dalam pikiran mereka, “Ini 3 gundukan emas sayang kalau dibagi rata, bagaimana nanti ketika dia kembali kemari bawa makanan, kita bunuh dia, maka kita masing-masing bisa dapat 1 ½ gundukan lebih banyak.” Mereka setuju dengan rencana tersebut, sehingga mereka buat persiapan untuk membunuh si perampok yang khidmat beli makanan. Rencananya salah satu diantara mereka ajak ngobrol si yang berkhidmat nanti di pukul dengan batu dari belakang sampai mati oleh salah seorang dari mereka. Mereka setuju dengan rencana tersebut.

Maka setelah si perampok yang berkhidmat datang, maka di ajak ngobrol oleh salah satu yang menunggu. Ketika mereka ngobrol, kawannya sudah siap dengan Batu, dipukullah kepala perampok yang berkhidmat makanan dengan batu sampai pecah, lalu mati. Dalam kedaan bergembira rencananya telah berhasil, dapat 3 gundukan meas dibagi berdua, tambah banyak emasnya. Mereka langsung makan makanan yang dibawakan oleh perampok yang berkhidmat yang sudah mereka bunuh tadi. Mereka tidak tahu bahwa makanan tersebut sudah diracunin oleh si perampok yang berkhidmat. Asbab makan makanan yang beracun, merekapun akhirnya tewas, mati juga.

Allah swt perintahkan kepada Nabi Isa AS untuk kembali lagi ke tempat sebelumnya. Maka Nabi Isa AS menemukan 4 jenazah. 1 tamunya nabi Isa AS, dan 3 jenazah lainnya adalah perampok, sedangkan 3 gunduk emas masih utuh. Maka Nabi Isa AS bertanya kepada Allah swt, “Ada apa ini ya Allah, kenapa 3 guduk emas itu ada disini dan ada 4 jenazah ?” Kata Allah swt, ”Itulah Dunia.” Maksudnya apa seringkali kita berebut dunia sampai pada akhirnya pada binasa, tetapi tidak ada satupun yang kebagian. Banyak kejadian seperti ini.

Jadi sungguh benar kata Khatib Jumat : “Tholabul Dunia Jahil : Orang yang mengejar dunia ini adalah Jahil”. Kita ini bodoh, banyak menghabiskan waktu untuk mengejar dunia. Banyak menghabiskan waktu untuk kebodohan, bukannya mengejar kekayaan hati, malah mengejar dunia yang tidak ada nilainya. Bukannya memperbaiki iman, mencari Taqwa, dan tawakkal, diajak keluar memperbaiki diri malah tidak mau. Bener-bener bandel dan tambeng kita ini, sudah dibilangin masih juga tidak mau dengar. Sudah banyak kehinaan nya dunia ini, tapi masih di kejar juga. Nanti akan terbukti semuanya tatkala kita mati.

Mustinya kalau kita faham perkara ini, maka kita akan habis-habisan dalam dakwah. Tapi masyeikh kita bijak, kita tidak langsung disuruh jor-joran. Ibarat orang baru latihan angkat besi, pemula, pasti dimulai dari yang ringan dulu, tidak bisa langsung sekaligus 100 kg, tapi pelan-pelan bertahap. Maka diminta sekurang-kurangnya seumur hidup 4 bulan, cari iman dan taqwa. Kalau umur kita 60-70 tahun, apa artinya 4 bulan, sedikit sekali. Coba difikirkan, kalau kita tidak mau juga, siapa kita ini dihadapan Allah swt.

Jika kita sudah keluar 4 bulan, maka kita jaga setiap tahunnya 1/10 waktu kita yaitu : keluar 40 hari, tiap bulannya 3 hari, dan setiap harinya 2.5 jam. Lalu tingkatkan dari 1/10 waktu menjadi 1/3 waktu yaitu : 4 bulan tiap tahun, 10 hari tiap bulan, dan 8 jam setiap harinya. Tingkatkan lagi sampai kita bisa habiskan waktu kita seluruhnya untuk agama, kapan saja diminta siap, tinggal “On Call”.

Namun hari ini kita bertahan dalam kejahilan, berlama-lama dalam kebodohan. Itu peraturan kerja tiap hari 8 jam ini bukan dari islam, ini hanya jebakan musuh islam agar orang islam sibuk sama dunia bukan sibuk sama amal agama. Ini bukan ajaran Nabi saw, tidak ada di hadits dan quran perkara harus bekerja 8 jam sehari. Ini peraturan 8 jam sehari kerja adalah buatan orang yahudi dan nasrani. Kalau orang ada iman, maka bukan saja hartanya diberkahi, tapi waktunya juga diberkahi. Sahabat itu nyari dunia tidak banyak. Ada memang mereka, para sahabat ra, kerja dan dagang, tapi tidak jor-joran kayak kita. Kita full kerja 8 jam setiap hari, bahkan lebih dari itu, selama 12 bulan dalam setahun kerja terus sampai jor-joran. Sahabat lebih banyak waktunya dalam usaha agama, dibanding ngurusin dunia. Sahabat waktunya diberkahi oleh Allah swt, sebentar saja buat urusan dunia, waktunya lebih banyak buat ngurus agama.

Jadi orang yang diberkahi oleh Allah swt itu adalah walaupun pendapatnya kecil tapi mencukupi. Tapi kalau tidak diberkahi, walaupun pendapatan banyak, selalu kurang saja, tidak ada kecukupan. Jadi untuk dapat cukup itu bukan dengan banyak, tapi dengan Barokah. Kalau kita lihat kehidupan orang-orang yang punya penghasilan tinggi di amerika dan di eropa sana, tidak berkah. Gaji mereka besar tapi selalu kurang, tidak pernah merasa cukup. Kehidupan disana serba diukur, berapa listriknya tidak boleh lebih, berapa airnya tidak boleh lebih, berapa belanjanya tidak boleh lebih, berapa gas nya tidak boleh lebih, kalau lebih mereka langsung susah hati, kerja lebih lagi. Apalagi kalau sampai kedatangan tamu, mereka merasa kayak bawa beban begitu. Padahal tamu dalam islam adalah sumber keberkahan. Namun karena orang disana sudah terbiasa hidup nafsi-nafsi, tidak mau nerima tamu. Mereka juga tidak mengerti barokah.

Karguzari Jemaah India di Amerika

Pernah jemaah india keluar di amerika ketemu orang india disana orang islam. Setelah kerumah itu orang india, masya allah rumahnya bagus, peralatannya lengkap, mobilnya banyak. Lalu sama jemaah ditaskyl untuk keluar 10 saja dengan jemaah. Eh dia malah bilang gak punya duit. Padahal dia kaya punya rumah bagus, mobil banyak, diatas rata-rata kehidupannya. Jemaah india nanya bagaimana mungkin kamu kaya begini bisa gak punya duit. Dia bilang bahwa setiap gajian sudah ada bagian-bagiannya untuk bayar cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan perabotan, cicilan TV, cicilan credit card, cicilan asuransi, sehingga semua uangnya habis kepakai buat membayar itu semua, yaitu cicilan atau kredit. Gak ada duit sisa yang bisa dipakai di jalan Allah swt. Begitulah kehidupan dunia, menipu, keliatan kaya padahal miskin. Jika itu semua kita korbankan untuk keluar di jalan Allah swt, jangankan harta, waktupun ikut barokah.

Karguzari mubayin tentang orang kaya

Ada satu orang kaya raya di indonesia, dia banyak nyumbang buat agama. Sehingga Allah swt kasih barokah dalam hartanya, semakin bertambah, semakin bertambah. Namun ketika ditaskyl tidak bisa ikut, alasannya sibuk ngurusin kerjaan dan perusahaan. Kalau keluar harta dia siap, tapi memberi waktu buat keluar di jalan Allah swt, dia tidak siap.

Datang jemaah dari madinah, menyampaikan kepada dia, kamu rasakan jika kamu korbankan harta kamu di jalan Allah swt ini akan berkah, Allah akan datangkan lagi penggantinya. Si orang india bilang betul sekali, itu yang dia rasakan setiap kali infaq hartanya buat agama. Maka si jemaah india ini bilang begitu juga kalau kamu menyedekahkan waktu buat keluar di jalan Allah swt, maka waktu kamu juga jadi berkah. Waktu akan berkah, tidak perlu kamu sibuk 12 bulan, 8 jam sehari, selama setahun pontang panting nyari uang. Allah swt kuasa beri keberkahan waktu, kerja sebulan cukup buat setahun. Kalo diberkahi itu bisa terjadi. Jangan ikut tertibnya orang beriman, karena orang beriman itu tidak kenal barokah. Sahabat juga kerja dunia, tapi bukan kayak kita cara kerjanya, sampai gak punya waktu buat agama.

Akhirnya kini kita memahami qur’an dan hadits menurut pemahaman kita saja, ikut nafsu dan logika kita saja.

Ada Hadits mengatkan :

“Tholabul Rizki halal Faridhoh : Mencari Rizki yang halal itu Fardhu” (Mahfum)

Ini yang tahu mencari rizki itu fardhu siapa ? yaitu para sahabat ra yg sudah mengamalkan quran dan hadist sesuai arahan Rasullullah saw, dan sudah mendapat Ridho Allah swt. Lihat bagaimana mereka mengamalkan hadits ini, cocokkan dengan mereka, jangan kita main tafsir menurut nafsu kita saja.

Kisah Ali bin Abi Thalib RA :

Ketika sehabis pulang di jalan Allah swt, Ali RA balik ke rumahnya ternyata tidak ada makanan. Maka dia pergi kerja mencari nafkah untuk beliau, istrinya, dan anaknya. Maka ketika ini berlaku hadits nabi saw, tholabul rizki faridhoh, mencari rizki itu fardhu. Maka Ali RA pergi kerja kepada orang yahudi menimba air, untuk menyiram tanaman. Setiap timba dapat satu korma. Setelah beberapa timba dapat beberapa genggam korma yang cukup untuk dia, istrinya, dan anaknya, maka berhenti menimba air. Kata si yahudi jangan berhenti masih belum tersiram semua tanaman. Kata Ali ra, ini sudah mencukupi apa yang saya terima untuk keluarga saya, sedangkan saya ada kerja lain. Yaitu kerja agama. Kata si yahudi ini tanggung biar saya tambah gajinya atau bayarannya, menjadi 2 kurma untuk setiap timba. Namun Ali ra menolak tidak mau, saya ada kerjaan yang lebih penting lagi. Llau si yahudi tadi menaikan lagi bayarannya menjadi 3 kurma untuk setiap timbaan. Namun tetap ditolak oleh Ali RA karena ada pekerjaan yang lebih penting lagi. Ini penghasilan yang saya dapat sudah cukup untuk makan hari ini dia dan keluarganya. Inilah sahabat yang memahami maksud dari hadits tholabul ilmi faridhoh, mencari rizki yang halal itu wajib. Namun ketika sudah mencukupi tidak wajib lagi.

Namun hari ini yang kita lakukan tidak seperti itu. Kita yang dipikirkan bagaimana ada simpanan untuk besok, untuk lusa, untuk seminggu, untuk sebulan, untuk setahun, tidak habis-habis dipikirkan dan diusahakan sampai-sampai meninggalkan perintah Allah swt. Demi mencari rizki kita tinggalkan perintah Allah swt. Kita tinggalkan takaza agama, tidak mau berangkat 3 hari, 40 hari, 4 bulan, asbab tidak cukup cukup mencari rizki. Kita sibuk saja dengan pekerjaan kita tidak mau pergi, bahkan sampai lemburpun diambil karena tidak ada yakin bahwa rizki itu sudah Allah swt yang jamin. Bilangnya mencari rizki itu fardhu, padahal sudah cukup.

Maka Maulana Saad sampaikan agar kita membaca hikayatus sahabah, agar kita bisa mempelajari pemahaman orang-orang yang sudah mendapatkan Ridho Allah swt asbab pemahaman dan pengamalan mereka atas agama. Baca sebagai amalan infirodi, kalau tidak bisa baca arabnya, baca yang sudah diterjemahkan. Baca kisah sahabat agar kita bisa mengetahui pemahaman yang dimiliki sahabat, mereka yang sudah jelas hidup melalui bimbingan Nabi saw dalam mengamalkan Quran dan Hadits. Cocokan pemahaman kita dengan mereka. Hari ini asbab kita tidak kenal sahabat ra, orang menafsirkan agama semaunya sendiri.

Karguzari Mubayin :

Saya ketika keluar di australia bertemu dengan orang-orang indonesia disana, ada yang sekolah, ada yang bekerja, ada yang sudah menetap disana. Mereka berkata :

“Apa yang dilakukan bapak-bapak ini dalam tabligh. Kerjanya ngajak sholat saja, pikirin donk perut umat islam. Jangan mikirin suruh sholat saja.”

Ucapan seperti ini sudah menjadi pemahaman umat islam hari ini. Ada semacam kejahilan sehingga salah paham dengan memahami dakwah.

Pak Dede Daud dalam jemaah kami bicara kepada bapak tersebut :

“Bapak coba begini saja. Kalau argumen bapak seperti itu. Coba kita kumpulkan orang-orang yang kelaparan tidak makan seminggu di Australia ini orang islamnya, ada gak, atau di wilayah ini ada gak ? saya akan traktir makan. Ada gak orang islam di austalia ini 7 hari tidak makan, saya traktir, kita fikirkan perutnya.”

Maka bapak itu bilang : “Tidak ada yang udah seminggu tidak makan orang islam di australia ini. Di Indonesiapun juga tidak ada.”

Lalu sama pak dede ekpektasinya diturunin :

“Kalau tidak ada 7 hari yang kelaperan atau tidak makan, kita kurangin 3 hari. Kita kumpulkan orang islam di austalia yang sudah 3 hari tidak makan, ada gak ?”

Maka bapak itu juga bilang, “tidak ada orang islam di australia yang kelaperan atau tidak makan selama 3 hari.”

Pak dede daud bilang, “Kalau tidak ada 3 hari, yang sehari aja kelaparan tidak makan-makan, saya akan traktir, kita fikirkan perutnya biar tidak kelaparan. Ada gak orang islam di australia yang kelaperan tidak dapet makan seharian ?”

Maka si bapak itu bilang : “tidak ada juga orang islam yang kelaperan seharian tidak makan di australia ini.”

Maka pak Dede Daud bilang : “Kalau gitu sekarang coba bapak periksa orang islam yang tidak sholat seminggu, ada gak ?”

Bapak itu bilang : “Kalau itu mah banyak yang tidak sholat seminggu. Bahkan bulanan dan tahunan tidak sholat-sholat.”

Lalu pak dede bilang : “Kok bisa kita malah memikirkan perut orang islam yang tidak lapar walaupun hanya 1 hari aja tidak ada. Sedangkan yang tidak sholat bulanan bahkan tahunan, tidak kita fikirkan, padahal jumlahnya jauh lebih banyak, dan banyak sekali. Itu yang tidak sholat mingguan, bulanan, dan tahunan, mereka fikir perut juga.”

Kemana akal kita hari ini ? kita sibuk memikirkan perut orang islam hari ini, yang satu hari saja tidak ada yang kelaperan. Sementara kita malah mengabaikan orang yang tidak sholat hari ini, dari bulanan bahkan tahunan tidak sholat-sholat. Mana yang lebih banyak orang islam tidak sholat atau orang islam yang kelaperan ? orang islam yang kelaperan 1 hari aja tidak ada, kok kita malah lebih mengutamakan memikirkan perut orang islam. Coba kalau yang tidak sholat bulanan dan bertahun tahun, ini banyak, kenapa kita malah sibuk ngurusin perut orang islam, padahal gak ada ayang lapar. Dimana akal kita ?

Begitulah kondisi umat islam hari ini fikir perut saja, padahal iman merosot, amal ditinggalkan, sholat tidak dilakukan bulanan bahkan bertahun-tahun. Agama yang rusak tidak ada kita fikirkan, sedangkan perut orang islam yang sudah kenyang masih aja kita harus mikirin. Inilah kondisi kita hari ini. Mereka bilang kemunduran umat islam karena ketinggalan di ekonomi, ketinggalan di science. Sementara perkara tidak kemesjid, tidak dimasalahkan, kayak tidak apa-apa kalau tidak ke mesjid, tidak masalah. Fikirnya duit saja, siang mikirin duit, malam mikirin duit, pagi mikirin duit, sebelum tidur mikir duit, bangun tidur mikir duit, sedangkan sholat tidak difikirkan, mau ditinggalin juga tidak apa-apa. Inilah kejahilan namanya. Jangan di ikuti, ikut saja kepada Rasullullah saw dan para Sahabat ra.

Hati-hati baca buku

Mubayin sampaikan “Hati-hati membaca buku” :

  1. Kalau buku-buku itu dikarang oleh orang munafik, kita baca, maka kemunafikan dia akan menular kepada kita.
  1. Kalau kita membaca buku orang kafir, maka hati kita akan condong kepada kekafiran.
  1. Kalau kita membaca buku orang fasik, maka kita bisa tertular kefasikannya.

Ada orang kita yang tidak paham malah mengagumi buku-buku karangan orientalis. Mereka beranggapan itu buku-buku memuji islam katanya begitu. Padahal kata masyeikh kita, dalam buku-buku tersebut terdapat racun, bikin otak kita keblinger, jahil. Kenapa ? Ini karena orang islam yang mengagumi orientalis ini, dia tidak memiliki iman yang benar dan tidak mengetahui sahabat ra. Umat islam tertipu, bangga kepada orang orientalis. Orientalis ini bukan orang islam, umumnya orang barat, tapi mereka menulis buku tentang islam.

Para orientalis ini yang menulis tentang Nabi saw dan Sahabat RA, dalam bukunya mengagungkan Rasullullah saw dan memuji para sahabat RA. Ulama sampaikan agar kita waspada dengan buku-buku islam karangan orientalis. Menurut para orientalis ini, menangnya islam di tujukan hanya kepada kemampuan sahabat, mereka memuji kemampuan para sahabat RA. Jadi para sahabat RA menang dan berjaya karena kedisplinannya, keberaniannya, dan kecerdasannya para sahabat RA. Disini Racunnya, dalam buku tersebut tidak ada faktor Nusrotullah yang disebutkan dalam buku mereka, bagaimana para sahabat ini menang dan sukses asbab pertolongan Allah swt. Jadi buku tentang sahabat yang seharusnya mengenal bagaimana pertolongan Allah swt kepada mereka, dibelokkan menjadi kedisplinan sahabat, keberanian sahabat, dan kecerdasan sahabat.

Padahal banyak kemenangan dan kesuksesan sahabat ini asbab dari Nusrotullah. Tapi Nusrotullah ini tidak ditulis dalam buku mereka, ini karena para orientalis ini tidak ada iman dan tidak kenal Allah swt. Malah yang ditulis dalam buku mereka kedisplinan sahabat ra, keberanian sahabat ra, kecerdasan sahabat ra, yang dzohir-dzohir saja. Sehingga terjadi pengkultusan kepada pribadi-pribadi, menjadi syirik. Padahal sahabat RA selalu mengedepankan Qudrattullah dan Nusrotulla dalam setiap perjuangan mereka. Seharusnya buku yang kita baca dapat menaikkan iman kita karena membaca tentang pertolongan Allah swt kepada sahabat, malah menjadi pengaguman kepada individu-individu.

Kisah Sahabat RA

Seharusnya yang diceritakan itu bagaimana bingungnya orang kafir menghadapi sahabat RA. Setiap melakukan peperangan selalu menang sahabat ra ini. Kekuatan apa yang ada dibelakang sahabat RA seharusnya begitu yang disampaikan.

Di jaman itu orang kafir bingung bagaimana cara membendung islam dan sahabat ra. Sehingga mereka bermusyawarah. Dalam musyawarah itu disimpulkan bahwa kemenangan dari sahabat ra ini asbab mereka orang padang pasir, tahan banting, tahan panas, dan tahan haus. Pembicaraan ini terjadi di roma dalam musyawarah romawi. Mereka memikirkan bagaimana pasukan romawi ini bisa menang melawan sahabat ra, karena kalah terus. Salah satu usul dalam musyawarah mereka adalah ambil orang arab gunung untuk di didik bersama pasukan romawi. Bayar dan rekrut itu orang-orang arab gunung, suruh mereka menghadapi pasukan islam, para sahabat ra. Ini perhitungan mereka agar bisa menang melawan sahabat RA. Jadi orang romawi ini mereka cari orang arab badui, orang gunung, yang tahan panas, tahan air, dan tahan banting untuk menghadapi sahabat RA. Akhirnya terkumpul orang-orang arab badi, arab gunung, yang direkrut romawi sebanyak 60.000 orang. Maka sampailah khabar ini kepada para sahabat RA bahwa telah terkumpul 60.000 arab badui yang dididik pasukan romawi mau menyerang sahabat RA.

Maka dalam musyawarah sahabat ditanyakan siapa yang siap menghadapi pasukan rekrutan romawi ini. Dalam musyawarah itu khalid bin walid ra angkat tangan. Dia bilang mereka salah paham ini orang romawi, dipikir kita menang karena kekuatan dan kemampuan kita, padahal kita menang karena bantuan Allah swt, karena iman kita dan dzikir kita. Lalu Khalid ra bilang ”kirim saja saya seorang diri menghadapi mereka.” Maka sahabat yang bertanya kenapa begitu apa kamu tidak takut. Khalid ra sampaikan : kenapa saya musti takut ? saya pernah mendengar nabi saw sampaikan :

“Barangsiapa yang berdzikir itu seperti orang yang hidup, sedangkan yang tidak berdzikir seperti orang yang mati.”

Khalid RA sampaikan : “kenapa aku musti takut sama benda yang mati. Kita ada dzikir, sedangkan orang kafir tidak ada dzikir. Mereka orang kafir sama dengan bangkai, apa artinya melawan bangkai mati. Jangankan 60.000, ratusan ribupun aku tidak takut karena orang kafir ini hanya barang mati tidak bisa mendatangkan mudharat apapun.”

Inilah keyakinan dari para sahabat RA. Sahabat walaupun hanya minoritas tetap maju menghadapi pasukan tersebut dan menang.

Jangan sampai kita salah baca buku yang akan merusak otak kita. Dan jangan sampai salah baca buku tafsir, kalau tafsir itu dibuat oleh orang yang tidak ada taqwa, dan tidak punya kepahaman seperti sahabat dalam memahami agama, nanti makna tafsir diselewengkan semau dia. Belajarlah agama dari orang yang telah dapat hidayah yaitu Nabi saw dan para Sahabat ra. Baca tafsir dari orang yang mengikuti kehidupan Nabi saw dan Sahabat RA baru akan mendapatkan tafsiran yang benar. Walaupun kita baca quran dan hadist tapi tidak punya pemahaman yang benar maka nanti tafsirnya jadi lain.

Contoh Kasus dalam Hadits :

“Ikat itu Onta baru tawakal kepada Allah swt.” (Mahfum Hadits)

Jadi pemahaman kita mengenai hadits ini adalah :

“Tidak boleh tawakal tanpa usaha.”

Buat Usaha dulu baru Tawakkal kepada Allah swt, tidak boleh buat tawakkal tanpa usaha. begitu pemahaman kita hari ini.

Maulana Saad Al Khandalawi Daamat Barakatuhu sampaikan :

“Jika kita menafsirkan hadits tersebut usaha dulu baru tawakal, tidak boleh tawakal tanpa usaha, maka itu namanya kita tawakal pada usaha kita, bukan pada Allah swt. Jadi kita tawakal, bergantung, pada ikatan bukan pada Allah swt. ini penafsiran yang salah, bukan begitu cara memahaminya. Yang benar pemahamannya adalah : Walaupun kamu telah mengikat onta, tetap kamu harus tawakkal, bergantung, kepada Allah swt bukan pada ikatan.”

Inilah perbedaan pemahaman yang terjadi, asbab kita tidak sampai ketaqwaan kita sebagaimana ulama-ulama yang hari-hari sibuk dengan ketaqwaan. Kenapa kita di ingatkan dalam hadits ini ? ini karena untuk tawakal pada Allah swt dengan ada asbab itu susah. Kalau kita ada usaha, ada kerja, mau tawakal kepada Allah swt itu susah. Makanya dikasih ingat, diperingatkan. Walaupun kamu sudah buat ikatan, jangan kamu tawakal, bergantung pada ikatan, tetapi bergantung tetap kepada Allah swt. Ini karena Allah swt mampu menghilangkan onta kamu walaupun sudah di ikat. Inilah peringatan yang tersimpan dalam tafsir hadist ini. Kalau kita ada asbab, untuk tawakkal, bergantung, kepada Allah swt itu susah, beda kalau tidak ada asbab.

Contoh :

Dalam perjalanan, duit banyak, mau gak mau tawakkal kepada duit, bergantung kepada duit bukan pada Allah swt. Mau apa bisa bayar pakai duit : mau makan ada duit, mau isi bensin ada duit, mau beli ini dan itu ada duit. Jadi gantungannya kepada duit bukan kepada Allah swt. Beda kalau duit kita hilang, langsung kita tawajjuh kepada Allah swt : “Ya Allah dompet saya hilang, Ya Allah duit saya hilang.” Baru begitu tawajjuhnya. Setelah hilang baru tawakkal kepada Allah, bergantung kepada Allah swt, karena duit sudah tidak ada lagi.

Nasehat :

“Tawakkal itu harus lebih dulu dari usaha, bukan usaha dulu baru tawakkal. Benarkan gantungannya dulu hanya kepada Allah swt baru usaha, bukan usaha dulu baru bergantung, ini namanya gantungannya pada usaha kita bukan pada Allah swt.”

Kita saja kalau mau keluar rumah, belum buat usaha sudah di sunnahkan membaca doa :

“Bismillahi tawakaltu Alallahi wala haula wala quwwata illa billah”

artinya :

Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepadaNya, dan tiada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah”

Jadi tawakal dulu baru usaha kalau kita ikut kepada sunnah nabi saw. Kenapa berbeda tafsir, karena kita tidak punya pemahaman yang benar. Kenapa kita tidak ada pemahaman yang benar karena kita kurang korban. Kalau tidak korban kita tidak akan paham agama. Salah korban bisa salah paham kita terhadap agama. Sehingga ketika baca Quran dan Hadits bisa jadi laon tafsirannya bukan yang seharusnya.

Ketika ada Jord Ulama di cianjur, mubayin dari jemaah arab bilang kepada para ulama :

“Tidak akan paham agama kita kecuali kita terjun ikut khuruj fissabillillah. Walaupun kitab kalian bertumpuk berlemari-lemari tapi kalau tidak terjun ikut khuruj fissabillillah tidak akan paham.”

Kalau kita yang bicara pasti dimarahin orang-orang tapi ini yang bicara ulama dan paham kebutuhan ulama. Untuk bisa mendapatkan kepahaman agama, dan pentingnya iman, letak kan diri kita sebagaimana sahabat ra, korban seperti sahabat ra, pergi jalan Allah swt. Kalau hanya dengan baca buku saja tidak akan datang kepahaman. Sahabat Nabi saw paham agama bukan dengan baca buku, tidak ada buku seperti itu di jaman sahabat nabi saw. Pemahaman itu akan datang dengan penorbanan dan mujahaddah.

Contoh dari penulis : Orang belajar bernang tidak bisa dari buku. Walaupun ribuan buku dibaca sampai jadi professor bernang dan penulis buku tapi kalau dia tidak terjun ke kolam renang dia tidak akan paham cara bernang. Mau bisa bernang langsung terjun ke air korban, belajar langsung dilapangan, nanti Allah swt kasih kepahaman.

Asbab pengorbanan untuk agama nanti Allah swt angkat kita dari kegelapan menuju nur, cahaya. Allah keluarkan kita nanti dari kejahilan kepada kebijakan. Jika ini tidak kita ambil kerja dakwah ini, pergi di jalan Allah swt, sampai mati kita akan berada dalam keadaan jahil. Orang-orang yang meninggalkan kerja dakwah demi kepintangan dunia ini adalah orang-orang jahil. Maka kita siapkan diri kita semuanya untuk berangkat di jalan Allah swt.

Siap Insya Allah kita ambil bagian !!!

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.