Buyaathaillah's Blog

Bayan Maulana Saad Al Khandalawi : Hukum Dakwah, Peran Mesjid dan Keutamaan Ulama

Bayan Subuh

Maulana Saad Al Khandalawi

Markaz Dakwah Nizammudin

14 Januari 2013

 

 

Jihin Bayan ( petugas jihin sebelum mubayin ) :

 

Agar setiap dari kita mendapatkan manfaat dari suatu majelis maka penting setiap diri kita memperhatikan adab-adab dari majelis. Hidayah ini Allah tetapkan dalam sunnah, dan adab majelis merupakan sumber hidayah.

 

Jika seseorang memahami bahwa dia berada dalam selokan got / comberan, maka dia akan bersegera untuk keluar darinya, lalu mulai membersihkan dirinya. Mengapa dia membersihkan dirinya ? karena paham comberan itu kotor. Namun jika seseorang tidak memahami bahwa dirinya dalam lumpur comberan, maka dia tidak akan keluar darinya malah bersenang-senang dengannya. Kenapa karena dia tidak memahami bahwa comberan itu kotor. Sehingga di pikiran dia, comberan itu adalah seperti berada di dalam kolam renang. Berkhayal di tempat comberan. Orang ini tidak paham mau berbuat apa.

 

Begitu juga jika seseorang tidak memahami keberadaaan dia dalam suatu majelis maka yang terjadi adalah dia akan berkhayal. Dalam majelis bayan dia berpikir kalau istri lapar mau dikasih makan, padahal istrinya tidak lapar. Dalam bayan dia berpikir kalau anak saya sakit mau dikasih obat apa, padahal anaknya tidak sakit. Setan telah mengganggu fikir dia dengan khayalan-khayalan, imajinasi, was-was, rasa cemas yang kenyataannya tidak seperti itu.

 

Namun jika seseorang ini faham keberadaan dia maka dia akan menyiapkan diri dia. Begitu juga ketika seseorang dalam tambang emas, apa yang akan dia lakukan di dalam tambang itu ? apakah main-main, lihat-lihat pemandangan, jalan-jalan, tidur-tiduran, main caturkah, apakah akan seperti itu ? padahal keberadaan dia tambang itu hanya sebentar saja ada batasannya cuman 30 menit misalnya, tapi sampai disana malah milih tidur bukannya mengambil emas.

 

Maulana Ilyas katakan bahwa perumpamaan orang yang berada di jalan Allah swt ini seperti orang yang bekerja di tambang emas. Fikirnya adalah bagaimana selama ditambang emas itu kita bisa bawa sebanyak-banyaknya emas dari tempat tersebut. Majelis kita ini di nizammuddin merupakan tambang emas international dari semua negara ada yang datang kemari. Nizammudin ini markaz dunia, jika disini saja kita sudah tertidur bagaimana keberadaan kita di markaz markaz lain, nanti kitapun hanya tidur juga. Apa bedanya ? bayan masyeikh saja kamu tidur, kenapa aku tidak boleh tidur dengar bayan kamu, memang kamu siapa ? Maka orang-orang seperti ini akan termahrumkan, tertolak dari kepahaman usaha dakwah. Orang-orang seperti ini tidak akan bisa mengambil manfaat dari keberkahan majelis agama. Bagi dia mau di nizammudin atau ditempat lain sama saja, karena dia tidur tidak mendapatkan apa-apa. Jadi kita hadir di nizammuddin ini tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana cara yang betul membuat usaha atau kerja nabi saw.

 

Ini adalah usaha yang jika kita lakukan maka setiap orang akan bisa merasakan manfaatnya dan menjadi orang yang lebih baik lagi, 180 derajat berubah baik.

 

 

Mubayin Maulana Saad Al Khandalawi :

 

Nasehat 1 :

 

Allah swt memberikan hidayah kepada manusia agar manusia bisa mempunyai hubungan baik dengan Allah swt maka ini hanya bisa didapatkan melalui dakwah saja.

 

Ini adalah ketetapan Allah swt :

 

  1. Perkara Hidayah Seluruh Manusia
  2. Perkara Tarbiyah Seluruh manusia

 

Allah swt jadikan Dakwah sebagai sarana untuk mendapatkan itu semua.

 

Masalahnya hari ini, itu belum jadi fikir kita. Bahwasanya dengan dakwah illallah bagaimana kita bisa hasilkan kedekatan dengan Allah swt. Apabila kita tidak berdakwah berapa banyak perintah Allah swt yang dengan mudahnya kita tinggalkan. Asbab kita tinggalkan dakwah berapa banyak kemunduran hubungan kita dengan Allah swt yang telah kita ciptakan.

 

Asbab tinggalkan Dakwah :

 

  1. Perintah Allah swt jadi mudah kita tinggalkan.
  2. Hubungan dengan Allah swt jadi menjauh atau memburuk.

 

Nasehat 2 :

 

Allah swt sampaikan dalm Al Quran bahwa agama siapa lagi yang lebih baik dari orang yang buat dakwah dan buat amal.

 

Fushilat 41:33

Siapakah yang lebih baik perkataannya (tafsir : agamanya) daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”

Mereka yang dimaksud adalah orang-orang yang dalam berbuat dakwah, mereka juga berbuat amal. Mereka yang menyatukan dakwah dengan amal, maka agama siapakah yang lebih baik lagi dari agama orang tersebut. Allah swt mengatakan dalam Al Quran seperti ini.

“Agama yang paling baik adalah agama seseorang yang dia buat dakwah dan juga buat amal.”

Inilah keadaan terbaik seseorang dalam beragama yaitu ketika dia buat dakwah dan juga buat amal.

Nasehat 3 :

Seseorang yang mampu menggabungkan 2 hal ini :

  1. Dakwah
  2. Amal

Maka ini akan menjadi asbab Istiqomah dalam agama. Inilah sebab utama seseorang dapat istiqomah dalam agama yaitu ketika dia mampu menggabungkan Dakwah dan Amal.

Nasehat 4 :

Ketika umat meninggalkan dakwah maka yang terjadi hubungan dengan Allah swt akan melemah. Pada setiap diri kita, keyakinan akan agama akan mendatangkan kebahagiaan akan melemah asbab tinggalkan dakwah. Penyakit lemahnya keyakinan kita ini akan mendatangkan seluruh penyakit-penyakit lainnya. Sehingga kita akan dikuasai oleh nafsu dan keinginan kita. Fikir akherat berubah menjadi fikir dunia. Fikir amal akan berubah menjadi fikir maal, benda-benda dunia. Jika ini terjadi maka tidak akan ada keistiqomahan dalam ibadah ibadah fardhu lagi.

Jika keyakinan akan agama sebagai sumber kebahagiaan melemah maka penyakit yang muncul :

  1. Penyakit Cinta Dunia.
  • Fikir Akherat akan berubah menjadi fikir dunia

 

  1. Penyakit Menumpuk Harta.
  • Fikir Amal akan berubah menjadi Fikir Maal, Harta.

 

  1. Penyakit Lemah Ibadah.
  • Ibadah Fardhu akan ditinggalkan

 

Semua penyakit ini akan datang ketika keyakinan kita terhadap agama sebagai sumber kebahagiaan melemah. Mengapa keyakinan kita melemah, ini asbab kita tinggalkan usaha dakwah.

Nasehat 5 :

Allah swt sudah tetapkan bahwa Dakwah ini sebagai sebab istiqomah dalam amal agama. Ini satu-satunya jalan untuk menegakkan agama dalam kehidupan seseorang. Inilah sebabnya Allah swt menantang dalam Al Quran :

“Agama siapa yang lebih baik lagi dari orang yang buat dakwah dan buat amal.”

Dakwah dan Amal ini adalah merupakan tanggung jawab dari setiap orang beriman. Menggabungkan Dakwah dan Amal inilah yang menjadi tugas kita. Inilah yang seharusnya jadi fikir kita bagaimana menghubungkan dakwah dan amal kepada setiap orang beriman. Tidak ada pengecualian untuk perkara ini bagi setiap orang beriman. Ini harus kita lakukan karena ini tanggung jawab kita.

Setiap orang beriman mendapatkan perintah dari Allah swt untuk menyempurnakan agama. Orang beriman ini telah mendapatkan perintah dari Allah swt untuk menyempurnakan agamanya dengan buat dakwah dan amal.

Nasehat 6 :

Hukum Dakwah itu Fardhu Ain atau Fardhu Kifayah ?

Dakwah itu bukan Fadhu Kifayah tapi Fardhu Ain.

Jika Fardhu Kifayah maka satu orang atau satu jemaah dari umat ini ketika buat dakwah itu sudah bisa dianggap selesai, mewakili seluruh manusia dalam buat dakwah.

Dakwah bukanlah fardhu kifayah. Apabila satu golongan atau satu jemaah dari umat ini sudah buat dakwah, maka Fardhu Kifayah ini telah disempurnakan. Dianggap Fardhu kifayah karena sudah diwakili oleh satu jemaah atau satu golongan saja, maka mencukupi, sudah selesai. Dakwah bukanlah seperti itu hukumnya. Dakwah bukanlah fardhu kifayah.

Dakwah ini hukumnya adalah Fardhu Ain, kita harus camkan ini. Tanamkan dalam setiap diri kita bahwa Dakwah itu adalah fardhu Ain, bukan Fardhu Kifayah.

Dakwah ini Fardhu Ain karena ini merupakan tanggung jawab dari setiap orang beriman. Kita dituntut untuk menjaga agama kita dalam diri masing-masing. Kita diperintahkan oleh Allah swt untuk menyempurnakan agama dalam diri masing-masing. Berapa banyak perintah-perintah Allah swt yang telah kita kerjakan dalam mencari Ridho Allah swt. Jadi dakwah ini merupakan tanggung jawab dari setiap orang beriman, Fardhu Ain.

Banyak orang yang heran mengenai perkara ini ? kenapa dakwah bukan fardhu kifayah melainkan fardhu ain ? Banyak orang yang bilang jika dakwah ini fardhu ain maka ini perbuatan yang berlebih-lebihan. Ini asbab pandangan mereka tidak terarah pada sesuatu yang sebenarnya. Jika kita kembalikan kehidupan kita sebagaimana kehidupan sahabat RA dan perintah dakwah dalam Al Quran maka kita akan memahami dengan baik hukum dakwah ini. Mengapa kita perlu memikirkan ini ? ini agar setiap dari kita bisa menemukan keistiqomahan dalam amal agama. Istiqomah dalam Agama hanya bisa didapat dengan Dakwah dan Amal. Inilah sebabnya saya katakan bahwa dakwah ilallah ini adalah fardhu Ain bukan Fardhu Kifayah. Kepentingan Hukum Dakwah Fardhu Ain adalah untuk mendapatkan Istiqomah dalam agama dan menyempurnakan agama dalam setiap diri kita.

Nasehat 7 :

Secara Umum Allah swt sudah katakan bahwa siapa agamanya yang lebih baik dari orang yang buat dakwah dan buat amal. Ini perkataan Allah swt bukan saya, dan ini disampaikan untuk seluruh orang islam.

Ulama sampaikan bahwa jumlah kalimat ini ditafsirkan sebagai kalimat Istifami Inkari yaitu kalimat bertanya sebelum mendapatkan pengingkaran. Dan kalimat ini digunakan untuk menguatkan perkara tersebut. Makanya kalimat tersebut menggunakan pertanyaan dengan maksud tantangan atau menguatkan :

Agama siapa yang lebih baik lagi ?

Dalam buat dakwah dia juga buat amal, siapa yang lebih baik dari agamanya dari orang yang telah melakukan ini. Dakwah meningkatkan qualitas kesempurnaan amal dalam setiap orang. Menjaga agama sempurna dalam setiap diri kita merupakan tugas kita dan perintah dari Allah swt. Jadi dakwah itu merupakan Fardhu Ain bukan Fardhu Kifayah.

Nasehat 8 :

Dakwah ini fardhu Ain kenapa ? karena Kerja yang kita lakukan ini adalah usaha untuk diri sendiri. Sedangkan Fardhu kifayah itu jika dilakukan untuk orang lain. Sebagaiman kerja atas mayat : mengkafaninya, memandikannya, menguburkannya, ini adalah fardhu kifayah bisa diwakilkan oleh orang lain. Muamalah ini untuk orang lain, karena takazanya untuk orang lain. Usaha atas orang lain inilah yang namanya Fardhu Kifayah.

Pengurusan jenazah ini adalah Fardhu Kifayah. Dari memandikan, mengkafani, mensholatkan, menguburkan ini semua bisa diwakilkan kepada orang lain, fardhu kifayah.

Sedangkan dakwah ini suatu Fardhu yang tidak bisa diwakilkan oelh satu orang atau satu golongan dari umat ini saja. Kenapa ? karena dakwah ini adalah untuk diri sendiri.

Ketika saya membaca nasehat-nasehat dari Maulana Ashraff Ali Thanwi Rah.A. beliau mengatakan :

“Saya mengajak orang kepada kebaikan itu supaya ada rasa cinta kepada sesuatu yang ingin saya dapatkan, yang mana saya merasa ada kekurangan dalam diri saya atas perkara tersebut. Maksudnya jikakalau ada kekurangan dalam perkara tersebut maka saya persiapkan orang lain untuk perkara tersebut. Apa yang saya tidak suka dari diri saya dan saya ingin mengeluarkannya dari diri saya maka saya akan melarang orang-orang untuk melakukan perkara tersebut.”

Inilah dakwah, perkara yang sama seperti yang sampaikan oleh Maulana Ashraff Ali Thanwi.

Nasehat 9 :

Dakwah ini adalah :

  1. Mendatangkan rasa Cinta kepada Allah swt
  2. Mengajak kepada kebaikan
  3. Mencegah Kemungkaran

Inilah dakwah yang sebenarnya yaitu mencintai Allah swt, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah orang dari kemungkaran.

Nasehat 10 :

Setiap orang beriman, para mukallaf, diberikan tanggung jawab ini, tanggung jawab dakwah. Setian orang beriman diberikan beban tanggung jawab untuk mengajak orang kepada kebaikan. Ini karena setiap orang beriman telah diperintahkan untuk melakukan amal kebaikan. Inilah tanggung jawab setiap orang beriman untuk menyempurnakan perintah Allah swt tersebut. Sebanyak apapun perintah Allah swt maka sebanyak itu pula kita kerjakan dan sempurnakan. Kita diperintahkan menyempurnakan agama dalam diri kita dan kita juga diperintahkan untuk menyiapkan orang lainmengamalkan agama.

Sebanyak mana kemungkaran telah diperbuat maka sejauh itu kita dakwah kepada mereka. Berikan pemahaman kepada mereka tentang larangan-larangan Allah swt tersebut. Walaupun kemungkaran tersebut masih dia kerjakan, sampaikan larangan tersebut kepada orang lain. Dakwah itu bukan hanya untuk orang-orang yang sudah melakukan kebaikan maka baru dia mengajak orang kepada kebaikan tersebut, ataupun tidak mau melarang orang dari perbuatan mungkar tersebut karena dia masih melakukannya, tidak seperti itu. Melainkan walaupun dia belum melakukan kebaikan tersebut, perintahnya adalah tetap ajak manusia kepada kebaikan tersebut. Begitu juga dengan larangan, walaupun dia belum berhenti dari perbuatan mungkar tersebut perintahnya adalah tetaplah melarang orang dari perbuatan buruk tersebut atau perbuatan mungkar tersebut.

Nasehat 11 :

Arahan Dakwah itu adalah :

  1. mengajak orang kepada kebaikan walaupun dia belum melakukan kebaikan tersebut
  2. Mencegah orang dari berbuat buruk walaupun dia masih melakukan perbuatan buruk tersebut

Seperti itulah dakwah dilakukan karena ini adalah tanggung jawab setiap orang beriman walaupun dia belum melakukannya. Jadi mengajak orang lain kepada kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar adalah untuk diri kita sendiri, yaitu agar kita mengerjakan kebaikan tersebut dan meninggalkan kemungkaran tersebut.

Jadi dakwah itu adalah fardhu Ain bukan Fardhu Kifayah jika kita melihat kepentingan dari dakwah tersebut.

Nasehat 12 :

Dakwah ini adalah tanggung jawab dari setiap orang beriman. Setiap orang beriman bertanggung jawab buat dakwah karena itu merupakan Fardhu Ain, bukan Fardhu Kifayah.

“Keistiqomahan mengamalkan Agama secara sempurna di dalam berbagai penjelasan Al Quran hanya bisa didapatkan melalui dakwah.”

Nasehat 13 :

Dakwah itu ditujukan untuk Da’i itu sendiri. Sejauhmana dia buat dakwah sejauh itu dia akan mengalami peningkatan dalam agama. Apa yang kamu ingin wujudkan dalam diri kamu maka kamu dakwah itu kepada orang lain. Inilah ketetapan Allah swt :

Barangsiapa yang mengajak orang kepada perintah-perintah Allah swt dengan ikhlas maka yang Allah swt akan berikan pertama kali buat pengamalan atas perintah tersebut adalah orang itu sendiri. Siapa ? yang mengajak kepada perintah Allah swt tersebut. Jadi Allah swt akan memberikan hidayah kepada orang tersebut terlebih dahulu sebelum Allah swt berikan hidayah kepada orang lain. Perkara ini Allah swt sudah jelaskan dalam Al Quran bahwa Dakwah itu adalah untuk kebaikan diri Dai itu sendiri.

Nasehat 14 :

Inzhar itu adalah menanamkan rasa takut kepada Allah swt. Inzhar ini adalah untuk orang-orang yang menanamkan rasa takut kepada Allah swt. Membuat orang agar takut kepada Allah swt adalah usaha orang itu sendiri dalam menanamkan rasa takut tersebut dalam dirinya kepada Allah swt. Ini karena Dakwah itu untuk diri dai itu sendiri.

“Innalladzi na kafaru sawaa’un ‘alaihim a’andzartahum am lam tunzirhum layukminun” (2 : 6)

artinya :

“Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak juga akan beriman.”

Kamu dakwah kepada mereka tanamkan rasa takut atau tidak tanamkan rasa takut itu sama saja bagi mereka. Ulama tafsirkan bahwa ayat ini tidak mengatakan bahwa ketika kamu dakwah tidak ada faedahnya bagi kamu, tidak bukan demikian, ayat tersebut tidak mengatakan seperti itu. Namun yang dikatakan adalah :

“Sawaun Alaihim” : tidak berguna bagi mereka, namun ini bukan bagi dai tersebut. Bukan sawa’un alaika tapi Sawaun Alaihim.

Dakwah tidak akan memberikan faedah bagi orang yang tidak mau buat dakwah, tapi bukan bagi yang dakwah. Dakwah hanya mendatangkan faedah bagi yang buat dakwah, bukan bagi yang tidak buat dakwah. Walaupun orang lain hanya mendengarkan ataupun tidak mendengarkan perkara yang kita dakwahkan. Dakwah dalam setiap waktu, tempat, dan keadaan akan memberikan manfaat bagi si dai itu sendiri.

Nasehat 15 :

Dakwah mengajak kepada Allah swt ini adalah tanggung jawab bagi setiap orang beriman. Kenapa ? karena dakwah itu berhubungan dengan diri setiap orang beriman. Dakwah itu untuk mewujudkan kesempurnaan agama dalam diri kita sendiri.

Maulana Ilyas Rah.A katakan :

“Dakwah itu adalah untuk menyempurnakan iman dan amal.”

Asbab dakwah maka akan wujud iman dan amal yang sempurna. Tingkat pertama dari usaha dakwah ini adalah mempelajari amal. Sebagaimana anak TK dia belajar dasar seiring waktu dia meningkat dan meningkat pelajarannya. Maka mempelajari beberapa amal merupakan tingkat awal dari kerja dakwah ini. Dakwah itu adalah alat untuk mewujudkan kesempurnaan iman dan amal.

Nasehat 16 :

Sekarang ini ada prasangka dikalangan umat semua cara apapun yang mengatas namakan agama dianggap Dakwah. Padahal dakwah itu adalah caranya Rasullullah saw dan para Sahabat ra dalam mewujudkan agama. Usaha yang dilakukan dengan cara Rasullullah saw dan para sahabat ra inilah yang dikatakan dakwah.

Setiap zaman selalu ada prasangka macam ini bahwa segala cara apapun itu yang mengatas namakan agama maka itu dianggap dakwah. Mereka beranggapan cara apapun itu yang mengatas namakan agama juga merupakan suatu bentuk usaha juga. Rasullullah saw sudah menjadikan semua sahabatnya manjadi para dai. Hendaknya kita memahami maksud dari kerja dakwah ini, bahwa kerja dakwah ini adalah kerjanya Rasullullah saw dan para Sahabat ra. Untuk mewujudkan agama yang sempurna dalam kehidupan kita maka kita membutuhkan cara Nabi saw dan para sahabat RA dalam buat dakwah. Itulah dakwah yaitu cara yang dibuat Nabi saw dan para sahabat ra.

Nasehat 17 :

Perkara dasar dari seluruh fardhu itu adalah perkara Imaniat. Namun hari ini kita telah lalai untuk mempelajarai perkara ini. Hari ini banyak orang berkata bahwa :

“Kami telah beriman, untuk apa kami belajar iman lagi.”

Ini disebabkan hari orang-orang telah berprasangka bahwanya yang namanya dakwah itu hanya untuk orang-orang kafir saja. Padahal iman adalah suatu fardhu yang mana orang-orang mukmin itu selalu merasa dalam keadaan kurang imannya. Hanya orang-orang munafiklah yang merasa aman dan tenang dengan iman mereka, merasa cukup dengan iman mereka. Padahal orang yang imannya benar itu fikirnya selalu ingin memperbaiki iman mereka, pingin tambah baik lagi, tambah kuat lagi. Begitulah keadaan kalau orang imannya ini benar, bukannya merasa aman tapi merasa kurang imannya.

Kisah Sahabat RA :

Abu Bakar Ash Shiddiq kenapa dinamakan Shiddiq, ini merupakan sirah mubalagah, yaitu orang yang sangat jujur. Orang yang sangat jujur dan paling jujur, siapa ? Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Dalam keadaan iman seperti abu bakar ra saja, beliau masih berpikir bahwa beliau orang munafiq.

Ketika Hanzalah RA keluar rumahnya lalu berteriak teriak : “hanzalah telah menjadi munafiq, hanzalah telah menjadi munafiq.”

Abu bakar ra menghampirinya. Abu Bakar ra berkata : “Ada apa dengan engkau wahai Hanzalah.”

Hanzalah sampaikan bahwa keadaan yang dia rasakan ketika di majelis rasullallah saw saaat mendengar kabar tentang surga dan neraka sampai dirumah, rasa tersebut hilang berubah tidak membekas, asbab bersama dengan keluarganya.

Maka Abu Bakarpun lantas berkata juga : “Kalau begitu maka Abu Bakarpun juga telah munafiq juga.”

Maka mereka berdua sepakat untuk mendatangi rasullullah saw bertanya mengenai keadaan tersebut. Apa kata Nabi saw :

“Andaikata kamu bisa mempertahankan keadaan seperti itu dimana saja, andaikan dinampakkan, maka kamu akan lihat malaikat berbondong-bondong ingin menjabat tangan kamu.”

Point yang ingin saya sampaikan dari kisah ini adalah semakin kuat iman seseorang itu seharusnya hasilnya adalah rasa takut, rasa cemas akan sifat munafiq dalam dirinya. Takut terhadap kemunafikan dalam keimanan inilah iman sahabat ra, bukannya merasa aman dan tenang dengan keimanannya. Tanda-tanda kemunafikan itu seharusnya dia sendirilah yang bisa merasakan penyakit tersebut. Ini karena orang yang mengenal cahaya hanyalah orang yang mengenal kegelapan. Orang yang mengenal kegelapan adalah orang yang mengenal cahaya. Orang yang lahir dari kegelapan lalu tinggal di kegelapan maka dia tidak akan tahu kalau ditanya mengenai kegelapan karena dia tidak pernah melihat cahaya untuk membedakannya. Sehingga orang yang dalam hidupnya selalu dalam kegelapan bagaimana mungkin bisa membedakan terang dan gelap kalau belum pernah berada dalam terang. Jadi tanda-tanda nifaq ini dengan keimanan dalam hati, dia sendirilah yang seharusnya bisa mengenalnya. Kegelapan atau penyakit nifaq akan terasa asbab dia telah mendapatkan cahaya iman.

Nasehat 18 :

Inilah permasalahan umat hari ini merasa sudah menjadi orang beriman, untuk apa mencari iman lagi.

Padahal Allah swt telah memberikan perintah kepada seluruh orang-orang beriman untuk mencari iman.

“Ya Ayyuhalladzina Amanu Aminu…” (4:136)

artinya :

“wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian…”

maksudnya apa ? sudah beriman kok masih disuruh beriman lagi ? inilah perintahnya kepada orang-orang beriman yaitu untuk beriman lagi. walaupun sudah beriman kita tetap diperintahkan mencari iman, memperbaiki iman, meningkatkan iman. Inilah sebabnya bahwa dakwah itu fardhu Ain bukan fardhu kifayah.

Ulama tafsirkan maksud ayat ini adalah perintah kepada orang beriman agar menjalani hidup mereka dengan keimanan dan ketaatan.

Rasullullah saw sabdakan kepada para Sahabat ra :

“Kamu terus perbaruilah iman kamu…”

ini bukanlah perintah nabi saw kepada 1 orang sahbat saja, melainkan ini perintah nabi saw kepada seluruh sahabat ra.

Nasehat 19 :

Dakwah itu adalah kerja Nabi saw dan para sahabat RA, cara mereka itulah dakwah. Dakwah ini bukan kerja jemaah tabligh tapi ini tanggung jawab seluruh orang beriman. Jika kita katakan bahwa ini adalah kerja satu golongan saja maka kita ini sudah kembali balik menjadi golongan lagi, terkotak lagi. Ini bukan kerja jemaah tertentu atau golongan tertentu, tidak, ini adalah kerja ummat, kerja umumi, semua orang harus terlibat.

Nasehat 20 :

Dakwah ini untuk mewujudkan sifat sahabat. Para sahabat ra buat usaha untuk mewujudkan 6 sifat ini. Sifat yang paling utama sahabat ra adalah keimanan mereka. Fardhu yang paling besar itu adalah perkara Iman.

Nasehat 21 :

Nabi saw sampaikan kepada para sahabat ra untuk terus menerus dalam keadaan memperbaiki iman mereka. Padahal para sahabat ra pada waktu itu telah sampai pada tingkatan iman yang sempurna. Namun mereka oleh nabi saw tetap diperintahkan memperbarui iman mereka.

Nasehat 22 :

Dakwah adalah cara yang digunakan oleh Nabi saw dan para Sahabat RA mendatangkan iman. Maka memperbaiki iman ini adalah Fardhu yang paling besar. Fardhu memperbarui iman ini, para sahabat ra, mereka amalkan dengan cara membuat majelis pembicaraan iman di dalam mesjid. Lalu mereka mengajak orang diluar, dipasar, dipinggir jalan, kedalam mesjid untuk melakukan perkara yang sama. Mereka jumpa orang-orang lalu membawa mereka kedalam mesjid.

Inilah cara dakwah para sahabat ra :

  1. Mereka membuat majelis pembicaraan iman di dalam mesjid
  2. Mereka keluar menemui ummat lalu membawa mereka ke dalam mesjid.

Nasehat 23 :

Sifat pertama yang harus kita pelajari dari kehidupan sahabat RA ini adalah sifat iman para sahabat ra. Bagaimana mereka mendapatkan iman dan memperbarui iman mereka inilah pelajaran utama dalam gerak kita. Kita ingin mengikuti cara yang sama dalam mempelajari iman sebagaimana para sahabat ra. Keimanan ini pelajaran pertama dan utama, fardhu Ain.

Nasehat 24 :

Ini yang harus menjadi fikir kita :

  1. Dakwah itu Fardhu Ain
  2. Memperbaiki / mempelajari Iman itu juga Fardhu Ain

Mengapa demikian ? Dakwah itu merupakan tanggung jawab bagi setiap orang beriman bukan fardhu kifayah tapi fardhu ain. Memperbaiki / mempelajari Iman juga merupakan perintah bagi setiap orang beriman bukan fardhu kifayah tetapi fardhu Ain. Dakwah dan Memperbaiki Iman itu untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, bukan Fardhu Kifayah tapi Fardhu Ain. Perkara ini Fardhu bagi setiap orang beriman karena ini tanggung jawab mereka untuk mempunyai keimanan yang dapat mencegah mereka dari perbuatan yang Haram. Jadi mempelajari atau memperbaiki iman ini merupakan fardhu bagi setiap orang beriman supaya mereka bisa terhalang dari perbuatan-perbuatan haram. Jadi mempelajari iman ini adalah fardhu Ain.

Nasehat 25 :

Cara Memperbaiki Iman

Kita berprasangka bahwa kita bisa menggunakan cara-cara sendiri dalam meperbaiki iman. Parsangka kita hari ini, apapun bentuk usaha yang mengatas namakan agama adalah usaha memperbaiki iman. Tidak, bukan seperti itu.

Allah swt telah tetapkan cara sahabat ra untuk mendapatkan iman sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan iman kepada seluruh manusia.

Umat hari ini tidak akan bisa mendapatkan perbaikan selain menggunakan cara-cara yang telah dilakukan para sahabat ra dalam memperbaiki iman mereka.

Perbaikan iman ini tidak akan terjadi dengan diskusi-diskusi atau pandangan-pandangan seseorang :

  1. menurut saya seperti ini, menurut dia seperti itu caranya
  2. menurut pemikiran saya begini, dan menurut pemikiran dia begitu

Jadi perbaikan iman ini akan terjadi bukan menurut cara si fulan dan si fulan. Perbaikan Iman akan terjadi hanya menurut cara yang digunakan Nabi saw dan para sahabat ra dalam memperbaiki keimanan mereka.

Nasehat 26 :

Ini adalah perintah Allah swt :

“Ya Ayyuhalladzina Amanu Aminu…” : “wahai orang-orang beriman, berimanlah kalian…”

Ajaklah orang-orang untuk mempelajari iman atau memperbaiki iman mereka dengan bashiroh.

“Ad’u ilallah ala bashirotin ana wamanit taba’ani..” (12:108)

artinya :

“Ajaklah dengan Bashiroh sebagaimana aku dan pengikutku”

Apa itu bashiroh ? kamu menyampaikan dengan keyakinan. Kalian jangan berpikir apa yang disampaikan oleh nabi hanya merupakan satu pemikiran dari nabisaw saja, tidak jangan berpikiran seperti itu. Sehingga orang berpikir mempelajari iman memang penting silahkan buat dengan caranya masing-masing, tidak seperti itu. Setiap orang punya cara masing-masing dalam memperbaiki iman, sehingga kita bisa mengikuti cara masing-masing, tidak bukan seperti itu. Jika mau memperbaiki iman kita harus merujuk hanya dengan cara nabi saw dan sahabat ra, itu saja tidak ada cara lain.

Nasehat 27 :

Maka dalam kerja kita ini, kita ajak semua orang kepada cara sahabat ra dalam memperbaiki dan mempelajari iman. Perkara ini bukanlah pendapat saya tetapi ini yang saya sampaikan adalah amal sahabat ra, cara sahabat ra. Apa itu cara mereka mempelajari / memperbaiki iman :

  1. Buat Halaqah Iman di dalam Mesjid
  2. Temui Umat ajak mereka kedalam Mesjid

Inilah cara sahabat RA.

Nasehat 28 :

Kita bawa mereka keluar dari suasana kantor mereka, perdagangan mereka, toko mereka, pertanian mereka, bawa mereka kedalam mesjid untuk belajar iman, belajar yakin. Inilah yang kita dapatkan dari sahabat ra yaitu mengajak umat kedalam mesjid belajar iman, belajar Yaqin.

“Mari kita ke mesjid dan duduk dalam Majelis Iman.”

Inilah ajakan para sahabat ra dan inilah yang mau kita buat.

“Mari kita beriman kepada Allah swt sebentar”

Lalu mereka membuat Halaqah pembicaraan Iman.

Inilah yang mereka sampaikan kepada yang lain yaitu untuk beriman sebentar lalu duduk membuat halaqah pembicaraan iman. Ini cara pembinaan iman yang dilakukan para sahabat RA. Maka kita harus bangun persamaan dengan sahabat ra dalam membina iman ini. Cara sahabat RA itulah cara yang kita pakai.

“Mari kita pergi kemesjid, supaya kita bisa beriman kepada Allah swt sebentar saja.”

Saya mengatakan seperti ini agar kita paham bahwa cara mempelajari atau memperbaiki iman hanya dengan cara Sahabat RA. Tidak seperti yang hari ini orang pikirkan, mau beriman tapi mempelajarinya bukan dengan cara sahabat, cara masing-masing, tidak seperti itu. Di pikiran mereka :

“Mari kita perbaiki iman, apa kiat-kiatnya ? ah si fulan kiatnya begini, kalau si fulan itu kiatnya begini, nanti si fulan lain kitanya begitu…”

Tidak, cara memperbaiki iman tidak bisa dengan cara atau pemikiran orang per orang, tapi harus menggunakan cara nabi saw dan sahabat ra.

Nasehat 29 :

Kita keluarkan mereka dari suasana keduniaan mereka, lalu kita bawa mereka ke mesjid sampaikan agama dalam suasana amal di mesjid. Jika agama kita sampaikan mengikuti suasana yang ada dalam lingkungan mereka, seperti di kantor, di pasar, di toko, maka kesan agama yang mereka terima tidak akan sekuat kesan agama yang akan mereka dapatkan jika mereka berada dalam suasana amal di mesjid.

Perhatikan ini, agama ini akan mendatangkan kesan yang kuat jika diletakkan pada tempatnya yaitu dalam suasana amal di dalam mesjid. Beginilah yang dilakukan oleh para sahabat ra, mereka membawa umat dari suasana maksiat di luar mesjid, dibawa ke suasana amal didalam mesjid. Inilah pembinaan iman yang dilakukan oleh sahabat ra.

Sahabat meminta kita membangun persamaan dengan mereka. Umar ra mengatakan seperti ini, abdullah bin rawahah juga mengatakan seperti ini, muadz bin jabal juga mengatakan seperti ini. Mempelajari iman harus dengan cara para sahabat yaitu buat halaqah iman dan tempatnya didalam mesjid.

Apa itu cara sahabat membina iman :

  1. Buat Halaqah Iman
  2. Tempat membina Iman adalah didalam mesjid.

Nasehat 30 :

Umat umumnya meragukan cara yang kita buat dalam membina iman. Kenapa ? ini karena dalam kehidupan umat hari ini sudah jauh dari kehidupan sahabat ra. Mereka tidak tahu kemuliaan dan keberkahan dari kehidupan sahabat ini.

Imam Bukhari Rah.A dalam kitabnya Bukhari Shariff telah membuat satu bab judulnya : “Dengan Halaqah Iman, maka Iman akan terbina”

Dalam bab itu menceritakan tentang kisah Muadz bin Jabal RA. Alim yang paling besar di zaman Nabi saw dan Sahabat RA adalah Muadz bin Jabal RA. Beliau adalah Mufti paling kuat dikalangan sahabat RA. Apa yang dilakukan Muadz bin Jabal RA dalam membina iman, beliau memanggil orang2 untuk duduk buat halaqah Iman. Dia buat halaqah iman lalu mendatangi umat :

“Mari duduk bersama kami sesaat didalam mesjid, untuk beriman kepada Allah swt.”

dalam amal itu Fadhail sangat penting, begitu juga dalil-dalil amal juga sangat penting. Dengan Fadhilah akan ada rasa cinta dalam amal tersebut. Namun dengan dalil akan tercipta istiqomah dalam amal.

Kepentingan Ilmu :

  1. Dengan Fadhail akan timbul rasa cinta pada Amal
  2. Dengan Dalil akan tercipta Istiqomah dalam amal

Sebanyak apa kita pikirkan dalil amal sejauh itu kita akan istiqomah dalam amal. Begitu juga dengan fadhail akan timbul rasa cinta pada amal.

Nasehat 31 :

Inilah yang dilakukan para sahabat yaitu mengajak ummat kedalam mesjid membuat halaqah iman. Ajakan mereka : mari kita kedalam mesjid beriman kepada Allah swt sesaat. Inilah cara sahabat ra membina Iman mereka.

Maksud dari Jaulah kita adalah untuk membawa orang kedalam mesjid sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat ra. Ini karena tempat tarbiyah dan tazkiyah adalah dalam mesjid.

Keutamaan mengajak umat dalam mesjid :

  1. Tarbiyah Ummat
  2. Tazkiyah Ummat

Tempat untuk mentarbiyah dan mentazkiyah ummat adalah dalam mesjid.

Nabi saw katakan :

“Apabila kamu melihat seseorang kerjaannya mondar mandir ke mesjid saksikanlah bahwa orang itu adalah orang beriman.”

Dibanyak hadit seperti ini disampaikan bahwa mesjid itu tempat membina iman. Coba kita fikirkan hadits ini, camkan dalam hati kita. Inilah caranya, rumusnya, yang diajarkan untuk membina Iman, yaitu didalam mesjid.

Dalam hadits lain dikatakan :

“Barangsiapa yang melangkahkan kakinya ke mesjid untuk mempelajari ilmu atau mengajarkan ilmu, maka atas langkahnya menuju mesjid ini seperti mendapatkan pahala haji yang sempurna.”

Nasehat 32 :

Bagi orang yang suka berjalan menuju mesjid ini ada 5 perkara yang Allah swt berikan keutamaan kepada mereka :

  1. Allah swt berikan rahmat kepadanya
  2. Allah swt berikan ketenangan kepadanya
  3. Allah swt akan ridho kepadanya
  4. Allah swt mudahkan dia melintasi shirat
  5. Allah swt akan masukkan dia ke dalam surga

Inilah keutamaan yang Allah swt kasih bagi mereka yang mau melangkahkan kakinya ke mesjid. Inilah dakwah kita yaitu dalam berjaulah kita mengajak orang masuk kedalam mesjid.

Nasehat 33 :

Adzan

Adzan itu adalah dakwah yang sempurna. Apa gunanya Adzan ? untuk mengajak orang-orang disekitarnya agar datang masuk kedalam mesjid. Adzan ini adalah amal untuk orang-orang yang berada di luar mesjid. Adzan ini sangat ringkas, tidak panjang dan tidak sulit untuk dipahami. Kalimat-kalimat adzan ini sangat pendek dan sederhana. Ketika adzan kita diminta membalas perkataan muadzin, namun maksud adzan bukanlah untuk itu. Bagi mereka yang mendengar panggilan adzan lalu dia tidak datang ke mesjid berarti mereka telah menginggkari panggilan adzan tersebut. Mereka ingkar kepada Dakwah Adzan tersebut karena mendengar tapi tidak datang ke mesjid.

Maksud adzan bukan untuk menjawab perkataan-perkataan muadzin bukan. Namun maksud adzan adalah agar orang yang mendengarkan dakwah adzan tersebut untuk datang ke mesjid. Maksud adzan bukan jawaban lisani namun jawaban amali yaitu datang langsung ke mesjid tatkala mendengar panggilan adzan. Menjawab perkatan adzan itu sifatnya lisani / perkataan saja, namun yang di inginkan adalah jawaban amali, yaitu perbuatan langsung mendatangi mesjid.

Orang-orang yang mendengarkan Dakwah Adzan ini adalah orang-orang yang meninggalkan seluruh kegiatannya untuk datang ke mesjid, bukan hanya sekedar menjawabnya saja. Namun kalau tidak datang ke mesjid berarti mereka tidak mendengar, ingkar dengan panggilan adzan, walaupun mereka mendengar dan menjawab perkataan adzan.

Adzan ini adalah amal untuk orang diluar mesjid agar datang ke dalam mesjid. Adzan ini adalah Dakwah yang dilakukan untuk orang yang di luar mesjid. Dakwahnya ringkas buat orang diluar mesjid. Jadi adzan ini adalah dakwah diluar mesjid. Namun dakwah yang dilakukan secara terperinci dan lebih panjang itu diberikan di dalam mesjid. Jadi dakwah untuk luar mesjid ini cukup ringkas saja dan sederhana tidak usah panjang-panjang. Dakwah didalam mesjid ini lebih terperinci dan lebih panjang.

Nasehat 34 :

Bilal disuatu tempat yang tinggi buat Adzan, berdakwah memanggil orang untuk datang kedalam mesjid. Bilal ini adalah muadzin yang telah ditunjuk oleh Rasullullah saw. Dimana Bilal buat adzan ? dia pergi ke salah satu rumah sahabat ra, lalu dia naik ke lotengnya ke tempat yang tinggi lalu adzan. Buat adzan diatas rumah sahabat ra, jauh dari Haram. Ketika masuk waktu adzan bilal berdoa :

“Ya Allah engkau terimalah orang-orang Quraish menerima panggilan agamaMu.”

Dia berdoa untuk orang-orang Quraish, padahal dia jauh dari mekkah, jauh dari masjidil harom.

Dahulu orang adzan diluar mesjid bukan dari dalam mesjid, tapi dari luar mesjid. Adzan adalah dakwah diluar mesjid untuk mendatangkan orang buat amal di dalam mesjid. Ini karena tempat tazkiah dan tarbiyah, membina hubungan dengan Allah swt itu ada dalam mesjid.

Nasehat 35 :

Inilah maksud dari jaulah dan khususi kita yaitu untuk membawa umat masuk kedalam suasana amal didalam mesjid.

“Undina” : bangunlah bersama kami, bangkitlah bersama kami, berjalanlah bersama kami, pergilah bersama kami, ini adalah perkataan-perkataan sahabat RA dalam mengajak orang ke dalam mesjid.

Umar RA sampaikan dengan membuat halaqah Iman, kami ajak orang-orang bergabung didalamnya, tujuannya adalah agar kami mendapatkan peningkatan dalam iman kami.

Dakwah itu Fardhu Ain, memperbaiki iman adalah fardhu ain, dan caranya adalah sebagaimana cara sahabat ra yaitu membuat halaqah iman dan mengajak orang ke dalam mesjid. Mengajak orang kedalam suasana amal di dalam mesjid Inilah maksud dari seluruh jaulah yang kita lakukan.

Nasehat 36 :

Rasullullah saw membawa kabilah-kabilah yang baru datang ke dalam mesjid juga. Rasullullah saw katakan kepada para sahabat ra :

“Saya membawa mereka kedalam mesjid agar Allah swt melembutkan hati mereka untuk menerima islam.”

Sebagaimana seseorang ingin mengundang makan maka dia kirim 1 orang keluar rumah menemui ummat untuk mengajak mereka masuk kedalam rumahnya.

Begitu juga dengan dakwah kita mengajak orang-orang untuk masuk kedalam mesjid, karena kita punya acara halaqah iman di dalam mesjid. Sebagaimana Nabi saw memberikan tamsil bahwa Allah swt adalah tuan rumah, surga adalah suprahnya, dan saya datang untuk memanggil kamu. Barangsiapa yang telah menerima jamuan ini sesungguhnya dia telah masuk kedalam surga. Barangsiapa telah mengingkari jamuan, mengingkari panggilan saya ini berarti dia telah menolak masuk kedalam surga.

Sebagaimana kita buat halaqah iman, ini adalah taman-taman surga. Kita mengajak orang masuk kedalam taman-taman surga, seperti masuk kedalam surga. Allah swt tuan rumahnya, Halaqah Iman ini suprahnya, taman-taman surga, dan jaulah ini adalah orang yang kita kirim mengundang orang kedalam mesjid. Ini adalah jalan mempelajari iman, dan dakwah adalah caranya para sahabat ra mendapatkan iman.

Nasehat 37 :

Apa yang kita telah dengarkan di dalam mesjid, maka kita sampaikan kepada orang-orang diluar mesjid lalu kita bawa mereka kedalam mesjid. Sahabat mengambil Ilmu dalam mesjid. Sehingga ilmu dan ibadah memiliki kesatuan. Hari ini ilmu dan ibadah sudah terpecah karena mereka mengambil ilmu dari luar mesjid. Sahabat ra mendengar bahwa minuman khamr itu haram, maka dengan 1 pengumuman saja mereka semua langsung meninggalkan minuman keras. Ini karena ilmu didapatkan dari mana ? yaitu dari mesjid. Sahabat RA berada dalam mesjid lalu turun perintah Allah swt bahwa khamr itu adalah haram. Setelah mendengarkan dia pergi keluar mesjid membuat pengumuman :

“Wahai saudara-saudaraku telah turun perinta dari Allah swt bahwa minuman khamr itu telah Haram.”

Maka semua sahabat ra yang mendengarkan pengumuman itu di luar mesjid langsung meninggalkan khamr mereka, berhenti tidak menyentuhnya lagi. Cukup hanya dengan pengumuman 1 orang saja, agama langsung diamalkan.

Nasehat 38 :

Ketika umat berkumpul karena dakwah di mesjid, maka umat ini akan mendapatkan ilmu, langsung bisa mengamalkannya. Hari umat tahu mana yang halal dan mana yang haram tapi tidak ada kemampuan untuk mengamalkannya. Coba tanyakan perkara haram dan halal ini kepada ummat mereka tahu. Mereka tahu bahwa sholat itu wajib, minum khamar haram, judi haram, zina haram, puasa wajib, mereka semua tahu, namun mereka tidak ada kekuatan untuk mengamalkannya.

Dalam ummat ini tidak adanya agama dalam diri mereka bukanlah disebabkan karena kejahilan mereka. Mereka memiliki ilmu, tau mana yang haram dan halal hanya saja mereka tidak ada kekuatan untuk mengamalkannya.

Sahabat mereka mengambil ilmu dari dalam mesjid. Apa yang mereka telah dengarkan, mereka langsung amalkan, lalu mereka keluar mesjid untuk menyampaikannya kepada orang-orang. Sahabat dengar ilmu dari mesjid lalu pergi keluar untuk buat usaha atasnya.

Nasehat 39 :

Fa’idha qudiyatis-Salatu fantashiru fil-ardi wab-taghu min-fadlil-lahi wadh-kurul-laha kathiral-la allakum tuflihun. (62:10)

Artinya :

“apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”

Ada sebagian tafsir mengatakan bahwa ketika adzan kamu berhenti bedagang namun setelah selesai sholat baru lanjutkan berdagang. Bukan seperti ini maksud tafsirnya. Ayat ini bukan menyuruh kita berdagang setelah selesai sholat bukan seperti itu. Maksud ayat ini juga bukan perintah untuk mencari rizki. Mencari karunia Allah bukan mencari rizki.

Fantashiru fil Ardhi : ini adalah amr perintah istihbab, mustahab saja.

Maksud ayat ini, perkataan-perkataan agama yang telah kamu dengar ketika khutbah jumat ini, kamu bawa keluar mesjid untuk menyampaikan ilmu / pesan / perkataan khutbah tersebut. Apa yang telah kita dengarkan itulah yang akan kita amalkan, lalu keluar mesjid untuk menyebarkan. Itulah makna kita keluar dari mesjid mencari karunia Allah swt yaitu menyampaikan agama.

Abbas RA katakan : “kamu diberikan ikhtiar, jika mendesak sekali kamu boleh keluar mesjid, jika tidak mendesak maka tetaplah duduk dalam majelis didalam mesjid.”

Inilah maksudnya. Jadi keluar mesjid disini menurut mufassirin bukan maksudnya untuk berdagang melainkan untuk perkara agama diluar mesjid seperti tholabul ilm atau mencari ilmu, menjenguk orang sakit, membantu fakir miskin, mendakwahkan agama.

Jadi maksud kita keluar mesjid adalah menyebarkan perkara-perkara agama yang telah kita dengarkan dari majelis di dalam mesjid

Nasehat 40 :

Dalam Hadit dikatakan :

“Barangsiapa yang telah menjadikan Dunia sebagai maksud hidupnya, Maka Allah swt akan menjadikan dunia menguasai dia. Barangsiapa yang menjadikan akherat sebagai maksud maka Allah swt akan buat dunia berjalan dibelakangnya”

Jika kita jadikan dunia sebagai maksud hidup maka nanti kita akan dibikin susah oleh dunia. Namun jika kita jadikan akherat sebagai maksud hidup maka nanti justru dunia akan berkhidmat kepadanya.

Nasehat 41 :

fantashiru fil-ardi wab-taghu min-fadlil-lahi : keluar mesjid bertebaran mencari karunia (Fadhlillah) Allah swt maksudya adalah kita mencari karunia Allah swt yang diberikan kepada nabi-nabi AS. Karunia itu adalah apa yang diberikan Allah swt kepada nabi-nabi AS. Karunia yang Allah swt maksudkan disini adalah karunia yang Allah swt berikan kepada nabi-nabi.

“wallahu yakhtashu bi rahmatihi man yasyaa’u Wallahu zul fadhlil adzima” (2:105)

artinya :

“Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya untuk diber KaruniaNya (yaitu para Nabi), dan Allah mempunyai Karunia yang besar.”

Jadi karunia itu yang Allah swt maksudkan yang diberikan kepada para nabi-nabi. Dan ini adalah jalan yang Allah swt berikan untuk mendapatkan karunia yang besar. Karunia apa itu ? masuk kedalam mesjid mendengarkan perkara agama, keluar mesjid menyebarkan perkara agama. Jadi mempelajari iman itu adalah Fardhu Ain. Caranya adalah dengan cara yang sudah ditetapkan yaitu cara Nabi saw dan Sahabat RA. Caranya yaitu bagaimana orang-orang bisa bertemu dalam mesjid.

Rasullullah saw ketika menyampaikan hadits ini :

“Apabila kamu melihat seseorang kerjaannya mondar mandir ke mesjid saksikanlah bahwa orang itu adalah orang beriman.”

Ketika kamu melihat seseorang berjalan mondar mandir ke mesjid maka hendaklah kamu beri dia persaksian bahwa orang tersebut adalah orang beriman.

Allah swt berfirman :

“Innama ya’muru masajidallahi man amana billahi wal yaumil akhir…”(9:18)

artinya :

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian”

Hanya orang-orang berimanlah yang mampu memakmurkan mesjid, sedangkan orang-orang musyrikin tidak akan memakmurkan mesjid. Siapa yang akan memakmurkan mesjid ? hanya orang-orang beriman saja. Dalam kerja kita ini, begitulah cara kita dalam membina iman kita.

Nasehat 42 :

Fikir kita ini jadinya adalah bagaimana umat mempunyai hubungan dengan mesjid. Caranya dengan menggunakan cara sahabat ra. Membina Iman ini adalah fardhu Ain, sehingga ketika di dalam mesjid ini kita buat Taklim Halaqah atas Iman. Lalu hendaknya kalian mengajarkan orang lain tentang kepentingan Iman beserta alamat-alamatnya. Pahami mereka tentang tanda-tanda iman dan alamat-alamat Iman.

Nasehat 43 :

Tanda-tanda Iman dan Alamat Iman

Tanda-tanda keimanan ini adalah ketaatan kepada Allah swt. Taat pada Allah swt adalah tanda iman yang paling dasar. Sahabat bertanya kepada Nabi saw apa iman itu ?

Nabi saw sabdakan :

“Iman itu adalah ketika perbuatan amal baikmu kepada Allah swt membuat kamu gembira dan ketika perbuatan amal burukmu kepada Allah swt bikin kamu resah. Maka kamu seorang yang beriman”

Dalam Hadits lain dikatakan :

“Hendaknya orang beriman itu seperti seekor unta yang ditarik / dicocok hidungnya, kemana saja diarahkan maka dia akan mengikutinya.”

Inilah yang dikatakan Iman, dan tanda iman itu adalah Taat. Takaza iman itu adalah ketaatan.

Nasehat 44 :

Kita berpikir hari ini hasil dari ketaatan ini adalah Nusroh Ghaibiyah. Padahal hati lalai namun pingin nusroh ghaibiyah. Padahal hati ini selalu lalai dari perintah Allah swt tapi dalam keadaan selalu menunggu qudratullah, pertolongan Allah. Pemikiran macam apa ini.

Sehingga hari ini orang berusaha meningkatkan iman agar bisa mendatangkan nusroh ghaibiyah dari langit berupa makanan gratis seperti bani israil. Bagaimana dari bawah bumi dengan keimanan saya bisa mengeluarkan air seperti zamzam. Inilah yang ada dipikiran kita hari ini mengenai keimanan. Hari ini kita berpikir iman kita belum bisa mendatangkan pertolongan dari langit karena iman kita belum seperti sahabat ra. Kita berpikir bahwa hasil akhir keimanan ini adalah datangnya pertolongan dari langit. Tidak bukan seperti itu.

Nusroh Ghaibiyah itu bukanlah tujuan kita mendapatkan atau mencari iman. Nusroh Ghaibiyah itu hanya janji Allah swt bukanlah tujuan kita mencari Iman. Kita bukan mencari Iman untuk perkara seperti itu, mendatangkan makanan gratis dari langit ataupun mengeluarkan air dari tanah, bukan untuk perkara itu. Bahwasanya Allah swt akan menyempurnakan janjinya untuk orang beriman, itu adalah hak Allah swt.

Nusroh Ghaibiyah ini hubungannya adalah dengan keyakinan kita pada Amal. Bahwasanya dengan Amal ini kita harus yakin bahwa Allah swt akan menyempurnakan janjinya. Yakin pada janji Allah swt syaratnya adalah orang tersebut buat amal. Kenapa ? ini karena Janji Allah swt hanya ada dalam amal.

Jadi akhir dari iman ini bukanlah bagaimana nusrtullah itu datang pada kehidupan kita, tidak seperti itu. Akhir dari Iman itu adalah ketaatan yang sempurna kepada Allah swt sehingga dengan ketaatan tersebut bisa mendatangkan Ridho Allah swt. Inilah ujungnya dari iman yaitu ketaatan untuk mendapatkan Ridho Allah swt. Kita taat untuk mendapatkan Ridho Allah swt, inilah ujung dari takaza iman. Ketaatan untuk mendapatkan Ridho Allah swt inilah kesimpuan dari Iman.

Inilah sebabnya sahabat ra bertanya kepada Nabi saw :

“Ya Rasullullah saw Iman itu apa ?”

Maka Nabi saw menjawab :

“Iman itu adalah Ikhlas.”

Jadi iman itu dikatakan ketaatan dan iman itu juga dikatakan Ikhlas. Taat dalam mencari Ridho Allah swt inilah Ikhlas.

Nasehat 45 :

Bagaimana Iman bisa terbina :

  1. Tempatnya harus di mesjid untuk membina Iman
  2. Buat Halaqah Iman untuk beriman sesaat
  3. Ajak orang diluar mesjid masuk kedalam suasana mesjid.

Umar RA berkata : Marilah duduk bersama kami kita beriman kepada Allah swt sesaat. Saya melakukan ini agar Iman saya meningkat.

Umar ra untuk melakukan ini dia pergi melakukan jaulah sendiri demi peningkatan iman dia. Apakah beliau buat jaulah kepada orang-orang kafir ? tidak, beliau buat jaulah kepada orang-orang beriman. Inilah penyakit yang ada dilam pikiran kita bahwasanya kita berpikir dakwah itu hanya untuk orang-orang kafir. Inilah kejahilan dari orang-orang yang Alim, dia paham tapi jahil. Apa kejahilannya ? berpikir bahwa dakwah itu hanya untuk orang-orang kafir.

Nasehat 46 :

Jumlah nabi-nabi kurang lebih 200.000 orang. Ulama katakan kebanyakan dari nabi-nabi tersebut justru dikirim kepada orang-orang islam. Allah swt perintahkan para nabi pergi kepada orang-orang islam yang mana agama sudah keluar dari kehidupan mereka.

Jadi Dakwah untuk siapa ? dakwah itu untuk orang-orang islam. Perintah beriman untuk orang-orang beriman. Kita dakwah perkara Iman kepada orang-orang beriman. Dakwah islam kepada orang-orang kafir. Jika kita dakwahkan islam kepada orang-orang kafir maka mereka akan masuk islam. Sedangkan kepada orang-orang beriman dakwahnya adalah perintah untuk beriman.

Dakwah itu ada 2 :

  1. Dakwah Islam untuk orang Kafir : Agar orang kafir masuk Islam
  2. Dakwah Iman untuk orang beriman : Perintahnya senantiasa memperbarui Iman

Nasehat 47 :

Bagaimana kehidupan sahabat ra : Muamalah mereka, muasyarah mereka, Akhlaq mereka, kehidupan islam yang diamalkan sahabat inilah yang kita dakwah kepada orang kafir. Kesan kehidupan sahabat ra inlah yang akan menyebabkan orang kafir masuk islam. Inilah kesaksian para sahabat RA yang masuk islam yaitu kesan mereka terhadap muamalah, muasyarah, dan akhlaq dalam islam yang dicontohkan para sahabat RA. Mereka setelah melihat kehidupan amaliat sahabat dalam muamalah, muasyarh, dan akhlaq, mereka merasa hidup mereka menjadi sangat sempit. Sehingga mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka untuk masuk kedalam Islam.

Nasehat 48 :

Cinta pada Islam itu terletak pada Amal yang kita buat. Ini Amal : Muamalah, Muasyarah, Akhlaq kita buat agar Agama dapat wujud, nampak dalam kehidupan sehari-hari. Agama secara Amali bukan Lisani, tujuannya agar Agama nampak, terlihat wujud dalam kehidupan sehari-hari kita.

Sedangkan hari ini agama hanya wujud dalam kitab-kitab saja, dalam taklim saja, bukan dalam kehidupa amali atau prakteknya. Jadi agama wujud dalam kita saja ketika kita baca, sudah sampai di situ saja. Dengan Kitab memang pengetahuan bisa tersebar namun Praktek Agama Islam tidak bisa tersebar dengan cara itu. Pengetahuan islam bisa tersebar, namun islamnya tidak bisa tersebar.

Bahkan hari ini ada kegiatan diantara umat islam untuk membuat tingkatan dalam pengetahuan islam : Ada Sarjana, Ada Master, Ada Ph.d, Ada Professor, tentang islam. Setelah tingkatan-tingkatan kasta atau pangkat tersebut, membuat dia merasa bahwa iman dia sudah kuat sekali. Padahal cara seperti orang kafirpun bisa mendapatkan, yaitu pengetahuan islam. Orang-orang kafirpun jika mereka buat usaha, mempelajari islam, merekapun juga bisa mendapatkan pengetahuan yang sama tentang islam. Padahal islam itu bukan untuk pengetahuan, melainkan islam itu untuk ketaatan, praktek islam.

Islam itu adalah kita serahkan diri kita kepada kehendak Allah swt, taat pada seluruh perintah Allah swt. Itulah islam yaitu ketaatan kepada perintah Allah swt.

“Idzkola lahu Robbuhu Aslim” (2:131)

artinya :

“Ketika Allah berfirman kepadanya: Wahai Ibrahim Serahkanlah dirimu kepadaKu !”

Allah swt perintahkan Ibrahim AS untuk menyerahkan dirinya kepada Allah swt, kepada kehendak Allah swt. maka Apa kata ibrahim AS :

“Qola aslamtu lil robbil alamin” (2:131)

Artinya :

Ibrahim katakan : “Aku serahkan diriku (tunduk taat) kepada Rabb seluruh alam”

Nasehat 49 :

Islam akan menyebar dengan amal-amal orang islam yaitu dengan musyahadah, nampak terlihat. Jadi Islam wujud dalam praktek atau amali bukan Islam dalam kitab saja.

Nasehat 50 :

Hari ini orang berpikir bahwa dakwah itu hanya untuk orang-orang kafir saja, tidak bukan seperti ini. Dakwah Iman adalah untuk orang beriman itu sendiri. Kisah yang merkea tahu bahwa Nabi Musa AS dikirim kepada Firaun titik sampai disini saja yang mereka tahu. Mereka tidak tahu bagaimana usaha Nabi Musa AS kepada Bani Israil. Ini tidak pernah dibicarakan bagaiman usaha Musa AS kepada Bani Israil.

Sehingga hari ini bagaimana usaha nabi saw diantara para sahabat ra, dan lalu usaha sahabat ra diantara para sahabat ra tidak pernah terjamah oleh kita. Hari ini yang kita tahu adalah usaha sahabat ra kepada orang-orang kafir saja, sehingga diotak kita yang ada dakwah itu hanya kepada orang kafir saja.

Hari ini orang-orang islam tidak memahami bahwa medan dakwah mereka itu termasuk orang-orang islam. Sehingga apa yang terjadi asbab ketidak pahaman kita ini ? asbab kita tidak buat dakwah dikalangan orang islam, maka terjadi banyak pemurtadan dari kalangan orang islam. Ini asbab kita tidak buat dakwah kepada orang-orang islam.

Dakwah berhenti :

  1. Orang Kafir tidak kenal islam
  2. Orang islam banyak murtad

Inilah penyebabnya kenapa orang kafir tidak masuk islam dan orang islam banyak yang murtad.

Nasehat 51 :

SHOLAT

Maka penting kita bayankan kepada umat tentang Iman dan tanda-tanda iman, alamat iman, berikut dengan dalilnya. Sehingga kita akan selalu merasakan kekurangan dalam iman kita.

Nasehat 52.

Fardhu yang terbesar kedua setelah Iman ini adalah Sholat. Allah swt telah sampaikan bahwa sholat itu adalah Iman. Ini karena tanpa sholat tidak ada iman, tanpa sholat tidak ada islam. Banyak dalil mengatakan bahwa orang yang tidak sholat itu mereka sudah murtad. Ini peringatan bagi mereka yang meninggalkan sholat bahwa mereka dianggap telah murtad. Inilah sebabnya Allah swt sampaikan dalam Al Quran bahwa sholat ini adalah iman.

Arah Kiblat sebelumnya Allah swt telah pindah dari Baitul Maqdis ke Baitullah. Mengapa Allah swt pindahkan ? Allah swt ingin melihat orang-orang beriman ini jazbahnya seberapa taat mereka kepada Nabi Saw.

Allah swt telah berikan ujian kepada orang beriman. Mereka beribadah kepada Allah tapi Allah ingin tahu seberapa taat mereka kepada Nabi saw. Dalam hati orang-orang yang beribadah kepada Allah swt, Allah swt uji berapa kuat semangat, jazbah, mereka dalam hal ketaatan kepada Nabi saw. Ketika itu orang-orang beribadah dibelakang Nabi saw ke arah baitul maqdis pada waktu sholat dzuhur, lalu turun perintah Allah swt.

Dan demikian pula Kami telah Menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami Mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah Diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (2:143)

Kami Melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami Palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (2:144)

Allah swt perintahkan kepada Nabi saw : wahai NabiKu kamu arahkanlah sholat kamu dari baitul maqdis ke arah kiblat ke baitullah masjidil harom. Allah swt menguji ini di waktu dzuhur untuk melihat apa yang akan dilakukan orang beriman. Apakah mereka akan taat ? ketika itu ada yang berkata kita sholat dzuhur seperti biasa ke baitul maqdis baru nanti waktu ashar kita rubah ke baitullah. Mereka berkata akan melakukannya tapi bukan waktu dzuhur mereka minta waktu ashar saja. Namun sahabat ra yang kuat imannya berkata :

“Kami telah menerima perintah, dan kami akan mentaatinya.”

Inilah perkataan sahabat karena mereka paham jika dikatakan baru nanti waktu ashar berubah maka itu bukanlah ketaatan. Kita beriman kepada Allah swt dan RasulNya yaitu ketika datang perintah maka saat itu juga kita jalani dan kita taati. Inilah yang dinamakan ketaatan.

Mubayyin, Maulana Saad katakan :

“Jika mengakhirkan perintah Allah swt inilah yang dinamakan Nifaq atau Munafiq”

Nasehat 53 :

Perintah datang maka Sahabat ra langsung mentaatinya, sedangkan orang munafik mengakhirkannya. Orang munafiq berkata : “Inikan baru sekarang kita tahu, nanti saja kita lakukan.”

Jadi Ilmu dan Ketaatan ini haruslah bersama-bersama. Inilah ketika datang perintah diwaktu dzuhur, maka nabi saw dan para sahabat langsung saat itu juga mengalihkan kiblat ke baitullah sebagai bentuk ketaatan.

Orang-orang yang kurang akal diantara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (Muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia Memberi petunjuk kepada siapa yang Dia Kehendaki ke jalan yang lurus.”(2:142)

Maka orang-orang Kafir berkata :

“Tengoklah Sholat-Sholat mereka telah sia-sia. Sebelum ini berapa banyak mereka sholat menghadap ke Baitul Maqdis, sekarang karena mereka telah mengubahnya ke baitullah, sia-sialah sholat-sholat mereka terdahulu”

Inilah perkataan orang kafir atas perubahan kiblat. Lalu Allah swt balas atas perkataan mereka :

“Makanallahu li yudhi’a imanakum” (2:143)

artinya :

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman kamu.”

Allah membalas perkataan orang kafir ini dengan ayat bahwa Allah swt tidak akan menyia-nyiakan iman mereka, para sahabat RA, yang taat kepada Allah swt dan Nabi saw. Maksud iman disini adalah Sholat inilah tafsirnya dari mufassirin.

Nasehat 54 :

Barangsiapa yang menyia-nyiakan sholat maka dia tidak akan mendapat bagian dalam islam.

Umar RA berkata :

“Tidak ada bagian baginya dalam islam jika orang tersebut meninggalkan sholat.”

Syaidina Umar RA membuat dakwah terus menerus mengenai perkara sholat di akhir kehidupannya. Nabi saw pun mengatakan perkara yang sama tentang pentingnya sholat di akhir hidup beliau.

Nasehat 55 :

Beliau Nabi saw, mewasiatkan 3 perkara menjelang akhir hayatnya : 1 perkara mengenai hak Allah swt, dan 2 perkara mengenai hak hamba. Apa saja itu :

  1. Jaga Sholat
  2. Tunaikan Hak Hamba Sahaya
  3. Berangkatkan rombongan Utsamah

Nabi saw sampaikan walaupun beliau telah wafat jangan sampai ada kekurangan dalam mengeluarkan rombongan fissabillillah. Berangkatkan jemaah Utsamah segera.

Bukan berarti bahwa kerja kenabian ini telah selesai dengan wafatnya nabi saw. Bukan berarti setelah nabi saw wafat kalian bisa diam saja di madinah, tidak bukan seperti itu, bahkan kosongkan madinah dengan mengirimkan jemaah-jemaah. Untuk apa ? menghidupkan dan meninggikan agama Allah swt. Inilah yang disampaikan menjelang wafatnya Nabi saw.

Kisah Sahabat Umar bin Khattab RA terhadap Sholat :

Nabi saw perkataan terakhirnya adalah sholat, begitu juga Dakwah Umar ra menjelang akhir hayatnya. Padahal Umar ra ketika itu telah kena tombak, dalam keadaan terluka parah, namun tetap memberi pesan untuk menjaga sholat. Umar ketika itu sering tidak sadar asbab parahnya luka yang dia derita, tombak mengenai hatinya. Bagaimana sahabat ra membangunkan umar yang tidak sadar asbab luka parah ketika itu ? diingatkan perkara sholat, langsung terbangun umar ra.

Semua usaha untuk membuat syaidina umar ra agar sadar gagal asbab luka parahnya. Namun tatkala di ingatkan perkara sholat, umar ra pun langsung terbangun. Walaupun dalam keadaan tidak sadarkan diri, dalam keadaan hati tertombak luka parah, nyawa hampir hilang, tidak sadarkan diri, namun ketika di ingatkan sholat langsung terbangun. Inilah Umar RA terhadap Sholat. Apakah Umar ra disadarkan dengan obat ? dikejut-kejutkan ? dibangunkan ? tidak tapi dengan panggilan sholat dia terbangun.

Coba lihat hari ini berapa banyak pedagang dengar panggilan sholat tapi mereka tetap tidak sadar, tidak mau datang ke mesjid. Ini yang tidak sadar apakah Umar RA ataukah pedagang-pedagang tersebut. Padahal umar RA dalam keadaan tidak sadar, sedangkan pedagang-pedagang itu dalam keadaan sadar. Sebenarnya siapa yang tidak sadar disini ? Umar RA diberi tahu tentang sholat langsung sadar, sedangkan pedagang-pedagang itu dipanggil sholat pura-pura tidak sadar atau pura-pura tidak dengar. Maka sebenarnya yang tidak sadar itu siapa ?

Panggilan adzan para pedagang tetap sibuk dengan perdagangannya tidak datang ke mesjid. Sedangkan Umar dalam keadaaan tidak sadar datang panggilan sholat langsung terbangun. Ketidak sadaran umar ini lebih baik daripada sadarnya para pedagang jika mengenai panggilan sholat.

Inilah fardhunya sholat dan bagaimana kecintaan sahabat ra kepada Sholat.

Nasehat 56 :

Para sahabat RA sebelum waktu sholat sudah datang ke mesjid. Para sahabat ra punya keyakinan bahwa seluruh masalah akan selesai dengan sholat.

Kisah Sahabat Abu Umamah RA :

Abu Umamah RA ini punya kebiasaan sebelum datang waktu sholat sudah masuk mesjid duluan. Maka Rasullullah saw bertanya :

“Wahai Abu Umamah, ini kan belum datang waktunya untuk sholat, ngapain kamu masuk mesjid. Apa yang kamu lakukan didalam mesjid ?”

Abu Umamah RA menjawab :

“Ya Rasullullah saya ini banyak sekali hutang. Hutang ini telah melilit saya dan saya tidak bisa membayar hutang-hutang tersebut.”

Maka Nabi saw katakan :

“Apakah kamu mau aku berikan satu doa yang bisa menyelesaikan masalah hutang kamu. Dengan doa ini walaupun hutang kamu sebanyak gunung-gunung yang ada di yaman maka Allah swt akan bereskan semua hutang-hutang kamu.”

Maka doa tersebut diberikan oleh Nabi saw ada dalam Hayatush Sahabah. Jadi para sahabat ra ini menyelesaikan masalahnya dari dalam mesjid.

Doa :

Allahumma inni audzu bika minal hammi wal hazani, wa audzu bika minal ajzi wal kasali, wa audzu bika minal jubni wal bukhli, wa audzu bika min gholabatid daini wa qohrirrijaal.

”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”

Kata Abu Umamah radhiyallahu ’anhu: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353)

Nasehat 57 :

Tatkala ummat mengalami masalah bawa mereka kedalam mesjid, tawajjuhkan kepada Allah swt, hanya Allah swt yang bisa menyelesaikan seluruh masalah.

Maulana Yusuf Al Khandalawi Rah.A katakan :

“Masalah-masalah yang dihadapi umat ini asbab mereka telah terputus dari mesjid, terputus hubungan dari Allah swt. Apabila kita tidak menghubungkan masalah-masalah kita dengan mesjid, sesungguhnya kita telah memutuskan hubungan dengan Allah swt.”

Jika terputus hubungan kita dengan mesjid, ada masalah tidak dihubungkan ke mesjid, maka sesungguhnya kita telah terputus dari khazanah Allah swt. Barangsiapa yang tidak membawa masalahnya kepada mesjid, maka sesungguhnya dia sudah terputus dari Allah swt.

Hari ini kita sampaikan bahwa Allah lah yang akan selesaikan masalah. Namun pertanyaannya : Apa yang telah kita lakukan untuk menyelesaikan masalah ? yaitu hubungkan masalah kita dengan mesjid. Menghubungkan masalah kita dengan mesjid sama dengan menghubungkan masalah kita kepada Allah swt. Tidak bawa masalah ke mesjid sama saja tidak bawa masalah kepada Allah swt.

Nasehat 58 :

Mubayyin, Malauana saad sampaikan :

“Kalau hanya mengatakan Allah yang akan selesaikan masalah ini orang kafirpun juga mengatakan perkara yang sama.”

Orang-orang kafirpun mengatakan seperti ini juga bahwa hanya tuhanlah yang bisa menyelesaikan masalah. Orang kafir, orang musyrikpun juga mengatakan hanya Allah yang bisa selesaikan masalah. Merekapun mengatakan hanya Allah yang bisa bereskan masalah. Apabila ditanyakan kepada orang-orang semuanya menjawab seperti ini : Hanya Allah swt yang bisa menyelesaikan masalah.

Ini Allah swt sampaikan di Quran :

Kul man yarzukukum minas samai wal ardı amman yamlikus sam´a wal absara wa man yuhrijul hayya minal mayyiti wa yuhrijul mayyita minal hayyi wa man yudabbirul amr, fa sa yakulunallah, fa kul a fa la tattakun.”(10:31)

Artinya :

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?“ Maka mereka akan menjawab: “Allah“. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?“

Apa yang mereka jawab ketika mereka mendapat masalah : Fasa Yakunallah yaitu Hanya Allah.

Karguzari :

Suatu ketika teman kami tidak bisa mempunyai keturunan, tidak punya anak. Maka mereka pergi periksa kepada dokter. Maka dokter ini katakan :

“Semua telah diperiksa, dan Saya telah obati kamu, sekarang semuanya keputusannya ada di tangan Allah swt. Nanti Allah swt yang akan bereskan.”

Padahal ini adalah dokter hindu yang mereka temui. Dokter hindu mengatakan hal seperti ini. Seperti apa ? semuanya ada ditangan Allah swt, Allah swt yang akan bereskan. Saya sudah obati kamu tapi semua tergantung Allah swt.

Maka jika seorang dokter hindunya saja bisa mengatakan seperti ini, apa bedanya dengan perkataan seorang muslim. Bedanya yaitu di Amal. Perbedaan perkataan kita dengan orang kafir ini ketika mengembalikannya kepada Allah swt bedanya hanya di amal saja.

Apa perbedaan keyakinan kita dengan orang kafir :

  1. Orang kafir menyempunakan Asbab selebihnya terserah Allah swt
  2. Orang beriman menyempurnakan Amal selebihnya terserah Allah swt

Inilah bedanya ketika orang kafir dan orang islam sama-sama mengatakan bahwa Semuanya Allah swt yang bereskan. Orang kafir dengan menyempurnakan asbab mereka mengatakan seperti ini. Sedangkan orang beriman menyempurnakan Amal sehingga mereka mengatakan seperti ini.

Nasehat 59 :

Inilah yang terjadi tatkala orang islam ketika menghadapi masalah lari dari mesjid maka ini sama dengan ada masalah lari dari Allah swt. Padahal seharusnya setiap ada masalah kita larinya kepada Allah swt. Kalau ada masalah kemana perginya orang beriman ? ke mesjid buat amal cari pertolongan Allah swt.

Jika kita ada masalah pekerjaan yang berhubungan dengan mentri negara, maka kemana kita pergi ? pergi kantor menteri tersebut. Jika ada masalah kesehatan pergi kemana ? pergi ke rumah sakit cari dokter. Namun hari umat telah meninggalkan membawa masalah kedalam mesjid, tidak dihubungkan ke mesjid. Sehingga hari ini kita telah memutuskan hubungan dengan Allah swt sebagai penolong kita. Asbab apa ? tidak ke mesjid.

Mubayin Maulana Saad katakan :

“Memang Allah swt yang selesaikan semua masalah kita, tapi amal apa yang sudah kita kerjakan ?”

Nasehat 60 :

Suatu hari di madinah turun hujan, padahal hujan sudah lama sekali tidak turun. Sehingga menyebabkan kemarau yang berkepanjangan. Sawah-sawah pada kering asbab musim kemarau. Tidak ada air saat itu. Maka sahabat ra datang kepada Nabi saw minta doa :

“Ya Rasullullah saw berdoalah minta kepada Allah swt bahwa saat ini sudah lama sekali tidak turun hujan. Saat ini bahkan binatang-binatangpun asbab tidak turun hujan banyak yang mati. Sawah-sawah kami terlah kering.”

Pada waktu itu mereka, sahabat ra, datang kepada Nabi saw untuk minta di doakan. Mereka tidak datang kepada para ahli nujum, perbintangan, atau ahli musim. Ahli musim ini mengajarkan kesyirikan. Para ahli nujum, ahli perbintangan, mereka semua mengajarkan kesyirikan.

2 perkara ini yang tidak akan diketahui manusia:

  1. Perkara Kiamat
  2. Perkara Turunnya Hujan

Allah swt bayankan ini di dalam Al quran bersama-sama. Kapan turunnya hujan tidak akan ada yang tahu, semuanya dugaan saja, perkiraan saja. Kapan hari kiamat datang ? tidak akan ada yang tahu. Kapan Allah swt akan turunkan hujan ? tidak akan ada yang tahu. Ahli nujum, memberi tahu kapan hujan akan turun, namun hendaknya orang beriman tidak mempercayai, ataupun berputus asa, atas khabar tersebut apapun hasilnya. Ahli nujum ini mereka tidak mengetahui apa-apa selain prasangka saja. Jika mereka ahli nujum mengatakan hujan apakah kita harus mempercayainya. Menghubungkan Alam Kainat dengan Benda-benda di Alam ini adalah kesyirikan.

Para Ahli Science mengatakan hendaknya kita menghubungkan benda ini dengan benda ini untuk mendapatkan kepastian. Ketika ada ini maka akan terjadi ini. Inilah science dan teknologi, mereka semua melakukan hal ini. Penyebab Tsunami akibat adanya perkara ini, Gempa akibat adanya perkara itu, Gunung meletus akibat adanya perkara ini, semuanya dihubung-hubungkan. Mereka hanya memahami menghubungkan alam dengan alam, benda dengan benda, dunia dengan dunia, seperti itu. Inilah yang kebanyakan dari kita pelajari dan kita ingat, sampai kamu mati diatasnya. Setiap ada peristawa menghubungkan alam semesta dengan benda-benda juga. Seluruh penyakit dihubungkan dengan penyakit. Kapan hujan turun ? kapan gempa bumi ? kapan gunung meletus ? semua dihubungkan dengan benda-benda. Bagaimana bisa menyelsaikan masalah banjir ? bagaimana bisa menahan hujan ? bagaimana bisa menghindari gempa ? bagaimana bisa menahan gunung meletus ? Bagaimana menghindari tsunami ?

 

Namun Nabi saw telah meluruskan keyakinan sahabat ra.

Rasullullah saw sabdakan :

“Akan datang suatu masa dimana manusia tidur dalam keadaan kafir bangunnya beriman. Lalu Mereka tidur dalam keadaan beriman bangunnya kafir”

Barangsiapa yang mengatakan jika ada posisi seperti bintang ini maka akan turun hujan maka dia telah mengingkari Allah swt, dan beriman kepada bintang tersebut. Barangsiapa yang mengatakan Allah lah yang menurunkan hujan berarti dia telah mengingkari bintang-bintang. Inilah tanda Iman yang telah diberikan kepada para sahabat ra.

Para sahabat ra ini telah mengingkari semua benda-benda di alam ini, semua hukum alam ini, dan apabila dihadapkan dengan Qudrat Allah swt. Orang-orang bertanya kepada ahli nujum kapan bencana akan turun dan kepada ahli science bagaimana penyebab bencana dan bagaimana cara menghindarinya. Bukan seperti ini keimanan yang kita inginkan. Namun kapanpun kalian ada masalah maka kalian minta kepada Allah swt. Butuh hujan jangan ke ahli nujum tapi minta kepada Allah swt. Musibah banjir, gempa, gunung meletus jangan yakin kepada science dan technology tapi yakinlah pada Qudrat Allah swt. Minta semua kepada Allah swt, minta hujan, minta panas, minta cuaca, minta gunung meletus berhenti , minta apapun, mintalah kepada Allah swt.

Maka ketika itu Nabi saw berdoa atas permintaan sahabat Raminta hujan turun, maka hujanpun turun asbab doa nabi saw. Begitu banyaknya hujan yang turun kata sahabat sampai jumat berikutnya, seminggu lamanya kami tidak melihat matahari. Maka sahabat ra datang lagi kepada Nabi saw :

“Ya Rasullullah sudah begitu banyak hujan yang turun, sawah kami telah terbenam oleh air-air.”

Sahabat RA menyampaikan itu di dalam mesjid nabi saw, maka tatkala nabi saw selesai berdoa minta hujan berhenti, begitu sahabat ra melangkah keluar mesjid langsung nampak matahari dan hujan telah berhenti. Beginilah keadaan alam semesta telah Allah swt tundukkan untuk mereka para sahabat ra.

Inilah orang-orang, para sahabat ra, yang telah berhasil menghubungkan keadaan alam semesta ini dengan ibadah bukan benda-benda. Keadaan Alam berubah-rubah menurut amal bukan benda-benda.

Nasehat 61 :

Kisah Maulana Ilyas Rah.A

Maulana ilyas ketika itu dalam perjalanan pergi ke mewat, datang waktu sholat ashar. Satu orang dari jemaah bergegas ke supir, waktu itu supirnya bukan orang islam. Dia bilang ke supir tolong hentikan busnya, saya ingin melaksanakan sholat. Supir bilang, tidak bisa, mobil ini tidak akan berhenti, kamu balik duduk saja. Kamu sholat di tempat pemberhentian disana. Si supir mengingkari untuk memberhentikan busnya. Maka jemaah marah sekali, kenapa kamu seperti ini. Beberapa orang mengatakan kita telah menyempurnakan tanggung jawab, supir menolak, sudah selesai perkara. Jika Bus ini tidak diberhentikan, ditolak oleh supir, maka sudah bukan salah kita lagi. Mereka mau buat ibadah, tapi terbentur oleh supir. Mereka bilang kita usaha dulu, coba bilang ke supir, tapi tertolak.

Kamu telah memilih jalan untuk ibadah saja, sedangkan permasalahannya bukan seperti ini. Kamu ingin mendzohirkan ibadah-ibadah kamu namun masalahnya adalah cara-cara kamu. Kamu hanya memikirkan memberhentikan mobil itu. Pertolongan Allah swt pada ummat tidak akan didapat dengan IHTIJAJ, argumetasi.

Sudah menjadi tabiat orang islam tatkala ada satu perintah dari syariat telah ditinggalkan, maka mereka akan bilang mari coba dulu, usahakan, supaya bisa dijalankan. Namun ketika terbentur mereka langsung beralasan kita sudah tunaikan tanggung jawab, ibadah bisa ditinggalkan.

Maulana Ilyas katakan :

“Orang-orang islam ingin bisa berjalan diatas agama. Jika satu orang islam dalam menjalankan agamanya dia tidak bisa menghindarkan rintangan ataupun halangan dari orang kafir maka sesungguhnya dia tidak akan bisa berhasil berjalan diatas agama yang sempurna.”

Jika hari ini dia tidak bisa menghalau rintangan dari orang kafir tersebut dalam mengamalkan agama, maka di hari berikutnya pun dia akan mengalami masalah yang sama. Mereka bilang kita coba aja lagi bilang ke supir, coba lagi. Pertolongan Allah swt ini tidak akan datang dengan hanya mencoba-coba saja kalau dapat alhamdullillah kalau tidak dapat kan sudah buat usaha. Pertolongan Allah swt tidak akan datang dengan cara yang demikian, dengan cara mencoba-coba saja. Sehingga tatkala perintah agama terbentur dengan rintangan orang kafir, tatkala dengan mencoba-coba dia gagal, maka dapat dipastikan perintah itu akan ditinggalkan. Jika begini terus menerus orang islam meninggalkan perintah syariat asbab tidak bisa menghalau rintangan orang kafir lama kelamaan agama akan ditinggalkan. Kenapa ditinggalkan agama ? karena pengamalan agama telah diletakkan bergantung dari rintangan orang kafir.

Hari umat islam seperti itu tatkala agama terbentur dengan undang-undang, maka mereka akan mencoba-coba cari jalan. Padahal pertolongan Allah swt tidak akan datang dengan cara mencoba-coba saja. Namun yang perlu kita lakukan adalah, amalkan agama sesuai dengan kemampuan kamu. Apa yang bisa kamu jalankan agara bisa berjalan diatas agama, maka jalanilah sesuai dengan kemampuan kamu saat itu. Sebagaimana satu orang islam bisa menjalani berdasarkan kemampuannya, itupun telah gagal juga. Asbab hanya dengan mencoba-coba saja, kalau dapat syukur kalau tidak dapat. Di fikiran, kita sudah buat usaha tidak usah dipaksakan sekarang ibadah bisa ditinggalkan karena udzur. Maka tatkala kami telah coba tanggung jawab kami telah selesai.

Maulana Ilyas tahu bahwa satu orang sudah datang kesupir mengingatkan perkara sholat lalu supir telah menolaknya. Maka Maulana Ilyas marah dan buat dakwah kepada orang-orang islam yang ada di bus. Maulana Ilyas sampaikan kepada jemaah apakah kalian sudah buat dakwah kepada orang-orang islam lainnya di dalam Bus ? jemaah bilang bahwa orang-orang islam yang didalam bus tidak mau melaksanakan sholat.

Maulana Ilyas katakan :

“Agama tidak akan tersebar dengan Infirodhi Fikir.”

Maulana ilyas sampaikan yang penting kita sholat, sedangkan orang yang tidak mau sholat itu terserah mereka. Kalau hanya dengan infirodhi fikir saja, maka masalah ummat tidak akan terselesaikan. Kawan maulana Ilyas punya fikir untuk melaksanakan sholat, maka dia buat usaha pergi kepada supir untuk berhenti agar mereka bisa sholat. Namun hari ini orang islam sudah tertanam berpikir seperti ini :

Kita dalam perjalanan kendaraan, di bus, di pesawat, di kereta, kendaraan tidak bisa dihentikan, kita sudah meminta berhenti tapi supir menolaknya. Maka tatkala kita sudah buat usaha tapi ditolak, maka ibadah bisa ditinggalkan. Begitu pikirnya umat hari ini dalam perjalanan. Akhirnya dalam kendaraan di pesawat, di bus, di kereta, hari ini umat telah meninggalkan sholat.

Tanpa Dakwah tatkala orang islam telah meninggalkan perintah agama, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan MAHDZUR, orang ada udzur. Namun orang dikatakan Mahdzur tatkala dia sudah buat dakwah. Dia sudah dakwah, buat usaha, namun tetap tidak bisa melakukannya maka inilah yang dinamakan Udzur. Hari ini orang islam saat terbentur dengan keadaan dan halauan orang kafir langsung berkata :

“Apa yang bisa kami lakukan, kami tidak bisa lakukan apa-apa, memang keadaanya demikian kita sudah coba-coba tapi ditolak, jadi ibadah gak papa untuk ditinggalkan. Apa yang bisa kita perbuat, ini undang-undangnya memang seperti ini.”

Ini alasan ummat pada umumnya dikendaraan yang terbentur dengan keadaan-keadaan. Seluruh perintah-perintah agama yang bertentangan dengan undang-undang mereka begitu mudah meninggalkannya. Inilah sebabnya Maulana Ilyas buat dakwah di dalam Bus :

“Apakah kalian sudah buat dakwah kepada orang-orang islam yang ada di dalam bus ini. Jika kalian tidak buat dakwah siapa nanti yang akan mengajak sholat mereka.”

Kawan maulana ilyas katakan bahwa mereka belum buat dakwah, tapi dia bilang yang penting saya sudah memikirkan supaya bisa sholat. Dia memikirkan diri dia sendiri saja untuk sholat dengan alasan yang lain tidak punya fikir sholat. Maulana Ilyas katakan inilah yang namanya tidak tertib bahwa kamu melakukan sesuatu diluar Ushul. Apa yang menyebabkan tidak tertib ? yaitu kamu belum buat dakwah kepada orang-orang islam yang ada di dalam Bus.

Setelah di targhib maulana Ilyas baru jemaah buat dakwah kepada orang-orang islam yang ada di dalam bus. Mereka dakwah dengan keutamaan sholat dan ancaman jika meninggalkannya. Tatkala sibuk dakwah sholat kepada mereka apa yang terjadi ? ketika bus mendekati sebuah sumur mata air, tiba-tiba ban bus bocor. Maka ketika itu juga bus berhenti, dan waktu asharpun juga masih ada. Supir turun memperbaiki ban, sehingga jemaah dan orang islam lainnya bisa turun untuk melaksanakan sholat. Supir sampaikan tatkala mereka buat dakwah kepada penumpang, saat itulah saya mulai ketakutan.

Mubayin, Maulana Saad katakan :

“Sesungguhnya Allah swt memberikan kekuatan dalam dakwah yang menyebabkan orang-orang kafir ketakutan.”

Nasehat 62 :

Hari ini orang islam telah meninggalkan jalan yang sudah ditempuh oleh rasullullah saw dan para sahabat ra. Tanda pertolongan dari Allah swt datang salah satunya dengan muncul rasa takutnya orang kafir. Kapan ketakutan muncul dari orang kafir ? yaitu ketika ada dakwah. Dakwah ke siapa ? dakwah kepada orang-orang islam.

Orang-orang kafir akan takut ketika umat islam menggabungkan dakwah dan ibadah. Banyak kisah-kisah pertolongan Allah swt yang datang kepada sahabat dengan asbab dakwah mereka. Namun ketika ibadah saja pertolongan Allah swt tidak turun. Nusroh Ghaibiyah yang mengalahkan orang-orang kafir.

Sebagaimana kisah :

Seseorang di rampok ditengah perjalanannya. Lalu dia minta izin untuk sholat 2 rakaat sebelum dibunuh. Maka malaikat turun dari langit membunuh perampok tersebut asbab sholat 2 rakaat orang tersebut.

Jadi dengan ibadah infirodhi bisa datang pertolongan infirodhi. Namun tanpa dakwah perrtolongan Ijtimai tidak akan didapatkan. Pertolongan Ijtimai tidak akan bisa didapatkan dengan ibadah infirodhi tetapi hanya bisa dengan asbab Dakwah.

Nasehat 63 :

Sempurnakan lah sholat kalian, perbaiki qualitas sholat kalian.

Dalam mahfum hadits :

“Barangsiapa yang telah selesai dari rukuknya, apabila dia tidak meluruskan badannya, maka Allah swt tidak akan memandang kepada sholat dia.”

Allah swt tidak akan memandang baik orang yang tidak menyempurnakan sholatnya. Kenapa ? ini karena mereka tidak menjaga dzikir-dzikir dalam sholat. Selesai dari rukuk maka ada dzikirnya juga.

Allahumma robbana lakal hamdu hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fi

Artinya :

 

wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah

Bacaan ini dalam sholat setelah ruku adalah sunnah. Sunnah adalah perhiasan untuk seluruh amal. Barangsiapa yang tidak menjaga sunnah dalam amalnya maka amalnya pasti akan rusak. Agama ini tiangnya adalah sholat, jika rusak sholatnya maka rusaklah seluruh amalnya. Rusaknya agama ini dimulai dari rusaknya sholat. Sholat adalah kepala dari seluruh amal agama. Sebagaimana tubuh manusia ini mempunyai kepala. Jika kepalanya dipotong, maka badannyapun tidak akan ada faedahnya apa-apa. Semua amal rusak tidak berfaedah asbab sholatnya rusak. Tersisanya islam ini dengan sholat. Jika sholatnya baik maka baiklah seluruh amalnya. Jika sholatnya buruk maka buruklah seluruh amalnya.

Nasehat 64 :

Artinya: “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat,maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR. Bukhari Muslim)

Adanya islam asbab sholat, hilangnya islam asbab sholat. Berdirinya islam ini dengan sholat. Jika tidak ada sholat tidak ada islam. Baiknya agama asbab sholat dan rusaknya agama asbab sholat. Sholat ini sebagaimana kepala pada badan. Badan tanpa kepala apa artinya ? tidak ada faedahnya, mati. Jadi tersisanya islam dengan sholat. Islam akan masih ada jika ada sholat.

Hari ini banyak orang yang kecewa dengan perbuatan dosa, mereka sedih asbab banyak dosa yang mereka lakukan. Bagaimana menyelamatkan diri dari perbuatan dosa ?

 

Mubayin, Maulana Saad sampaikan :

Barangsiapa yang sholatnya tidak bisa mencegah dia dari perbuatan dosa, sesungguhnya sholatnya telah menjauhkan dia dari Allah swt.

Barangsiapa yang merusak sholatnya, maka sholatnya tersebut tidak akan bisa menyelematkan dia dari perbuatan dosa. Dan Sholat yang rusak akan menjauhkan orang tersebut dari Allah swt.

Ibnu Mas’ud RA katakan :

Barangsiapa yang melaksanakan sholat dengan cepat-cepat, maka sholat tersebut tidak akan bisa mencegah dia dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sholat tersebut akan menjauhkan dia dari Allah swt.

Mubayin sampaikan :

Asbab-asbab seseorang melakukan perbuatan dosa ada dalam kecacatan sholat kamu.

Carilah sebab melakukan dosa dalam sholat kamu.

Nasehat 65 :

Untuk menciptakan / menghasilkan suatu benda, maka dibutuhkan mesin cetak / penghasil benda tersebut. Jika benda tersebut tidak tercetak atau dihasilkan dengan baik berarti mesin cetak / mesin produksinya rusak.

Seluruh amal akan terbina dalam sholat. Perintah-perintah yang ditinggalkan dalam muamalah, muasyarah, akhlaq, ini adalah asbab cacatnya sholat. Maka carilah sebab-sebab kemungkaran dalam muamalah, muasyarah, dan akhlaq di dalam sholat kita.

Hari ini kita menyalahkan suasana dan keadaan dalam melakukan dosa. Padahal asbab-asbab perbuatan dosa ini adalah dari cacatnya sholat kita. Kenapa ? Allah swtlah yang mengatakan demikian.

Allah swt berfirman :

Sesungguhnya shalat itu mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.(29:45)

Nasehat 66 :

Seharusnya sholat kita mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Berdirinya agama ini karena ditegakkannya sholat, dan ditinggalkannya agama ini asbab ditinggalkannya sholat. Sholat yang rusak memberikan jalan asbab-asbab kemungkaran. Sholat yang tidak bisa mencegah kita dari perbuatan dosa sesungguhnya sholat tersebut menjauhkan kita dari Allah swt.

Jadi sholat ini adalah kepalanya semua amal, seperti kepala pada badan kita. Jika kepala dipenggal maka badan tidak bisa mendatangkan faedah apapun. Seolah-olah semua amalnya terputus semuanya, jika sholat ditinggalkan. Tersisanya islam dengan sholat. Islam masih ada jika sholat masih dikerjakan.

Faman Aqomaha Faqod aqomaddin : Berdirinya agama jika berdirinya Sholat.

Nasehat 67 :

Orang-orang sering bertanya bagaimana caranya kami bisa menyelamatkan diri dari perbuatan dosa.

Mubayin Maulana Saad :

“Barangsiapa yang merusak sholatnya maka sholat tersebut tidak akan bisa menyelamatkan dia dari perbuatan dosa.”

Sholat yang rusak akan menjauhkan dia dari Allah swt. Jika seseorang jauh dari Allah swt bagaimana dia bisa selamat dari kemungkaran.

Nasehat 68 :

Setiap dosa-dosa yang kita lakukan ini hubungannya dengan kegelapan dalam hati kita. Dosa yang kita lakukan ini tidak ada hubungannya dengan suasana dan keadaan, melainkan dengan kegelapan hati. Orang yang terkesan dengan suasana dalam melakukan dosa, sesungguhnya di dalam hatinya ada kegelapan. Asbab kegelapan di dalam hati dan fikir seseorang, itulah yang akan mendorong dia berbuat dosa, bukan karena suasana dan keadaan.

Mubayin Maulana Saad :

Perbuatan dosa itu di dorong asbab kedzulumatan yang ada didalam hati seseorang.

Seseorang sering mengatakan bahwa saya melakukan dosa karena terkesan pada suasana, tidak, ini bukanlah penyebabnya. Namun penyebabnya adalah kedzulumatan dalam hati kita. Asbab kedzulumatan dalam hati sehingga mendorong dia berbuat dosa, bukan karena suasana dan keadaan.

Mubayyin Maulana Saad :

“Asbab kedzulumatan hati itulah yang mendorong kita berbuat kemungkaran. Maka carilah Asbabnya dalam sholat kamu. Ketika kita melakukan dosa lihatlah sholat kita. Apa yang kurang dari sholat saya sehingga saya terdorong berbuat mungkar.”

Perintah apa dalam sholat yang telah saya tinggalkan sehingga saya terjerumus dalam perbuatan dosa. Ini adalah sesuatu yang pasti :

“Apabila ada rukun yang rusak dalam sholat kita, maka karena inilah perbuatan saya rusak. Sehingga perbuatan dosa saya lakukan”

Hadits :

“Orang yang paling Bakhil adalah orang yang mencuri dalam sholat.”

Orang yang memahami bahwa judi, minum arak, berzina, korupsi, menerima suap ini adalah perbuatan yang Mungkarot. Sedangkan sholat, zakat, puasa, ini adalah perbuatan yang Makrufat. Hari ini kita tidak tahu bahwa perbuatan-perbuatan yang baik itu bisa memiliki kemungkaran. Kita tidak mengetahui kemungkaran dalam amal baik kita.

Apa itu Kemungkaran dari Makrufat : Rusaknya Sholat Kita.

Inilah yang dimaksud dari hadits tersebut mencuri dalam sholat. Kemungkaran dalam makrufat, yaitu rusaknya sholat kita.

Mubayyin Maulana Saad :

Apabila seseorang tidak mampu melihat kemungkaran dari perbuatan baiknya, maka perbuatan baiknya itu tidak akan mampu mencegah dia dari kemungkaran.

Nasehat 69 :

الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ اِنَّ

Innal hasanat yuzhibnas-sayyi’at : Kebaikan menghapus kejahatan (Hud : 114)

Padahal kebaikan (makrufat) itu seharusnya mampu menghapuskan kejahatan (mungkarot). Kenapa bisa terjadi kebaikan kita tidak bisa mencegah keburukan ? karena kita tidak mampu melihat kemungkaran dalam amal baik kita. Seharusnya kebaikan itu mampu mencegah keburukan.

Kebaikan-kebaikan itulah yang akan menghilangkan keburukan-keburukan. Dan ayat tersebut tidak mengatakan bahwa keburukan yang menghilangkan keburukan, namun kebaikanlah yang menghilangkan keburukan / kejahatan.

Mubayyin, Maulana Saad katakan :

Jika seseorang belum selamat dari kemungkaran yang dikerjakannya, berarti dalam sholatnya masih ada kemungkaran.

Inilah yang dimaksud : Dzikir Akbar. Dzikir yang paling besar itu adalah sholat. Ini karena sholatlah yang mampu mencegah dia dari kemungkaran. Maka atas perkara inilah kita latihan dalam sholat kita.

Nasehat 70 :

Salah seorang sahabat ra mengatakan pada waktu itu tidak ada doa :

Allahumma robbana lakal hamdu hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fi

Maka Nabi saw mengatakan siapa yang telah mengatakan seperti ini. Bahkan imam-imampun telah meninggalkan perkara ini : do’a-do’a dalam duduk, do’a-do’a dalam sholat. Kenapa ? karena di difikir kita yang ada adalah meringkas-ringkaskan sholat, mempercepat sholat kita.

Mubayin, Maulana Saad sampaikan :

“Yakin kepada Asbab akan menyia-nyiakan amal.”

Para pedagang, petani, dokter, nelayan semuanya mengatakan : kamu telah menghabiskan waktu saya gara-gara sholat. Fikiran semua orang seperti ini. Saya ini adalah pedagang saya tidak punya banyak waktu, sedangkan imam sholat telah memanjangkan sholatnya. Kenapa sholatnya tidak dipercepat saja, saya harus pergi ke toko.

Mubayyin Maulana Saad :

Jika seseorang tidak menghubungkan masalahnya dengan mesjid maka sholatnya pun akan rusak.

Asbab urusan dunia maka kamu ringkas sholat kamu biar bisa cepat-cepat kembali kepada asbab : toko, sawah, kantor. Bahkan dia jual agama untuk dunianya dengan menggunakan hadits :

“Barangsiapa yang menjadi Imam sholat, Hendaklah di ringankan.”

Membaca sesuai dengan sunnah didalam sholat sudah ditinggalkan. Sehingga orang-orang yang tidak ada khusyu dalam sholatnya, maka sholat itu menjadi terasa berat baginya.

Firman Allah swt :

Innaha la kabirotun ila alla khosyiin

Artinya :

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu

Hanya orang-orang yang tidak khusyu dalam sholatnya, sehinga dia mau cepat-cepat selesai sholat. Kami mau pergi maka cepat-cepatlah selesaikan sholatnya.

Nasehat 71 :

Mubayin, Maulana Saad :

“Apabila sholat telah mengikuti dari aturan-aturan yang ada diluar maka agamapun akan keluar dari kehidupan yang ada diluar.”

Hari ini orang mengatakan ringkaskanlah sholat jangan panjang-panjang. Mereka menggunakan dalil pula untuk memenuhi nafsu mereka :

“Barangsiapa menjadi imam sholat hendaklah dia meringankan sholatnya.”

Maksudnya apa hadits ini ?

Muadz bin Jabal RA pada waktu sholat isya dia menjadi imam membaca surat Al Baqarah, sempurna dari awal sampai akhir. Beliau membaca 2.5 juz dalam satu waktu bukan dalam sholat terawih tapi dalam sholat isya. Inilah qualitas sholat dan khusyu sahabat dalam sholat, mereka sholat seperti ini. Beginilah nampaknya perbedaan sholat sahabat ra dengan kita.

Lalu ada seseorang dari jemaah mengeluh kepada Nabi saw bahwasanya Muadz bin Jabal menjadi imam membawa sholat demikian lamanya. Maka Nabi saw katakan :

“Wahai Muadz apakah kamu akan membawa umat dalam kejengkelan dalam sholat.”

Nabi saw menegur bukan karena lamanya sholat tapi tidak sesuai dengan arahan atau sunnah yang dicontohkan. Tidak ada jalan tengah yang lebih baik dari arahan atau sunnah Nabi saw walaupun itu cara wali, cara ulama, atau cara-cara yang lain. Sedangkan Nabi saw tidak sholat seperti itu, yang dikerjakan oleh Muadz ra.

Hari ini orang-orang berpikir seperti ingin mendapatkan kemajuan diluar sunnah. Jika saya melakukan seperti ini dan seperti itu maka saya akan mendapatkan kemajuan. Pertengahan itu hanya bisa didapatkan didalam sunnah.

Barangsiapa yang menyimpang dari sunnah maka dia akan terjebak dalam 2 lembah :

  1. Lembah Bid’ah
  2. Lembah Rahbaniyah (Hidup Cara Pendeta)

Nasehat 72 :

Dulu sahabat ra ada pemikiran :

  1. saya tidak mau nikah agar ibadah tidak terganggu
  2. saya mau puasa terus menerus
  3. saya mau didalam mesjid saja kuatkan ibadah

Maka Nabi saw sampaikan :

“Saya ini adalah Nabi, tidak ada yang secara ketaqwaan melebihi aku”

artinya apa ? tidak mungkin kita membuat cara-cara sendiri dalam beribadah untuk mencapai kemajuan selain menggunakan cara Nabi saw.

Allah swt pilih para Nabi :

  1. Tidak ada seorang Nabi yang mengikuti kehidupan orang Kafir.
  2. Tidak ada Nabi yang melakukan kesyirikan.

Sahabat RA mengatakan :

“Kami masuk dalam islam dari keadaan kekafiran.”

Para Nabi ini adalah orang-orang beriman dari awal. Bagaimana kita bandingkan keadaan kita dengan mereka. Sesunggguhnya para sahabat ra membandingkan amal mereka ini dengan nabi saw, sehingga mereka merasa amal mereka masih sangat kurang. Inilah yang menyebabkan timbul dalam pemikiran para sahabat ra ini : saya tidak akan tidur mau ibadah saja, saya tidak mau nikah biar konsentrasi ibadah saja, saya mau menyendiri untuk ibadah saja, saya akan sholat sepanjang malam, saya akan puasa secara terus menerus. Sahabat selalu merasa kurang dalam amal, sehingga mereka berpikir seperti ini. Melihat keadaan ini nabi saw sangat marah sekali.

Nabi saw berikan khutbah :

“Sesungguhnya diantara kamu sayalah orang yang paling takut kepada Allah swt. Sayalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah swt. Namun saya masih menikah juga, saya masih tidur juga, terkadang saya tidak puasa.”

Mereka berpikir dapat melakukan amal melebihi amal Nabi saw. Siapakah orang yang berpaling dari amal yaitu orang-orang yang telah meninggalkan sunnah. Mereka berpikir ada cara lain yang melebihi sunnah nabi saw, ini yang membuat nabi saw marah. Ketika hadits ini disampaikan, sahabat ra ini bukanlah orang-orang yang meninggalkan amal, melainkan sahabat ini adalah orang-orang yang banyak melakukan amal.

Nasehat 73 :

Kita berpikir hari ini jika kita perbanyak amal maka kita akan menjadi orang-orang yang sholeh. Padahal kesimpulan dari kewalian itu adalah dalam Sunnah Nabi saw. Jika ada seseorang yang mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi sekali maka ini hanya bisa didapat dengan sunnah Nabi saw. Tingkatan derajat kesholehan hanya bisa dicapai dengan Sunnah Nabi saw.

Tatkala Nabi saw berkata kepada Muadz bin Jabal ra :

“Wahai Muadz apakah kamu mau mencoba-coba membawa mereka kedalam satu ujian yang sangat berat, sehingga kamu memperpanjang sholat kamu. Wahai Muadz, ringankanlah Sholatmu untuk mereka.”

Bandingkan amal kita dengan amal sahabat ra. Kita hari ini malah menggunakan dalil ini untuk meringankan sholat agar bisa memenuhi hawa nafsu dan mengejar dunia. Sahabat RA ditegur nabi saw asbab memperpanjang sholat karena merasa kurang amalnya. Sehingga Nabi saw harus meluruskan tidak ada yang amalan yang lebih baik melebihi Sunnah, cara Nabi saw.

Nasehat 74 :

Hari ini kita merasa lama asbab menunggu imam, padahal perintahnya menunggu sholat. Imam datang untuk memulai sholat, jadi kita menunggu sholat perintahnya. Jika ada presiden datang atau mentri datang ke mahalah kita ketika waktu sholat, maka kita menunggu mereka. Ini namanya kita menunggu mereka bukan menunggu sholat. Jika mereka datang telat berjam-jam apakah kita akan tunggu juga meninggalkan waktu sholat. Jika ada penangguhan sholat asbab kemuliaan seseorang maka akan muncul pengagungan kita kepada orang tersebut.

Nasehat 75 :

Begitupula dalam hal pernikahan. Hari ini kita menikah menunggu proses adat istiadat. Proses menikah kita isi dengan musik-musik, tradisi, dansa-dansa, sehingga membuat proses nikah yang seharusnya sederhana menjadi mewah dan penuh kemubzairan. Membuat pesta yang sangat besar sekali sebelum walimah, inilah Bid’ah.

Hari ini yang berhubungan dengan adat atau budaya maka akan muncul pengagungan dalam hati kita. Namun ketika berhubungan dengan perintah Allah swt, kita tidak memiliki pengagungan tersebut. Hari ini kita lebih siap menunggu acara pesta yang berlebih-lebihan sebelum walimah dibanding harus menunggu acara walimahan. Kita siap menunggu mengikuti proses pesta adat pernikahan, namun menunggu sholat kita tidak siap, selalu minta dipercepat.

Mubayin, Maulana Saad :

“Hari ini kita siap menunggu Bid’ah tetapi tidak siap menunggu ibadah.”

Nasehat 76 :

Orang-orang ketika acara pernikahan mereka siap bersabar menunggu makanan yang datang, band music yang datang, tarian yang datang, mereka siap menunggu, tidak ada kritik. Namun ketika itu mengenai perintah sholat mereka mengkritik marah, kenapa lama sekali, saya tidak punya banyak waktu.

Padahal dalam hadits disampaikan :

“Hendaklah setiap orang dari kalian melaksanakan sholat seakan-akan ini adalah sholat yang terakhir kalinya.”

Laksanakanlah sholat seakan-akan ini adalah sholat yang terakhir untuk kamu. Setiap sholat hendaklah kita bawa perasaan seperti ini, bahwa ini adalah sholat yang terakhir bagi saya.

Nasehat 77 :

Walapun Nabi saw sibuk dalam takaza-takaza dakwah, dan sahabat pun tetap setia menunggu sholat bersama Nabi saw. Begitu lamanya mereka menunggu sholat, sehingga di dalam mesjid mereka tertidur. Sehingga sholat baru dilakukan tengah malam dengan nabi saw untuk sholat isya. Inilah yang dimaksud menunggu waktu sholat. Mereka menunggu sholat bersama nabi saw karena Nabi saw sibuk membentuk jemaah. Jemaah telah terbentuk setelah itu baru melaksanakan sholat berjamaah.

Abu Bakar ra pada waktu bayan sangking lamanya bayan merekapun menunggu, tidak mengatakan ini waktu sholat mari kita sholat. Sahabat ra tatkala waktu sholat tiba mereka sholat tepat pada waktunya, namun ada kalanya mereka menunggu mengakhirkan sholat mereka. Ini karena di jaman sahabat ra mereka memahami tatkala mereka masuk ke mesjid mereka ingin beribadah bukan sebagai pedagang. Namun Hari ini kita masuk mesjid kita merasa sebagai pedagang, tidak punya waktu. Sahabat mereka masuk mesjid dengan kesiapan menunggu waktu sholat didirikan. Padahal tatkala mereka menunggu sholat di mesjid maka para malaikat akan turun secara terus menerus mendoakan orang yang menunggu waktu sholat di mesjid.

Hadits 78 :

Dalam suatu hadist dikatakan :

Bagi mereka yang memakmurkan mesjid, Allah swt akan kirimkan malaikat-malaikat untuk membantu pekerjaan dan keperluan-keperluan mereka.

Orang yang sibuk memakmurkan mesjid maka Allah swt akan kirimkan malaikat-malaikat untuk membantu perkerjaan mereka dan memenuhi keperluan mereka. Allah swt akan berkata kepada para malaikat : lihatlah hambaku yang msibuk memakmurkan mesjid. Apa gerangan yang mereka inginkan ? Para Malaikat akan berkata mereka sibuk dengan pekerjaan kami beribadah dan memakmurkan mesjid, karena itu kami sibukkan diri kami memenuhi keperluan mereka.

Nasehat 79 :

ASBAB VS AMAL

Hari ini orang-orang menganggap remeh kerja kita karena kita membawa mereka kepada perkara-perkara yang bertentangan dengan asbab, yaitu perkara amal. Buat dakwah, yakinlah kepada Qudrattulah, bahwasanya Qudratullah ini ada bersama dengan perintah Allah swt. Qudrattullah ada dalam Perintah Allah swt bukan dalam asbab.

Dalam Asbab :

  1. Tidak ada Qudrattullah
  2. Tidak ada Janji Allah swt

Dalam Amal :

  1. Ada Qudrattullah
  2. Ada Janji Allah swt.

Nasehat 80 :

Hari ini orang-orang mencari janji Allah swt dalam asbab-asbab dunia. Ini merupakan kebutaan yang paling besar yaitu meyakini ada janji Allah swt dalam asbab keduniaan. Maksudnya bagaimana ? mereka buat usaha atas asbab lalu mereka berharap kepada Allah swt.

Inilah butanya pemahaman kita yang paling besar : Buat usaha atas asbab namun berharap pada Allah swt.

Jika seperti ini, maka orang kafirpun punya keyakinan yang demikian.

Perbedaan keyakinan :

  1. Orang Kafir : Buat usaha atas Asbab lalu berharap pada Allah swt
  2. Orang beriman : Buat usaha atas Amal lalu berharap pada Allah swt

Jangan kita lakukan seperti orang kafir lakukan, mereka buat usaha atas asbab tapi berharap pada Allah swt. Namun yang Kita harus buat adalah usaha atas amal dan berharap pada Allah swt. Yang berhak untuk diharapkan hanya Allah swt. Orang yang diperbolehkan berharap kepada Allah swt hanyalah orang yang membuat usaha atas amal bukan asbab. Bagaimana mungkin kita membuat usaha atas asbab, bukan atas amal, namun pengharapannya kepada Allah swt. Padahal di dalam asbab ini tidak ada janji Allah swt. Oleh karena itu hendaklah kalian berharap kepada usaha yang ada janji Allah swt, yaitu usaha atas amal. Jika ada janji Allah swt maka kamu baru bisa berharap. Berharap kepada Dzat yang memberikan janji. Sebagaimana urusan dunia kalian berharap pada orang yang memberikan janji. Bagaimana kalian bisa berharap kepada orang yang tidak memberikan janji. Yang memberikan janji, maka kamu berharap kepada orang tersebut. Inilah ketetapan Allah swt.

Nasehat 81 :

Ketetapan Allah swt :

Orang yang berhak mengharap kepada Allah swt adalah orang-orang yang mempersembahkan amal kepada Allah swt.

Dalam Amal ada Janji Allah swt, inilah pengharapan yang benar. Bukan dalam asbab ada janji Allah swt. Apabila ada satu orang buat usaha atas asbab, lalu berharap kepada Allah swt, maka dia akan menemui kekecewaan. Inilah ketetapan Allah swt kepada orang-orang islam.

Allah swt firmankan kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan dibalas sesuai dengan apa yang mereka usahakan. Mereka buat usaha atas asbab, hasil tetap Allah swt berikan kepada mereka. Buat usaha atas asbab dan berharap pada asbab, inilah orang kafir. Allah swt sampaikan bahwa Allah swt tidak akan memberikan kekurangan atas usaha yang mereka buat. Inilah janji Allah swt kepada orang-orang kafir. Mereka tidak akan mendapatkan kerugian didunia ini.

Allah swt memberikan janji kepada orang beriman ini hanya ada dalam amal, dan tidak ada janji Allah swt dalam asbab. Jika orang islam ini buat usaha atas asbab namun tawakkal kepada Allah swt maka dia akan menemukan kegagalan dan kekecewaan. Jika buat asbab lalu tawakkal kepada Allah swt, maka orang kafirpun juga melakukan seperti ini.

Nasehat 82 :

ILMU

Oleh karena itu kita bawa orang-orang kepada janji Allah swt melalui Fadhail Amal. Ini adalah cara beramal, setiap beramal kita bawa kepada ilmu. Hari ini kita beramal atas kejahilan. Maka kita bawa amal kita kepada ilmu. Hari ini orang-orang lalai dari Ilmu asbab merasa cukup dalam amal. Dasar dari amal ini adalah ilmu. Tidak ada yang bisa dijadikan tolak ukur suatu amal melainkan dengan ilmu. Tanpa ilmu tidak ada tolak ukur suatu amal.

Amal akan tertolak :

  1. Amal tanpa Iman
  2. Amal tanpa Ilmu
  3. Amal tanpa keikhlasan

Inilah asbab tertolaknya amal.

Nasehat 83 :

Sebagiamana amal akan tertolak tanpa iman, maka amalpun akan tertolak tanpa ilmu. Begitu juga amal tanpa keikhlasan akan tertolak. Pertanyaannya bukan hanya ikhlasan dia dalam beramal tetapi juga bagaimana amal itu dia lakukan. Sebagaimana derajat amal dalam ikhlas, begitu pula derajat ilmu dalam amal.

Fardhu antara Sholat dan Ilmu tidak ada perbedaanya, sama-sama Fardhu. Setiap orang beriman baik laki-laki ataupun perempuan sama-sama Fardhu mencari ilmu.

Fardhu Ain :

  1. Memperbaiki Iman
  2. Menegakkan Sholat
  3. Mencari Ilmu

Nasehat 84 :

Hari ini orang-orang berpikir bahwa ilmu itu hanya untuk ulama saja, tidak seperti itu. Mencari ilmu itu fardhu bagi semua orang islam. Orang-orang berpikir yang namanya alim itu, atau ulama, adalah orang-orang yang lulus dari pondok. Padahal dijaman sahabat ra tidak seperti ini. Setiap orang sahabat ra yang berhubungan dengan perintah-perintah Allah swt yang ada dalam pekerjaan dan kehidupan mereka, maka mereka akan mencari ilmunya. Inilah sahabat ra, dan inilah yang dikatakan Alim. Orang yang mencari tahu apa yang Allah swt inginkan dari saya dan apa yang Allah swt tidak inginkan dari saya, itu juga merupakan orang-orang Alim. Inilah yang dikatakan alim.

Orang berpikir bahwa orang Alim itu adalah orang yang mengetahui Halal dan Haram dalam Muamalah dan Muasyarah. Ahli Ilmu adalah orang-orang yang menyibukkan diri dengan perkara apa yang Allah swt inginkan dari diri saya. Inilah yang dimakud dengan menyibukkan diri dalam ilmu yaitu sibuk mencari tahu perkara yang Allah inginkan dari saya.

Hadits 85 :

Dalam dakwah kita harus dapatkan Ikhlas. Ikhlas terhadap Allah swt yaitu mencegah diri dair perbuatan yang haram. Keikhlasan sholat yaitu mencegah diri dari perbuatan yang mungkar. Mencari ilmu pun harus ikhlas.

Ilmu ada 2 berdasarkan Hadits shahih :

  1. Ilmu di lidah
  2. Ilmu di hati

Ilmu Lidah adalah yang ada di otak kita. Lidah kita akan berjalan sesuai dengan pengetahuan di otak kita. Apabila ilmu sudah masuk maka seluruh anggota badan akan berjalan menurut ilmu tersebut bukan hanya lidah saja. Kalau pengetahuan itu lidah saja yang bergerak, badan tidak. Sedangkan ilmu hati dia akan memikirkan : apa yang Allah swt kehendaki dari diri saya, lidah saya, mata saya, mulut saya, pendengaran saya, tangan saya. Semua anggota badan berjalan berdasarkan ilmu dari keinginan Allah swt atas diri saya.

Ilmu di lidah bisa menjadikan orang tersebut mendapat musibah, sedangkan ilmu dalam hati akan memberikan manfaat kepada orang tersebut. Ilmu di lidah akan menjadi hujjah bagi orang tersebut, sedangkan ilmu di hati akan menjadi manfaat bagi orang tersebut.

Nasehat 86 :

Inilah dakwah kita ingin mengeluarkan orang tersebut dari kejahilan. Keluar di jalan Allah swt ini berhubungan dengan ilmu dan dzikir.

Maulana Ilyas Rah.A mengatakan :

“Tanpa ilmu apabila dilakukan dzikir, maka syetan akan menggunakan orang-orang sufi yang jahil.”

Setan akan mengatakan sudah jangan lakukan yang lain kamu cukup dzikir saja. Bahkan orang-orangpun berkata : kamu ini wali, saya ingin cium tanganmu, minta doa, dll. Apakah seorang wali hanya orang yang berdzikir sepanjang waktu lalu dikeramatkan banyak orang. Wali Allah bukan lah orang hanya berdzikir kepada Allah swt selama 24 jam.

Wali Allah itu adalah orang yang senantiasa mencari tahu dan mengamalkan apa yang Allah swt inginkan dari dia. Jika tidak seperti ini maka yang tercipta bukan wali tapi kejahilan dan kebodohan.

Maulana Ilyas katakan :

“Syetan akan menggunakan para Ahli Sufi yang jahil untuk membawa orang-orang kepada kesesatan dan kejahilan.”

Nasehat 87 :

Dzikir

Fas’ alu ahla al-dzikir in kuntum la ta’lamun”

Artinya :

“Maka bertanyalah kepada ahli dzikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahuinya.” (QS.16:42).

Ilmu itu adalah dzikir. Jika kamu tidak tahu tanyalah kepada Ahli dzikir. Apakah ahli dzikir disini yang dimaksudkan adalah orang yang senantiasa berdzikir selama 24 jam ? tidak bukan itu. Ahli dzikir yang dimaksudkan disini adalah Ulama. Jika tidak tahu tanyakan kepada Ulama. Kenapa Ulama dibilang Ahli Dzikir ? karena Ulama ini adalah orang yang paling banyak tahu apa mau Allah swt atas dirinya, yang paling Alim keilmuannya.

Siapa itu Ulama ? Apakah Ahli Dzikir 24 jam. Sedangkan disini Ahli Dzikir dikatakan sebagai Ulama. Ilmu itu adalah setiap kehendak Allah swt atas dirinya selama 24 jam, itulah ilmu. Alim itu adalah orang yang menyibukkan diri atas perkara yang Allah swt mau pada dirinya selama 24 jam. Ulama adalah orang yang mengetahui keinginan Allah swt selama 24 jam.

Fas’ alu ahla al-dzikir in : Tanyakan kepada Ulama

Bertanyalah kepada Ulama bukan bertanya kepada orang-orang sufi. Maksud ayat disini adalah orang yang memiliki dzikir ini adalah orang yang memiliki ilmu. Ini karena Ilmu adalah dzikir. Jadi ulama itulah yang ahli dzikir yaitu orang yang sibuk dalam perkara yang Allah swt kehendaki atas dirinya. Jangan bertanya kepada ahli sufi yang jahil, namun tanya kepada ulama jika kamu tidak mengetahui.

Maulana Ilyas katakan :

“Syetan akan menjadikan orang sufi yang Jahil sebagai kendaraan untuk melakukan kerja-kerja syetan.”

Asbab kejahilan, kebodohan, syetan menyesatkan manusia dari amal besar ke amal kecil dengan menggunakan tangan ahli sufi yang jahil. Melalui mereka maka syetan mengusahakan terjadinya kerusakan.

Nasehat 88 :

Dzikir bukanlah sebuah nama dari tasbihat atau wirid. Namun dzikir itu adalah apa yang Allah swt kehendaki atas diri saya selama 24 jam. Inilah yang dikatakan sebagai dzakir yaitu orang yang senantiasa ingat kepada Allah swt dan cari tahu apa mau Allah swt atas dirinya. Jadi Ilmu itu adalah dzikir dan dzikir itu adalah Ilmu. Jika tidak seperti ini, bahwa dzikir hanya disamakan dengan orang yang tasbihat, maka orang yang berdzikirpun ada yang meninggalkan Fardhu, apalagi sunnah. Banyak kejadian dikalangan sufi yang jahil seperti ini, mereka meninggalkan yang fardhu buat tasbihat. Sebagaimana yang syetan mau :

“Sudah duduk disini berdzikir saja jangan kemana-mana.”

Padahal Allah swt mengatakan bahwa : “Sholat itu adalah Dzikir Akbar.”

Wala Dzikkurullahi Akbar : Sholat itu adalah dzikir yang besar. ( 29:45 )

Kalau tidak ada ilmu, syetan akan gunakan dia meninggalkan amal-amal besar. Jangan kemana-kemana, duduk dzikir saja, ini kerja syetan.

Nasehat 89 :

Iqrom

Ilmu itu dzikir, dan Iqrompun dzikir juga. Iqrom pun adalah dzikir yang paling besar juga. Jika kamu tidak bisa menjaga dzikir dalam Iqrom ini maka pada hari kiamat nanti seluruh kebaikan-kebaikan kamu akan diambil oleh orang lain.

Mubayin, Maulan Saad :

“Iqrom itu adalah mengingat Allah swt dalam menunaikan hak-hak orang lain.”

Iqrom itu adalah dzikir dalam menunaikan hak-hak mahluk Allah swt. Inilah dzikirnya Iqrom. Iqrom itu sendiri adalah dzikir yang besar.

Mubayin Maulana Saad :

“Allah swt akan mengampuni kita dalam hal kekurangan kita menunaikan Hak Allah swt. Namun Allah swt tidak akan mengampuni kita dalam hal kekurangan kita menunaikan hak mahluk Allah swt.”

Jika dia tidak menunaikan hak orang lain dengan benar maka semua ibadah dia dan perbuatan amal baik dia akan diambil oleh orang lain. Semua amal dia yang besar, pahala Ibadah : Puasa, Haji, Sholat-sholat dia, ini akan dibawa oleh orang lain sebagaimana membawa bukit yang sangat besar asbab dia tidak menunaikan hak saudaranya. Dia membawa seluruh amal-amal dia yang besar di akherat hanya untuk diberikan kepada orang lain. Mujahaddah buat amal di dunia, menderita, susah payah, hanya untuk memberikan amal tersebut kepada orang lain di akherat. Ini bangkrut namanya dunia susah dan akherat tidak dapat apa-apa.

Nasehat 90 :

ILMU

Ilmu akan menjadi kedzulumatan, kegelapan, jika tidak ada dzikir. Ilmu juga bisa membuat orang sesat jika tidak ada dzikir. Tanpa dzikir, ilmu hanya menjadi kedzulumatan saja. Begitu gelapnya kedzulumatan itu, walaupun dengan ilmu orang tersebut tetap akan tersesat.

Jika begini walaupun ada ilmu orang tetap akan rusak. Syetan tetap akan bisa merusak orang tersebut dengan keilmuannya.

Allah swt berfirman :

Waman ya’su andzikri rahmani nukhoyyid lahu syaithonan fahuwa lahu qoriin

Artinya :

“Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (43:36)

Jadi barangsiapa yang berpaling dari dzikir, maka syetan akan bersama dia. Dan syetan tidak akan meninggalkan dia.

Nasehat 91 :

Hari ini setiap orang memahami bahwa segala perkara yang menghasilkan itu adalah ilmu. Orang Yahudi dan Nasrani mengajarkan bahwa bukan hanya Quran dan Hadits yang namanya ilmu, tapi semua yang menghasilkan itu adalah ilmu. Ada ilmu bintang, ilmu bumi, ada ilmu alam, ilmu fisika, ilmu benda-benda, semua ini bagi orang kafir adalah ilmu juga. Mereka mengatakan jika orang islam tidak mempelajari ilmu ini maka orang islam akan tertinggal, menjadi terbelakang. Jadi yang memberi kepahaman seperti ini adalah orang kafir : Yahudi dan Nasrani. Siapa yang diberi kepahaman macam ini ? orang-orang islam. Kini orang islam kepahamannya sudah demikian pula.

Kepahaman macan ini telah disuntik oleh orang yahudi dan nasrani kepada orang-orang yang memiliki pendidikan dan kepada ulama juga. Apabila kamu jahil terhadap dunia maka kamu telah kehilangan satu pelajaran dari ilmu, ini pendapat mereka.

Semua manusia hari ini mengatakan :

“Kedokteran, Science ,dan Technologi, merupakan bagian dari ilmu.”

Inilah kejahilan yang paling besar. Ilmu itu adalah syariat, selain dari itu hanyalah seni saja. Semuanya selain syariat adalah seni/keahlian atau Funun, selain dari Syariat. Kedokteran adalah seni / keahlian, Science itu adalah seni/keahlian, Technology itu adalah seni/keahlian, Ekonomi itu adalah seni/keahlian. Jika kita mengatakan semua itu adalah ilmu, maka inilah kejahilan yang paling besar.

Mubayyin Maulana Saad :

Jika segala sesuatu yang bisa menghasilkan kita nisbatkan sebagai ilmu maka ini adalah pemikiran yang paling Jahil.

Dalam dakwah kita tidak melarang orang jika ingin menghasilkan sesuatu, ini hanya merupakan suatu keperluan saja, bukan maksud. Keperluan untuk beberapa waktu saja. Keperluan yang dihasilkan dari pengelaman-pengalaman. Maka pengalaman inipun akan menemui kegagalan juga.

Dokter-dokter yang ada hari ini mereka mentertawakan dokter-dokter di masa lampau. Ahli teknologi yang ada hari ini, mereka mentertawakan ahli teknologi dimasa lampau. Karena apa ? yang lampau sudah tertinggal, ketinggalan zaman, menjadi pengalaman masa lalu saja. Apa yang mereka dapatkan dahulu sudah tertinggal dengan apa yang sudah didapatkan saat ini. Ini bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengalaman dan keahlian.

Nasehat 92 :

Ilmu itu adalah semua perkara syariat. Syariat itu adalah semua perkara yang Allah swt inginkan dari saya.

3 pertanyaan dalam Kubur :

  1. Mengetahui tentang Ketuhanan : Allah swt
  2. Mengetahui tentang Utusan : Nabi Saw
  3. Mengetahui tentang Syariat : Islam

Selain dari ini adalah bukan ilmu. Mengetahui perkara ini yang dimaksudkan adalah secara amal bukan lisan saja atau pengetahuan saja. Jika wujud amal maka dia bisa menjawab secara benar dalam kubur.

Maulana Ilyas rah.a katakan :

“Menjawab pertanyaan di dalam kubur itu adalah dengan keyakinan bukan dengan pengetahuan.”

Hari ini banyak orang yang mengaku saya tahu Allah itu Tuhan. Saya tahu apa yang Islam ajarkan. Saya tahu Muhammad itu adalah Nabi Saw. Namun berapa banyak yang mengamalkannya.

Mubayyin Maulana Saad :

“Orang macam ini yang hanya Tahu Namun tidak ada Amal, maka dia tidak akan bisa menjawab pertanyaan dalam kubur. Ketika ditanya didalam kubur dia akan menjawab : Saya tidak tahu.”

Kenapa ? dia hanya membawa pengetahuan bukan membawa ilmu. Ilmu itu adalah perkara yang diamalkan bukan hanya diketahui. Ilmu itu persamaannya adalah Ketaatan. Jadi ilmu itu adalah ketaatan, sedangkan pengetahuan bukanlah dikatakan ilmu. Kalau hanya sekedar pengetahuan, tahu saja, maka orang-orang kafirpun juga bisa mempelajarinya. Jika begitu apakah kita bisa memanggil orang-orang kafir itu sebagai orang alim atau ulama, tidak bisa.

Satu orang kafir mengetahui tentang pelajaran tentang ilmu al quran apakah kita bisa memanggilnya sebagai orang alim ? orang non muslim tahu tentang syariat apakah dia termasuk orang alim atau ulama ? tidak bisa.

Mubayyin Maulana Saad :

“Ilmu itu datang dengan Iman”

Hadratji menyampaikan :

“Jika ilmu itu berupa pengetahuan maka orang kafirpun bisa mempelajarinya.”

Nasehat 93 :

Sekarang semua orang ada dalam kejahilan seperti ini yaitu mereka mempercayai bahwa segala sesuatu yang menghasilkan itu adalah ilmu. Ilmu disamakan dengan pengetahuan, padahal ilmu itu adalah berdasarkan pengamalan.

Ilmu :

  1. Orang Kafir, ilmu itu adalah pengetahuan atas segala sesuatu yang menghasilkan
  2. Orang Beriman, Ilmu itu adalah pengamalan dari syariat.

Orang beriman :

  1. Ilmu itu berdasarkan pengamalan.
  2. Ilmu itu adalah syariat : segala sesuatu yang Allah swt inginkan dari kita
  3. Ilmu itu datang dengan keimanan bukan dengan pengetahuan

Orang Kafir :

  1. Ilmu itu adalah keahlian / Seni
  2. Ilmu itu adalah kumpulan pengalaman
  3. Ilmu itu adalah segala sesuatu yang menghasilkan : Science dan Technology

Bagi orang kafir science dan tecnology adalah ilmu, begitu juga bagi mereka syariat juga ilmu. Syariat bagi mereka juga menghasilkan pengetahuan terhadap sesuatu, maka itu termasuk bagian dari ilmu. Tidak bukan seperti ini yang dimaksud dengan ilmu.

Ilmu itu adalah apa-apa yang Allah swt inginkan diri kita. Sedangkan seni atau keahlian dunia itu perkara yang berbeda bukan ilmu.

Nasehat 94 :

Orang-orang hari ini sangat bangga dengan pendidikan mereka dalam science dan technology. Mereka merasa sudah mencapai derajat yang tinggi jika sudah menguasai ilmu science dan technology. Ini aneh tapi nyata, orang islam justru berbangga terhadap kemahiran mereka dalam perkara ini. Mereka memperkenalkan diri mereka dengan penuh kebanggaan : “Saya dokter”, “saya Insinyur”, “Saya Engineer”, dll.

Sesungguhnya yang pantas membangga-banggakan diri itu adalah ULAMA, jika ada perkara yang demikian. Ini karena para Ulama akan mendapatkan tingkat kedudukan yang sangat tinggi sekali di hari kiamat. Orang-orang yang dibawah akan melihat keatas kepada tempat-tempat yang tinggi disediakan Allah swt untuk ulama.

Padahal di dalam Al Quran Allah swt mengatakan bahwa :

“membangga-banggakan suatu keahlian dunia ini adalah tabiat kekafiran.”

Midzatul Kufron : Tabiat kekafiran yaitu berbangga-bangga dengan keahlian dunia, seni dunia, kemahiran dunia.

Hadits Qudsi :

“Allah swt membangga-banggakan hambanya dihadapan para malaikat. Yaitu mereka yang sibuk dalam majelis ilmu.”

Hendaknya kita mampu membedakan antara ilmu dan kejahilan.

Nasehat 95 :

Nabi saw sampaikan :

“Saat ini pintu Allah swt masih terbuka andaikan kalian bisa melihat pintu tersebut. Bagaimana Allah swt membangga-banggakan hambanya dihadapan para malaikat. Yaitu orang yang menyibukkan dirinya dalam majelis ilmu” (mahfum hadits)

Ini bukanlah suatu khayalan Allah swt membangga-banggakan orang yang sibuk dalam majelis ilmu. Allah swt membangga-banggakan hambanya dihadapan para malaikat yaitu orang yang sibuk didalam mesjid menghadiri majelis ilmu. Sampai sampai nabi saw berharap mereka bisa melihat dari pintu Allah swt bagaimana Allah swt membangga-banggakan orang yang sibuk dalam mejelis ilmu.

Namun hari ini orang-orang justru berbangga dengan pendidikan dan gelar dari keahlian keduniaan mereka. Mereka diperkenalkan, dilatih untuk mendapatkan kemahiran dan keahliaan keduniaan. Padahal membangga-banggakan keahlian dunia ini merupakan tabiat dari kekafiran. Ilmu akheratlah yang seharusnya kita banggakan bukan seni dunia.

Allah swt sampaikan di dalam Al Quran bahwa seluruh kaum-kaum melecehkan nabi-nabi mereka dengan kemahiran atau keahlian yang mereka miliki. Kaum ahli ekonomi, kaum ahli arsitektur, kaum ahli kesehatan, kaum ahli pertanian, mereka membangga-banggakan keahlian mereka dan mengingkari para nabi. Inilah tabiat kekafiran yaitu berbangga-bangga dengan keahlian dunia mereka. Padahal para Nabi membawa ilmu sedangkan mereka membanggakan keahlian / seni.

Mereka orang kafir berkata : sesungguhnya saya mendapatkan harta bukan karena Allah swt melainkan karena kemampuan saya.

Jadi ilmu adalah apa yang Allah swt inginkan dari saya. Hari ini orang-orang sudah memasukkan dunia dalam ilmu. Sehingga mereka berpikir bahwa ilmu itu ada ilmu dunia dan ilmu agama, kedua-duanya bagian dari ilmu. Inilah kejahilan yang paling besar.

Nasehat 96 :

Umar ra berkata, “Saya telah membaca al quran, mempelajari al quran, saya telah mempelajari sunnah, dan saya bersama nabi saw.”

Bahkan syaidina Umar RA ini juga telah mendapatkan banyak ilham dari Allah swt dalam memutuskan perkara ummat. Siapa yang diberi ilham oleh Allah swt ? Syaidina Umar RA. Banyak sekali ayat-ayat quran yang turun asbab Umar RA. Ada 20 perkara yang menyebabkan turunnya ayat yang isinya sesuai dengan keinginan Umar RA. Wahyu yang turun sesuai dengan keinginan Umar RA.

Kisah Umar RA :

Umar RA berkata kepada Nabi saw : “Ya Rasullullah hendaknya secepatnya minuman Khamr ini diharamkan. Sholat sudah mulai rusak asbab khamr, majelis-majelis juga rusak asbab khamar, maka haramkanlah segera khamr ini.”

Maka Nabi saw katakan kepada Umar ketika itu : “Wahai Umar bagaimana saya bisa mengharamkannya sementara Allah swt menghalalkannya. Kalau khamr ini haram maka Allah swt sudah mengharamkannya.”

Asbab pemikiran umar ini dan pembicaraan Umar RA dengan Nabi saw mengenai Khamr, maka turunlah ayat berupa perintah mengharamkan Khamr. Wahyu turun yang isinya sesuai dengan keinginan Umar RA.

Begitu juga mengenai Hijab, ayat tentang hijab ini turun asbab dari keinginan umar ra. Umar berpikir tidak baik istri-istri orang beriman berada di depan orang lain tanpa hijab, ini perkara yang tidak baik sekali. Maka asbab fikir umar ra ini maka Allah swt turunkan ayat mengenai hijab. Minuman keras diharamkan, Hijab penutup bagi wanita, dan banyak yang lain lagi, ayat-ayat ini turun asbab umar ra.

Umar ra adalah mulham yaitu orang yang mendapatkan ilham dari Allah swt. Maka umar ra bilang bahwasanya semua telah saya pelajari, bahkan kitab taurat juga. Perintah Allah swt kepada Nabi Musa AS, itulah yang saya, umar ra, pelajari. Umar RA apa yang disampaikan kepada Nabi saw dan apa yang disampaikan kepada Musa AS, merupakan perkara yang sama, datang dari Allah swt. Ini karena Nabi Musa AS adalah Kalimullah, perkataan Allah swt, bisa bicara langsung dengan Allah swt. Semua isi kitab taurat telah dipelajari dan dibaca oleh Umar RA. Tatkala umar ra membawa kertas-kertas Taurat tersebut kehadapan Nabi saw, Nabi saw bertanya :

“Wahai Umar apa itu yanga da ditanganmu.”

Umar menyampaikan kepada Nabi saw dengan senang :

“Ya Rasullullah saw, ilmuku sudah bertambah. Saya telah mempelajari kitab Taurat ini sehingga ilmuku telah bertambah.”

Maka begitu marahnya Nabi saw, sehingga beliau langsung perintahkan seluruh sahabat RA untuk berkumpul. Kesalahan dilakukan oleh satu orang tapi yang dikumpulkan semuanya oleh Nabi saw. Satu perkara yang salah dilakukan oleh seseorang maka secara ijtimai harus dilarang. Jika umar RA sudah punya pikiran seperti ini maka yang lain akan berpikiran yang sama. Jangan ada pemikiran bahwa orang bisa mendapatkan manfaat diluar sunnah, pikiran seperti ini harus dihilangkan. Maka semua sahabat ra telah berkumpul mendekati mimbar. Nabi saw berdiri dan mulai bayan didepan mimbar. Begitu marahnya Nabi saw, sehingga orang-orang Anshor datang membawa pedang-pedang mereka. Siapa yang membuat Nabi saw marah ? yaitu Umar RA. Begitu marahnya orang-orang anshor sehingga mereka berkata kami akan balaskan kemarahan Nabi saw. Orang Anshor tidak terima dengan orang yang menyebabkan kemarahan Nabi saw begitu hebatnya. Sehingga mereka berpikir ini Nabi saw marah karena disakiti hatinya, ini yang membuat mereka marah lalu membawa pedang. Mereka berkata :

“Siapa yang telah membuat Nabi saw susah !!”

Jadi Nabi saw marah kepada siapa ? marah kepada syaidina Umar RA. Apa kata Nabi saw kepada Umar RA :

“Hai Umar, Apakah tidak cukup ilmu yang saya bawa ini kepada kamu ?”

begitu marahnya Nabi saw dalam bayannya beliau sampaikan :

“Andaikata Musa AS hari ini ada disini bersama kita, maka tidak ada jalan untuk dia agar bisa selamat selain mengikuti Saya. Jika kamu mengikuti cara Musa AS sesungguhnya kamu akan sesat. Apakah Al Quran ini tidak cukup untuk kamu ?”

Perkara yang diturunkan kepada Musa AS ini juga dari Allah swt, dan yang mempelajari seorang Alim besar siapa ? yaitu syaidina Umar RA. Namun sebagaimana hari ini kita bilang bahwa semua keahlian dan seni ini adalah ilmu, maka nanti pada hari kiamat kita akan menghadapi marahnya Nabi saw kepada Umar ra.

Satu perkara mengenai keahlian yang dianggap ilmu dan sedangkan satu perkara lain adalah yang dipelajari oleh Umar RA karena memang ilmu, namun lihat bagaimana marahnya Nabi saw. Keahlian dipelajari dari awal dan menghasilkan dunia dianggap ilmu. Sedangkan yang datang dari Allah swt sebagai ilmu tidak dipelajari. Umar RA mempelajari yang datang dari Allah swt saja, ini saja sudah membuat Nabi saw marah besar karena bukan dari sunnah atau arahan Nabi saw. Apalagi mengenai funnun, seni atau keahlian yang dianggap bagian dari ilmu. Inilah yang namanya kejahilan membangga-banggakan keahlian atau seni ini yang merupakan tabiat kekafiran. Terhadap orang-orang islam seperti ini bagaimana nasib mereka nantinya pada hari kiamat.

Nasehat 97 :

Bawalah ilmu ini keseluruh alam. Kenapa Ulama harus keluar 1 tahun ? ini untuk membawa ilmu itu bergerak. Sehingga dalam ilmu tersebut ada kedalaman pemahaman yang datang. Ulama membawa ilmu keluar di jalan Allah swt bergerak. Membawa ilmu keluar dijalan Allah swt ini agar tercipta kefahaman yang dalam atas ilmunya.

Ada yang mengatakan ulama jangan keluar karena dia sibuk mengurus madrasahnya. Tidak seperti ini. Di jaman sahabat ini semua sahabat baik yang ulama ataupun yang bukan 100% mereka semuanya pergi di jalan Allah swt. Kenapa ? ini karena ilmu dibawa sebagaimana awan membawa air. Sehingga setiap tanah dari bumi ini mendapatkan bagian dari air. Inilah fadhilah jika ulama dibawa begerak.

Ulama bergerak ada 2 faedah :

  1. Mendatangkan kedalaman pemahaman atas ilmu.
  2. Memberikan manfaat ke setiap tempat yang didatangi.

Allah swt memberikan ilmu adalah orang-orang yang membawa ilmu ini seperti awan. Dia bergerak sebagaimana awan memberikan manfaat dan tafaqquh fiddin, pemahan yang dalam atas agama. Namun para ulama ini jangan keluar dalam waktu yang sama karena masih ada bagian-bagian agama yang lain yang harus dijalankan. Namun semua tetap harus keluar para ulama.

Ini karena para ulama, ilmunya ini bagaikan ai. Dan air amanahnya harus disalurkan kepada kebun, sawah, lembah, binatang, dan lain-lain, semua mendapatkan manfaatnya. Tanpa air maka petani tidak akan tenang. Namun jika air turun berupa hujan ini namanya air yang berkah. Air hujan itu bersih dan suci.

Nasehat 98 :

Sebanyak apa kita buat pengorbanan atas sesuatu benda maka sebanyak itulah benda itu akan bertambah.

Contoh :

Kambing berapa banyak bisa melahirkan anak kambing ? cuman 1 atau 2 anak kambing. Coba lihat perternakan kambing berapa banyak mereka punya ? ada yang 100, ada yang 200, ada yang 300, kambing. Begitu banyak lewat tahun sudah tidak terhitung. Coba lihat anjing berapa banyak dia melahirkan anak ? bisa sampai 8 atau 10 ekor.

Berapa banyak keperluan manusia maka dengan itu kami akan berikan keberkahan padanya. Allah swt memberikan memberikan keberkahan menurut kebutuhan manusia.

Nasehat 99 :

Ulama keluar di jalan Allah swt agar bisa mendapatkan pemahaman yang dalam atas ilmunya. Supaya dalam ilmunya dapat kefahaman yang dalam. Caranya bagaimana ? keluar di jalan Allah swt. Lalu yang lain adalah untuk memberikan manfaat kepada ummat. Memberi peringatan kepada kaumnya. Allah swt telah jadikan ulama seperti awan yang bergerak sedangkan ummat seperti bumi.

Hari ini kita berpikir bahwa yang diajarkan hanya orang-orang yang tidak berilmu, tidak demikian. Dalam ilmu kenabian, semua manusia mendapatkan dakwah dari Nabi saw. Nabi memberikan pengajaran secara umum.

Nabi saw membuat usaha atas :

  1. abu thalib ra –> tidak masuk islam
  2. abu hurairah ra –> jadi Muhaddits besar

Ada 3 jenis tanah :

  1. Tanah yang kering tidak ada air.
  2. Tanah yang menyerap air.
  3. Tanah yang mengumpulkan air.

Ketika awan lewan menghujani tanah semuanya kena. Semua tanah kena air hujan baik yang kering, yang menyerap, dan yang mengumpulkan air. Nabi saw memberikan ilmu kepada para Sahabat ra namun mereka tidak hanya diam ditempatnya saja. Mereka yang mendapatkan ilmu bergerak kepada ummat. Abu Hurairah ra juga membuat jaulah taklim di pasar. Siapa abu hurairah ra ? Muhaddits yang paling besar, syaikhul hadits. Jangan berpikir sebagai ulama ini bukan kerjaan kami, ini kerjaan kalian saja yang bukan ulama pergi keliling-keliling, tidak, bukan seperti itu. Ulama pun bergerak sebagaimana Abu Hurairah RA , syaikhul hadist bergerak, jaulah. Para sahabat semua sibuk dalam ijtimai, bergerak buat jaulah taklim. Sebagian berada di dalam mesjid membuat halaqah taklim : diajarkan Al quran, hukum halal dan haram. Jadi bukan hanya Ulama yang di mesjid dan orang bodoh yang keliling, tidak seperti ini. Orang Jahil buat jaulah, orang Alim di mesjid saja, bukan, tidak seperti itu. Inilah ushul dari sahabat ra.

Nasehat 100 :

Semua orang di luar dakwah mengkriti bahwa orang dakwah ini suka berlebih-lebihan. Kenapa ? ini karena mereka tidak melihat sahabat ra. Kehidupan mereka sudah jauh dari kehidupan sahabat ra makanya mereka mengkritik. Mereka tidak memandang kepada orang-orang yang seharusnya kita contoh yaitu para sahabat ra. Hendaknya kita bawa kehidupan kita, pandangan kita, kepada sahabat ra. Kerja kita adalah kerja mencontoh sahabat ra. Selaind ari sahabat ra kita tidak mengenal siapapun. Kita hanya mencontoh sahabat ra, ikut-ikut sahabat ra.

Abu Hurairah RA telah buat jaulah taklim di kampung dia madinah, mengajak orang-orang dari pasar masuk kemana ? kedalam mesjid. Di mesjid ada apa ? Halaqah Taklim. Muhaddits besar buat kerja seperti ini.

Nasehat 101 :

Nabi saw pun bermujahaddah dalam dakwah melewati berbagai rintangan. Dalam menyampaikan nabi saw bertanya kepada sahabat ra : “Apakah telah aku sampaikan ?” bukan perkataan: “saya telah sampaikan”, tidak bukan seperti itu. Ini nabi saw bertanya apakah telah aku sampaikan ini karena nanti hari kiamat Allah swt akan bertanya kepada beliau. Makanya para sahabatlah yang menjawa “Ya, engkau telah menyampaikan kepada kami.” Kalau kamu belum sampaikan, segeralah sampaikan begitu perkataan nabi saw kepada para sahabat ra dalam menyampaikan. Ini karena ada rasa takut dalam diri nabi saw akan perkara ini. Namun hari ini kita hadir disini tidak ada rasa takut sama sekali. Kita merasa yang sudah disampaikan, sudah selesai sampai disini.

Kika hari ini kita bergerak dalam menyampaikan dakwah dan tabligh maka kita tidak ada bedanya dengan pergerakan-pergerakan lain, organisa-organisasi lain. Apa yang mereka lakukan ? kirim undangan, padang iklan, lalu buat acara tabligh akbar. Setelah tabligh akbar selesai tidak ada pergerakan. Sunnah nabi saw bukan seperti itu. Mereka yang hadir dalam majma tabligh, selesai dari majma mereka bergerak menyampaikan kepada yang lain.

Usaha kita ini menyatukan kerja kita sebagaimana kerja sahabat ra. Hari ini lemah sekali persamaan antara kita dengan sahabat ra. Ini karena orang-orang yang mendapatkan hidayah adalah orang-orang yang pandangannya hanya kepada sahabat ra. Bangun persamaan kerja dan gerak sebagiamana sahabat ra : Taklim kita, Musyawarah kita, Jaulah kita, semuanya mengikuti sahabat ra.

Kerja kita ini bukanlah sesuai dengan pengalaman dan fikirn kita , tidak demikian. Namun kerja kita ini membangun persamaan dengan sahabat ra. Cara kita merujuk kepada cara sahabat ra. Sekarang ini kita buat kerja berdasarkan kepantasan, saya tidak pantas kerja ini, kamu yang pantas, bukan seperti itu. Tabligh ini bukanlah organisasi atau pergerakan dimana setiap individu mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Tabligh ini adalah kerja mencontoh sahabat ra, membuat persamaan dengan mereka.

Nasehat 102 :

Umat ini hanya bisa bersatu dengan cara sahabat ra. Jika umat ini menolak sahabat ra maka ummat ini tidak akan pernah bisa bersatu. Walaupun mereka ikut cara wali, cara ulama, cara cendikiawan, tidak akan pernah bisa bersatu jika tidak ikut sahabat ra.

Inilah pentingnya kita bawa kerja kita kepada sunnah dan cara sahabat ra, setiap amal. Membawa ilmu di jalan Allah swt ini adalah sunnah nabi saw dan sunnah sahabat ra. Nabi saw tawajjuhkan ulama-ulama dikalangan sahabat ra, dengan keras, bahkan membentak mereka, jangan sampai ada pikiran bahwa ada cara lain diluar sunnah nabi saw. Jangan sampai ada pemikiran mengecilkan sunnah untuk mencapai derajat ketaqwaan. Bahkan untuk ukuran sekelas nabi ulul azmi sekalipun, seperti Musa AS, maka diapun akan beriman kepada sunnah nabi saw jika mau selamat. Ulama adalah Thalib, yang menginginkan dan Ummat adalah maktruh, yang diinginkan. Bukan sebaliknya ulama menjadi yang diinginkan dan umat menjadi yang menginginkan, tidak seperti ini.

  1. Ulama adalah Thalib : Yang menginginkan
  2. Ummat adalah Makktruh : yang diinginkan

Padahal didalam diri ummat ini tidak ada tholab, tidak ada menginginkan. Ketika ulama ini menjadi tholib, menjadi yang menginginkan, maka ilmu ini akan terus sampai kepada ummat. Dengan begini ilmu akan terus menyebar.

Hadits :

“Hendaknya ulama terus memberikan taklim kepada ummat ini, jika tidak di dunia ini aku akan memberikan hukuman kepada mereka.”

Organisasi dan pergerakan ummat hari ini cenderung bergerak berdasarkan pengalaman dan membuat cara sendiri. Inilah Tanzim namanya kebiasaan dalam pergerakan atau organisasi.

Jalan Dakwah adalah membawa cara kita kepada cara sahabat ra. Dalam muntakhob al hadits telah di rangkum semuanya tidak ada yang tertinggal satupun.

Maulana ilyas Rah.A dan Maulana Yusuf Rah.A tujuan mereka adalah menghidupkan agama sesuai dengan cara sahabat ra.

Oleh sebab itu dipilihlah hadits-hadits dirangkum dalam satu buku Muntakhob al Hadits. Ketika sahabat ra menyampaikan kepada nabi saw bahwa orang-orang tidak mau datang kepada kami untuk belajar, tidak ada keinginan untuk belajar. Sahabat ra mengatakan kami siap untuk mengajar, kami cinta mengajar. Namun Nabi saw tidak menjawab perkataan mereka, nabi saw hanya mengulangi perkataan beliau sendiri.

“Hendaknya ulama terus memberikan taklim kepada ummat ini, jika tidak aku akan memberikan hukuman kepada mereka di dunia.”

Perkataan ini terus di ulang-ulang oleh Nabi saw tanpa menjawab keluhan para ulama di kalangan sahabat ra.

Sahabat ra bertanya kenapa kami harus di adzab, dihukum, dihancurkan ya rasullullah ? apakah karena mereka yang tidak mau belajar ?

“Hendaknya ulama terus memberikan taklim kepada ummat ini, kepada orang-orang jahil, jika tidak aku akan memberikan hukuman kepada mereka di dunia.”

Maka sahabatpun langsung paham jika orang-orang tidak mau datang kepada mereka, berati ulama ini harus pergi mendatangi orang-orang jahil. Diantara sahabat RA kurang lebih ada 70 ulama dikalangan sahabat ra. Maka tatkala nabi saw memilih 70 orang ulama dari kalangan sahabat untuk pergi taskyl. Nabi saw tidak mengatakan kalian ulama duduk disini saja biar mereka yang datang kemari, tidak seperti itu. Nabi saw perintahkan mereka untuk pergi mendatangi orang-orang jahil mengajari mereka.

Maka para ulama dikalangan sahabat ini paham bahwanya yang nabi inginkan adalah jika orang-orang jahil tidak mau datang belajar, maka merekalah yang harus mendatangi mereka. Sehingga asbab arahan nabi saw ini, merekapun minta waktu 1 tahun untuk mendidik mereka dengan mendatangi mereka. Mereka bertekad menjadikan orang-orang jahil menjadi Fuqaha, orang yang faqih dalam perkara agama.

Nasehat 103 :

Hari ini orang merasa kita telah berlebih-lebihan dalam memberikan arahan ini karena mereka tidak memahami perintah Allah swt. Dalam setiap organisasi atau pergerakan bisanya selalu terjadi gesekan atau pertentangan diantara organisasi satu dengan yang lain. Kenapa ? ini karena masing-masing merasa punya cara sendiri-sendiri. Seandainya merka mau mengikuti cara sahabat ra maka tidak akan ada pertentangan. Semua pertentangan terjadi tatkala kita berpaling dari cara sahabat ra dan memikirkan cara masing-masing. Jika kita kedepankan cara sahabat maka semua akan bersatu.

Semua dari kalangan ummat ini diminta untuk bergerak. Jika ulama sudah bergerak maka Allah swt melalui ilmu mereka, maka ummat akan mendapatkan faedah. Dan para ulama ini akan mendapatkan tambahan kepahamanan yang dalam atas ilmu mereka. Sesuatu yang telah menyebar secara umum dalam ummat ini, maka sesuatu itu akan mendatangkan keberkahan. Sebagaimana kambing tadi menjadi berkah terus bertambah karena dibutuhkan ummat. Keluarnya ulama ini dijalan Allah swt ini untuk : Tafakkur fiddeen, untuk mendapatkan kepahaman yang dalam. Kami tidak mengatakan cabang agama yang kamu kerjakan untuk ditinggalkan begitu saja, tidak seperti itu. Hendaknya kamu atur caranya, baru kamu berangkat keluar.

Dakwah itu :

  1. Untuk orang lain Tadzkir
  2. Untuk diri sendiri Tarkiz

Ini adalah perkara yang Haq. Bagaimana setiap orang bisa mendapatkan hakekatnya. Maka ulama yang sudah kelaur 1 tahun, maka berikutnya kita minta untuk keluar tiap tahunnya 5 bulan. Kelaur 5 bulan untuk negeri jauh. Buat musyawarah dengan penanggung jawab markaz kita.

Kepentingan Ulama keluar adalah :

  1. Tafakkur Fiddeen : Peningkatan kedalaman Ilmu Agama
  2. Faedah bagi Ummat : Menyampaikan Amanat Taklim

Bersedia semuanya Insya Allah !!!

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.