Buyaathaillah's Blog

Mudzakaroh Takdir


Mudzakaroh Takdir

Takdir itu ada 2 wilayah :

1. Wilayah Allah : Merancang dan Menentukan

2. Wilayah Manusia : Takdir itu rahasia maka hanya bisa usaha.

Wilayah Manusia :

Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Pernah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalllam berada di satu jenazah, lalu beliau berdiam sejenak, kemudian beliau menusuk-nusuk tanah, lalu bersabda:“Tidak ada seorangpun dari kalian melainkan telah dituliskan tempatnya dari neraka dan tempatnya dari surga”. Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kenapa kita tidak bersandar atas takdir kita dan meninggalkan amal?”, beliau menjawab: “Beramallah kalian, karena setiap sesuatu dimudahkan atas apa yang telah diciptakan untuknya, siapa yang termasuk orang yang ditakdirkan bahagia, maka akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan penghuni surga, adapun siapa yang ditakdirkan termasuk dari dari orang yang ditkadirkan sengsara, maka ia akan dimudahkan untuk mengamalkan amalan penghuni neraka”. (Hadits)

Sesuai dengan hadits nabi ketika sahabat bertanya kalau memang sudah ditentukan untuk apa berusaha ? Nabi bilang beramal aja kan kamu tidak tahu.

Wilayah Allah swt :

Nabi Saw:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. Muslim no. 2653.

Beliau Saw juga menjelaskan:

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ

“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan adalah qalam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya”.  HR. Tirmidzi no. 2155.

“Katakanlah: ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (QS. At Taubah : 51)

Ibarat :

Takdir itu seperti buat bangunan ada perencanaan biaya RAB, gambar, pengerjaan, bahan baku, tukang sampai jadilah satu bangunan atau rumah.

Atau seperti buat film ada naskah dibuat terus Alur Cerita sampai Akhir, ada skrip bicara, ada aktor dan jadilah satu film. Ini semua Allah swt sutradara dan produsernya.

Atau seperti buat Komputer : Allah buat program nya, cara kerjanya, kemungkinan2nya dalam setiap pilihan ya atau tidak / ke kanan atau ke kiri / O atau 1 hingga akhirnya terbuatlah komputer. Semua yg ada di komputer dr cara kerja dan hasilnya dan kemampuannya Allah swt Tahu.

TAKDIR terdiri dari : Perencanaan dan Eksekusi

Perencanaan Allah :

I. Ilmu Allah : IlmuNya itu Azali (Ada dari Awal) dan Meliputi segala sesuatu –> Khazanah Dzat Allah.

1. Allah Tahu yang telah terjadi
2. Allah Tahu yang akan terjadi
3. Allah Tahu yang sedang terjadi
4. Allah tau sesuatu yang tidak terjadi dan seandainnya terjadi seperti apa itu semua ada dalam ilmu Allah swt. (6:28) –> ahli neraka minta dikembalikan Allah sudah tau kalo dikembalikan apa yang akan terjadi Allah swt sdh

II. Lauh Mahfudz : Pena sudah diangkat tinta telah kering (Super Komputer ). Namun Ilmu Allah swt Maha Luas dan tidak semua dicatat dalam Lauh Mahfudz hanya untuk Mahluq ciptaanNya.

Essensi Lauh Mahfudz :

1. Ilmu yang berkaitan dengan penciptaan mahluk sudah Allah tulis di Lauh Mahfudz.

2. Saking sempurnanya perencanaan Allah swt hingga Tidak ada yang luput dari pencatatan di Lauh Mahfudz. Semua pd diri Mahluk tercipta dari pencatatan Allah : baik itu hanya kedipan mata, detakan jantung, bahkan jatuhnya daun dari pohon di malam yang gelap, hingga bisikan hati.

3. Tidak ada keburukan dan kebaikan melainkan sudah tertulis di Lauh Mahfudz.

4. Tertulis 50.000 tahun sebelum segala sesuatu di ciptakan. (27:75)

5. Allahu Ahsanul Khaliqin Allah adalah sebaik baik Pencipta Rencana

Eksekusi :

I. Eksekusi Kehendak Allah swt :

1. Semua yang Allah swt ciptakan akan terjadi hanya menurut kehendak Allah swt. Tidak ada yang keluar dari kehendak Allah swt. Semuanya mengikuti kehendak Allah swt  saja.

–> Iman kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk

Pertanyaan apakah Allah swt mengkehendaki keburukan ?

Jawabnya : iya

Logikanya : Sesuatu yang dikehendaki oleh Allah swt bisa dibagi menjadi 2 :

1. Itulah yang dikehendaki. Umumnya semua kebaikan yang dibuat

Co : Malaikat2, Nabi2, dll

2. Dikehendaki karena ada sesuatu dibaliknya yang Allah kehendaki. Maksudnya kelihatannya buruk tapi ada kebaikan yang ingin Allah munculkan

Ibarat : Dokter memotong amputasi kekihatannya buruk kaki terpotong terpisah dari badan jadi cacat. Tapi dibalik amputasi ada kebaikan agar pasien selamat dari keracunan, menyelamatkan nyawa pasien.

Jadi dari keburukan yang terjadi Allah ingin kita belajar, karena ada hikmah.

Ayat : Surat Al A’raf ayat 96

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Musibah agar manusia sadar akan kesalahannya dan kembali ke jalan yang benar

Contoh : penciptaan Iblis, asbab ada iblis hingga ada ujian keimanan. Asbab adanya Iblis maka ada balasan dan hukuman yang membawa orang ke surga dan ke neraka. Asbab adanya iblis maka akan nampak Maha PengampunNya Allah bagi yang mau bertaubat. Asbab ada Iblis maka akan nampak kekuatan kebaikan dan keburukan seperti Musa AS vs Firaun, Ibrahim AS vs Namruts, Nabi SAW vs Abu Jahal. Bisakah ini dibuat tanpa adanya iblis tentu tidak bisa. Seperti bisakah buat bunderan persegi empat ? Tentu gak bs, bisakan kamu naik dengan turun ? Tentu gak bs. Pertanyaan yg salah mengundang jawaban yang salah. Bisakah Allah ciptakan Allah lain atau mahluk lebih kuat dr Allah swt ? Tentu gak bs.

Inilah hikmah dari keburukan. Hikmah itu ada 2 :

1. Hikmah yang mampu kita fikirkan karena Akal. Umumnya semua kebaikan bisa kita cernai.

2. Hikmah yang tidak mampu kota fikirkan karena tidak sampai kemampuan akal kita. Diluar kemampuan akal mencerna. Kalo ini yang terjadi apa jawaban Allah swt :

Lā yus`alu ‘ammā yaf’alu wa hum yus`alụn Terjemah

Arti: Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai. (Anbiya :23)

Hikmah yang akal kita tidak mampu ini sudah Allah swt kunci, mutlak milik Allah swt. Allah tidak ditanya tentang apa yang DIA perbuat.

II. Eksekusi Penciptaan

1. Allah menciptakan segala sesuatu

Allāhu khāliqu kulli syai`iw wa huwa ‘alā kulli syai`iw wakīl

Arti: Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (39:62)

2. Semua yang ada dalam diri mahluq Allah swt ciptakan dari jasad mahluk, kehendak, dan perbuatan.

Wallahu Kholaqokum Wama Ta’malun

artinya :

Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan.
( 37:96 ).

Lalu bagaimana Hakekat Manusia :

1. Manusia punya kehendak, tidak terpaksa, dan punya pilihan. Kita merasakan ini semua di semua kegiatan kita. Namun ada yang diluar kemampuan kita walaupun kita kehendaki. Co : kita angkat kaki kanan atau kiri bisa kita lakukan, tapi kalau d suruh angkat dua2nya tidak akan bisa, gak mampu.

2. Namun kehendak kita dibawah kehendak Allah swt.

Wa mā tasyā`ụna illā ay yasyā`allāh, innallāha kāna ‘alīman ḥakīmā Terjemah

Arti: Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Al Insaan : 30)

3. Manusia punya Qudroh / Kemampuan tetapi dibawah Qudrah Allah swt.

4. Ini semua yang terjadi ada dalam rancangan Allah

Kaidah Takdir :

1. Takdir yg di Lauh Mahfudz tidak akan berubah. Bagian dr kesempurnaan Allah swt.

2. Takdir dirahasiakan tidak ada yg tau bahkan nabi dan malaikat sekalipun. Sehingga ada hikmahnya :

Jika seorang dapat kesenangan jangan sombong

Jika seseorang dapat musibah jangan terlalu sedih krn semua sdh ditakdirkan

Jika beraktivitas maka bertawakal krn semua sdh d takdirkan

Ketika beramal tidak ujub krn tdk ada yg tau bgmn akhir amal kita. Nabi berkata amal itu terganting akhirnya

3. Semua sudah ditakdirkan dan dikehendaki Allah swt termasuk penghuni surga dan neraka. Namun tidak ada yg apakah sesorang itu ke surga atau neraka. Namun Allah punya aturan yg beramal sholeh msk surga dan beramal buruk msk neraka.

4. Akal dan Indera mempunyai keterbatasan. Akal gak bs menjelaskan ruh, sbgmn mata tidak bs melihat matahari. Akal tidak mampu memikirkan banyak hal maka demikian juga akal kita tidak mampu memikirkan takdir. Inilah kenapa takdir masuk bagian dari rukun Iman. Inilah byk org kafir jaman dulu menolak krn takdir tdk masuk akal mereka.

5. Tidak boleh berdalil menggunakan Takdir jika berbuat salah karena itu berdalil dengan perkara yang kita tidak ketahui

6. Takdir tidak menghilangkan hukum sebab akibat.

Walaupun kenyang sudah ditakdirkan tapi kalo mau kenyang harus menempuh asbab makanan utk mendapatkannya.

Semua sudah ditakdirkan perihal anak dan tidak ada anak. Cuman untuk bisa punya anak harus menempuh sebab kawin.

Semua orang tau ajal sudah ditentukan tapi kalu sakit ingin sembuh maka berobat.

Surga dan Neraka sudah ditentukan, namun kalau mau masuk surga harus beramal sholeh.

WILAYAH MANUSIA

Innallaaha laa yughayyiru maa biqaumin hattaa yughayyiruu maa bi anfusihim. 

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Rad:11)

“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39)

Inilah dalil bawah usaha itu adalah bagian dari bahwa wilayah manusia walaupun ketentuan atau keputusan itu ada ditangan Allah swt

WILAYAH ALLAH SWT

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. Al Hadid: 22)

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 23)

“Hendaklah engkau tahu bahwa sesuatu yang ditakdirkan akan menimpamu, tidak mungkin luput darimu. Dan segala sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu.” HR. Ahmad 5/185.

INGKAR TAKDIR

Dalam menyikapi takdir Allah, ada yang mengingkari takdir dan ada pula yang terlalu berlebihan dalam menetapkannya.

Yang pertama ini dikenal dengan Qodariyyah. Dan di dalamnya ada dua kelompok lagi. Kelompok pertama adalah yang paling ekstrim. Mereka mengingkari ilmu Allah terhadap segala sesuatu dan mengingkari pula apa yang telah Allah tulis di Lauhul Mahfuzh. Mereka mengatakan bahwa Allah memerintah dan melarang, namun Allah tidak mengetahui siapa yang ta’at dan berbuat maksiat. Perkara ini baru saja diketahui, tidak didahului oleh ilmu Allah dan takdirnya. Namun kelompok seperti ini sudah musnah dan tidak ada lagi.

Kelompok kedua adalah yang menetapkan ilmu Allah, namun meniadakan masuknya perbuatan hamba pada takdir Allah. Mereka menganggap bahwa perbuatan hamba adalah makhluk yang berdiri sendiri, Allah tidak menciptakannya dan tidak pula menghendakinya. Inilah madzhab mu’tazilah.
Kebalikan dari Qodariyyah adalah kelompok yang berlebihan dalam menetapkan takdir sehingga hamba seolah-olah dipaksa tanpa mempunyai kemampuan dan ikhtiyar (usaha) sama sekali. Mereka mengatakan bahwasanya hamba itu dipaksa untuk menuruti takdir. Oleh karena itu, kelompok ini dikenal dengan Jabariyyah.

Keyakinan dua kelompok di atas adalah keyakinan yang salah sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya adalah firman Allah (yang artinya) :

Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwir [81] : 28-29).

Ayat ini secara tegas membantah pendapat yang salah dari dua kelompok di atas. Pada ayat,“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak (pilihan) bagi hamba. Jadi manusia tidaklah dipaksa dan mereka berkehendak sendiri. Kemudian pada ayat selanjutnya,”Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” merupakan bantahan untuk qodariyyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh dirinya sendiri tanpa tergantung pada kehendak Allah. Ini perkataan yang salah karena pada ayat tersebut, Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.

Keyakinan yang Benar dalam Mengimani Takdir

Keyakinan yang benar adalah bahwa semua bentuk ketaatan, maksiat, kekufuran dan kerusakan terjadi dengan ketetapan Allah karena tidak ada pencipta selain Dia. Semua perbuatan hamba yang baik maupun yang buruk adalah termasuk makhluk Allah. Dan hamba tidaklah dipaksa dalam setiap yang dia kerjakan, bahkan hambalah yang memilih untuk melakukannya.

As Safariny mengatakan, ”Kesimpulannya bahwa mazhab ulama-ulama terdahulu (salaf) dan Ahlus Sunnah yang hakiki adalah meyakini bahwa Allah menciptakan kemampuan, kehendak, dan perbuatan hamba. Dan hambalah yang menjadi pelaku perbuatan yang dia lakukan secara hakiki.

Dan Allah menjadikan hamba sebagai pelakunya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya) :

”Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah” (QS. At Takwir [81] : 29).

Maka dalam ayat ini Allah menetapkan kehendak hamba dan Allah mengabarkan bahwa kehendak hamba ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak-Nya. Inilah dalil yang tegas yang dipilih oleh Ahlus Sunnah.” 

Jangan Hanya Bersandar pada Takdir Allah

Sebagian orang ada yang salah paham dalam memahami takdir. Mereka menyangka bahwa seseorang yang mengimani takdir itu hanya pasrah tanpa melakukan sebab sama sekali.

Ingatlah bahwa Allah memerintahkan kita untuk mengimani takdir-Nya, di samping itu Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita bermalas-malasan. Apabila kita telah mengambil sebab, namun kita mendapatkan hasil yang sebaliknya, maka kita tidak boleh berputus asa dan bersedih karena hal ini sudah menjadi takdir dan ketentuan Allah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

”Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah pada Allah dan janganlah malas. Apabila kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu berkata: ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah: ‘Qodarollahu wa maa sya’a fa’al’ (Ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya) karena ucapan’seandainya’ akan membuka (pintu) setan.” (HR. Muslim) 

Buah dari Beriman kepada Takdir

Di antara buah dari beriman kepada takdir dan ketetapan Allah adalah hati menjadi tenang dan tidak pernah risau dalam menjalani hidup ini. Seseorang yang mengetahui bahwa musibah itu adalah takdir Allah, maka dia yakin bahwa hal itu pasti terjadi dan tidak mungkin seseorang pun lari darinya.

Dari Ubadah bin Shomit, beliau pernah mengatakan pada anaknya, ”Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu. Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Takdir itu demikian. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak beriman seperti ini, maka dia akan masuk neraka.” (Shohih. Lihat Silsilah Ash Shohihah no. 2439)

Maka apabila seseorang memahami takdir Allah dengan benar, tentu dia akan menyikapi segala musibah yang ada dengan tenang. Hal ini pasti berbeda dengan orang yang tidak beriman pada takdir dengan benar, yang sudah barang tentu akan merasa sedih dan gelisah dalam menghadapi musibah. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk sabar dalam menghadapi segala cobaan yang merupakan takdir Allah.

Lawan Takdir dengan Takdir

Pada suatu hari di bulan Rabiul Awwal tahun ke-8 Hijriyah. Khalifah Umar bin Khattab dan beberapa sahabat Nabi tengah menuju ke negeri Syam. Sesampai di Sargh, di perbatasan Hijaz dan Suriah, mereka bertemu dengan Abu Ubaidah bin Jarrah dan beberapa pemimpin pasukan Muslim dari Syam. Abu Ubaidah mengabarkan adanya wabah penyakit yang menyerang Syam kepada Umar dan para sahabat lainnya..

Wabah itu bernama Tho’un. Pusat wabah ada di kampung kecil bernama Amawas sehingga wabah itu seringkali disebut tho’un Amawas atau wabah Amawas. Kampung itu terletak antara daerah Ramallah dengan Baitul Maqdis.

Umar dan para sahabat menjadi gamang. Mereka pun melakukan musyawarah untuk mengambil keputusan meneruskan perjalanan ke Syam atau balik ke Madinah. Terjadilah perdebatan sengit. Sebagian menyarankan agar perjalanan diteruskan. Sebagian lainnya menganjurkan kembali ke Madinah.

Umar kemudian memutuskan untuk kembali ke Madinah, walaupun masih ada sahabat yang kurang setuju dengan keputusan itu.
Abu Ubaidah yang menjabat gubernur Suriah termasuk yang menolak keputusan Khalifah. Perdebatan pun terjadi. “Saya tidak mau berdebat,” ujar Umar tegas.

“Apakah Anda hendak melarikan diri dari ketetapan Allah?” sergah Abu Ubaidah.

”Ya, kita melarikan diri dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain,” jawab Umar.


Selanjutnya Umar memberi permisalan bahwa jika seseorang membawa sekumpulan unta ke sebuah lembah yang memiliki dua sisi, yang satu subur dan yang satu tandus. “Jika ia memutuskan untuk membawa unta-unta itu ke sisi yang subur, maka itu merupakan takdir Allah dan begitu pula jika ia membawanya ke tempat yang tandus, itu juga merupakan takdir Allah,” katanya.

Maksudnya adalah tidak salah bagi seseorang untuk memilih dan berusaha, karena ia belum mengetahui apa yang akan menjadi takdirnya.
Di tengah perdebatan itu tiba-tiba muncul sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin ‘Auf. Ia terlambat datang karena suatu urusan. Setelah mencermati perdebatan kedua sahabat Nabi itu, ia menengahi.

Abdurrahaman berkata, “aku mengerti masalah ini. Aku mendengar Rasulullah bersabda: ‘Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri’.”

Hadits Nabi di atas mengisyaratkan untuk dilakukannya karantina saat terjadi wabah.Mendengar itu, akhirya Umar mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu beliau pergi

Macam-macam Takdir 1. Takdir Mubram Pengertian dari takdir mubram adalah takdir yang sudah ditetapkan dan tidak dapat diubah lagi meskipun dengan menggunakan segala cara. Pasalnya, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak yang berasal dari Allah SWT. Artinya, manusia tidak bisa menolak atau mengganti terhadap terciptanya takdir mubram ini. Beberapa contoh yang termasuk dalam golongan takdir mubram di antaranya adalah proses kelahiran manusia dari orang tuanya. Seorang anak tidak dapat menentukan tentang bapak atau ibunya karena hal tersebut sudah merupakan ketetapan dari Allah. Selain itu, waktu kelahiran juga tidak bisa dipilih karena merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa. Demikian pula mengenai kematian manusia. Umat manusia tidak bisa mengetahui tentang waktu saat mengalami proses kematian karena hal tersebut merupakan ketetapan Allah SWT. 2. Takdir Muallaq Takdir Muallaq adalah takdir atau ketetapan dari Allah SWT yang dapat diubah oleh umat manusia dengan wujud adanya ikhtiar atau semacam usaha. Artinya, manusia masih diberikan peran dalam mengganti atau merubah terhadap adanya takdir tersebut. Salah satu hal yang dapat dipakai sebagai contoh semisal masalah kemiskinan. Ketika seorang manusia ditakdirkan menjadi miskin, maka ia masih bisa merubah takdir yang sedang dialami tersebut. Yakni dengan jalan bekerja keras agar tidak menjadi miskin seperti sebelumnya. Contoh lainnya adalah sakit. Sakit datangnya dari Allah SWT. Sebagai Maha Pencipta, Allah pasti yang menciptakan adanya penyakit tersebut. Tatkala manusia ditakdirkan kedapatan sakit atau mengalami sebuah musibah dengan adanya penyakit tersebut, maka masih ada kesempatan untuk menghindar dari rasa sakit alias sembuh, caranya yaitu dengan berobat. Kasus lain yang masuk dalam jenis takdir muallaq yakni kesuksesan seorang siswa dalam proses belajar. Ketika ia tekun dalam belajar di sekolah atau dengan sistem daring seperti sekarang, maka prestasi yang diinginkan bisa saja terwujud di kemudian hari. Peran Doa dalam Merubah Takdir Melalui artikel lainnya dengan judul “Pengertian Takdir Mubram dan Takdir Muallaq”, doa mempunyai peran yang cukup besar bagi usaha manusia untuk merubah takdir. Maka, selain dengan wujud ikhtiar atau usaha yang dijalankan, juga dapat disertai dengan adanya doa sesuai dengan keinginan masing-masing agar dikabulkan oleh Allah SWT untuk proses merubah takdir. Dalam kitab Tuhfatul Murid ala Jauharatit Tauhid oleh Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, disebutkan bahwa terdapat kalimat yang menyatakan, doa bermanfaat terhadap apa yang datang dan apa yang belum datang (dari langit). Bala pun akan datang dan bertemu dengan doa. Keduanya (bala dan doa) senantiasa ‘berperang’ hingga hari kiamat. “Doa bermanfaat pada qadha mubram dan qadha muallaq. Perihal yang kedua (qadha muallaq), maka tidak mustahil menghilangkan apa (putusan) yang penghilangannya digantungkan pada doa dan tidak mustahil mendatangkan apa (putusan) yang penghadirannya digantungkan pada doa”. Dari kalimat di atas, dapat disimpulkan jika doa sesuai dengan maksud bisa berperan dalam proses terjadinya takdir muallaq. Yakni dengan cara menghilangkan takdir atau melalui adanya kehadiran dari takdir tersebut.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.