Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi DB : Muasyarah dan Dakwah

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawawi DB

Musyawarah Dunia : Asia Pacific

Sri Petaling Markaz  

Jumat, 11/8/23

Bayan Subuh

Jika kita teliti Quran dan Hadits ada perbedaan pemahaman dalam memahami makna lafadz la illaha illlallah dan keikhlasan dalam mengucapkan la illaha illallah. Sahabat bertanya kepada Nabi saw apa itu iman :

“Siapa yang ucapkan La illaha Illallah dengan Ikhlas maka dia akan masuk Surga”

Lalu sahabat bertanya apa itu Ikhlas ? ini karena sekedar ucapan itu bukanlah keikhlasan. Ikhlas dari kalimat itu adalah ketika dia mampu menghindarkan diri dari perkara yang diharamkan oleh Allah swt. Ikhlas dalam dakwah adalah ketika kita bisa mencegah diri kita dari yang diharamkan.

Perbarui Iman kita karena iman kita akan usang sebagaimana pakaian jadi usang. Iman akan keluar dari hati lebih cepat dari buka baju. Maka perlu kita fikirkan bagaimana Iman kita bisa sampai ke derajat Ikhlas.

Iman dalam hukum syariah menyebar seperti ruh tersebar dalam setiap jaringan dan anggota tubuh. Iman dan rukun syariah ini seperti ruh pada badan. Iman punya keterkaitan dgn setiap perintah : Ibadat, muamalat, dan muasyarat. Sebagaimana Roh punya hubungan dgn setiap bagian pada badan kita. Rambut pada kepala kita, kita cabut 1 helai maka akan terasa sakitnya. Apa sebab ? karena ada ruh dalam kulit rambut kita terhubung dan terkait pada badan.  Gigi dicabut akan sakit karena ada ruh yang terhubung dengan anggota badan kita. Begitu pula kuku juga akan terasa sakit bila di cabut. Iman dalam syariat seperti itu. Syariat tanpa iman seperti badan tanpa ruh. Jika ada iman maka kekurangan dalam syariat akan dirasa di hati. Apabila beramal bikin kamu senang dan bermaksiat bikin kamu susah itulah iman {Mahfum Hadits}. Sebagaimana derajat iman ada dalam tauhid dan akidah, juga ada adalam muamalat, muasyarat, dan cara hidup orang islam. Sehingga iman ada di semua lini kerja orang islam.

Hari ini orang beranggapan ketika saya sudah beribadah maka ini sudah selesai, merasa Ibadah saja sudah cukup. 5 rukun sudah dijalankan : ucapan syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. Tidak perlu memikirkan yang lain lagi. Merasa sudah selesai mengamalkan agama. Islam hanya ibadah saja. Padahal Iman itu berkaitan tidak dengan Ibadah saja tetapi juga pada muamalat dan muasyarat juga. Iman berhubungan dengan cara hidup kita.

Allah swt berfirman : “Ya ayyuhaladzina amanu aminu.” Artinya : “Wahai org beriman, berimanlah.” Maknanya apa ? hendaklah kamu sempurnakan iman kalian. Sempurnakan iman disini adalah menyempurnakan agama.

Nabi katakan tidak sempurna iman kita sebelum menyandarkannya pada yang Nabi saw bawa. Tidak sempurna iman kita sebelum ikut pada Nabi saw, Ittiba’usunnah. Inilah agama. Apabila hari ini kita berfikir bahwa masalah iman itu hanya pada akidah saja, sedangkan meninggalkan sunnah itu tidak apa-apa, maka ini kekeliruan yang fatal. Sebagaimana iman pada akidah, Iman yang ada pada badan juga merupakakan perkara yang sama besarnya. Termasuk cara berpakaian dan pakaian yang kita pakai ini apakah ikut cara islam atau cara diluar islam. Tidak mengikuti cara islam walaupun hanya sekedar berpakaian ini merupakan masalah besar. Tidak ada sunnah dalam hajatnya baik itu dalam berpakainan, makan minum, berdagang, berumah tangga, jika tidak ada sunnah didalamnya maka tidak ada iman.

Derajat Iman dalam yang Fardhu ini sama tingginya dengan derajat iman dalam perkara sunnah, termasuk didalamnya muamalah, muasyarah, dan cara hidup kita. Padahal Iman ini berkaitan dengan setiap perintah Allah swt. Melaksanakan perintah Allah swt secara sempurna bukan sebagaian-sebagaian saja. Sempurna dalam ibadat, muamalat, muasyarat, hajat dan keperluan. Jika ada iman itu semua akan terhubung dari yang fadhu hingga yang sunnah. Hindari semua kesan dan keinginan untuk mengikuti cara hidup diluar islam. Tidak ada sunnah maka tidak ada iman.

Sebagaimana Iman diperlukan dalam hal ibadah begitu juga dalam muamalah, muasyarat, dan cara hidup. Nabi saw menjaga kehidupan para sahabat RA dari syirik,  sama pentingnya Nabi saw juga menjaga cara hidup sahabat dari mengikuti cara hidup orang tidak beriman.

Kesalahan umat hari ini kita suka mengkastakan / menderajatkan amal, ini lebih tinggi itu lebih remdah, ini amal besar itu amal kecil boleh ditinggalkan. Ini adalah kesalahan fatal. Akidah sangat besar amalnya dan ini hanya sunnah kecil muasyarah tidak apa-apa ditinggalkan. Pemikiran seperti ini sudah merusak umat islam dalam beramal, merusak muasyarah umat islam. Padahal Nabi begitu menjaga semua amal sahabat agar tidak terkontaminasi dengan cara orang diluar islam. Nabi saw menajaga sekali cara hidup orang islam, agar terbebas, bersih dari cara orang kafir. Bahkan Nabi menghubungkan Akidah kepada cara hidup walaupun itu kelihatan kecil. Amal yang fadhu sama pentingnya dengan Muasyarah.

Kisah Sahabat RA Kesan dengan Gantungan Pedang

Seorang Sahabat RA kesan melihat apiknya tentara kafir menggantungkan pedang-pedang mereka di di pohon, bisa jadi contoh untuk ditiru tentara islam. Sesuatu yang bagus untuk di adopsi menurut sahabat ini. Maka dia datang kepada Nabi Saw memohon agar cara tersebut boleh di buat kepada pasukan muslimin. Sebagaimana kita hari ini kesan melihat cara dan kehidupan orang kafir. Kita berpikir kalau kita bisa meniru mereka, ini sangat bagus buat kita. Maka apa kata Nabi SAW :

“Permintaan kamu kepada saya ini seperti permintaan Bani Israil kepada Musa AS untuk dibuatkan Patung.”

Lihat bagaimana Nabi saw menghubungkan muasyarah dengan Aqidah.  Nabi tidak bilang itu bukan cara orang islam. Derajat meletakkan pedang yang apik seperti orang kafir disamakan dengan derajat Aqidah dalam islam. Padahal apa sih yang diminta ? hanya cara menggantungkan pedang di pohon, bukan sesuatu yang berbahaya ataupun merusak akidah. Namun lihat bagaimana Nabi saw merespon permintaan sahabat tersebut dengan menghubungkan musyarah, cara orang diluar islam, dengan akidah. Seakan-akan jika muasyarah rusak, maka akidah juga rusak. Nabi saw samakan permintaan sahabat tersebut dengan permintaan Bani Israil menyembah berhala. Sampai begitulah Nabi saw membersihkan cara hidup orang islam agar bersih dari cara hidup orang diluar islam. Namun bagaimana keadaan kita hari ini begitu mudah kita meniru cara hidup diluar islam, seakan-akan kalau maju harus ikut mereka diluar islam.

Inilah maksud bahwa iman itu tidak hanya di Aqidah dan Ibadah tapi menyebar dalam Muamalat, Musyarat, Hajat, dan setiap lini kehidupan dia. Semua dari yang fardhu terhubung dengan yang sunnah, sama pentingnya dan sama besarnya. Nabi bukan hanya menjauhkan umat dari kesyirikan tapi juga menjauhkan umat dari cara hidup orang di luar islam. Muamalat, Muasyarat, cara hidup, bahkan hajat orang islam harus bersih dari orang diluar islam. Selama orang islam masih menginginkan apa yang diinginkan oleh orang diluar islam, maka Allah swt tidak akan tolong umat islam.

Hakekat dari kalimat La illaha Illallah ini bukan hanya terhindar dari yang haram tapi cara hidup kita oleh Allah swt dibedakan dengan cara diluar islam. Tidak boleh sama Inilah Taqwa. Taqwa ini adalah pakaian Iman. Amaliat orang islam tidak boleh sama dengan orang diluar islam, dari ibadah, muamalah, musyarah, cara hidup, bahkan hajat sekalipun.

Kisah Puasa Yahudi 10 Muharram

Suatu ketika Nabi saw bertemu dengan orang yahudi sedang berpuasa. Maka Nabi saw tanya sedang puasa apa kamu. Yahudi berkata saya sedang puasa asyura, 10 muharam, yang dilakukan oleh Musa AS. Maka kata Nabi SAW aku lebih berhak puasa asyura ini dibanding kalian. Namun Nabi saw tidak suka sama dengan ibadah orang diluar islam, maka nabi saw meminta agar menambah puasa juga di tanggal 9 muharam. Sampai begitunya Nabi saw menjaga ibadah agar tidak disamakan dengan ibadah orang diluar islam. Jadi yahudi puasa hanya di 10 muharam, sedangkan Islam puasa di 9 dan 10 Muharam. Walaupun ibadah puasa ada yang serupa dengan yang diluar islam tapi dibedain oleh Nabi saw. Ibadah saja Nabi saw tidak mau sama, begitupula dengan cara hidup. Bahkan dalam mujahadahnya berpuasa antara orang yahudi dan orang islam, nabi saw tidak mau ada persamaan. Dari segi lamanya berpuasa dibedakan oleh Nabi saw.

Kisah Sahabat Izin baca Taurat

Ada seorang sahabat dari kalangan yahudi yang baru masuk islam. Dia minta izin kepada Nabi saw untuk tetap membaca taurat. Padahal ini juga kitab dari langit dan izinnya hanya untuk membaca saja. Asbab ini turun ayat :

Yā ayyuhallażīna āmanu udkhulụ fis-silmi kāffataw wa lā tattabi’ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum ‘aduwwum mubīn

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

( QS Al Baqarah :108 )

Apa yang diminta dan bagaimana Allah swt merespon dari perimintaan sahabat tersebut : “Masuklah Islam secara keseluruhan.” Maknanya jangan ikut setengah setengah, Allah swt ingin umat masuk secara keseluruhan, sempurna, jangan sampai ambil dari cara diluar islam. Padahal Kitab Taurat juga berasal dari Langit. Kita hendaknya memikirkan dan meneliti apa sebenarnya yang Allah swt dan Rasulnya kehendaki di dalam Quran dan Hadit atas perkara Iman. Iman seperti apa yang dikehendaki Allah swt dan rasulnya.

Sahabat RA bertanya kepada Nabi SAW apa itu Iman ? Nabi saw jawab :

Jika didalam hati orang islam tidak ada kerisauan atas perkara tersebut, tidak merasa susah dengan kemaksiatan,  dapat dipastikan didalam hatinya tidak ada iman walaupun sebesar biji sawi. Padahal ini selemah-lemahnya Iman yaitu kerisauan di hati atas kemaksiatan.

Hari ini orang berkata jangan lihat dzohir, yang penting hatinya. Padahal dzohir ini refleksi dari hati kita. Iman itu bukan sekedar isi hati tapi dari dzohir ada ittiba sunnah, wujud sunnah pada badannya. Jika hati ini ada iman, pastilah akan wujud sunnah dalam kehidupan dia. Setan menipu manusia dengan mengatakan jangan lihat penampilan orang, hati nya yang penting. Padahal tanpa Ittiba Sunnah, wujud sunnah, imannya sudah cacat. Ini tipuan setan mengatakan iman dalam hati bukan dzohir, jangan lihat dzohirnya tapi hatinya. Iman itu menyandarkan cara hidup kita pada cara hidup Nabi. Jika tidak ikut Nabi maka tidak ada Iman. Inilah perkataan Nabi saw kepada orang-orang yang baru masuk islam.

Kisah Sahabat RA membunuh Musuh ucap Kalimat

Seorang Sahabat RA bernama Miqdat dlam peperangan tangannya terputus ditebas musuh. Ketika hendak membunuh musuh tersebut, si musuh tersebut mengucapkan kalimat La Illaha Illallah. Namun Miqdat RA tetap membunuhnya. Nabi saw marah kenapa kamu bunuh orang yang mengucapkan kalimat tersebut. Miqdat berkata itu hanya tipuan saja, Miqdat tidak mau tertipu dengan dzahirnya padahal hatinya tidak begitu. Namun apa yang dikatakan Nabi saw : Apakah kamu telah membelah dadanya untuk bisa melihat isi hatinya ? Nabi saw tidak katakan jangan lihat dzohirnya tapi lihat hatinya. Namun Nabi saw mengarahkan pada ucapan atau dzohir itu terhubung dengan hati. Ketika dia mengucapkannya berarti hatinya pun seperti itu ini maksud dari kisah tersebut.

Itulah perkataan Nabi saw kepada orang yang baru masuk islam ketika nabi saw mengatakan melihat hatinya. Namun hari ini orang-orang menggunakan kata-kata ini : lihatlah hatinya bukan dzohirnya. Ini ucapan yang digunakan nabi, tapi hari ini kita ucapkan untuk meninggalkan sunnah. Nabi ucapkan “lihatlah hati” untuk menghubungkan dzohir dengan hati. Sedangkan kita melihat hati untuk melepaskan dzohir dari hati.

Maulana Yusuf Rah,A berkata :

“Jika hari ini kita melihat ada orang naik keledai dan ada orang yang naik mobil. Lalu kita merasa orang yang naik mobil lebih mulia dari orang yang naik keledai, berarti ada cacat dalam iman kita.”

Ini karena naik keledai itu sunnah, ada ittiba sunnahnya dengan menaiki keledai. Kekuatan orang islam itu ada pada ittiba sunnah. Orang islam yang ittiba sunnah dalam muasyaroh dan cara hidupnya, disisi Allah swt dia hidup. Sedangkan kehidupan yang tidak ada ittiba sunnah maka disisi Allah swt dia seperti mayat, mati.

Orang islam itu dikenal dari ciri-ciri keislamannya, yaitu dari muasyaroh dan cara hidupnya. Bagaimana mungkin kita mengucapkan salam kepada orang yang bukan islam, karena ini perkara yang diharamkan. Sedangkan orang islam dikenal pada ciri-ciri penampilannya, baru kita dapat mengucapkan salam. Bagaiamana kita bisa memberi salam kepada orang islam jika mereka tidak nampak ciri-ciri keislamannya, bahkan ciri-cirinya sama dengan orang diluar islam. Jika penampilan tidak ikut sunnah, maka tidak layak diberi salam karena kita tidak tahu dari penampilannya kalau dia islam atau bukan. Orang islam itu dikenal bukan dengan sholatnya atau puasanya tapi dari penampilannya.

Begitu juga dalam dakwah, yang terbaik itu adalah yang ada ittiba sunnah. Hari ini orang berpikir bahwa islam dapat tersebar dengan menulis kitab-kitab dan tulisan-tulisan. Padahal islam itu tidak tersebar dengan kitab dan tulisan. Umat Islam hari ini ingin memperkenalkan Islam dgn buku-buku yang mereka tulis. Faktanya di zaman Nubuwah dan Khilafah, islam tersebar bukan dengan cara membagi-bagikan kitab dan tulisan-tulisan. Bukan dengan cara seperti itu islam diperkenalkan. Namun islam tersebar dengan Amaliat orang islam. Islam tersebar sampai pasar asbab Amal dikerjakan orang islam sampai dipasar. Bukan dengan kertas, islam dapat tersebar, tapi dengan amal orang islam. Bahkan Islam diperkenalkan dengan melihat akhlak, muamalat, muasyarat, dan cara hidup orang Islam. Itulah cara orang diluar Islam menerima Kebenaran Islam di zaman itu yaitu melihat islam dari cara hidup orang islam.

Satu orang yahudi masuk islam bukan dengan membaca kitab tapi dengan melihat amaliat orang islam dalam muamalahnya. Mereka menguji orang islam untuk membuktikan yang mereka baca dalam kitab mereka. Jika orang islam ini adil dalam muamalahnya berarti agama mereka benar. Namun jika mereka tidak berlaku adil dalam muamalahnya berarti agama mereka salah. Jadi Yahudi ini sengaja nyari masalah dengan Nabi saw untuk menguji Nabi saw. Mereka membaca dalam kitab mereka tentang ciri-ciri Rasullullah saw. Maka untuk membuktikannya mereka menguji nabi saw dengan mencari masalah dengan beliau saw.

Kisah Sahabat Yahudi masuk Islam Asbab Muamalah Nabi SAW

Dia adalah zaid bin Tsa’nah. Zaid datang ziarah Nabi SAW. Dia tengok ciri-ciri Nabi dalam kitab-kitab terdahulu, kecuali sifat sabar, ini musti di uji langsung tidak bisa hanya dengan dibaca. Jadi dia nak lihat itu. Masa itu Nabi saw sedang bermusyawarah dengan para sahabat RA. Ada karguzari bahwa ada orang Islam kelaparan. Maka Zaid mengajukan diri untuk memberikan pinjaman.

Note :

jika orang islam tidak ihsan, baik, kepada orang islam, maka orang diluar islam akan berbuat baik kepada orang islam agar orang islam meninggalkan keislamannya.

Zaid bin Tsa’nah menguji Nabi saw dengan meminjamkan sejumlah Kurma yang dibutuhkan Nabi saw untuk membantu daerah orang islam yang lagi kesusahan. Namun sebelum akad pinjaman jatuh tempo, 3 hari sebelum deadline,  Zaid bin Tsalanah sudah menagih kepada Nabi saw dengan cara yang kasar, sehingga membuat Umar RA marah memakinya lalu mengancamnya mau dibunuh. Nabi saw bilang ini belum jatuh tempo, tapi Nabi saw akan tetap bayar saat itu juga. Nabi saw hendak didik sahabat bagaimana cara bermuamalah yang benar. Nabi saw tegur Umar RA, wahai umar sudah sepatutnya kamu nasehati aku untuk membayar hutang bukan malah ingin membunuhnya. Nabi saw tidak marah pada kekasaran zaid dalam menagih hutang, tapi malah menegur sikap umar yang marah kepada Zaid.

Nabi saw perintahkan umar untuk mebayar 70 karung kurma yang dihutangkan dari Zaid. Lalu menambah 70 kurma lagi sebagai terima kasih atas pinjamannya. Lalu Nabi saw perintahkan Umar untuk menambah 70 karung kurma lagi asbab kemarahannya dan ancamannya kepada Zaid. Dari situ Zaid melihat bagaimana adilnya islam dan sabarnya Nabi saw. Nabi saw tidak membalas keburukan dengan keburukan, bahkan sebaliknya. Nabi saw membalas keburukan dengan kebaikan. Nabi tidak dendaman, dan sabar walaupun disakiti. Sehingga saat itupula Zaid bi Tsalanah mengucapkan syahadat dan masuk islam.

Nabi saw bertanya kenapa kamu sampai harus seperti itu untuk menguji. Zaid RA katakan bahwa dia membaca ciri-ciri Nabi saw dalam kitab Taurat, dan bagimana sifat nabi saw. Ternyata semuanya terbukti. Inilah cara islam tersebar melalui muamalah orang islam.

Kisah Sahabat Yahudi masuk Islam menguji Ali RA

Suatu ketika Ali RA menemukan Zirah Baju Besinya yang hilang ada ditangan seorang Yahudi. Maka Ali RA memegang tangan Yahudi tersebut. Terjadilah perdebatan diantara mereka. Sampailah keduanya di gedung pengadilan. Ali masuk, diikuti si Yahudi. Dengan mata kepalanya sendiri, si Yahudi melihat tidak ada perlakuan khusus terhadap sang khalifah. Begitu Ali mengucapkan salam, seisi ruangan menjawabnya. Sesudah itu, tidak terjadi apa-apa. Hakim yang melihat Khalifah saat itu langsung turun dari kursinya menyambut kursinya. SI yahudi itu berpikir pasti dia akan kalah menghadapi Ali RA yang posisinya sebagai khalifah. Namun yang dia lihat justru sang hakim berkapa kepada Ali RA : “Wahai khalifah, silakan mengantre,” kata hakim.

Ali pun menuju barisan orang-orang yang mengantre. Ia mengambil posisi di paling belakang. Beberapa lama kemudian, sang amirul mukminin akhirnya mendaftarkan perkaranya. Tibalah giliran kasus Ali dan si Yahudi tadi digelar. Di hadapan mereka, sang hakim bertanya, “Apa pokok persengketaan kalian?”

“Saat aku sedang berjalan di depan rumah dia, aku mendapati sebuah baju perang sedang dijemur. Setelah mengamati baik-baik, aku yakin betul baju tersebut adalah kepunyaanku,” terang Ali.

“Bagaimana menurut engkau?” tanya sang hakim kepada si Yahudi.

“Baju itu dijemur di rumahku, wahai Hakim. Aku mengatakan, baju perang itu adalah milikku,” tegasnya.

“Apakah engkau bisa menghadirkan saksi-saksi yang dapat menunjukkan, itulah baju perang engkau?” tanya Hakim kepada Khalifah Ali.

“Yang tahu bahwa baju itu kepunyaanku adalah anak-anakku, Hasan dan Husain, serta istriku,” ujar Ali.

“Wahai Ali, bukankah engkau tahu bahwa menurut syariat, kesaksian anak atas orang tuanya—atau orang tua atas anaknya—tidak dapat diterima? Yang satu akan cenderung membenarkan yang lainnya,” ujar hakim, mengingatkannya.

 “Bagaimana ? apakah kamu ada saksi yang lain?” tanya hakim lagi.

“Tidak ada. Aku tidak ada saksi yang lain,” jawabnya.

“Dengan demikian, selesai,” ujar hakim tersebut, “maka dengan ini, baju perang tersebut adalah milik si Yahudi.” Pengadilan itu memenangkan si yahudi atas klaim khalifah Ali RA, sidang selesai.

Maka sang hakim pun turun dari kursinya, untuk kemudian menyalami Khalifah Ali. Berjalanlah keduanya meninggalkan ruang sidang, seperti tidak terjadi apa-apa. Sementara, Yahudi tadi berdiri kagum dengan hasil keputusan yang memenangkan perkaranya atas khalifah umat islam di pengadilan orang islam.

Orang Yahudi tadi segera berlari menyusul sang khalifah dan hakim. “Wahai, Tuan-tuan, tunggu sebentar!”

“Ada apa?” tanya Ali keheranan.

“Apakah sudah selesai pengadilan ini?” tanya dia.

“Tentu saja. Baju tersebut milikmu meskipun aku yakin sekali bahwa itu milikku. Namun, hukum sudah memutuskan,” ucap Ali.

“Sungguh, wahai Khalifah. Baju perang ini adalah milikmu. Aku mencurinya dua hari yang lalu, Aku lakukan ini untuk mengujimu. Apakah islam ini seperti yang ditulis dalam kitab kami. Dan ternyata benar adanya” terangnya kemudian.  Maka asbab muamalah orang islam inilah akhirnya yahudi tersebut memeluk islam. Itulah caranya orang islam memperkenalkan islam pada orang kafir.

Kisah Hindun Masuk Islam asbab Ibadah Orang Islam

Sekalipun suaminya telah masuk Islam, namun Hindun dengan sombongnya belum mau memeluk Islam padahal saat itu dia berada dalam ketakutan. Takut Rasulullah menuntut balas atas kematian pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib yang telah dibunuhnya melalui wahsyi budaknya dan dia telah memakan hatinya Hamzah RA.

Namun pada hari kedua Fathu Makkah, Hindun yang semula begitu sombong dan angkuh, akhirnya luluh. Ia mengatakan kepada suaminya ingin bergabung dengan Islam.

“Mengapa engkau tiba-tiba ingin bergabung bersama Rasulullah?” tanya Abu Sufyan.

“Aku kagum dengan kaum Muslim. Belum pernah aku saksikan kota Makkah penuh dengan ribuan orang yang rukuk dan bersujud,” jawab Hindun.

Begitulah asbab hindun yang keras hati menerima islam asbab melihat ibadah Ijtimaiyat orang islam. Dan Rasullullah saw menerima Hindun tanpa perasaan dendam dan amarah.

Inilah cara islam disebarkan di jaman Nubuwah dan Khilafah yaitu melalui amaliat orang islam bukan dengan kitab dan tulisan. Islam tersebar melalui Mujahaddah orang islam dalam Muamalah, Muasyarat, dan Akhlaq. Tunjukan Islam secara Amaliat, bergerak ke seluruh dunia, inilah dakwah yang kita buat.

Maulana Ilyas Rah. A. dengan penuh fikir dan risau :

“Aku berkeinginan untuk mengirim satu jemaah amaliat, yang mengamalkan sunnah, dan memperkenalkan sunnah kepada seluruh dunia. Ihtimam dengan sunnah dan dapat memperkanalkan sunnah kepada orang diluar islam.”

Ada 3 bentuk Kemurtadan :

Analogi Buah Apel

Agama ini seperti buah Apel. Kulit Apel bagian luar itu adalah Muasyarah dan Muamalah orang islam. Setan mau rusak muamalah dan muasyarat orang islam seperti Apel yang dirusak kulitnya. Maka daging apel tersebut adalah Ibadah. Jika kulit apel sudah rusak maka daging apel akan membusuk. Jika kulit rusak maka buahpun akan rusak. Begitupula muasyarat dan muamalah ini kulit dari islam, jika sudah rusak maka ibadah akan rusak. Jika Muasyarat dan Muamalat terjaga maka ini seperti kulit yang terjaga, dia akan menjaga buah dan biji dari kerusakan. Untuk memakan buah maka kulit harus dibuka. Ketika kulit sudah terbuka ini seperti orang islam menganggap pakaian islami tidak perlu. Kita tidak boleh memandang rendah cara berpakaian sekalipun. Apa pentingnya pakaian ?

Jika cara hidup sudah rusak maka selanjutnya ibadah akan rusak. Ini diawali dari rusaknya kulit atau muasyarah dan muamalah. Jika kulit sudah rusak, muamalah dan musyarah rusak, maka yang fardhu, buahnya, akan ikut rusak karena tidak terjaganya kulit, yaitu muamalah dan muasyarah. Apabila orang islam sudah terkesan dengan cara hidup orang diluar islam maka fadhu dalam islam akan mudah dirusak, kesan pada ibadah akan hilang. Untuk mempertahankan ibadah kita perlu berpegang pada sunnah. Jika sunnah sudah ditinggalkan maka lama-lama yang fardhu ditinggalkan, akhirnya islampun ditinggalkan.

Ada beberapa orang datang kepada Nabi saw dari kejauhan sudah nampak oleh nabi saw melalui ciri-cirinya, bahwa yang datang ini adalah orang islam. Ada 7 orang dari mereka yang menghadap Nabi saw. Lalu nabi saw tafakud keislaman mereka. Nabi bertanya Siapa kamu ? mereka katakan kami orang islam. Apa buktinya kata Nabi saw ? jadi nabi saw minta bukti karena islam itu bukan hanya sekedar pengetahuan.

Iman itu bukanlah pengetahuan hanya sekedar untuk diketahui saja. Iman itu adalah praktek atau amaliat yang lahir dari gerakan hati. Mengetahui saja bukanlah Iman. Sholat adalah Amal, namun di Quran sholat disebut sebagai Iman bukan amal. Iman tidak mengikuti ilmu tapi mengikuti amal. Iman itu amalan yang lahir dari gerakan hati bukan pengetahuan. Sebagaimana sholat di dalam al quran disebut sebagai iman bukan amal. Nabi hubungkan Iman dengan Amal.

Kisah Perubahan Arah Kiblat

Makmulat / kebiasaan sahabat sholat ketika itu adalah menghadap kearah baitul makdis. Lalu turunlah perintah Allah swt mengubah arah kiblat ke baitullah saat mereka melaksanakan Shalat. Disini Allah swt ingin menguji siapa yang tetap ke baitul maqdis dan siapa yang taat Rasullullah saw ketika merubah posisi menghadap ke Baitullah. Para sahabat RA yang imannya kuat mereka langsung merubah posisi mereka ketika sholat. Namun orang-orang munafik mereka menunda nunda ketaatan, dengan alasan bisa menunggu sholat berikutnya baru pindah kiblat. Sedangkan orang kafir mengejek kebiasaan baru tersebut dengan mengatakan perbuatan yang sia-sia. Inilah ujian ketaatan dalam kebiasaan. Walaupun menghadap baitul maqdis merupakan kebiasaan lama mereka, tapi karena ada perintah baru maka mereka siap taat meninggalkan kebiasaan lama mereka. Inilah ketaatan para sahabat ra. Dalam surat Al-Baqarah: 142-145 mengenai perubahan kiblat, Allah swt menjelaskan bagaimana sholat tersebut disamakan dengan Iman jika kita teliti. Dalam ayat ini sholat disebut sebagai Iman bukan amal.

Agama ini adalah kesempurnaan bukan sebagian. Seseorang itu sholat tapi tidak mau zakat maka iman tidak akan diterima. Seseorang sholat dan zakat tapi tidak mau puasa, maka imannya tertolak. Maka harus sempurna semua dikerjakan.

Abu Hurairah RA berkata, bahwa ummat tidak bisa dikatakan ummat jika tidak dibawa keluar dari suasana mereka. Tidak sempurna iman kita sebelum kita membawa orang kampung kita keluar dari suasana dzulumat hari ini.

Kisah 7 Sahabat yang Fuqaha

Satu kumpulan 7 orang sahabat telah datang jumpa Nabi s.a.w. Mereka berkata kami ini orang islam. Nabi tanya apa buktinya ? Mereka kata dalam diri mereka ada 15 sifat. 5 perkara yang kamu perintah kami beriman dengannya. 5 perkara yang kamu perintah kami beramal dengannya. 5 perkara yang telah ada dalam diri kami sejak zaman jahiliyah lagi.

5 perkara yang kamu perintah kami beriman:

5 perkara yang kamu perintah kami beramal:

5 perkara yang sedia ada dalam diri kami:

Nabi s.a.w kata mereka ini adalah orang-orang yang faqih. Faqih ialah orang yang mempunyai kefahaman yang sempurna tentang agama. Nabi s.a.w telah menunjuk mereka sebagai orang yang fuqaha, udabaq. Kalau pintu kenabian masih terbuka, mereka ini layak untuk jadi nabi kerana ketinggian sifat yang mereka miliki. Ini sifat-sifat yang patut ada pada setiap orang beriman.

Hanya mengetahui isi Al Quran itu bukanlah Iman. Orang Kafir Quraish juga tahu isi Al Quran. Maksud dari beriman kepada Al Quran itu adalah mengharamkan apa yang diharamkan Al Quran. Nabi saw menyampaikan soal satu orang yang berbuat ghibbah dan tajassus, maka orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Al Quran dia tidak beriman pada Al Quran. Nanti di hari kiamat, Al Quran akan berkelahi atau berseteru dengan orang islam. Al Quran akan menuntut kenapa isinya tidak di amalkan. Kalau hanya sekedar tau maka orang diluar islam juga mengetahuinya.

Beriman pada Takdir maksudnya adalah Ridho dengan segala keputusan Allah swt walaupun bertentangan dengan nafsu dan keinginan. Apapun yang telah Allah swt tetapkan atas kita, maka kita terima. Baik Buruk Takdir maka kita jadikan itu untuk mencari Ridho Allah. Inilah Iman kepada Takdir.

Bersaksi atas kalimat maksudnya adalah bukan hanya di lisan tapi mereka buat pula dengan amal atas persaksian kalimat tersebut. Wujud dari kalimat tersebut adalah amal islam dan ibadat.

Mendirikan sholat bukan hanya dengan mengerjakan sholat. Namun juga fikir bagaimana mengumpulkan umat dalam sholat. Menyiapkan umat untuk mendirikan sholat berjamaah dan memberi contoh tauladan kepada umat dalam mengerjakan sholat. Bukannya sholat secara sendiri-sendiri, tapi sholat secara ijtimaiyat berjamaah.

Nabi Ibrahim AS berdoa :

Rabbij ja’alnī Muqīmaṣ Ṣalāti wa min Żurriyyatī Rabbanā wa taqabbal duā.

Artinya :

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan sebagian anak cucuku orang yang tetap mendirikan salat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Maksud mendirikan sholat itu adalah untuk mencegah kemungkaran terjadi dari diri kita. Ini target kita menyempurnakan sholat. Jika diantara 2 sholat dzuhur dan ashar terjadi kemungkaran berarti sholat kita ada kekurangan, tidak sempurna sholatnya. Jika ini terjadi kemungkaran diantara 2 waktu sholat , menjadi tanda sholat kita tidak diterima.

Jika hari ini masih ada orang islam yang telanjang tidak memiliki baju, berarti masih ada orang islam yang tidak mau bayar zakat. Kenapa ? asbab cinta harta dunia. Sudah serausnya orang islam mencari mustahiq untuk menyalurkan zakat. Kita mencari mustahiq untuk berzakat, sebagaimana orang mencari air untuk berwudhu. Apabila orang islam mau berzakat dengan benar maka keberkahan zakat itu tidak bisa terhalangi oleh apapun. Asbab orang islam tidak mau berzakat kini Allah swt buat orang islam bayar pajak. Padahal Zakat vs Pajak, zakat ini kecil sekali, Bersihkan harta dengan zakat atau harta kita menjadi tidak suci walaupun untuk beramal.

Lalu 5 sifat yang sudah kami punya semenjak masa jahiliyah :

 “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani)

Sabar ketika susah ini sangatlah penting. Bahkan lebih penting dari bensin untuk kendaraan. Tanpa bensin maka kendaraan tidak bisa bergerak, mogok. Begitulah penting sifat sabar dalam kerja ini. Sabar ini begitu banyak diperintahkan di dalam Al Quran, Orang yang sabar maka dia akan bersama Allah. Siapa yang bersama Allah maka dia akan sukses. Sabar ini mendatangkan kesuksesan dalam kerja. Jika tidak bisa sabar dalam kerja dakwah ini maka akan membawa kita pada kehancuram. Tidak sabar dalam dakwah akan menyebabkan seseorang terhenti kerja dakwahnya. Sabar saja dalam dakwah tidak cukup. Selain sabar harus taqwa begitulah cara mendapat kejayaan dalam dakwah. Sabar dalam menghadapi masalah lalu menyelesaikannya dengan Taqwa. Sabar dalam kesusahan tapi tidak taqwa maka tidak ada pertolongan Allah swt. Sabar berserta dgn takwa. Sabar tanpa takwa tak dapat nusrah Allah. Sabar berserta dengan takwa akan dapat bantuan Allah dan Allah akan keluarkan dr masalah

Kalau kita sabar seperti maling dipukuli polisi itu sabar juga tapi itu tidak ada pilihan memang sudah salah harus sabar. Maka itu bukan sabar yang dimaksud, memang sudah seharusnya. Sabar yang dimaksud adalah disertai dengan Taqwa yaitu hati-hati dalam bekerja, dan menyelesaikan masalah dengan amal, ittiba sunnah.

Syukur dalam dakwah ini bukan sekedar Lafadz, tapi menunaikan seluruh perintah Allah dengan menyempurnakan sunnah-sunnahnya inilah yang dimaksud syukur. Dalam dakwah kita syukur itu menggunakan nikmat untuk menambah pengorbanan kita. Bahkan kita lelahkan diri kita untuk ibadat dan menunaikan takaza. Aisyah R.ha bertanya ya Rasullullah engkau sudah diampuni, maksum, kenapa masih berletih-letih dalam ibadah, sampai kaki bengkak-bengkak. Nabi saw jawab bukan kah aku sudah seharusnya menjadi hamba yang bersyukur.

Maka Asbab 5 sifat  ini :

Nabi saw puji para sahabat tersebut sebagai Fuqaha, bahkan hampir-hampir menjadi Anbiya dengan sifat-sifat tersebut. Gembira sekali Nabi saw dengan penjelasan sahabat tersebut.

Maksud dari Khuruj ini adalah untuk kita bisa praktek Iman dalam bentuk amalan. Tanpa dakwah iman tidak sempurna. Apa itu dakwah ?

Surat kabar itu bukan amar makruf nahi mungkar. Amar Makruf Nahi Mungkar itu haruslah dengan amal yaitu kita bergerak dengan menyempurnakan tanggung jawab. Mendatangi umat dengan membawa mereka keluar dari suasana bathil. Watawa saubil Haq dan wattawa saubil Sabr itu maksudnya menyipakan orang lain untuk dakwah. Sedangkan dakwah melaui wasilah / perantara gadget, media, tulisan dan benda-benda bukanlah dakwah ittiba sunnah. Dakwah ittiba sunnah itu mendatangi ummat, memberi contoh, dan menyiapkan ummat untuk khuruj keluar dari suasana bathil. Dengan menggunakan medsos tanggung jawab dakwah tidak bisa tertunaikan.

Kisah Sahabat Tufail Ad Dhausi RA

Thufail bin Amr Ad-Dausi dibesarkan dalam keluarga yang mulia dan terhormat. Ia dikaruniai bakat sebagai penyair, hingga nama dan kemahirannya termasyhur di kalangan banyak suku. Kaum kafir Quraisy cemas bila ia datang ke Mekkah. Mereka khawatir Thufail kepincut dakwah Nabi Muhammad SAW .

Untuk mencegah itu, mereka menyambut kedatangannya dengan menyediakan segala bentuk kesenangan dan kemewahan untuk melayaninya sebagai tamu, lalu selalu mengingatkan agar tidak bertemu dengan Rasulullah SAW. Mereka mengatakan : “Muhammad memiliki ucapan laksana sihir, hingga dapat mencerai beraikan anak dari ayah, seseorang dari saudaranya, serta seorang suami dari istrinya. Kami ini cemas terhadap dirimu dan kaummu dari kejahatannya. Karena itu, janganlah engkau berbicara dengannya atau mendengarkan ucapannya,” bujuk para petinggi kaum kafir Quraisy.

Demi Allah, mereka selalu membuntutiku hingga aku hampir saja membatalkan maksudku untuk menemui dan mendengar ucapan Nabi SAW. Ketika aku pergi ke Kakbah, aku menutup telingaku dengan kapas agar bila ia berkata, aku tidak mendengar perkataannya. Kebetulan waktu itu aku mendapatinya sedang sholat di dekat Kakbah. Aku berdiri di dekatnya dan takdir Allah menghendaki agar aku mendengarkan sebagian apa yang dibacanya dan terdengarlah olehku perkataan yang baik. Aku berbisik kepada diriku sendiri, “Celakalah ibuku kehilangan diriku. Demi Allah, aku ini seorang yang pandai dan seorang penyair. Aku mampu memilah mana yang baik dari yang buruk. Apa salahnya bila aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh laki-laki itu? Jika ucapannya itu baik, aku akan menerimanya dan bila buruk, aku akan meninggalkannya.”

Aku menunggunya hingga berpaling hendak pulang ke rumahnya, lalu mengikutinya hingga ia masuk rumah. Aku mengejar dan kukatakan kepadanya: “Wahai Muhammad, kaummu telah mengatakan ini dan itu tentang dirimu kepadaku. Demi Allah, mereka selalu menakut-nakuti diriku terhadap urusanmu, hingga aku menutupi telingaku dengan kapas agar tidak mendengar perkataanmu. Tetapi, Allah menghendaki agar aku mendengarnya, dan terdengarlah olehku ucapan yang baik. Karena itu, jelaskanlah kepadaku apa yang menjadi urusanmu itu.” Rasulullah SAW pun menawarkan Islam kepadaku dan membacakan Al-Quran. Demi Allah, aku tidak pernah mendengar satu ucapan pun yang lebih baik atau suatu urusan yang lebih benar daripada itu. Akhirnya aku masuk Islam dengan mengucapkan syahadat yang benar. Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku ini seorang yang ditaati oleh kaumku dan sekarang aku akan kembali kepada mereka, serta akan menyeru mereka kepada Islam. Untuk itu berdoalah kepada Allah agar aku diberi-Nya suatu tanda yang akan menjadi bukti bagiku tentang urusan yang kudakwahkan kepada mereka.”

Asbab ini tufail pulang ke kampungnya dan mengislamkan 80 keluarga dari kampungnya. 1 kampung masuk islam asbab Tufail menyiapkan kaumnya keluar dari suasana batil. Takaza ini bukan hanya menyampaikan pesan tapi menyiapkan ummat. Bukan dengan surat-surat ataupun tulisan-tulisan. Kita tidak mengingkari kepentingan dari tulisan dan kitab yang juga merupakan suatu kebaikan. Namun kepentingan dakwah kita ini adalah bergeraknya kita agar bisa membawa perubahan.  Sedangkan wujudnya hidayah itu asbab adanya mujahaddah dalam dakwah. Sholat menggunakan badan, begitu pula dakwah harus menggunakan badan. Sebagaimana geraknya badan dalam sholat, maka geraknya badan kita dalam dakwah seperti itu juga, dua-duanya dalam amal menggunakan badan untuk bergerak.

Maksud dari usaha nubuwah ini untuk menyempurnakan iman kita dan menunjukkannya kepada dunia apa itu islam secara amaliat. Inilah maksud dari usaha ini. Kesempurnaan Iman hanya akan didapat dengan usaha dakwah. Tafsir dari surat wal asri ini adalah kita gunakan badan kita untuk bergerak jumpai ummat, bujuk rayu mereka, bukan hanya menyampaikan maklumat dengan alat, gadget, poster, dan media sosial. Kita musti menjumpai umat sebagaimana satu orang sahabat buat usaha satu hari, jumpa satu kampung dapat di islamkan. Sebagaimana Tufail Ad dhausi bergerak ke kampungnya dan mengislamkan kampungnya.

Nabi saw telah memperlihatkan satu mahol, suasana agama, sehingga setiap orang yang datang ke madinah terkesan dengan suasana tersebut. Gerak dalam dakwah ini adalah satu satunya cara untuk membawa orang kedalam suasana. Pengorbanan dan Mujahaddah seorang dai inilah yang akan menjadi asbab hidayah, bukan dengan menggunalkan alat-alat atau media. Gerak badan seorang dai ini dalam dakwah ini tidak tergantikan oleh apapun. Hidayah Allah sembunyikan dibalik perngorbanan seorang dai yang berletih letih dengan badannya dalam perjuangan dakwah illallah. Kita perlu jumpa orang sebanyak-banyaknya dan ajak mereka kepada kebaikan. “Takmuruna Bil Makruf watan hauna Anil Mungkar”. Maulana Ilyas katakan andaikan aku boleh memberi nama atas pergerakan ini maka akan aku namakan sebagai pergerakan Iman. Inilah maksud dari Khuruj Fissabillillah yaitu untuk menggerakan Iman .

Cara sholat itu dengan ilmu tapi sempurnanya sholat itu dengan tubuh. Begitu juga dakwah ini sempurnanya bukan dari bayan melainkan dengan gerak. Gerak dalam dakwah ini adalah wujud tanggung jawab kita. Untuk kesempurnaan tidak ada tulisan yang bisa menggantikan geraknya badan dalam dakwah. Jadi dakwah ini adalah perintah Allah, tidak ada gantinya. Sebagaimana khuruj juga tidak ada gantinya dalam dakwah kita. Kenapa musti keluar di jalan Allah ini untuk usaha atas Iman.

Hadits mengenai umat ini seumpama orang-orang diatas kapal. Ketika orang yang dibawah kapal akan berbuat satu kejahilan untuk membolongi kapal agar tidak menyusahkan orang diatas kapal untuk mengambil air. Maka diperlukan orang yang diatas kapal turun langsung memegang tangan orang jahil yang akan membolongi kapal. Jika tidak kapal akan karam. Begitu juga dalam dakwah kita ini perlu turun ke lapangan memegang tangan umat yang akan berbuat jahil atau kebatilan, mendakwahi mereka agar tidak melakukan kemungkaran tersebut. Dakwah ke lapangan tidak dengan ilan, poster, gadget, media, tapi langsung dengan badan kita turun ke bawah bertemu dengan ummat. Jika tidak turun kebawah menemui ummat, maka ummat ini akan seperti kapal yang dibolongi dia akan karam membawa seluruh penumpang. Nabi tidak suruh buat pengumaman atau tulisan, namun yang disuruh adalah pegang tangan mereka atau kalian akan karam. Inilah maksud khuruj dengan watawa saubil haq watawa saubil sabr dan amar makruf nahi mungkar. Bukan saja kita diharuskan keluar khuruj, bahkan ada ancaman jika kita mengakhirkan keluar di jalan Allah swt. Sebagaimana 3 sahabat Nabi saw yang mengakhirkan khuruj akhirnya mendapat boikot selama 50 hari.

Jika kita tidak buat dakwah ala minhajun nubuwah maka akan datang adzab dari Allah swt. Nabi di utus bukan untuk perang melainkan diutus untuk merayu ummat keluar dari suasana batil. Buat dakwah dengan ittiba sunnah bukan dengan mencontoh cara dakwah diluar islam, menggunakan poster, gadget, media sosial, dll.

Sahabat usul mengenai panggilan sholat, ada yang mengusulkan dengan Api, ada yang dengan lonceng, ada yang dengan terompet, walaupun tidak ada keburukan dalam perkara tersebut namun Nabi saw tolak itu semua. Kenapa ? karena menyerupai panggilan orang-orang di luar islam : majusi, yahudi, nasrani. Banyak usul namun semua ditolak dengan Nabi saw. Asbab fikir yang kuat dari para sahabat RA, maka Allah swt ilhamkan panggilan sholat ini melalui mimpi salah seorang sahabat RA. Kini kita menganggap biasa menggunakan gadget, poster, pengumuman, media sosial yang digunakan orang diluar islam untuk menggantikan gerak badan dalam dakwah. Ini sama dengan menghilang mujahadah dalam dakwah. Tanpa Mujahadah tidak ada hidayah. Kalau kita tidak tawajuh kepada alat-alat maka nanti Allah akan ilhamkan kepada kita ilmu laduni dalam menyelasaikan masalah sebagaiman adzan datang melalui mimpi sahabat RA.

Di beberapa negara bahkan panggilan adzan tidak menggunakan muadzin melainkan dengan kaset. Naudzubillah asbab kebodohan kita, kejahilan sudah masuk dalam kehidupan amaliat umat yaitu mengganti muadzin dengan kaset. Mereka katakan ini hanya buat kemudahan saja. Kemudahan itu bukanlah dengan meninggalkan sunnah, ini adalah tipuan setan. Sebagaiman sholat ada caranya maka dakwahpun ada caranya. Sholat harus kita tunaikan dengan badan tidak bisa digantikan hanya dengan membaca kitab sholat. Begitu pula dakwah ini, gerak badan tidak bisa tergantikan dengan tulisan-tulisan. Iman akan wujud hanya dengan cara sahabat RA mendapatkan iman.

Muadz bin Jabal RA adalah mufti di kalangan sahabat, alim besar, namun bagaimana Muadz bin Jabal RA mengajarkan mendapatkan Iman :

“Ijlis bina nukmin saahtan” :  Marilah kita beriman sejenak. Maksudnya marilah kita membuat majelis sesaat membicarakan tentang keimanan.

Imam Bukhari Rah.A merujuk dalil ini untuk meningkatkan Iman dalam kitab Shahihnya. Para sahabat banyak mengucapkan ini Ijlis bina nukmin saah yaitu merujuk kepada para sahabat yang suka mengajak duduk bermajelis dengan cara duduklah bersama kami untuk sesaat bicara perkara iman.

Maka sebagaimana para sahabat buat usaha atas iman dengan membuat majelis majelis atau halaqah halaqah yang membicarakan perkara iman maka perkara tersebut juga harus kita buat. Mereka sahabat membuat halaqah pembicaraan iman agar iman mereka meningkat. Dan menyempurnakan Iman mereka dengan cara khuruj fissabillillah, pergi di jalan Allah swt.

Hari ini orang islam menganggap bahwa zina itu adalah dosa besar. Namun kita tidak memikirkan apakah yang menyebabkan orang melakukan dosa besar. Apa penyebabnya ? karena kita telah meninggalkan dakwah. Asbab dakwah di tinggalkan maka kebathilan menyebar dan Umat tidak punya kekuatan Iman untuk bisa menghindarinya. Inilah kesalahan kita hari ini yaitu meninggalkan dakwah. Meninggalkan dakwah ini lebih besar kesan dan pengaruhnya daripada orang yang meninggalkan sholat. Padahal orang yang meninggalkan sholat ini bisa menyebabkan kufur. Ini karena kesan meninggalkan dakwah ini menyebabkan umat bisa kufur secara ijtimaiyat. Dampak meninggalkan dakwah ini akan dirasakan oleh seluruh ummat. Sedangkan sholat ini dampaknya hanya kepada satu orang saja yaitu yang meninggalkan sholat. Sebagaiman ketika jari kita rusak, dokter bilang harus di amputasi sebab akan mengancam nyawa. Begitulah kesan sholat yang ditinggalkan hanya hitungan jari. Namun jika dakwah di tinggalkan ini kesannya kepada seluruh ummat, sebagaiman ruh pada badan. Jika ruh hilang maka seluruh badan akan mati.

Tidak ada kesalahan yang begitu besar dilakukan sahabat RA seperti mengakhirkan khuruj sampai di boikot 50 hari tidak diberi salam dan dijawab salamnya. Dunia terasa sempit dan sesak buat mereka karena dijauhkan keluarga, sahabat mereka, dan yang paling menyakitkan di diamkan Nabi saw, tidak digubris.

Ummat ini oleh Nabi saw di umpamakan satu badan, jika satu sakit maka yang lain akan merasakannya. Maka kita harus keluar mendatangi ummat, untuk mengobati mereka, membawa dari suasana batil kepada suasana amal. Iman tidak mungkin sempurna jika kita tidak mau keluar di jalan Allah swt. Maka kita perlu taskil setiap orang untuk keluar 4 bulan setiap tahun. Usaha yang berkelanjutan untuk menyelamatkan ummat dari kemurtadan. Begitulah kondisi ummat akhir zaman. Pagi mereka beriman Petang dia sudah kufur. Begitu juga sebaliknya. Petang dia beriman, pagi dia sudh kufur. Ini sudah di sampaikan oleh Nabi saw. Maka atas perkara ini kita perlu bentuk jemaah sebanyak-banyaknya untuk dikirim ke seluruh dunia. Target kita adalah menyelamatkan manusia bukan menghancurkan manusia. Maka kita perlu azamkan ini. Hari ini kita terkesan dengan banyaknya jemaah yang dibentuk namun kita tidak  terpikir berapa banyak manusia yang belum dapat dijumpai. Ini terjadi bukan hanya disekeliling kita melainkan seluruh dunia mengalami perkara ini.

Allah swt berfirman

Wa may yuṭi’illāha war-rasụla fa ulā`ika ma’allażīna an’amallāhu ‘alaihim minan-nabiyyīna waṣ-ṣiddīqīna wasy-syuhadā`i waṣ-ṣāliḥīn, wa ḥasuna ulā`ika rafīqā

Artinya:

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

(QS 4:69)

Ada 4 golongan yang di sampaikan dalam Al Quran :

Bila kita buat usaha para Nabi maka Allah swt akan berikan kita pertolongan sebagaimana Allah swt tolong para Nabi. Sedangkan Allah swt panggil kita sebagai Ummat terbaik asbab dakwah. Tidak ada Umat terbaik tanpa buat dakwah. Tanpa dakwah kita hanya mendpatkan sebutan Ummat, bukan ummat terbaik.

Kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nāsi ta`murụna bil-ma’rụfi wa tan-hauna ‘anil-mungkari wa tu`minụna billāh, walau āmana ahlul-kitābi lakāna khairal lahum, min-humul-mu`minụna wa akṡaruhumul-fāsiqụn

Artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

(3:110)

Umar bin khattab ra, amirul mukminin, sampaikan bahwa  walau kamu buat semua amal tapi tidak buat usaha dakwah, maka kamu tidak tergolong dari sebaik2nya umat. Maka untuk ini kita perlu buat keputusan untuk menghidupi amal maqomi ditempat kita, hidupkan amal mesjid, dan keluar  sejauh mungkin di jalan Allah swt. Pembelanjaan paling baik adalah di jalan Allah swt.

Siap Amalkan Insya Allah !!!

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.