Buyaathaillah's Blog

Mudzakaroh Ikhlas

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Allah swt berfirman : Sesungguhnya Allah swt tdk melihat harta dan rupamu tetapi Allah swt hanya melihat amal dan hatimu (keikhlasanmu)

Hadits mahfum : wahai muadz jagalah keikhlasan amalan walaupun sedikit tapi disertai dng ikhlas maka itu mencukupi

Kisah 1 :

Seorang kaya bersedekah 3 kali d waktu berbeda ternyata yg dikasihnya adalah maling, pelacur, dan org kaya. Dia menyesal tp dlm mimpi Allah swt katakan smuanya d terima. (Kitab Fadhilah Sedekah Maulana Zakaria Al Khandalawi)

Kisah 2 :

Org kaya,ahli jihad, dan ahli Al Quran diseret semua ke neraka asbab tdk ikhlas.

Apa itu Ikhlas : Amal yg dilakukan semata2 krn Allah.

Mukhlisun orgnya yg berbuat ikhlas

Kisah Mimpi seorang waliullah namanya Fudhail

1. Kasih susah 90% kabur sisa 10%

2. Kasih dunia 90 % kabur sisa 10%

3. Ksh Neraka 90% kabur sisa 10%

4. Kasih surga 90% kabur sisa 10%

5. Sisa 10% dr smua itu yg ikhlas

Tanda org ikhlas apapun keadaannya tetap istiqomah dlm amal.

Imam Ghazali rah.a katakan untuk mencapai derajat ikhlas terkadang org hrs melewati fase riya

Kyai Mukhlisun : ikhlas itu seperti org tidur kalo msh nyaut brarti blom tidur. Begitu juga kita kalo msh nyaut inget2 amal2 yg dulu brarti blom ikhlas.

Cara mendapatkan : periksa niat sebelum, ketika, dan sudah beramal.

Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.
Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas.

Surat Al-Bayyinah ayat 5 :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.”

Rasulullah saw. bersabda :

“Ikhlaslah dalam beragama cukup bagimu amal yang sedikit.”

Rasulullah saw. bersabda :

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi :

“Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala”

“untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”

dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar).

Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.”

Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya :

“Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini :

“Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkan tapi tidak bermanfaat.”

Dalam kesempatan lain beliau berkata :

“Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Rasulullah saw. bersabda :

“Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Rasulullah saw bersabda :

“Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)
Title: Targhib sifat ikhlas

Maulana saad katakan ayat wa korna fi buyuti kunna, Allah jadikan rumah sebagai tazkiah (menyucikan) bagi wanita. Dan pada ayat yg sama ancaman jahilliah bagi wanita yg bersolek keluar dari rumahnya. Allah jadikan masjid tazkiah bagi laki2.

Usaha jaulah mengajak manusia ke masjid adalah sarana tarbiah Allah bagi dainya utk dapatkan sifat ikhlas. Bayangkan sudah korbankan harta, tinggalkan anak istri jauh2 pergi, ternyata orang yg mau diselamatkan malah marah2, usir kita.

Rasullullah Saw ke thaif risau pada ummat tapi orang disana malah menghina nabi saw. Mereka bilang kenapa Allah jadi kan kamu Nabi, kaya gak ada orang lain saja. Walaupun kamu benar, karena kamu nabinya saya tidak akan ikut kamu.

Hancur hati nabi. Ditimpukin batu hancur badan nabi. Lalu Allah datangkan malaikat utk uji ke ikhlasan nabi, tawarkan pada nabi saw utk hancurkan kaum thoif. Kalau dakwah Nabi bukan karena Allah swt, ingin di mulyakan, maka ketika dihina sedemikian rupa pasti akan keliatan niat aslinya, marah, tersinggung udah dibaikin malah didzolimin. Kalau nabi saw tidak ikhlas pasti nabi terima tawaran malaikat untuk hancurkan kaum thoif yang menghancurkan martabat beliau.Namun apa yang Nabi sampaikan “Ya Allah jangan hukum mereka karena mereka tidak paham, berikan hidayah kepada anak keturunan mereka”. Inilah keihlasan Nabi saw keburukan dibalas dengan kebaikan oleh Nabi saw.

Nabi tealh lulus ujian keikhlasan. Bagaimana dengan Kita…? Kita di caci maki, di bilang bid’ah, di usir dr masjid apa tindakan kita ? Kalau kita doakan mereka supaya dapat hidayah seperti nabi saw maka kita lulus. Kalau kita doa keburukan bagi mereka yang menyakiti kita dalam dakwah supaya mereka di adzab maka kita gagal dapat sifat ikhlas.

Begitu juga istri, Allah jadikan suaminya sebagai sarana tarbiah baginya.  Letihnya buat amal perkhidmatan dan harus dirumah saja. Istri kita mengurus rumah, mengurus anak2, menjaga harta suami, tinggalkan karir, tahunya suaminya khianat… Inilah ujian keikhlasan wanita.

Semoga Allah swt memberikan keikhlasan dalam beramal bagi kita semua.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.