Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi : Ilmu Iman, Hidayah, dan Dakwah

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi DB
Markaz Nizamuddin, New Delhi
India.


Bayan Subuh

Assalamualaikum wr. Wb.

Amal itu akan menjadi berat di Mizan nanti, dikarenakan keikhlasan seorang. Iman dan Ikhlas adalah satu, bahwa Iman itu adalah Ikhlas dan Ikhlas itu adalah Iman. Perintah beriman itu justru ada pada orang beriman. Sedangkan pada orang kafir, perintahnya itu “Aslimu Taslamu” : Masuklah kedalam Islam maka kamu akan selamat. Semua orang kafir baik miskin atau kaya, Raja atau Rakyat, semua perintahnya sama yaitu masuklah islam kamu akan selamat. Perintah beriman itu ditujukan kepada orang beriman. Hari ini orang-orang banyak belajar hukum dan tata cara amal tapi tidak mempelajari Iman. Padahal sahabat berkata “Ta’alamal iman Qobla Ta’alamal Quran” : Kami belajar Iman sebelum Belajar Quran.

Perbedaan Perintah orang kafir dan orang beriman :

1. Aslimu Taslamu : Masuklah kedalam Islam maka kamu akan selamat –> Perintah kepada orang Kafir

2. Ta’alamal iman Qobla Ta’alamal Quran : Kami belajar Iman sebelum Belajar Quran –> perintah kepada orang beriman

Perintah yang ada dalam Quran itu seluruhnya hubungannya dengan Iman. Bagaimana mungkin orang mau belajar syariat dan menjalankan perintah Allah swt namun mereka tidak punya Iman. Sehingga hari ini banyak orang, mereka tahu hukum tapi tidak mau mengamalkannya. Inilah akibat dari Tahu Hukum tapi tidak ada Iman. Mereka tahu hukum, dari fardhu, sunnah, mubah, haram, makruh, namun tidak mengamalkannya. Ini yang akan terjadi tanpa kita paham dan memiliki Iman. Sebagaimana Sholat, Puasa, Zakat, Haji wajib dipelajari karena ini perintah Allah swt, begitu juga kewajiban kita atas Iman, juga wajib dipelajari.

Sahabat yang bilang Ta’alamal iman : Kami belajar Iman. Iman itu adalah perkara yang dipelajari. Seperti apa iman yang kita ingin pelajari ? yaitu seperti Imannya para sahabat RA : Meluruskan Aqidah. Ini adalah Azas, Fondasi.

Hadratji Maulana saad katakan :

“Dengan mengetahui ilmu iman akan meluruskan Aqidah kita.”

Para Anbiya AS dulu mereka datang untuk membuat usaha atas kaumnya yang tadinya yakin pada mahluk menjadi yakin pada Kholiq. Mereka mengajarkan kaumnya untuk membohongkan yang Musyahaddah, yang nampak, dan membenarkan yang Ghoib. Rasullullah saw mengajarkan kepada para sahabat bagaimana menafikan yang nampak dan membenarkan yang Ghaib, yang tidak tampak. Nabi saw memahamkan kepada para sahabat bahwa perubahan yang terjadi pada mahluk bukan asbab mahluk yang lain. Perubahan yang terjadi pada satu benda tidak ada hubungannya dengan benda yang lain. Contoh :

1. Sakit sembuh karena Obat. Ini tidak ada hubungannya antara Sembuh dan Obat

2. Mendung itu Tanda akan Hujan. Mendung tidak ada hubungannya dengan hujan

3. Makan menghilangkan Lapar. Tidak ada hubungannya antara makan dan kenyang.

Seseorang akan menjadi SYIRIK jika menghubungkan perubahan satu mahluk dengan mahluk yang lain. Perubahan pada satu benda atau mahluk ini hubungannya langsung pada perintah Allah swt. Kenyang itu bukan di dapat dari makanan. Seseorang sudah cukup dikatakan syirik ketika dia menisbatkan kenyang karena makanan. Syirik itu tidak harus bersujud di depan batu besar atau pohon besar kemudian dia dikatakan syirik.

Nabi Ibrahim AS mempelajari seperti apa keimanan, dan mengajarkannya kepada kaumnya bahwa perkara yang nampak di depan mata kalian disebabkan perkara yang tidak nampak. Ada dzat yang tidak nampak memerintahkan dan menyebabkan semua perkara ini. Dan kalian tidak akan sampai kepada yang menciptakan semua perkara ini sebelum kalian mengingkari perkara yang nampak. Kalian tidak akan sampai kepada yang tidak nampak sebelum kalian mampu mengingkari perkara yang nampak. Inilah pelajaran iman yang paling pertama yaitu Menafikan yang Musyahadah (Nampak) dan mengitsbatkan yang Ghoiru Musyahadah (Tidak Nampak). Satu bentuk perubahan yang ada pada satu mahluk hubungannya bukanlah dengan mahluk yang lain tetapi hubungannya langsung dengan perintah Allah swt.

Contoh : Matahari itu mendatangkan panas bukan karena mataharinya. Panas yang datang dari matahari ini datangnya langsung dari perintah Allah swt.

Inilah dakwahnya para anbiya as, bahwasanya perubahan yang terjadi pada mahluk ini hubungannya langsung kepada perintah Allah swt. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan diri Allah swt. Ketika kamu melihat satu perubahan pada mahluknya, Allah swt sedang memperkenalkan dirinya. Ketika kamu lihat satu bintang di langit lalu menghilang, kemudian datang bulan. Bulan pun juga menghilang ketika datang matahari. Semua ini untuk memperkenalkan kehebatan Allah swt. Inilah yang diajarkan oleh para anbiya AS yaitu memperkenalkan Allah swt kepada ummat. Bahwasanya Allah swt memperkenalkan dirinya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mahluk. Inilah yang namanya Tauhid.

Ahli Tauhid : Mengenal Allah swt dan QudratNya dari perubahan-perubahan pada diri Mahluk.

Berbeda dengan yang diajarkan oleh Ahli Dunia.

Ahli Science : mengatakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada satu mahluk itu dikarenakan Mahluk yang lain.

Inilah yang di ajarkan oleh pengikut science, orang-orang ahli dunia. Ahli science ini mereka beriman kepada yang nampak tidak percaya pada yang tidak nampak. Sehingga sulit bagi mereka menerima perkara-perkara yang tidak nampak dan yang bertentangan dengan logika mereka, akal mereka.

Syaidina Ali bin Abi Thalib RA :

“Saya mengenal Allah swt ketika saya menginginkan sesuatu namun tidak terjadi.”

Ali RA mengenal Allah swt ketika dia ingin melakukan sesuatu namun tidak terjadi. Apa yang saya inginkan namun tidak terjadi disitulah saya mengenal Tuhanku. Apa yang ada pada dirimu semuanya dari kebendaan, harta, jabatan itu semua kuncinya ada pada tangan Allah swt. ketika ad aasbab di tangan seseorang, maka orang-orang akan mengatakan bahwa saya telah dipilihkan asbab. Asbab ini saya berhak memilih. Padahal manusia itu tidak punya hak memilih. Disini Allah swt memberikan dia asbab tapi hak memilih asbab ada pada tangan Allah swt. Bukan berarti ketika dia mendapatkan sesuatu lalu dia mengatakan ini adalah pilihan saya. Tidak seperti itu, datangnya sesuatu itu bukan karena pilihan kita, tapi datang dari keputusan Allah swt. Seseorang ketika lapar dia memilih untuk makan. Padahal sebenarnya dia tidak memilih, Allah swt memberikan dia asbab, karena keputusan ada di tangan Allah swt.

Keputusan Allah swt dalam setiap asbab ini adalah tanda bahwa manusia tidak bisa memilih, hak memilih ini ada pada Allah swt saja. Allah swt lah yang membuat dia memilih untuk makan, bukan karena pilihan dia. Seandainya manusia itu punya pilihan, tentu tidak ada orang yang tidak berhasil semuanya berhasil. Seperti ketika orang minum obat tentu kalau pilihan ada di dia maka kesembuhan adalah kepastian. Seseorang yang memiliki senjata api tentu dia akan aman jika pilihan ada di dia. Seorang mulai berbisnis jika pilihan ada dia maka tentu dia akan selalu beruntung. Ini semua jika seseorang punya hak memilih.

Asbab itu para anbiya AS itupun tidak punya untuk hak memilih asbab. Padahal Anbiya AS ini adalah orang yang sangat dekat dengan Allah swt. Jika para anbiya AS saja itu mereka tidak punya hak pilih terhadap asbab bagaimana dengan yang bukan Anbiya. Padahal Allah swt telah ridho pada asbab yang telah Allah swt pilih untuk para Anbiya AS. Jika para Anbiya AS mereka saja tidak punya hak pilih atas asbab bagaimana dengan yang bukan Anbiya.

Doa Nabi Sulaiman :
Robbi Habli Mulkan Laa Yanbaghii Li Ahadin min ba’di, innaka Antal Wahab.
Artinya
“Ya Tuhanku anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun. Sungguh Engkaulah yang Maha Pemberi.”
Nabi sulaiman memohon kepada Allah swt kerajaan yang satu orangpun tidak akan pernah memilikinya selain beliau AS bahkan setelah mati sekalipun. Kerajaan yang dimiliki Nabi sulaiman AS itu adalah pemberian Allah swt. Tidak ada asbab yang Allah swt berikan kepada mahluk lebih banyak dari yang diberikan kepada Nabi Sulaiman AS. Asbab yang Allah swt berikan kepada Nabi Sulaiman itu asbab yang sangat banyak. Nabi sulaiman AS menguasai angin dan musim dari panas dan dingin. Awanpun telah ditundukkan Allah swt untuk Nabi sulaiman AS. Dibanding asbab yang kita miliki, kita hanya punya toko, kedai, warung, kebun, sawah, dagang. Kita tidak bisa menundukkan angin, kita tidak bisa menguasai awan. Ketika kita mau buat pesta pernikahan kita sudah lihat ramalan cuaca. Kita pilih tanggal Pesta yang menurut ramalan cuaca tidak akan turun hujan. Namun ketika acara pesta di hari tanggal tersebut diadakan turun hujan. Kita tidak menguasai hujan. Kita hanya bisa berdagang dan bertani saja asbab kita.

Perkara yang tidak mungkin pada diri kita, itu mungkin terjadi pada Nabi Sulaiman AS. Nabi Sulaiman memerintahkan untuk membawa tahta kerajaan Ratu Bilqis dalam waktu sekedip mata. Tahkta kerajaan Ratu Bilqis dibawa kehadapan Nabi Sulaiman AS hanya dalam hitungan kedipan mata saja. Berapa lama membawa tahta kerajaan ratu bilqis ? hanya sekedip mata saja. Nabi sulaiman berkedip ketika membuka mata Tahta Istana Ratu Bilqis sudah dihadapan beliau. Dalam hitungan waktu yang sangat singkat.

Allah swt berfirman :

Qālallażī ‘indahụ ‘ilmum minal-kitābi ana ātīka bihī qabla ay yartadda ilaika ṭarfuk, fa lammā ra`āhu mustaqirran ‘indahụ qāla hāżā min faḍli rabbī, liyabluwanī a asykuru am akfur, wa man syakara fa innamā yasykuru linafsih, wa mang kafara fa inna rabbī ganiyyung karīm

Artinya:

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Alkitab, ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka, tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.'”

(QS. An-Naml, 27:40)

Note penulis :

Apa kata Nabi sulaiman AS vs apa kata Qorun :

1. “Hadza Min Fadli Rabbi” : “Ini adalah Karunia dari Rabbku”

 Nabi Sulaiman AS Menisbatkan Nikmat kepada Allah swt.


2. “Innamā Utītuhụ ‘Alā ‘Ilmin ‘Indī” : “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”

 Qorun Menisbatkan Nikmat pada diri sendiri, Klaim Merasa Mampu, bentuk pengakuan diri.

Hari ini orang ketika Tijarat, berdagang atau berbisnis, dia sudah dapat barang dari pabrik sehingga dia bisa mendapatkan harga yang sangat murah. Kemudian dia sudah mempunyai hubungan baik dengan kepolisian, agar barangnya tidak tertahan. Dia sudah mempunyai hubungan baik dengan pegawai-pegawai pemerintah urusan perekonomian. Dia sudah punya karyawan yang bekerja di kantornya atau tokonya. Lalu dia akan merasa bahwa semuanya sudah lengkap, komplit, kita akan sukses. Kita sudah punya koneksi, kita sudah iklankan barang kita, kita sudah siarkan barang kita di media-media sosial. Dari perencanaan yang telah dibuat ini, kita akan sukses. Merasa diri sendiri bisa dan mampu menyelesaikan urusan dan masalah.

Hazrat Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Setelah sempurnanya semua asbab-asbab kemudian berharap keberhasilan, ini adalah tipuannya asbab.”

Mengharapkan keberhasilan setelah sempurnanya perencanaan asbab-asbab, menurut hazrat maulana yusuf rah.a ini adalah tipuannya asbab. Maka Nabi sulaiman AS setelah diberikan asbab oleh Allah swt, maka berikutnya Allah swt menguji Nabi sulaiman AS. Ketika menguji hambanya Allah swt suka sikap hamba yang Addjizi, orang yang selalu merasa lemah :

“Ya Allah saya tidak mampu berbuat apa-apa, yang bisa hanya engkau saja.”

Allah swt sangat menyukai orang-orang yang merasa dirinya lemah, tidak bisa buat apa-apa. Sedangkan Allah swt tidak menyukai orang-orang yang yang merasa bisa, ngaku-ngaku. Allah swt tidak suka sama orang-orang yang suka buat peng AKU an, merasa diri sesuatu. Dia akan bilang saya bisa melakukan ini dan itu, saya duduk dipemerintahan kalian tidak usah khawatir nanti saya akan bereskan, semua bisa saya atur. Pengakuan-pengakuan seperti ini Allah swt tidak suka kalau ada masalah tidak akan Allah tolong karena merasa diri sesuatu dan merasa bisa.

Apa yang Allah swt suka dan benci :

1. Merasa Lemah (Adjizi) –> Allah swt suka pada diri hamba
2. Merasa Mampu : Klaim dan Pengakuan –> Allah swt Benci

Seorang keluarga dari presiden atau perdana mentri akan merasa aman karena dia punya presiden atau perdana mentri yang menjaganya. Nanti semua perizinan dari gubernur, walikota, semua akan mudah. Dia merasa mudah karena dibelakangnya ada presiden dan perdana menteri. Kalau ada saya semua akan beres, ini semua perkara mudah. Ini adalah perkara yang Allah swt sangat benci. Pengakuan-pengakuan atau klaim-klaim seperti inilah yang Allah swt sangat tidak sukai. Inilah tipuan asbab. Jangankan dari manusia biasa, pengakuan-pengakuan seperti ini tidak Allah swt sukai walaupun itu datang dari seorang Nabi sekalipun.

Orang itu merasa mampu tatkala memiliki asbab-asbab. Sedangkan merasa mampu ini perkara yang dibenci Allah swt. Pengakuan atau Klaim semua sama saya bisa beres ini adalah perkara yang Allah swt tidak sukai.

Kisah Nabi Sulaiman

Allah swt berikan banyak asbab kepada Nabi sulaiman AS. Allah swt tundukkan air, angin, awan, musim, hewan, jin untuk Nabi sulaiman. Kalau Nabi sulaiman AS lewat Allah perintahkan awan untuk menutupi Nabi sulaiman AS dari panas matahari. Ketika nabi sulaiman AS melihat asbab yang demikian banyak maka Nabi sulaiman AS punya niat yang baik. Tidak ada Nabi yang mempunyai niat buruk, semua Nabi itu kalau berniat untuk yang baik-baik. Nabi sulaiman AS berniat untuk mendatangi 100 istrinya malam ini agar lahir dari istri-istrinya anak-anak pejuang agama Allah swt. Nabi sulaiman bukan niat untuk menghasilkan 100 anak yang menjadi pengusaha dari istri-istrinya, tapi 100 pejuang agama Allah swt. Ini niat yang luar biasa, niat yang sangat baik, bukan niat yang buruk. Seorang Nabi ini punya niat anaknya menjadi pejuang agama Allah, beda dengan pengusaha yang ingin anaknya juga pengusaha agar melanjutkan bisnis keluarga. Orang yang ahli dunia maka ketika punya anak juga berharap si anak bisa melanjutkan usaha keluarganya. Lalu malaikat datang kepada Nabi sulaiman agar jangan lupa mengucapkan “Insya Allah” dalam niat dan ikhtiarnya.

Allah swt memberikan asbab kepada manusia, Allah swt ingin melihat sampai dimana ingatan hambaku kepadaku. Allah swt memberikan asbab melihat kepada 3 perkara :

1. Ketika Allah swt beri hambanya Asbab Apakah dia berharap pada hasil asbab atau tetap berharap pada Allah swt

2. Ketika Allah swt beri hambanya Asbab apakah dia mengingat Allah swt atau ingatannya hanya pada Asbab tapi lupa kepada Allah swt.

3. Ketika Allah swt beri hambanya asbab apakah dia tertinggal amal atau dia tetap istiqomah pada amal.

Apa maknanya mengingat Allah swt yaitu ketika diberi asbab tetap tawajjuh pada Allah swt, tetap mengikuti perintah Allah swt. Maksudnya apakah dia sekedar mengingat Allah swt tapi lalai dari perintah, meninggalkan amal. Dia tau asbab ini datang dari Allah swt tapi tidak buat amal.

Nabi sulaiman AS mendatangi istri-istrinya untuk melaksanakan rencana punya anak seorang pejuang agama. Namun disini Nabi sulaiman AS lupa mengucapkan “Insya Allah”. Padahal malaikat Jibril sudah datang dan mengingatkan untuk ucapkanlah “Insya Allah”. Maka dari 100 istri Nabi sulaman AS tidak ada yang melahirkan kecuali 1 orang saja itupun bayi yang dilahirkan cacat berat. Orang yang berbuat baik sekalipun masih dengan izin Allah swt. Walaupun itu Kehendak baik inipun masih dengan izin Allah swt.

Nabi saw bersabda :

“Andaikan saudaraku sulaiman AS mengucapkan “Insya Allah” maka 100 istrinya akan melahirkan anak yang akan menjadi pejuang Allah swt.”

Andaikan nabi sulaiman menyandarkan keingan baiknya pada Allah swt maka 100 istrinya semuanya akan melahirkan anak laki-laki yang akan menjadi pejuang agama Allah swt.

Anbiya AS yang diutus untuk perkara agama, dalam hal asbab buat kebaikan saja itupun masih dengan izin Allah swt, kehendak Allah swt. Walaupun dia seorang nabi tetap masih berhajat kepada kehendak Allah swt. Kalau perkara ini saja, setiap anbiya yang diutus untuk kehendak Allah swt, itupun mereka masih berhajat pada kehendak Allah swt. Bagaimana mungkin kita yang tidak diutus untuk perkara tersebut (perkara dunia) itu punya pilihan.

Anbiya AS itu diutus untuk menyampaikan hidayah, Allah swt berfirman :

Wa każālika auḥainā ilaika rụḥam min amrinā, mā kunta tadrī mal-kitābu wa lal-īmānu wa lākin ja’alnāhu nụran nahdī bihī man nasyā`u min ‘ibādinā, wa innaka latahdī ilā ṣirāṭim mustaqīm

Artinya:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

(QS Asy Syura : 52)

Allah swt katakan bahwa wa innaka latahdī ilā ṣirāṭim mustaqīm : “Sesungguhnya kamu benar-benar pemberi petunjuk ke jalan Hidayah ( jalan yang lurus )”


Nabi saw menginginkan pamannya Abu Thalib mendapatkan hidayah. Lalu Nabi saw berkeinginan orang yang membunuh pamannya hamzah RA dibunuh dengan kejam. Nabi marah karena pamannya hamzah dimutilasi dan dibunuh secara sadis hingga wajahnya sampai tidak dikenali lagi. Nabi berkeinginan membalas dengan membunuh 70 orang msuyrik, dan yang membunuh hamzah harus mati, yaitu wahsyi.

1. Allah swt untuk abu Thalib turun ayat :

Innaka lā tahdī man aḥbabta wa lākinnallāha yahdī may yasyā`, wa huwa a’lamu bil-muhtadīn

Artinya:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

2. Allah swt untuk Wahsyi turun ayat :

Qul yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunụba jamī’ā, innahụ huwal-gafụrur-raḥīm

Artinya :

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Azzumar : 53)

Nabi saw yang diutus untuk membawa hidayah, wa innaka latahdī ilā ṣirāṭim mustaqīm : “Sesungguhnya kamu benar-benar pemberi petunjuk ke jalan Hidayah ( jalan yang lurus )”, Namun hidayah bukan ditangan Nabi saw, Innaka lā tahdī man aḥbabta : kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. Bahkan kepada pamannya sendiri yang dicintainya, nabi saw tidak bisa memberinya hidayah. Sedangkan Wahyi yang membunuh paman Nabi saw, Allah swt kasih hidayah. Allah swt sampaikan melalui Nabi saw : yā ‘ibādiyallażīna asrafụ ‘alā anfusihim lā taqnaṭụ mir raḥmatillāh, bagi yang mereka melampaui batas agar jangan berputus asa dari Rahmat Allah swt. Dari hidayah yang Allah swt berikan, ini bukti Nabi saw tidak bisa menguasai perkara yang ghaib. Perkara yang ghaib ini adalah hanya Allah swt semata yang mengetahuinya.

Kisah Nabi SAW ditanya 3 perkara oleh pemuka Yahudi.

Nabi saw ditanya 3 perkara oleh pemuka yahudi. Jika engkau bisa menjawab 3 pertanyaan ini maka kami akan menerima bahwa engkau ini seorang Nabi. Apa pertanyaannya :

1. Apa itu Ruh ?
2. Ashabul Kahfi itu siapa ?
3. Siapakah Dzulqarnain ?

Jika kamu bisa menjawab pertanyaan ini maka kami akan beriman kepadamu. Nabi saw tidak mengtahui jawaban dari 3 pertanyaan ini, mengapa ? karena memang Nabi saw tidak mengetahui perkara yang ghaib selain yang diwahyukan kepada beliau saw. Perkara yang ghaib itu hanya Allah swt saja yang tahu tidak ada yang lain. Aqidah orang beriman sudah rusak asbab perkara seperti ini. Kini orang islam untuk mengetahui perkara yang ghaib datang kepada dukun, peramal, ahli nujum. Untuk mengetahui ramalan-ramalan maka datang kepada dukun-dukun. Mereka ingin mendapatkan jawaban, apakah saya harus menikah ?, bagaimana cara bisnis bisa sukses ? bagaimana karir bisa maju ? Inilah keadaan umat hari ini, dibodoh-bodohi oleh orang bodoh. Hari ini yang membodohi ummat bukan orang pintar tapi orang bodoh. Orang bodoh yang mengaku pintar. Seorang Nabi saja tidak mengetahui perkara Ghoib.

Nabi saw ditanya 3 perkara lalu Nabi saw katakan : “Besok akan saya beri tahu jawabannya”

Nabi saw menjawab seperti ini dengan pikiran Jibril AS sudah biasa datang kepada beliau setiap malam, lalu kembali kepada Allah swt, pasti besok sudah dapat jawabannya. Dipikiran Nabi saw nanti malam akan saya tanya kepada jibril untuk disampaikan kepada Allah swt, besok pasti sudah mendapatkan jawabannya. Seorang Nabi itu diutus agar orang itu bisa beriman kepada Allah swt. Nabi saw diutus agar pemuka yahudi bisa beriman, sudah pasti Allah swt akan membantu Nabi, karena memang atas perkara ini Nabi saw di utus. Makanya Nabi saw katakan kepada pemuka yahudi tersebut bahwa besok kalian akan mendapat jawabannya. Ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa selama 15 hari, bahkan 1 bulan, Nabi saw tidak menerima wahyu. Jibril tidak mendatangi Nabi selama itu. Padahal Nabi saw di utus agar manusia itu beriman, dan ini masih dalam penugasan Nabi saw ketika menghadapi pertanyaan pemuka yahudi. Namun wahyu selama 15 hari tertutup, tidak turun, Jibril AS juga tidak datang. Berapa lama ? dalam satu riwayat sampai 1 bulan.

Ketika itu orang-orang mulai mempertanyakan Nabi saw, ayo dijawab jika kamu ini Nabi, mana jawabannya. Nabi saw terus menunggu wahyu, terus menerus menunggu, berharap wahyu segera datang, untuk menjawab pertanyaan pemuka yahudi tersebut. Maka setelah 15 hari atau riwayat lain 1 bulan, baru turun wahyu. Namun wahyu yang turun bukanlah jawaban dari pertanyaan yang ditunggu, tetapi yang turun justru teguran dari Allah swt kepada Nabi saw.

Allah swt berfirman :

Wa lā taqụlanna lisyai`in innī fā’ilun żālika gadā. Illā ay yasyā`allāhu ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul ‘asā ay yahdiyani rabbī li`aqraba min hāżā rasyadā

Artinya:

Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi”. Kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini”

(QS. Al Kahfi 23-24)

Perkara yang Nabi saw di utus untuk perkara itu yaitu agar manusia ini beriman. Ketika Nabi saw harus memberi jawaban, mesti Allah swt turunkan hidayah.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Untuk perkara itu saja yang nabi saw diutus, Nabi saw masih harus lewat kehendak dan izin Allah swt. Bagaimana mungkin asbab-asbab yang manusia ini tidak diutus untuk perkara tersebut, tidak dengan izin dan kehendak Allah swt.”

Nabi saw ditegur hanya karena tidak mengucapkan “Insya Allah”. Jadi ketika Nabi saw ditanya oleh para sahabat atau siapapun maka seketika itu wahyu turun saat itu juga. Namun ketika Nabi saw menjanjikan besok untuk memberi jawaban dengan pikiran Jibril AS sudah biasa datang, tanpa mengucapkan “Insya Allah”, ini Allah swt tidak suka sehingga wahyu terhenti untuk sekian lama.

Kisah Wanita Tengkar dengan Suami

Ada seorang wanita bertengkar dengan suaminya kemudian Allah swt mendengar suara wanita tersebut. Lalu wanita ini pergi kepada Nabi saw untuk mendapatkan jawaban atas masalahnya. Sebelum wanita itu sampai kepada Nabi saw, Allah swt sudah mengabarkan kepada Nabi saw tentang permasalahan wanita tersebut dan jawabannya.

Lanjutan Kisah Pertanyaan Yahudi

Maka Yahudi itu berkata kepada orang-orang bahwa jika Muhammad bisa menjawab 3 pertanyaan ini berarti dia seorang Nabi. Jika tidak bisa menjawab 3 pertanyaan ini berarti dia bukan seorang Nabi. Selama 15 hari wahyu tidak turun, Nabi saw telah menjadi ejekan orang yahudi dan orang musyrik yang meragukan kenabian beliau. Justru setelah 15 hari wahyu yang turun bukanlah jawaban atas pertanyaan melainkan teguran dari Allah swt asbab Nabi menjanjikan jawaban besok namun tidak mengucapkan “Insya Allah”

Allah swt jadikan wahyu sebagai asbab untuk para Nabi AS mendapatkan ilmu. Asbab turunnya wahyu itupun juga harus disandarkan kepada Allah swt. Allah swt menegur Nabi saw bukan karena ingin orang kafir itu beriman, tidak seperti ini. Nabi berharap yahudi ini masuk islam, tapi wahyu yang turun itu bukan untuk yahudi namun teguran kepada Nabi saw. Teguran dari Allah swt kepada Nabi dikarenan Nabi saw tidak mengucapkan “Insya Allah” ketika menjanjikan jawaban. Ini perkara yang tampak remeh, perkara yang tampak kecil dimata manusia, mengucapkan “Insya Allah”. Namun disisi Allah swt ucapan “Insya Allah” ini merupakan perkara yang besar. Padahal Nabi saw di utus untuk perkara ini menghadapi yahudi, mesti Allah swt turunkan wahyu. Sedangkan Jibril AS tiap malam turun kepada Nabi saw untuk menyampaikan wahyu. Wahyu tidak turun asbab Nabi saw tidak mengucapkan Insya Allah.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Asbab itu ujian dari Allah swt. Asbab berupa wahyu saja itu ujian dari Allah swt bagaimana dengan asbab dunia.”

Inilah letak perbedaan dengan orang beriman dan orang kafir. Dimana letaknya ? Orang kafir itu akan berputar-putar pada mahluk. Hujan ini turun karena ada awan. Awan ini datang karena ada angin. Air laut itu menguap naik ke awan karena ada sinar matahari. Air yang menguap menjadi awan ditiup oleh angin sampai di titik tertentu awan berubah jadi hujan. Air hujan turun ke daratan, lalu mengalir lagi ke laut. Orang kafir ini hanya berputar pada mahluk. Inilah science atau ilmunya orang kafir, hanya berputar pada asbab-asbab saja.

Orang-orang kafir itu jika ingin mengetahui informasi ketika berburu, maka dia akan mengirim anjing. Ketika anjing sudah membawa informasi, barulah orang kafir ini mau melangkah. Jika ingin menangkap pencuri atau pembunuh maka orang kafir ini mengutus anjing untuk mengejar. Ketika kebingungan untuk melangkah harus jalan kemana mereka tidak tahu, anjing di utus untuk mencari. Agar pencuri atau pembunuh itu bisa terdeteksi kabur ke arah mana maka anjingpun diutus. Ketika anjing sudah membawa kabar baru orang kafir ini melangkah menuju ke tempat kaburnya pencuri atau pembunuh.

Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Orang kafir itu mendapat kabar dari anjing. Sedangkan orang beriman itu mendapat kabar dari Nabinya.”

Jika orang kafir saja mau percaya kabar yang datang dari anjing bagamana mungkin orang beriman tidak mau percaya kepada kabar yang datang dari Nabinya. Walaupun kabar yang datang dari Nabi saw itu bertentangan dengan yang dzahir. Dan orang beriman dituntut untuk meyakini kabar tersebut yang datang dari Nabi. Jika meyakini ucapan Nabi pada perkara yang tampak saja maka ini belum dikatakan yakin. Ketika Nabi bersabda satu perkara yang mana perkara ini sesuai dengan yang tampak ini belum dikatakan keyakinan.

Meyakini ucapan Nabi saw yang hanya cocok dengan akal, maka ini adalah jalan kekufuran. Meyakini ucapan nabi saw ketika mengetahui bahwa apa yang disabdakan itu cocok dengan akal atau logika, baru mau meyakininya, ini adalah jalan kekufuran. Baru mau meyakini sabda Nabi ketika bertepetan dengan akal logika. Jika make sense atau masuk akal, baru kita mau meyakininya, inilah jalan kekufuran.

Para sahabat RA ketika itu keimanannya di uji oleh Nabi saw. Mereka ditanya oleh Nabi saw untuk menguji keimanan mereka bukan sekedar maklumat atau teori, pengetahuan saja. Allah swt pun menguji para sahabat Nabi saw apakah kalian ini sahabatnya Muhammad saw atau bukan. Jadi Allah swt pun juga menguji para sahabat RA. Ada beberapa orang yang gagal dalam Imtihan, ujian. Diantara mereka juga ada yang berhasil lolos dari ujian. Jadi para sahabat RA paham bahwa itu ujian dari Allah swt.

Inilah sirah Nabi saw dan para sahabat dalam menghadapi ujian. Ada yang gagal dan ada yang berhasil dalam ujian. Maka kita perlu mengetahui manakah yang berhasil dalam keimanannya dan mana yang gagal dalam keimanananya. Ini semua diketahui dari ujian yang Allah swt kasih.

Kisah Penulis Wahyu Nabi SAW

Ada seseorang yang sering di gunakan Nabi saw menulis wahyu. Dia memiliki tulisan yang bagus, kemudian Rasulullah memberi dia kesempatan untuk menuliskan wahyu. Sehingga Nabi saw begitu mempercayai dia. Dia telah diberikan amanah oleh Nabi saw untuk mencatat wahyu.

Maulana Ilyas Rah.A mengatakan bahwa :

“Jika saya ingin memberi nama pada kerja ini maka saya akan memberikan nama “Tahriki Iman”, pergerakan Iman.”

Ini karena apa yang kita lakukan ini adalah kerja kenabian, kerja nubuwah, untuk meluruskan Iman Yakin. Jangan hanya sekedar kita mengatakan Iman Yakin itu adalah Allah Malik, Allah Kholiq, dan Allah Rozieq, ini hanya baru pembicaraan Iman Yakin. Kisah para sahabat yang berhubungan dengan iman, ujian-ujian yang Allah swt berikan pada mereka, ini pun pembicaraan iman yakin.

Maka sahabat ini yang ditugaskan menulis wahyu oleh Nabi saw, dia murtad dari Islam. Kenapa dia murtad ? karena dia menganggap dirinya sebagai Nabi asbab dia mampu menebak perkataan wahyu sebelum nabi saw sampaikan bertepatan dengan wahyu yang turun dari Nabi saw. Sehingga dia mengatakan dirinya juga bisa mendapatkan wahyu dari Allah swt, dan mengaku sebagai Nabi.

Kisah ini adalah contoh permisalan yang gagal dari ujian yang Allah swt kasih di sirah para sahabat r.hum.

Kisah Nabi saw membeli Kuda

Nabi saw membeli kuda dari seorang Badui. Nabi bertanya kepada badui harga kuda yang hendak beliau beli. Setelah setuju dengan harga yang disepakati, Nabi SAW bilang kuda ini kalau begitu saya beli. Sekarang ikut saya ambil uang, Kuda ini telah saya beli. Maka Nabi saw berjalan cepat untuk membayar kuda yang telah dibeli dari si Badui tadi. Di pertengahan jalan ada orang yang tertarik dengan kuda yang telah dibeli Nabi saw. Kemudian dia mengatakan kepada Badui, apakah kamu mau menjual kudamu. Sementara Badui itu tidak bilang bahwa kuda sudah saya jual kepada orang ini, yakni Nabi Muhammad saw. Si Badui justru mengatakan, ya saya akan jual kamu mau bayar berapa. Maka dia menawarkan harga yang lebih mahal dari Nabi saw kepada badui tersebut. Lalu nabi saw mengatkan kepada badui ini bukankah kuda ini sudah saya beli. Badui itu mengatakan tidak saya belum menjual kuda ini kepadamu. Nabi saw mengatakan kepada yang mau membeli bahwa saya sudah membeli kuda ini.

Asbab penawaran harga yang lebih tinggi, si badui tersebut lebih tertarik menjual kudanya kepada pembeli ke dua, bukan nabi saw. Ketika nabi saw mengatakan bahwa dia sudah membelinya, maka mereka menanyakan siapa saksinya atas klaim nabi saw telah membeli kuda tersebut. Padahal tidak ada saksi, cuman berdua saja antara Nabi saw dan Badui tersebut ketika transaksi. Maka orang-orang berkumpul melihat keadaan tersebut. Hazrat Huzaimah datang di perkumpulan tersebut. Ketika Badui sedang marah-marah berdusta, badui itu menuntut kepada Nabi saw untuk menghadirkan saksi. Seketika itu juga hazrat Khuzaimah RA mengatakan saya lah saksinya bahwa Nabi saw telah membeli kuda itu. Akhirnya kuda itu diberikan kepada Nabi saw.

Lalu setelah bubar Nabi saw mengatakan kepad khuzaimah RA, wahai khuzaimah bagaimana mungkin kamu bisa bersaksi sementara kamu tidak ada ketika transaksi antara aku dan badui tersebut. Kamu tidak melihat transaksi itu karena kamu tidak ada, kenapa bisa mengajukan diri sebagai saksi kata Nabi saw. Coba perhatiakan sirah sahabat khuzaimah RA ini adalah bentuk imtihan, bentuk ujian kepada para sahabat RA. Ini pertanyaan ujian keimanan dari Nabi saw kepada khuzaimah RA. Seandainya Khuzaimah RA mengatakan saya tidak ada dan saya tidak melihat maka saya tidak perlu jadi saksi, saya tidak perlu percaya apa yang di klaim oleh Nabi saw karena saya tidak melihatnya. Maka ini sudah bisa menyebabkan Khuzaimah menjadi Kufur kepada Nabi saw. Nabi saw ingin mengetahui apakah khuzaimah tetap pada persaksiannya atau tidak, maka nabi bertanya kepada khuzaimah RA. Ini pertanyaan yang sangat keras dari Nabi saw kenapa kamu mau bersaksi padahal kamu tidak ada dan tidak melihat. Ini pertanyaan keimanan bagaimana kamu bisa meyakini sesuatu yang kamu tidak lihat dan tidak ditempat kejadian.

Khuzaimah RA berkata :

“Bagaimana saya tidak bersaksi, ini hanya kuda saja, pemilik kuda dan kudanya masih ada, lalu engkau mengklaim telah membeli kuda ini, kenapa saya tidak bersaksi.” Lalu Nabi saw mengatakan apa penyebabnya kamu mau bersaksi padahal kamu tidak ditempat. Khuzaimah RA mengatkan, “Ya Rasullullah, kenapa saya bersaksi karena Tuan sudah bercerita kepada kami mengenai surga dan neraka, tentang Arasy nya Allah swt, bahwa Allah swt itu wujud, yang tidak pernah kami melihatnya. Jika perkara ini saja kami yakini sedangkan kami tidak pernah melihatnya, bagaimana mungkin saya tidak bersaksi atas perkara yang kami masih melihatnya. Bagaimana mungkin kami mengingkari ucapan tuan tuan sedangkan kudanya ada, sementara untuk perkara yang kami tidak melihatnya saja seperti surga dan neraka yang tuan ucapkan itupun kami yakini. Apalagi yang tampak.”

Khuzaimah RA sudah sukses, berhasil lolos dari ujian, imtihan, yang datang dari Nabi saw. Maka Nabi saw mengatakan kepada para sahabat RA bahwa khuzaimah RA adalah orang yang jujur, benar dalam keimanannya. Jika kalian mendapatkan khuzaimah RA bersaksi, maka pasti dia orang yang benar.

Hadratji Maulana Saad sampaikan :

“Orang yang jujur dan benar itu adalah orang yang meyakini ucapan nabi saw walupun bertentangan dengan yang dzohir, yang nampak.”

Naudzubillah seandainya Khuzaimah RA berkata kepada Nabi saw bahwa oh iya saya tidak ada kenapa juga bersaksi, ketika nabi saw bertanya kenapa kamu bersaksi padahal kamu tidak ada. Maka ini sudah cukup membuat beliau RA menjadi kafir. Kenapa ? karena tidak menerima ucapan nabi atas pembelian kuda tersebut. Inilah permisalan Iman Bil Ghoib.

Kisah Sahabat Harits bin Malik RA

Haritsah RA itikaf di mesjid Nabi saw lalu dibangunkan oleh Nabi saw. Ketika baru bangun Nabi saw bertanya kepada Haritsah RA, “Kaifa Ahbabta ya Haritsah ?”, apa kabar kamu wahai haritsah. Nabi saw bertanya keadaan haritsah bangun di pagi ini waktu subuh. Haritsah mengatakan “Asbahtu Mukminan Haqaa.” Saya bangun dalam keadaan iman yang Hakiki, iman yang Haq. Iman sudah sampai ketaraf Hakekat. Apa itu iman yang Haq ? Apa buktinya kata Nabi saw.

Harits bin Malik RA mengatakan :

“Saya melihat surga dan orang-orang penghuni surga mereka saling mengunjungi satu sama lain. Lalu saya melihat Neraka dan orang-orang penghuni neraka mereka berteriak dan saling caci mencaci satu sama lain. Semua ini tampak didepan saya.”

Harist bin Malik RA tidak mengatakan saya mengingat semua apa yang tuan sampaikan tentang surga dan neraka, tidak seperti itu jawaban Harits bin Malik RA. Mengingat itu hubungannya dengan akal bukan dengan Hati. Harits bin Malik RA tidak mengatakan semua yang tuan ucapkan saya ingat, tidak begitu. Tapi harist bin malik RA mengatakan semua yang tuan ceritakan tentang surga dan neraka itu tampak di depan saya. Bukan saya ingat tapi tampak.

Lalu Nabi saw katakan,”Arafta Falzam”, kamu sudah sampai pada tingkatan Makrifat maka Istiqomahlah. Kamu pegang teguhlah keimanan seperti ini kata Nabi saw. Iman itu keluar dari hati seseorang begitu cepat mengalahkan larinya onta yang tidak di ikat. Onta yang tidak di ikat itu kaburnya itu langsung segera seketika itu juga. Iman keluar dari hati orang beriman itu lebih cepat lagi. Ini permisalan Iman bil ghoib.

Iman Ini adalah azas, fondasi, semua perkara fardhu. Lihat kehidupan para sahabat RA dalam mempelajari Iman. Dengan melihat pertanyaan-pertanyaan nabi saw dan pertanyaan para sahabat kepada nabi saw, ini pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan iman.

Sahabat RA bertanya kepada Nabi saw apa itu Iman ? Nabi saw menjawab :

1. Ketika berbuat baik hati kamu senang
2. Ketika berbuat dosa hati kamu susah

(Mahfum Hadits)

Nabi saw bersabda :

“Barangsiapa yang mengucapkan La illaha Illallah dengan Ikhlas maka dia akan masuk surga.” (Mahfum Hadits)

Lalu sahabat bertanya lagi apa Ikhlas kalimat itu ? Nabi saw tidak menjawab bahwa ikhlas itu niat yang lurus. Hari ini orang menyangka bahwa ikhlas itu adalah niat yang lurus. Niat yang lurus itu adalah Niat yang Ikhlas. Sedangkan disini yang sahabat tanyakan adalah Ikhlasnya Kalimat La illaha Illallah.

Pertanyaannya sahabat Ikhlasnya kalimat La illaha Illallah itu apa ? yang menyebabkan seseorang masuk surga itu ikhlasnya seperti apa ? Rasullullah saw menjawab bahwa ikhlasnya adalah :
“Kalimat La Illaha illallah mencegah dia dari perbuatan Haram.”

Inilah Ikhlasnya kalimat La illaha illallah yaitu ketika seseorang mampu mencegah dirinya dari perbuatan yang diharamkan Allah swt. Ikhlas itu yang penting hatinya, tidak bukan ini yang dimaksud. Namun Kalimat la illaha illallah yanga da dalam hatinya mencegah dia melakukan perbuatan yang diharamkan. Inilah ikhlas kalimat la illaha illallah.

Ada satu jemaah berisi 7 orang datang kepada Nabi saw. Maka Nabi saw melihat dari kejauhan ciri-ciri mereka secara dzohir bahwa yang datang ini orang beriman. Wujudnya sunnah dalam dzohir seseorang ini tandanya iman wujud dalam hatinya. Sholat itu sendiri belum menunjukkan keimanan seseorang. Orang yang mengerjakan fardhu-fardhu ini belum bisa dibilang menunjukkan keimanan. Ini baru bisa dibilang wujudnya islam dalam diri orang tersebut, jika dia melakukan semua perkara yang di fardhukan. Ketika seseorang sholat maka orang lain yang melihatnya akan mengetahui bahwa ini orang islam sedang sholat. Kenapa ? karena fardhu-fardhu dari sholat 5 waktu, puasa, zakat, haji, ini semua syarat-syarat keislaman seseorang. Jika dikerjakan ini wujudnya bukti keislaman pada diri seseorang. Jika fardhu-fardhu ini tidak dikerjakan maka syarat keislaman seseorang tidak terpenuhi, sehingga dia tidak bisa dikatakan sebagai orang islam. Mengingkari sholat ini terlalu jauh bagi orang islam, tapi kebanyakan orang islam ini meremehkan yang fardhu. Meremehkan yang fardhu inipun termasuk kekufuran.

1. Mengamalkan yang fardhu ini bukti wujudnya islam pada diri seseorang

2. Meremehkan yang fardhu, bukan mengingkari, ini pun termasuk kekufuran yang ada pada diri seseorang.

Sedangkan keislaman yang dinampakkan itu wujudnya ada pada dzohir seseorang melalui sunnah yang dia amalkan pada dzohirnya. Apa itu dzohir sunnah pada diri orang islam ? semua sunnah yang diamalkan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jadi Sunnah itu adalah Menampakkan Keislaman seseorang. Dzohir sunnah yang wujud pada diri seseorang itu adalah refleksi keimanan yang ada dalam hati seseorang.

Fondasi Islam itu 5 perkara. Jika dia mengamalkan 5 perkara ini baru bisa dibilang orang islam. Namun dia belum menampakkan islam, ini berbeda. Ketika orang sholat, maka orang yang melihatnya akan mengatakan ini orang islam lagi sholat. Sebelum dia sholat itu belum ketahuan apakah dia ini orang islam atau bukan. Ketika tiba waktu sholat lalu dia sholat baru ketauan bahwa ini adalah orang islam. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui bahwa seseorang itu islam sebelum waktu sholat ? inilah peran sunnah yaitu menampakkan dzohir keislaman seseorang. Jadi 5 rukun islam ini adalah fondasi keislaman seseorang, bukan wujud keislaman.

Jika seseorang membuat bangunan maka dia akan membuat fondasi ke bawah tanah. Bangunan islam ini berdiri dengan 5 perkara, rukun islam. Puasa itu tersembunyi, diperut seseorang. Sering kali kita tidak tahu apakah seseorang itu sedang puasa atau tidak. Sholat itu di mesjid atau dirumahnya, sedangkan orang bukan islam tidak melihatnya. Bukan berarti orang ke mesjid bahwa dia sholat belum tentu juga, bisa jadi cuman istirahat saja. Sholat itu bukti seseorang itu islam tapi bukan menampakkan keislaman. Zakat itu juga diberikan kepada orang islam melalui Amil Zakat, orang non islam juga tidak bisa melihatnya. Sedangkan waktu zakat cuman satu kali dalam satu tahun. Haji pun seperti itu orang diluar islam tidak ke mekkah, maka inipun tidak bisa dilihat bagi yang bukan islam. Jadi 5 rukun islam ini bukanlah wujud keislaman seseorang melainkan bukti bahwa dia orang islam. 5 rukun ini amalan yang tidak nampak bagi orang diluar islam secara umum. Untuk menampakkan keislaman ini perlu mewujudkan sunnah nabi saw dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

Menghidupkan sunnah Nabi saw inilah yang akan menampakkan Islam pada ummat. Iman yang berhubungan dengan Allah swt, ini belum manampakkan keislaman. Amal islam yang berhubungan dengan Allah swt seperti Ibadah, rukun islam, ini bukan menunjukan kesempurnaan iman seseorang. Seperti sholat, puasa, zakat, haji, ini ketika dia mengerjakan ini hanya Allah swt yang tahu, belumlah kesempurnaan iman. Sedangkan amal Islam yang berhubungan dengan manusia inilah kesempurnaan Iman. Ketika kita berhadapan dengan orang kafir maka dia tidak mengetahui apakah kita ini orang islam atau bukan.

Adil itu hubungannya dengan Iman. Jika keputusan seseorang itu mengikuti kaumnya ini bukanlah keadilan tetapi ini adalah dosa. Jika keadilan itu mengikuti kepada yang di dzolimi ini baru namanya kebenaran.

Kisah Sahabat Ali bin Abi Thalib
suatu hari, Ali RA sebagai Khalifah sedang berjalan-jalan di pasar, tak disangka, saat itu ia melihat seseorang yahudi sedang menjual baju besi. Ali RA mengenali baju besi tersebut. Dirinya sangat yakin baju besi itu adalah miliknya yang telah hilang beberapa waktu lalu. Khalifah Ali RA langsung mendatangi orang tersebut yang ternyata seorang Yahudi. Ali menyatakan baju besi itu adalah kepunyaannya. Ali RA berkata. “Baju besi ini kepunyaanku yang jatuh dari untaku (Awraq) saat Perang Shiffin,”.
Si Yahudi menolak pernyataan Ali, dan ia pun mempertahankan baju besi yang dipegangnya dengan mengatakan. “Tidak, baju besi ini milikku,” kata dia.
Karena saling mengklaim, maka keduanya sepakat untuk membawa perkara itu ke mahkamah keadilan. Hakim yang menjadi pengadil adalah Syuraih bin Al-Harits Al-Kindi RA dan merupakan sahabat dekat Khalifah Ali RA.
Di mahkamah keadilan, Ali diminta duduk di sisi Syuraih karena beliau adalah Amirul Mukminin. Sedangkan si Yahudi duduk di hadapan keduanya. Namun Ali RA menolak karena ini adalah pengadilan sudah seharusnya Syuraih yang duduk diatas di meja hakim. Si yahudipun berpikir pasti aku akan kalah dalam keadilan orang islam karena dia seorang yahudi dan lawannya adalah amirul mukminin, sedangkan hakimnya adalah bawahan khalifah.
Ali pun mulai mengadukan hal yang menjadi perdebatan di antara dirinya dengan si Yahudi. “Wahai tuan hakim, aku menuntut orang Yahudi ini karena ia telah menguasai baju besi milikku, tanpa sepengetahuanku,” ujar Ali kepada Syuraih.
Syuraih menoleh ke arah si Yahudi dan bertanya, ”Betulkah tuduhan Ali, baju besi yang berada di tanganmu itu miliknya?” Orang Yahudi itu menyanggahnya. ”Tidak, tuan hakim. Baju besi ini kepunyaanku,” kata dia.
Ali tampak emosional dan menuding si Yahudi telah berbohong. “Dia bohong, baju besi itu milikku, dan aku sangat mengenali baju besi itu,” kata Khalifah Ali menegaskan.
Syuraih pun menengahi agar Ali tidak berpanjang-panjang. ”Begini, Saudara Ali bin Abi Thalib. Yang terlihat, baju besi itu kini berada dalam penguasaan Yahudi ini. Jadi, kalau engkau mengklaim baju besi itu milikmu, engkau harus mengajukan dua saksi atau bukti-bukti lainnya.”
Ali pun siap dengan permintaan Syuraih. Ia pun menunjukkan dua anaknya, Hasan dan Husein untuk menjadi saksinya. Namun demikian, kedua saksi yang ditunjuk Ali, ternyata ditolak oleh Syuraih.
”Kesaksian anak kandung, berapa pun jumlahnya, tidak sah menurut hukum yang berlaku. Jadi, kalau tidak ada bukti-bukti lain, tuduhanmu itu batal dan baju besi ini mutlak kepunyaan Yahudi ini,” kata Syuraih.
Karena tak bisa lagi menunjukkan bukti lainnya, Ali menerima vonis yang telah diputuskan oleh Syuraih yang ditunjuk oleh keduanya untuk menjadi pengadil di antara mereka. Tuduhan Khalifah Ali yang juga kepala negara dibatalkan oleh pengadilan. Dan baju besi, tetap berada di tangan si Yahudi. Ali pun dengan lapang dada menerimanya keputusan tersebut. Jadi dalam pengadilan Islam ini keputusan hakim bertentangan dengan amirul mukminin.
Menyaksikan sikap Ali RA ini sebagai khalifah dan si yahudi yang bisa menang dalam pengadilan pemerintahan islam, kejadian Ini membuat si Yahudi terharu. Ia pun mengakui baju besi itu adalah milik Ali yang terjatuh saat Perang Shiffin. Dia melakukan itu untuk menguji Islam apakah agama ini benar atau tidak. Jika pengadilan islam ini tidak adil maka agama islam ini adalah agama yang tidak benar. Asbab ini si yahudi tersebut kemudian mengucapkan syahadat.

Jadi iman itu bukan hanya sampai di ibadah saja. Iman itu apa ? Iman itu ibarat darah yang mengalir di seluruh tubuh. Mulai dari kepala sampai ujung kaki di aliri oleh darah. Begitu pula iman itu mengalir pada seluruh anggota tubuh. Dari tangan, kaki, mata, rambut, pakaian, semuanya mengikuti sunnah nabi saw.
Orang yang tidak hidup sunnah dalam dirinya ini seperti orang yang tidak ada iman dalam hatinya. Sunnah itu adalah wujudnya iman secara dzohir. Menghidupkan sunnah itu refleksi dari Iman yang ada dalam hati. Orang yang tidak menghidupkan sunnah ini dalam hatinya tidak ada iman. Hari ini orang justru bilang jangan lihat dzohirnya tapi lihat hatinya. Sedangkan Hati ini hanya Allah swt yang tahu, tidak ada orang yang tahu hati orang. Bukan dzohir yang kita pandang, hatinya yang penting, ini kata orang-orang.
Hazrat Maulana Yusuf Rah.A mengatakan :
“Kalau memang didalam hati seseorang itu ada iman maka akan wujud pada jasadnya.”

Namun hari ini kita bilang tapi kan dia sholat. Di jaman Nabi saw itu, orang munafikpun juga sholat.

Allah swt firmankan dalam Quran :

Innal-munāfiqīna yukhādi’ụnallāha wa huwa khādi’ụhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmụ kusālā yurā`ụnan-nāsa wa lā yażkurụnallāha illā qalīlā

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

(QS. Annisa : 142 )

Allah swt sendiri yang bilang bahwa orang munafik juga sholat, mengapa kamu katakan seseorang itu, ini dia kan sholat. Jika ukurannya melihat seseorang itu sholat bahwa itu tanda kesempurnaan iman, maka Allah swt katakan dalam al quran bahwa orang munafik juga sholat.

Iman itu akan nampak pada jasad seorang beriman.

Hazrat Maulana Yusuf katakan :

“Jika seseorang itu bangga duduk dalam mobil, kemudian merasa hina duduk diatas keledai, berarti dia bukan orang beriman.”

Kenapa ? Ini karena Nabi saw duduk di keledai, dan ini sunnah. Mengendarai keledai ini sunnah, sedangkan mengendarai mobil itu tidak sunnah. Kemudian merasa bangga duduk di tempat yang bukan sunnah dibanding dengan yang sunnah tanda kerusakan iman. Iman itu akan wujud pada diri seseorang.

Lanjutan Kisah Ali RA vs Yahudi di pengadilan

Jadi si orang yahudi yang menuntut keadilan di pengadilan islam berkata wahai amirul mukminin aku sengaja menguji keadilan islam untuk mengetahui apakah islam ini agama yang benar atau tidak. Asbab apa yang dia lihat dari keadilan islam ini maka si yahudi ini mengucapkan syahadat.

Orang beriman itu bisa diketahui ketika melihat jasadnya. Maka Nabi saw bertanya kepada 7 orang yang datang.
Kisah 7 Sahabat yang Fuqaha
Satu kumpulan 7 orang sahabat telah datang jumpa Nabi saw. Mereka serempak berkata berkata kami ini orang beriman. Jika kita yang ditanya maka kita akan jawab saya ini pedagang, saya petani, saya pengusaha,saya orang indonesia, saya orang india, asbab ketidak pahaman kita. Namun mereka sahabat lserempak menjawab kami orang beriman. Lalu Nabi saw tanya apa buktinya ? Mereka kata dalam diri mereka ada 15 sifat. 5 perkara yang kamu perintah kami beriman dengannya. 5 perkara yang kamu perintah kami beramal dengannya. 5 perkara yang telah ada dalam diri kami sejak zaman jahiliyah lagi.
5 perkara yang kamu perintah kami beriman:
1. beriman kepada Allah dan Rasul
2. beriman kepada malaikat
3. beriman kepada kitab-kitab
4. beriman kepada hari akhirat
5. beriman kepada takdir
5 perkara yang kamu perintah kami beramal:
1. kalimah lailahaillallah muhammadurrasulullah
2. solat
3. zakat
4. puasa di bulan Ramadhan
5. haji
5 perkara yang sedia ada dalam diri kami:
1. sabar ketika susah
2. syukur ketika senang
3. redha dengan keputusan Allah
4. berani berhadapan dengan musuh
5. bila musuh ditimpa kesusahan, kami tidak gembira
Nabi s.a.w kata mereka ini adalah orang-orang yang faqih. Faqih ialah orang yang mempunyai kefahaman yang sempurna tentang agama. Nabi s.a.w telah menunjuk mereka sebagai orang yang fuqaha, udabaq. Kalau pintu kenabian masih terbuka, mereka ini layak untuk jadi nabi kerana ketinggian sifat yang mereka miliki. Ini sifat-sifat yang patut ada pada setiap orang beriman.
Beriman pada Al Quran apa maksudnya ? Maksud dari beriman kepada Al Quran itu adalah mengharamkan apa yang diharamkan Al Quran. Hanya mengetahui isi Al Quran itu bukanlah Iman. Orang Musyrik Mekkah juga tahu isi Al Quran. Mereka yang hanya mengetahui isi sebagaiomana orang musyrik mekkah, ini belum bisa dibilang sebagai orang beriman. Makna beriman kepada Al Quran itu adalah tatkala pengetahuan tentang isi quran itu mampu menghalangi dia berbuat yang di haramkan Al Quran. Nabi saw menyampaikan kepada satu orang yang berbuat ghibbah bahwa orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Al Quran itu, dia tidak beriman pada Al Quran. Apa yang nabi bilang kepada orang yang ghibah bahwa kamu itu tidak beriman.
5 perkara pada amal kami :
1. Bersaksi dengan kalimat la illaha ilallah muhammadarusullah

Maksudnya dari bersaksi atas kalimat maksudnya adalah bukan hanya di lisan tapi mereka buat pula dengan amal atas persaksian kalimat tersebut. Dan kalimat tersebut mampu menjauhkan dirinya dari perkara yang di haramkan.

2. Mendirikan Sholat

Maksudnya sholat mengubah kehidupan seseorang. sebagaiamana sabda nabi saw, bahwa orang yang tidak mengerjakankan sholat maka dia tidak ada bagian dalam islam. Orang yang tidak mengerjakan sholat dia sudah meruntuhkan tiang agama. Kita harus mencari penyebab-penyebab dosa di dalam sholat. Dosa yang dibuat manusia tidak ada hubungannya dengan asbab-asbab diluar, tapi hubungannya dengan dosa di dalam. Asbab dosa di dalam sehingga perbuatan kita diluar mengarah kepada dosa. Pekerjaan menananm di sawah setelah dia bekerja, namun tidak mendatangkan keuntungan. Maka manusia akan berusaha mencari penyebabnya kenapa bisa tidak untung. Mungkin pupuknya, mungkin airnya kurang, mungkin mataharinya kurang, dll. Manusia akan mencari penyebab gagal panen. Semua kerusakan di muka bumi terjadi karena perbuatan manusia. Bumi rusak asbab dosa-dosa yang manusia kerjakan.

Allah swt berfirman :

ẓaharal-fasādu fil-barri wal-baḥri bimā kasabat aidin-nāsi liyużīqahum ba’ḍallażī ‘amilụ la’allahum yarji’ụn

Artinya:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

(QS Ar Rum : 41)
dosa-dosa yang dilakukan manusia asbab dosa dari dalam manusia. Dari dalam inilah terbawa keluar.

Hadits Nabi saw :

“Barangsiapa membaca surat Al Ikhlas selepas sholat subuh di waktu fajar 10 kali, maka syetan tidak bisa menggoda dia, menjatuhkan dia dalam dosa, sampai dia bangun dari tidurnya kembali.”

Dari Hadits ini bisa dipahami bahwa syetan itu sangat lemah.

Allah swt berfirman :

Allażīna āmanụ yuqātilụna fī sabīlillāh, wallażīna kafarụ yuqātilụna fī sabīliṭ-ṭāgụti fa qātilū auliyā`asy-syaiṭān, inna kaidasy-syaiṭāni kāna ḍa’īfā

Artinya:

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

(QS. An Nisa : 76)

Makarnya syaithon, tipu dayanya itu, sangat lemah, kata Allah swt.

Ibnu Abbas RA berkata :

“Orang yang sholatnya tidak bisa mencegah dia dari perbuatan Mungkar, maka tidaka da sholat baginya.”

Maka hendaknya kita mencari penyebab masalah atau dosa di dalam sholat, bukan diluar sholat. Jangan kita lihat asbab-asbab yang ada disekitar kita yang kita fikir sebagai penyebab masalah atau dosa. Namun hendaknya ketika masalah terjadi, kita rujuk pada sholat kita. Ini masalah terjadi asbab sholat kita tidak beres.

3. Menunaikan Zakat

Apa maksud dari menunaikan zakat ? hendaknya orang yang mau mebayar zakat ini menyampaikannya pada yang berhak. Harta zakat ini adalah haknya dari 8 orang mustahiq. Makanan Pokok Zakat itu sudah bukan milik kita, karena memang itu bukan hak kita. Jadi makanan atau uang tersebut adalah hak mereka yaitu 8 orang mustahiq. Berapa banyak hari ini orang tidak mau membayar zakat ? kalaupun mereka membayar zakat tidak sesuai dengan cara yang seharusnya. Kita bilang membayar zakat, padahal firmannya itu menunaikan zakat, bukan membayar. Dalam membayar zakat ini kita mencari orang 8 mustahiq ini untuk menunaikan zakat. Sebagaimana kita mencari air wudhu untuk menunaikan sholat. Seperti inilah kita mencari 8 mustahiq.

Kemudian harta kita yang telah kita keluarkan zakatnya, lebihnya kita gunakan untuk amal-amal. Harta yang paling baik itu kita infakkan pada ilmu. Kita memang bisa infakkan untuk membangun mesjid. Tapi mesjid yang sudah berdiri bagus ini sebenarnya tidak telalu penting untuk kita infakkan. Hanya untuk sekedar kaligrafi saja di mesjid ini bukanlah perkara yang penting. Keindahan mesjid ini tidak membuat mesjid jadi penuh.

Harta kita yang paling baik itu menuju ke ilmu, seperti ke madrasah, pondok tahfidz, dll. Para sahabat dahulu menginfakkan hartanya di jalan Allah untuk dakwah dan taklim. Ini karena dakwah dan taklim ini satu jalan. Para sahabat dahulu menggunakan hartanya untuk mengajarkan agama dan menyampaikan agama sampai ke kampung-kampung. Sahabat sampai melakukan perjalanan selama 1 bulan hanya untuk mengetahui 1 hadits yang pendek. Pergi ke Yaman untuk bertanya mengenai 1 hadits yang pendek.

Hadits yang ditanyakan itu :

Man sataro muslima sataro hullaahu yaumal qiyaamah

Artinya :

“Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya kelak di hari kiamat.”

(HR Bukhari & Muslim)

Kita bukan melihat kemajuan itu dari banyaknya muhaditsin, tapi ghiroh atau kecintaan pada ilmu ini yang kita inginkan sebagaimana sahabat RA. Demi satu hadits ini saja seorang sahabat melakukan perjalanan 1 bulan dari madinah ke Yaman. Setelah mendengar hadit itu sahabat ini langsung kembali lagi ke madinah. Setelah mengetahuinya dia tidak istirahat dulu di rumah gurunya yang mengajarkan hadits atau makan dulu, tidak, dia langsung kembali ke madinah. Mereka tidak mau safarnya itu bercampur dengan perkara dunia. Padahal makan dan istirahat itu perkara penting dalam safar. Bahkan dia tidak mau untuk duduk sebentar sebelum pulang rehat, makan dan minum, tidak sahabat ini langsung berjalan pulang ke madinah. Kenapa ? sahabat ini ke yaman untuk belajar 1 hadits ini, bukan untuk makan dan minum. Sahabat ini dia pergi fissabillillah dengan harta dan dirinya sendiri menyiapkan perbekalan dan kendaraan untuk 1 bulan menuju ke yaman hanya untuk belajar 1 hadits yang pendek. Selesai belajar 1 hadits langsung pulang tidak menunggu bahkan 1 menitpun untuk rehat tidak dilakukan. Bukan seperti kita mumpung kita di yaman, kita beli barang-barang yang murah. Ngambil manfaat dunia ketika mencari akherat, itulah kita hari ini. Sahabat mencari akherat tidak mau bercampur dengan dunia, walaupun hanya sekedar makan dan minum, dan istirahat sejenak memulihkan kondisi, itupun tidak dilakukan sahabat RA ini.

Sahabat menghabiskan harta mereka untuk perkara dakwah dan ilmu. Mereka mengajarkan ilmu dan menyampaikan ilmu. Taklim dan Dakwah ini adalah perkara yang sama, satu kesatuan.

Hazrat Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Jika orang islam ini menunaikan zakat dengan cara yang betul, maka di dunia ini tidak akan ada orang yang telanjang dan lapar.”

Jika hari ini masih ada orang di dunia, bukan hanya orang islam, yang telanjang tidak memiliki baju, berarti masih ada orang islam yang tidak mau bayar zakat. Kenapa ? asbab cinta harta dunia. Asbab orang islam tidak mau berzakat kini Allah swt buat orang islam bayar pajak. Padahal Zakat vs Pajak, zakat ini kecil sekali, Bersihkan harta dengan zakat atau harta kita menjadi tidak suci walaupun untuk beramal.

Hari ini kita habiskan harta kita hanya untuk pernikahan. Miliaran habis harta hanya untuk mengadakan pesta. Kini orang berpikir setelah dia berzakat dia akan berkata saya sudah tunaikan zakat, maka selebihnya ini adalah milik saya, terserah saya mau menggunakannya untuk apa. Kini saya mau pakai buat pesta, atau berfoya-foya, atau liburan jalan-jalan, ini semua terserah saya karena saya sudah bayar zakatnya. Ini pemikiran yang keliru. Jangan pahami bahwa setelah bayar zakat harta yang lebih sudah bebas kita gunakan. Jangan kita memahaminya seperti itu.

Contoh :

Kamu menyembelih 1 ekor kambing. Dengan menyembelih kambing ini membuat kambing telah menjadi halal. Sebagaimana kita setelah membayar zakat, maka harta yang lebih menjadi halal. Bukan berarti bahwa harta ini telah saya keluarkan zakatnya, kelebihannya sudah suci untuk saya gunakan memenuhi keinginan-keinginan hawa nafsu saya.

Harta ini hendaknya di gunakan untuk ta’awun agamanya Allah swt yaitu gunakan hartamu di jalan Allah swt. Harta jadi berkah Allah swt gunakan 2 pintu :

1. Zakat : Mensucikan Harta
2. Infak : Kelebihannya digunakan di Jalan Allah swt.

Infak setelah zakat ini akan mendatangkan keberkahan pada harta kita. Zakat itu fardhu, Infak ini sunnah. Harta zakat ini milik fakir dan miskin. Jangan berpikir bahwa kita telah berbuat baik kepada fakir miskin karena telah membayar zakat, tidak seperti itu. Justru orang fakir dan miskin itulah yang telah berbuat baik kepada saya dengan menerima zakat saya. Asbab mereka saya bisa menunaikan perintah Allah swt. Asbab mereka, Harta kita telah disucikan. Jadi bukan kita berbuat baik kepada mereka, tapi mereka lah yang sesungguhnya telah berbuat baik kepada kita. Jadi untuk membayar zakat ini kitalah yang seharusnya mencari mereka penerima zakat.

Hazrat Maulana Yusuf Rah.A katakan :

“Membayar zakat dengan cara mencari mustahiq, ini seharusnya dilakukan seperti anak kecil yang mencari temannya ketika bermain petak umpat.”

Mencari temanya ketika bermain petak umpat ini pekerjaan yang amat susah bagi anak kecil, dia mencari terus mencari disana sini agar ketemu temannya yang dicari. Seperti inilah seharusnya kita mencari mustahiq yang mau menerima zakat kita. Bukannya tidak kelihatan permainan petak umpat itu temannya tapi mereka memang bersembunyi, begitulah mustahiq.

Di zaman sahabat RA, mereka para sahabat mencari orang miskin untuk membayar zakat, sedangkan orang-orang miskin itu bersembunyi. Orang miskin di zaman sahabat ini mereka menyembunyikan kemiskinannya tidak mau kelihatan miskin oelh orang lain. Mereka selalu menampakkan bahwa mereka ini bukan orang miskin. Mereka menyembunyikan dirinya karena mereka hanya mau menaruh hajatnya kepada Allah swt saja. Sehingga para sahabat RA kebingungan ketika mau membayar zakat karena mereka harus mencari mustahiq zakat.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Berbeda dengan sahabat RA, hari ini keadaan telah terbalik. Orang miskin mencari orang-orang kaya yang bersembunyi tidak mau bayar zakat.”

Beda kita dan sahabat RA :

1. Sahabat mencari orang miskin yang bersembunyi agar mau menerima zakat mereka

2. Orang miskin hari ini mencari orang kaya yang bersembunyi karena tidak mau bayar zakat

4. Kami Puasa di Bulan Ramadhan
5. Dan Kami Naik Haji
Ini 5 perkara pada amal yang mereka sampaikan kepada Nabi saw. Lalu mereka menambahkan lagi ada 5 perkara yang sudah ada pada diri kami semenjak masa jahiliah.
Apa itu 5 perkara yang sudah ada dalam diri kami ketika masa jahiliyah :
1. Sifat Sabar

Sabar itu apa ? ketika ada masalah tetap pada amal. Hafalkan ini dalam diri kita pahamkan. Sabar itu adalah ketika masalah datang, maka kita tetap beramal. Masalah-masalah yang datang karena dosa itu tidak bisa diselesaikan dengan sabar. Hari ini orang bersabar dengan dosa. Padahal sabar itu baru bermanfaat jika disertai dengan Taqwa.

Allah swt berfirman:

Yā ayyuhallażīna āmanuṣbirụ wa ṣābirụ wa rābiṭụ, wattaqullāha la’allakum tufliḥụn

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

(QS. Ali Imran : 200)

Ayatnya itu perintahnya Sabar dan Takwa. Jadi sabar itu bermanfaat jika disertakan dengan takwa. Sedangkan sabar dengan dosa ini tidak akan mendatangkan manfaat apapun.

Contoh :

Kita sabar atas pemerintahan yang dzolim. Kita sabar sampai pemerintahan berikatnya. Sabar sampai pemerintahan yang sekarang habis waktunya dan diganti. Sabar seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Pemerintahan berikutnya tetap pemerintahan yang dzolim. Ketika pemerintahan ganti tetap yang berkuasa berikutnya adalah pemerintahan yang dzolim.

Sabar yang mendatangkan pertolongan Allah adalah Sabar yang disertai dengan Takwa. Permasalahan yang datang akibat dosa ini tidak bisa diselesaikan dengan sabar. Sabar yang seperti ini tidak bisa menyelesaikan masalah. Sabr itu dengan Takwa. Ketika datang masalah tetap dengan amal.

Kisah Sabarnya Nabi Yusuf AS.

Sabar nya Nabi Yusuf AS itu sabar yang disertai taqwa. Ketika Nabi Yusuf dijebloskan dalam penjara dia sabar dan tetap dakwah, tetap dalam amal, inilah taqwa. Ketika masalah datang tetap dalam amal. Ketika dimasukkan penjara Nabi yusuf AS tetap dakwah Illallah, bukannya malah berpikir karena dakwah nih kita dimasukin penjara. Gara-gara dakwah saya dimasukkan penjara, maka saya tidak mau lagi dakwah. Tidak begitu dengan Nabi yusuf AS. Nabi Yusuf Dakwah illallah justru di masukkan kedalam penjara. Selama berapa lama ? selama 9 tahun nabi yusuf di penjara karena dakwah. Dipenjara, makan tidak enak, tidur tidak enak, keadaan tidak enak, tetap dakwah illallah. Sedangkan kita bukan dalam penjara, baru makan tidak enak, sudah malas dakwah illallah.

Nabi Yusuf AS dalam penjara makan tidak enak, tidur tidak enak, tetap dakwah illallah. Sabar yang disertai takwa maka pertolongan Allah swt akan segera datang. Sabar itu bukan diam. Pencuri itu ketika dipukul oleh polisi agar dia mengaku, dia sabar saja. Saya sabar dipukulin polisi, padahal dia pencuri. Ini bukan sabar.

2. Sifat Syukur
3. Ketika Musuh kami mendapat musibah kami tidak bergembira
4. Kami memegang Teguh Ucapan Kami. Apa yang kami Ucapkan itu yang kami lakukan.
5. Apapun yang telah diputuskan Allah swt kepada Kami itulah yang kami terima (Ridhoi).
Orang-orang musyrik di zaman Nabi saw dan para sahabat sebelum mereka masuk islam, mereka sudah meyakini Allah ta’ala. Maka mendengar ucapan ini Nabi saw sangat gembira. Nabi saw bilang orang-orang ini adalah Fuqaha, Ahli Fiqih, dan Udaba, menguasai Tarbiyah. Hampir-hampir mereka ini menjadi nabi-nabi kata Rasullullah saw asbab penjelasan mereka.
Lalu Nabi saw menambahkan 5 perkara lagi untuk mereka amalkan :
1. Jangan mengumpulkan harta melebihi yang dibutuhkan
2. Jangan mendirikan bangunan melebihi yang secukupnya
3. Jangan menyimpan makanan melebihi yang secukupnya
4. Jangan kamu menaruh harapan pada dunia
5. Takutlah kepada Allah swt yang kepadaNya lah kalian akan dikumpulkan
Maka pahamilah tuntutan-tuntutan Iman itu apa saja. Berimanlah sebagaimana imannya para sahabat. Berimanlah sebagaimana yang disampaikan oleh Nabi saw dan para Sahabat RA. Iman yang betul akan membawa seseorang itu kepada ketaatan. Orang beriman itu seperti unta yang di ikat hidungnya. Unta itu kalo tidak di ikat hidungnya, unta itu liar. Namun ketika hidung dia di ikat, unta liar ini akan patuh. Jika ditarik keatas dia akan berdiri, jika ditari kebawah dia akan duduk, jika di giring ke kanan atau ke kiri dia akan ikut. Maka untuk meluruskan iman seseorang harus belajar iman. Seseorang tidak mungkin dapat meluruskan imannya tanpa belajar Iman.

sahabat berkata “Ta’alamal iman Qobla Ta’alamal Quran” : Kami belajar Iman sebelum Belajar Quran. Inilah maksud keluar di jalan Allah swt yaitu mempelajari iman. Ummat hendaknya meluruskan Aqidah-aqidah keimanannya. Dengan keimanan yang betul ummat baru bisa memperbaiki ketaatannya pada Allah swt. Inilah maksud geraknya kita di jalan Allah swt. Inilah maksud para Anbiya AS di utus ke muka bumi. Para Nabi membawa manusia meninggalkan kesan pada mahluk hanya kesan kepada Allah swt saja. Para Anbiya AS diutus untuk mengenalkan Allah swt kepada manusia.

Allah swt berfirman :

Wa mā arsalnā ming qablika mir rasụlin illā nụḥī ilaihi annahụ lā ilāha illā ana fa’budụn

Artinya:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

(QS. 21:25)

Para Nabi diutus untuk meluruskan keyakinan ummat kepada Allah. Hanya Allah yang berkuasa selain Allah tidak ada kuasa, tidak bisa-apa-apa. Allah swt adalah pengusaha mutlak dan satu-satunya yang berkuasa. Inilah maksud gerak kita. Membawa umat ke mesjid dengan membuat halaqah-halaqah pembicaraan Iman.

2 perkara Fardhu :

1. Iman
2. Ilmu

Inilah janji Allah swt :

“Barangsiapa yang menghendaki Iman dan Ilmu, Allah swt akan memberikan kepadanya.”

Sakitnya satu orang adalah sakitnya seluruh ummat bukan seorang saja. Karena ummat ini satu jasad. Sebagaimana perut sakit maka semua badan merasakan. Sakitnya ummat ini adalah sakit semua orang, karena ummat ini ibarat satu jasad, perut sakit semua merasakan.

Kejahilan yang ada pada diri ummat, penyakit jahil ini seharusnya ada dirasakan pada diri seorang dai. Jika dai ini tidak merasa sakit maka dai ini bukan ummat. Jika dai ini bagian dari ummat, satu jasad, maka dia akan merasa sakit melihat kejahilan pada diri ummat sebagaimana diri dia sendiri.

Buatlah kerja dakwah dengan mengikuti cara Nabi saw dan para sahabat RA.

Maulana Ilyas Rah.A katakan :

“Kerja ini bukan seperti sahabat, tapi terus berusaha sampai dia sama dengan sahabat.”

Bagaimana antara kita dan sahabat sedikitpun tidak ada bedanya, inilah targetnya, bukannya seperti tapi sama dengan sahabat. Maka kita niat sungguh-sungguh kita mau meluruskan kerja kita yaitu buat kerja dakwah dengan berangkat sendiri dengan harta dan diri kita. Bukan dengan mengirim pesan-pesan melalui media. Kita berangkat dengan menggunakan harta, waktu, dan diri sendiri pergi di jalan Allah swt sampai ke seluruh pelosok dunia.

Insya Allah !!!

Blog di WordPress.com.