Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi : Hakekat, Maklumat, dan Taqwa

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi
Nizamuddin Markaz, New Delhi
India

Bayan Subuh

Assalamualaikum wr. Wb.

Setiap sesuatu itu memiliki 2 bentuk :

1. Gambaran (Khayalan) : Teori / Pengetahuan
2. Hakekat (Nyata) : Realitas

Setiap orang tidak bisa mengambil manfaat dari gambaran sesuatu. Manfaat itu hanya bisa diambil dari yang Nyata, Real / Asli. Seperti seseorang yang mau mengambil keuntungan dari perniagaan namun dengan cara mengkhayal saya akan menjual ini dan itu. Maka ini tidak ada manfaatnya. Semua orang faham bahwa dia tidak akan bisa mengambil manfaat tijarot, perdagangan, dari khayalan saja, Imajinasi saja. Walaupun dia membuat khayalan yang tinggi, berimajinasi, membuat gambaran-gambaran business, dia rancang-rancang, tidak akan ada manfaatnya. Manfaat itu akan datang tatkala perdagangan itu nyata, real, baru dia bisa mengambil manfaat. Tidak akan ada orang yang percaya dari khayalan / Imajinasi mendatangkan manfaat yang nyata. Seluruh dunia paham perbedaan ini. Jika tidak memiliki Hakikatnya atau Realitasnya maka kita tidak akan bisa mengambil manfaat.

Pemikiran ini sama persis perbandingannya dengan Iman dan Amal : Ada Gambaran Iman dan ada Hakekat Iman. Jika seseorang itu hanya berkhayal untuk beramal atau imannya hanya sekedar gambaran saja, maka dia pun tidak akan bisa mendapatkan manfaat. Manfaat akan di dapat jika dia sudah memiliki hakekat amal atau hakekat iman. Quran dan Hadits ini isinya semua mengenai hakekat Iman dan Amal, bukan khayalan atau gambaran. Apa yang saya maksud disini Khayalan atau Imajinasi ? ini karena umat hari ini ketika bicara iman dan amal itu sebatas khayalan atau imajinasi saja. Mereka paham hukum-hukum iman dan amal dari wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah. Namun tidak mengamalkannya inilah yang namanya Khayalan atau Teori saja. Orang yang hanya sekedar mengetahui tentang hukum, maklumat, pengetahuan tentang halal, haram, wajib, mubah, sunnah, dan makruh. Namun mereka tidak mengamalkannya maka ini hanya khayalan saja. Iman tahu bahwa :

1. Allah swt memberi rizki.

Tapi dia tidak bisa meninggalkan bisnisnya untuk memenuhi perintah Allah swt.

2. Allah swt menyembuhkan sakit

Tapi ketika sakit yang langsung di ingat adalah obat, bukan Allah swt.

Inilah yang namanya khayalan, teori aja. Seseorang tidak akan bisa mengambil manfaat iman dan amal hanya dengan khayalan saja, teori saja. Keyakinannya ketika minum obat dengan keyakinan dia membaca al fatihah ketika sakit, ini terbalik. Dia lebih meyakini obat dibanding membaca al fatihah untuk kesembuhan. Dia merasa membaca al fatihah tidak memberikan manfaat apa-apa. Atau dia membaca surat al fatihah dengan minum obat. Kalo tidak sembuh karena obat kan saya sudah baca surat al fatihah. Menggabungkan 2 perkara.

Seseorang tidak akan bisa mengambil manfaat dari sekedar khayalan atau teori saja sebelum mendapatkan hakekat langsung. Seseorang tidak akan bisa mendapatkan manfaat dari imannya sebelum dia sampai pada hakekat iman. Bagaimana bisa mendapatkan manfaat kalao cuman teori saja, pengetahuan saja, ini yang namanya berkhayal. Bagaimana bisa imannya mengambil manfaat dari Allah swt jika Imannya bukan yang Hakiki. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengambil manfaat dari amal, jika amalnya ini hanya sebatas teori atau khayalan saja bukan yang hakekat.

Iman dan Amal itu musti berupa hakekat baru seseorang bisa mendapatkan manfaat dari iman dan amal. Iman dan Amal ini 2 perkara yang tidak bisa dipisah. Iman saja tapi tidak amal ini tidak mungkin, sama seperti Amal tanpa iman ini juga tidak mungkin. Saya yakin Rizki ditangan Allah swt tapi waktunya habis untuk berbisnis. Kalo kaita bilang bukankah Allah swt yang beri rizki, dia akan bilang iya Allah swt yang beri rizki, saya sangat yakin itu. Namun dia tidak amal, tidak bisa meninggalkan bisnisnya untuk melaksanakan perintah Allah. Ini namanya teori saja, khayalan saja.

Kisah Abu Hurairah RA vs Umar RA

Nabi saw sampaikan kepada Abu Hurairah untuk mendakwahkan kepada orang-orang bahwa :

“Siapapun yang mengucapkan La illaha Illallah pasti dia masuk surga.”

Ini kamu bawa sendal saya sebagai bukti bahwa perkataan ini dari Nabi saw. Maka Abu Hurairah pun pergi menyampaikan hadits ini. Namun di tengah perjalanan bertemu dengan Umar RA. Mendengar hadits yang akan disampaikan Abu Hurairah RA, Umar RA langsung memukul dada abu hurairah ra. Umar marah kenapa kamu menyampaikan perkara itu. Abu Hurairah RA berkata kepada Umar bahwa ini hadits diperintahkan oleh Nabi saw untuk disampaikan ke orang-orang, ini sendal Nabi saw sebagai buktinya. Maka Umar RA meminta Abu Hurairah RA untuk ikut bersamanya ketemu Nabi saw.

Maka Umar RA ketika bertemu Nabi SAW. Setelah mengkonfirmasi perintah beliau kepada Abu Hurairah RA, dia berkata : “Ya Rasullullah jika ini disampaikan kepada Umat siapa yang mengucapkan La Illaha Illallah pasti masuk surga, maka nanti mereka akan meninggalkan amal.” Maka Nabi saw berkata kepada Umar RA : “Yang kamu ucapkan itu betul.”

Seperti apakah kalimat La illaha illlah yang bisa menyebabkan seseorang masuk surga tanpa menyentuh api neraka ? Nabi saw bersabda :

“Barangsiapa yang mengucapkan La illaha illallah dengan ikhlas maka dia akan masuk surga.”

Lalu sahabat bertanya apa itu Ikhlas ? ini karena sekedar ucapan itu bukanlah keikhlasan. Ikhlas dari kalimat itu adalah ketika dia mampu menghindarkan diri dari perkara yang diharamkan oleh Allah swt. Nabi tidak mengatakan bahwa keikhlasan itu yang penting hatinya.

Nabi saw katakan :

“Ikhlas dari kalimat itu adalah ketika dia mampu menghindarkan diri dia dari perkara yang diharamkan”

Keyakinan dia kepada Allah swt atas kalimat ini mampu mencegah dia dari perbuatan yang diharamkan. Ini adalah hakekatnya La illaha illallah. Jadi kalimat la illaha illallah ini :

1. Ada Lafadznya
2. Ada Hakekatnya

Hari ini orang lebih tawajjuh kepada Lafadnya. Hari ini banyak kita temukan orang mengucapkan lafadz la illaha illallah tapi mendahulukan asbab dunianya. Padahal Makna dari kalimat la illaha illallah ini :

1. Tidak ada yang bisa memberi rizki selain Allah swt.
2. Tidak ada yang bisa menyembuhkan selain Allah swt.
3. Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalan selain Allah swt.
4. Tidak ada yang bisa mengenyangkan selain Allah swt.

Inilah makna La illaha illallah, kalau tiada tuhan selain Allah swt ini arti secara lafadz saja. Kita akan temukan orang mengucapkan lafadz la illaha illallah tapi mendahulukan asbab dunianya, kenapa ? karena hari ini orang hanya tawajjuh kepada Lafadz saja bukan mencari hakekatnya. Dia mengucapkan la illaha illakkah tetapi dia menipu, berbohong, berghibah, tajassus, dan maksiat lainnya. Kenapa ini bisa terjadi ? karena hanya tawajjuh kepada lafadz saja bukan kepada hakekat. Sedangkan Ikhlasnya dari kalimat itu adalah mencegah dia dari perkara yang diharamkan oleh Allah swt.

Kisah Sahabat RA Harits bin Malik

Haritsah RA itikaf di mesjid Nabi saw lalu dibangunkan oleh Nabi saw. Ketika baru bangun Nabi saw bertanya kepada Haritsah RA, “Kaifa Ahbabta ya Haritsah ?”, apa kabar kamu wahai haritsah. Nabi saw bertanya keadaan haritsah bangun di pagi ini, waktu subuh. Haritsah mengatakan “Asbahtu Mukminan Haqaa.” Saya bangun dalam keadaan iman yang Hakiki, iman yang Haq. Iman sudah sampai ketaraf Hakekat. Coba hari ini kita tanya ke orang-orang bagaimana keadaan mereka. Maka mereka akan menjawab keadaan mereka sebagaimana profesi mereka atau keseharian mereka. Tanyakan kepada pedagang bagaimana kabar mereka, tanyakan kepada pejabat bagaimana keadaan mereka, apakah jawaban mereka seperti haritsah bin malik. Padahal Nabi saw tidak bertanya iman kepada haritsah, tapi lihat bagaimana haritsah ra menjawab pertanyaan Nabi. Seseorang akan menjawab sebagaimana maksud hidupnya. Pedagang kalau ditanya maka dia akan menjawab keadaan perdagangannya. Pengusaha akan menjawab keadaan bisnisnya. Pejabat akan menjawab keadaan kerja publiknya. Namun sahabat karena maksud hidupnya ini untuk mendapatkan Keimanan yang maka jawabannya adalah perkara keimanan ketika ditanya Nabi saw. Haritsah mengatakan “Asbahtu Mukminan Haqaa.” Saya bangun dalam keadaan iman yang Haq. Lalu Nabi saw bertanya apa buktinya ?

Harits bin Malik RA mengatakan :

“Saya melihat surga dan neraka seolah-olah ada dihadapan mata saya. Saya melihat surga dan orang-orang penghuni surga mereka saling mengunjungi satu sama lain. Lalu saya melihat Neraka dan orang-orang penghuni neraka mereka berteriak dan saling caci mencaci satu sama lain. Saya melihat penghuni neraka disiksa seperti anjing gila. Semua ini tampak didepan saya.”

Harist bin Malik RA tidak mengatakan saya meilhat itu dalam mimpi saya, tidak seperti itu. Ini bukan mimpi tapi dinampakkan oleh Allah swt di depan mata. Atau saya mengingat semua apa yang tuan sampaikan tentang surga dan neraka, tidak seperti itu jawaban Harits bin Malik RA. Mengingat itu hubungannya dengan akal bukan dengan Hati. Harits bin Malik RA tidak mengatakan semua yang tuan ucapkan saya ingat, tidak begitu. Tapi harist bin malik RA mengatakan semua yang tuan ceritakan tentang surga dan neraka itu tampak di depan saya. Bukan saya ingat tapi tampak.

Lalu Nabi saw katakan,”Arafta Falzam”, kamu sudah sampai pada tingkatan Makrifat maka Istiqomahlah. Kamu pegang teguhlah keimanan seperti ini kata Nabi saw. Nabi tidak katakan kamu sudah sampai ketingkat makrifat yang tertinggi sekarang kamu tidak perlu memikirkan lagi imanmu, tidak perlu sholat lagi, tidak perlu beramal lagi, tidak seperti itu jawaban Nabi saw. Justru yang diperintahkan Nabi saw adalah “Istiqomahlah”, kamu jaga level keimanan yang seperti itu.

Makrifat itu adalah Hakekat. Makrifat itu hubungannya dengan hati. Hakekat iman itu hubungannya dengan hati. Berbeda dengan maklumat. Maklumat itu hanya pengetahuan saja. Tahu ada Surga, Tahu ada Neraka, Tahu ada Mizan, Tahu ada shirat, hanya sekedar tau saja. Maklumat itu hubungannya dengan akal. Semua orang tahu tentang kenikmatan surga. Namun surga ini tidak menyebabkan seseorang untuk bersemangat dalam amal. Orang semua tahu tentang siksa neraka. Tapi neraka yang mereka ketahui tidak mampu menghindarkan mereka dari maksiat. Ini berarti bukan hakekat tapi maklumat, pengetahuan saja. Pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada kita nanti di akherat semuanya berhubungan dengan hakekat, bukan dengan maklumat. Hari ini keimanan kita masih di taraf maklumat. Maklumat itu hubungannya dengan akal.

Hakekat itu apa ? yaitu tatkala maklumat tentang perkara-perkara ghaib mampu mengesankan hati. Maklumat tentang janji keberkahan, khabar tentang kubur, mahsyar, mizan, shirat, surga, dan neraka, itu mampu mengesankan hati. Ketika mendengar tentang surga muncul harapan yang mendorong dia untuk beramal. Ketika mendengar neraka muncul rasa takut yang mampu menghindarkan dia dari perbuatan dosa. Ketika maklumat telah mengesankan hati inilah hakekat.

Apa makna mengesankan hati ? yaitu ketika hati mampu menggerakkan jasad untuk taat pada perintah Allah swt. Hati mampu menggerakkan jasad untuk beramal dan menghindarkan diri kita dari perkara Harom. Pertanyaan yang ada di akherat ini hubungannya dengan hakekat, maklumat tidak bisa dimanfaatkan disana.

Orang-orang musyrik di zaman Nabi saw, mereka tahu betul bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah Nabi. Abu Jahal itu tahu bahwa Nabi Muhammad saw itu seorang Nabi. Tahu bahwa Allah swt itu Tuhan semesta alam. Inilah contoh maklumat, sehingga pengetahuan abu jahal tidak akan memasukkan dia ke dalam surga, walaupun dia tahu.

Pertanyaan di kubur itu hubungannya pada Hakekat bukan maklumat :

1. Man Robbuka : Siapa Tuhanmu ?
2. Man Nabiuka : Siapa Nabimu ?
3. Man Deenuka : Apa Agamamu ?

–> Ini pertanyaan Hakekat, yaitu Realitas ketika hidup di dunia ini.

Kisah Sahabat RA Syaidina Umar bin Khattab RA
Wahai Umar nanti kamu dikubur akan ditanya oleh Malaikat Raqib dan Atid kata Rasullullah saw. Maka Umar RA menjawab kalau saya ditanya tentu akan mudah saya menjawab. Ini kita bicara sahabat yang Iman mereka sudah ke taraf hakekat bukan hanya sekedar maklumat seperti Abu Jahal. Namun lihat bagaimana Nabi saw merespondnya. Nabi saw berkata :

“Wahai Umar nanti di kubur kamu tidak tahu seperti apa yang akan bertanya kepadamu. Bahwa malaikat yang bertanya kepadamu nanti, dari mulutnya akan keluar semburan api ketika berbicara. Sedangkan suaranya malaikat itu akan seperti suara halilintar. Rambutnya sangat panjang, menakutkan. Ditangannya ada palu raksasa. Berat palu tersebut jika seluruh manusia dan jin berkumpul lalu mereka semua berusaha untuk mengankat palu ini, maka mereka tidak akan mampu, tidak akan bergerak sedikitpun. Namun jika malaikat itu mengangkat palu tersebut itu seperti aku mengangkat tongkatku yang ringan ini. Sekali dia memukul dengan palunya begitu kerasnya hingga seluruh mahluk di dunia ini akan mendengarkan pukulannya kecuali jin dan manusia. Satu kali pukulannya akan membuatmu menjadi debu. Ketika kamu nanti ditanya lalu kamu ragu atau gugup dalam menjawabnya hingga terlambat menjawabnya, maka malaikat itu akan memukul kepalamu dengan palunya hingga kamu hancur menjadi debu.”

Lalu Umar RA bertanya lagi, “Ya Rasullullah apakah diriku ketika itu sama dengan diriku seperti sekarang ini ? apakah saya dalam keadaan sadar ?” Kata Nabi saw : “Iya”

Dalam riwayat Nabi saw bercerita tentang Umar RA ketika ditanya malaikat dalam kubur :

1. Siapa Tuhanmu ? lalu Umar menjawab : Tuhanku adalah Allah swt, sekarang Tuhan kalian berdua Siapa ?

2. Siapa Nabimu ? lalu umar RA menjawab : Nabiku Muhammad saw, sekarang Nabi kalian berdua siapa ?

3. Apa agamamu ? Lalu Umar RA menjawab : Agamaku Islam, Agama kalian berdua apa ?

Lalu malaikat tersebut saling memandang dan berkata “Ini kita yang di utus untuk bertanya kepada dia ataukah dia yang diutus untuk bertanya kepada kita.”

Allah swt berfirman :

Wa iżā qīla lahum āminụ kamā āmanan-nāsu qālū a nu`minu kamā āmanas-sufahā`, alā innahum humus-sufahā`u wa lākil lā ya’lamụn

Artinya:

Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana imannya mereka (para Sahabat Nabi saw)”. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

(QS. Al Baqarah : 13)

Allah swt memberi perintah di dalam Al Quran :

Aminu kama Amanannas : “Berimanlah kamu sebagaimana berimannya mereka”.

Yang dimaksud Annas : Manusia, disini adalah para sahabat RA.

Semua Mufassir sepakat yang dimaksud Annas diisini adalah para sahabat RA. Bagaimana mungkin kamu bisa beristirahat sedangkan imanmu belum seperti mereka. Jika imanmu belum seperti mereka maka kamu harus siap dipukul oleh malaikat dengan palunya yang akan membuatmu jadi debu.

Perintah beriman ini Allah swt kasih kepada orang beriman. Aminu kama Amanannas : “Berimanlah kamu sebagaimana berimannya mereka”. Ini perintah untuk orang beriman. Dalam ayat lain Allah swt berfirman :

Yā ayyuhallażīna āmanū āminụ billāhi wa rasụlihī wal-kitābillażī nazzala ‘alā rasụlihī wal-kitābillażī anzala ming qabl, wa may yakfur billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulihī wal-yaumil-ākhiri fa qad ḍalla ḍalālam ba’īdā

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

(QS. Annisa :136)

Allah swt memerintahkan orang-orang beriman :

Yā ayyuhallażīna āmanū āminụ : Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah.

Allah swt telah memberikan orang-orang beriman kalimat taqwa dan mereka lebih berhak atas kalimat tersebut.

Allah swt berfirman :

Iż ja’alallażīna kafarụ fī qulụbihimul-ḥamiyyata ḥamiyyatal-jāhiliyyati fa anzalallāhu sakīnatahụ ‘alā rasụlihī wa ‘alal-mu`minīna wa alzamahum kalimatat-taqwā wa kānū aḥaqqa bihā wa ahlahā, wa kānallāhu bikulli syai`in ‘alīmā

Artinya:

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah memberikan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. Al Fath :26)

Allah swt berfirman :

alzamahum kalimatat-taqwā wa kānū aḥaqqa bihā wa ahlahā : Allah memberikan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya

Apa itu kalimat Taqwa ? yaitu kalimat iman. hari ini ummat memahami kalimat la illaha illallah ini dakwahnya hanya untuk kepada orang kafir saja. Dakwah La illaha illallah ini hanya untuk Ghoiru Muslim, non muslim. Ini pemikiran yang keliru. Padahal perintah beriman itu untuk orang beriman.

alzamahum kalimatat-taqwā : Allah memberikan kepada mereka kalimat Taqwa.

Bahwa kalimat ini yang lebih berhak adalah mereka orang yang beriman, siapa yang bilang ini allah swt.

wa kānū aḥaqqa bihā : mereka (orang beriman) lebih berhak dengan kalimat takwa.

Mengapa kalimat iman itu dianggap sebagai kalimat Taqwa ? ini karena orang yang Imannya Haq, benar, itu akan membuat dia menjadi Taqwa.

Semua Firman Allah swt dan Hadits Nabi saw itu semua adalah Hakekat bukan Maklumat. Jadi kalimat iman itu bisa membawa kepada ketaqwaan. Dengan syarat imannya sudah pada taraf Iman yang Hakiki, Iman yang sebenarnya, Iman yang Haq.

Allah swt berfirman :

Watlu ‘alaihim naba`abnai ādama bil-ḥaqq, iż qarrabā qurbānan fa tuqubbila min aḥadihimā wa lam yutaqabbal minal-ākhar, qāla la`aqtulannak, qāla innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn

Artinya:

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa”.

(QS. Al Maidah : 27)

Allah swt berfirman :

innamā yataqabbalullāhu minal-muttaqīn : Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Diantara bentuk Taqwa yaitu orang yang mempunyai keikhlasan dalam amalnya. Siapa itu orang yang ikhlas ? yaitu orang yang takut dipuji dan takut terkenal. Orang yang takut diberi balasan atas kebaikannya di dunia tidak di akherat”

Apa itu makna Takwa ? diantaranya adalah orang yang selalu ikhlas dalam amalnya. Dia takut diberi balasan atas amalnya di dunia. Khawatir balasannya telah diterima di dunia sebagaimana orang kafir mereka telah Allah swt balas atas kebaikannya di dunia. Ketika orang kafir itu berbuat kebaikan, seperti bersedekah kepada orang beriman, Allah swt langsung ganti kebaikannya di dunia dengan Allah swt perbanyak hartanya. Jadi Takwa itu membuat orang yang ikhlas itu takut mendapatkan balasan atas amalnya di dunia. Kenapa ? karena orang kafirpun supaya tidak mendapatkan balasan di akherat, mereka Allah swt balas kebaikannya di dunia. Jadi nanti di akherat orang kafir ini tinggal dimasukkan kedalam neraka saja.

Jadi orang yang Taqwa itu begitu ikhlasnya dia dalam beramal dia hanya mengaharpkan balasannya atas amalnya di akherat saja. Harta yang Allah swt berikan kepada para sahabat itu adalah harta yang Allah swt ridhoi. Mereka mendapatkannya dengan cara yang halal. Itupun mereka takut dengan harta tersebut. Para sahabat yang kaya itu takut dengan kekayaan yang dimilikinya.

Kisah Sahabat Amar bin Ash RA

Amar bin Ash RA menjelang ajalnya beliau sering menangis, menghadapkan wajahnya ke dinding rumahnya. Lalu orang-orang bertanya apa yang membuat tuan menangis ? padahal tuan berjumpa Nabi saw, dan tuan banyak ikut dalam memperjuangkan agama Allah swt. Banyak pertolongan-pertolongan Allah swt yang turun kepada tuan. seharusnya tuan senang dengan kehidupan tuan kenapa menangis ? kata orang-orang disekitarnya.

Amr bin Ash ini salah satu sahabat yang kaya. Para sahabat itu selalu merasa khawatir atas nikmat yang mereka dapatkan di dunia. Amr bin Ash berkata nanti ketika berjumpa dengan Allah swt, ketika saya bilang selama di dunia saya telah memperjuangkan agama, lalu Allah swt akan menjawab : “Saya telah memberi balasan atas amalmu di dunia.” Inilah ketakutan para sahabat atas nikmat harta yang mereka terima. Mereka takut balasannya telah Allah swt ganti di dunia atas amal-amal yang mereka buat dan harta yang telah mereka infakkan di jalan Allah swt. Inilah ketakutan para sahabat RA, padahal Allah swt telah ridho kepada mereka. Inilah yang menyebabkan para sahabat RA itu begitu takut pada harta.

Amr bin Ash berkata :

Saya telah melewati 3 masa :

1. Pertama itu Masa Kafir, ketika saya masih kafir, saya yakin andaikan saya mati ketika itu pastilah Allah swt akan langsung kirim saya ke neraka.

2. Kedua itu Masa masuk Islam, ketika itu saya jatuh miskin. Andaikan ketika itu saya mati dalam keadaan miskin, saya yakin Allah swt akan memasukkan saya kedalam surga.

3, Ketiga itu Masa Dunia datang kepadaku setelah islam, saya tidak tahu lagi bagaimana keadaan diri saya jika saya mati.

Orang miskin itu dalam riwayat akan masuk kedalam surga 500 tahun lebih awal dari orang kaya. Di akherat nanti ketika orang miskin masuk surga maka orang kaya ingin ikut masuk bersama. Lalu Allah swt menahan orang-orang kaya ini untuk dapat masuk surga bersama orang miskin. Allah swt bilang ini pintu surga untuk orang miskin pintu kamu bukan disini tapi disana beda pintu. Maka orang-orang kaya itu berjalan ke arah pintunya. Jadi ada pintu untuk orang miskin dan ada pintu untuk orang kaya. Maka orang kaya pergi ke arah pintunya. Dan jarak pintu orang miskin ke pintu orang kaya itu 500 tahun perjalanan. Lalu keutamaan orang miskin ini ketika hendak di hisab di pengadilan akherat, mereka akan berkata :

”Ya Allah engkau tidak memberi kami harta ketika kami masih hidup di dunia. Apa yang mau dihitung ya Allah ?”

Analogi

Perhatikan orang yang pergi ke airport. Orang yang tidak membawa bagasi dia tidak akan terlalu banyak ditanya, bisa langsung masuk kedalam. Kalau dia bawa barang maka dia akan ditanya, “ini apa isinya, beratnya melebihi atau tidak, ada membawa benda-benda yang dilarang atau tidak, darimana tuan datang dan mau kemana perginya, dll.”

Maka di akherat nanti orang-orang kaya ini akan ditahan terlebih dahulu sebelum ditanya perihal hartanya, persis seperti orang yang mau masuk di airport. Sementara orang miskin tidak akan ditanya panjang lebar. Sebagaimana orang di airport yang tidak bawa bagasi dia tidak akan ditahan untuk di tanya, dia akan dimudahkan untuk berjalan masuk. Sedangkan yang bawa bagasi dia harus mengantri terlebih dahulu, lama antriannya.

Dulu para sahabat RA itu, mereka takut punya asbab-asbab dunia, kenapa ? kalau mereka punya asbab mereka akan kesulitan mengamalkan agama. Gara-gara ngurus asbab mereka takut tidak bisa ikut memperjuangkan agama. Hari ini orang merasa longgar jika punya asbab. Padahal orang yang banyak asbab itu waktu untuk mengamalkan agama itu jadi lebih sedikit. Asbab itu akan membuat orang menjadi sibuk. Saya tidak punya asbab kasih saya waktu untuk mencari asbab dulu. Padahal asbab itu menyebabkan seseorang menjadi sibuk tidak ada waktu untuk agama. Jadi antara fikir kita dan fikir para sahabat RA itu berbeda.

Hadratji Maulana saad sampaikan :

“Mereka para sahabat RA merasa karena ada asbab mereka kesulitan mengamalkan agama. Sementara kita tanpa asbab justru bikin kita kesulitan untuk amalkan agama.”

Kisah sahabat RA

Ada seorang sahabat RA yang pakaiannya sangat bau. Maka orang-orang bertanya kenapa dia ini pakaiannya bau. Ini karena pakaiannya itu hanya dari kulit unta saja. Sehingga selepas sholat dia langsung pulang kerumah, tidak ikut dzikir terlebih dahulu dengan Nabi saw b’ada sholat. Nabi saw bertanya kenapa kamu pulang selepas salam. Dia menjawab, “Ya Rasullullah pakaian saya hanya satu, dan saya harus bergantian memakainya dengan istri saya agar dia bisa sholat.” Dalam riwayat di bilang ada yang pakaiannya dari kulit unta, dan ada yang bilang bahwa pakaiannya hanya satu saja. Inilah kehidupan para sahabat RA. Bahkan diantara mereka ada yang duduk di majelisnya Rasullullah saw tanpa mengenakan baju karena pakaiannya hanya menutup separuh tubuhnya. Sehingga mereka harus bersembunyi dibalik badan para sahabat RA untuk menutupi badan mereka yang tidak berbaju. Hari ini kita bersembunyi juga di balik badan kawan kita, tapi untuk menutupi tidur kita.

Jadi kalimat La illaha illallah ini adalah kalimat Taqwa. Sungguh mengherankan kehidupan sahabat, mereka menginfakkan hartanya, untuk mengambilnya lagi dari khazanahnya Allah swt.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Dalam pemahaman sahabat, jika mereka menginfakkan harta, Allah swt akan memberikannya lagi harta. Hari ini orang takut menginfakkan hartanya karena takut tidak akan mendapatkan hartanya kembali. Para sahabat mengambil harta dari Allah swt dengan cara menginfakkan hartanya. Hari ini orang-orang mengeluarkan hartanya justru ingin mendapatkan harta lagi dari orang lain.”

1. Jika saya keluarkan uang saya untuk si fulan, maka nanti si fulan ini akan kasih saya proyek dari sana saya akan dapat harta lebih banyak lagi.

2. Kita bantu si fulan, saya berharap di masa depan dia akan bantu kita lagi.

Intinya hari ini orang mengeluarkan hartanya kepada mahluk demi balasan dari mahluk lagi. Orang yang meminta bantuan dari mahluk inilah orang yang 100% tidak akan sukses baik dunia ataupun akherat, yaitu mereka yang meminta balasan dari mahluk.

Kisah di Hari Kiamat

Pada hari itu Allah swt membalas semua perbuatan tidak ada yang terbalaskan. Semua perbuatan sudah dibalas. Sehingga Allah swt mengi’lankan bahwa semua telah diberikan balasannya. Lalu ada satu kelompok besar manusia berkata, “Ya Allah kami belum lagi diberikan balasan.” Maka Allah swt mengatakan bahwa :

”Semua Amal yang kamu kerjakan bukan karena AKU, maka kamu mintalah balasan kepada mereka yang kamu beramal untuknya.”

Semua orang yang kamu beramal untuk mereka, Allah swt bilang kamu minta dari mereka balasan yang kamu cari. Sungguh mengherankan bahwa di hari kiamat, Allah swt mengumpulkan seluruh manusia dalam keadaan telanjang, tidak menggunakan pakaian sehelai kainpun. Kira-kira apa yang dia dapatkan ketika minta balasan atau bantuan mahluk di hari kiamat. Semua nafsi-nafsi, masing-masing, bahkan para Nabipun tidak bisa bantu apa-apa.

Setiap orang dipikirannya ketika itu hanya mau menyelamatkan diri sendiri saja walaupun yang minta bantu itu anak istri kita dan orang tua kita. Semua orang tidak ada pikiran mau bantu orang lain, selamatin diri sendiri masing-masing, nafsi-nafsi. Bayangkan dibangkitkan dalam keadaan telanjang, jika dia punya satu baju dipakai saat itu, satu baju itu pasti tidak akan diberikan kepada yang lain. Di padang mahsyar itu ada orang yang mengenakan baju, tentu dia tidak akan berikan kepada yang lain. Di padang mahsyar ini sangat panas perlu pakaian maka tidak akan diberikan satu-satunya pakaian itu kepada yang lain. Bahkan seorangpun tidak ada yang punya sandal. Seandainya ada yang punya sandal diapun tidak akan memberikan sandalnya kepada yang lain. Apalagi lantai tanah padang mahsyar itu terbuat dari besi tembaga ketika itu. Tidak ada satu orangpun yang memiliki harta benda disana. Presiden, perdana mentri, raja, mereka semua telanjang disana.

Nabi saw bersabda : “Satu barangpun dia tidak punya”

Kenapa manusia Allah swt bangkitkan dalam keadaan telanjang di padang Mahsyar ? ini karena semua balasan amal-amal ini hubungannnya dengan jasad. Sehingga amalan-amalan jasadmu itulah yang akan kami berikan balasan. Jika amalmu itu baik maka akan kami berikan balasan pada jasadmu. Begitupula jika amalmu buruk maka kami akan berikan balasan kepada jasadmu.

Sehingga Allah swt perintahkan dia untuk meminta balasan kepada orang yang kamu buat amal untuk mereka. Orang yang menginginkan balasan dari mahluk. Balasan itu bukan hanya berupa harta, ingin mahsyur juga merupakan balasan. Saya sudah buat pengrobanan yang banyak tapi tidak ada orang yang mengenal saya. Kenapa dia yang terpilih jadi syuro kenapa bukan saya ? Kenapa saya tidak diangkat menjadi amir, kenapa dia yang diangkat menjadi amir ? Para sahabat RA karena sifat ikhlas mereka dalam beramal sehingga mereka sangat takut pada balasan-balasan Allah swt atas amal mereka dibalas di dunia. Sehingga mereka semua terjaga dari perkara-perkara ini, ingin balasan dari mahluk ataupun balasan keduniaan. Sedangakan kita hari ini bilang kita beramal untuk Allah swt, kalau dapat balasan keduniaan kita terma, dan kalau tidak terima balasan tidak masalah.

Kisah Abu Bakar RA

Ketika Abu Bakar RA menjadi khalifah, beliau RA menjadikan Khalid ibn Said sebagai Amir pasukan. Maka di depan pintu rumahnya Khalid ibn Said, beliau RA meletakkan bendera. Jadi setiap rumah yang terpilih menjadi amir, maka abu bakar RA meletakkan bendera. Agar pasukan bisa mengetahui amirnya masing-masing. Sebelum berangkat pasukan ini bersama amir-amirnya, ternyata keamiran diambil lagi oleh Abu Bakar RA. Amirul Mukminin Abu Bakar RA memerintahkan seseorang untuk mengambil bendera tersebut lagi, cabut bendera tersebut bawa kembali. Orang yang di utus oleh abu bakar bilang :

“Amirul Mukminin telah memerintahkan menarik kembali bendera dan mencabut kembali keamiran tuan atas pasukan. mohon jangan merasa kecewa.”

Maka apa kata kholid bin said :

“Bagaimana mungkin saya merasa kecewa, sedangkan ketika saya dijadikan Amir saya tidak bahagia. Saya saja tidak senang dijadikan amir, bagaimana saya kecewa. Kenapa anda jangan kecewa semntara ketika dijadikan amir saja saya tidak senang. Saya malah merasa susah kenapa saya yang dipilih jadi Amir”

Perhatikan ini sirah sahabat adalah fondasi kita, Hadratji Maulana Saad katakan :

“Orang itu hanya merasa susah jika dia tidak menjadi amir adalah orang yang dalam hatinya ada kesenangan menjadi Amir. Dia akan merasa senang ketika dipilih menjadi Amir dan akan merasa susah ketika keamiran dicabut darinya.”

Seperti apa keikhlasan para sahabat RA ? andaikan mereka berjuang, dan kamu tidak berikan mereka harta, kamu tidak puji perjuangan mereka, tetap mereka akan istiqomah. Bahkan harta dan pujian inilah yang bikin mereka khawatir bukan senang. Kenapa ? Ini karena mereka tidak mengharapkan balasan di dunia. Mereka khawatir jika balasan dari perjuangan mereka telah dibayar di dunia oleh Allah swt. Ini karena orang kafirpun juga mendapatkan balasannya di dunia. Sahabat itu selalu khawatir amal-amal mereka dibalas didunia, karena mereka tidak mau balasan-balasan itu di dunia.

Kisah Sahabat RA Futuh Mekah

Nabi saw ketika di masa Futuh Mekah, semua harta diberikan kepada orang-orang musyrik, muhajirin, dan orang baru masuk islam. Sementara orang-orang anshor yang berjuang sejak awal tidak dibagikan harta sama sekali. Satu cangkirpun orang-orang Anshor tidak diberi. Maka ada seseorang memprovokasi orang anshor. Provokator dari kalangan Anshor, dia berkata kita ini sudah mengistiqbali Nabi saw dari awal, kita telah membantu perjuangan Nabi saw, menerima muhajirin, membantu mereka, melindungi mereka adari serangan musuh. Kini sudah futuh mekah, kenapa kita tidak diberikan harta sementara mereka muhajirin bahkan orang musyrik diberikan harta oleh Nabi saw.

Maka kabar ini telah sampai ke nabi saw. Lalu Nabi saw mengumpulkan seluruh orang anshor dan di dalam pertemuan tersebut satu orang muhajirinpun tidak ada yang hadir. Nabi saw berkata dalam pertemuan tersebut bahwa telah sampai kabar kepada saya bahwa orang-orang anshor telah berkata demikian :

“kita ini sudah mengistiqbali Nabi saw dari awal, kita telah membantu perjuangan Nabi saw, menerima muhajirin, membantu mereka, melindungi mereka adari serangan musuh. Kini sudah futuh mekah, kenapa kita tidak diberikan harta sementara mereka muhajirin bahkan orang musyrik diberikan harta oleh Nabi saw.”

Maka semua orang anshor mendengar ini semua menangis. Lalu bangkit salah seorang dari mereka dan berkata :

“Ya Rasullullah tidak ada satupun diantara kami yang berkata demikian. Mungkin yang berbicara seperti ini adalah orang-orang baru. Jangankan meminta harta untuk kami, berharap pun untuk dikasih harta dari tuan, tidak ada didalam hati kami. Tidak ada dari kami orang-orang lama yang mengucapkan perkataan ini. Mungkin ini ucapan orang-orang baru saja.”

Para sahabat dari kalangan anshor menyampaikan ini dalam keadaaan menangis di hadapan Nabi saw. Para sahabat paham menghendaki balasan atas amal ini menyebabkan seseorang bisa terhalang dari kebaikan. Orang Ikhlas itu tidak menginginkan balasan di dunia. Orang ikhlas itu dalam bertindak selalu hati-hati, waspada atas amalnya jangan sampai tertolak. Inilah ciri ciri orang yang mukhlis, orang yang ikhlas dalam beramal, yaitu waspada, sangat hari-hati jangan sampai amalnya ternodai atau rusak. Berbeda dengan orang yang ketika tidak mendapatkan balasan atas keinginannya mereka akan komplain, demonstrasi, protes, inilah orang yang Riya, mencari balasan di dunia.

Contoh :

1. Ketika orang-orang nuntut pemerintah agar mendirikan rumah sakit gratis, lalu untuk mendapatkan ini orang-orang demo ke pemerintah.

2. Ketika orang-orang nuntut pemerintah membuat akses jalan, lalu pemerintah tidak mengabulkannya, maka mereka demo ke pemerintah.

3. Ketika orang-orang merasakan keuntungan dari bisnis mereka berkurang asbab pajak yang tinggi, maka mereka demo ke pemerintah.

Perbedaan Riya vs Mukhlis

1. Orang-orang yang Riya ketika mereka tidak mendapatkan balasan atas keinginan mereka, maka mereka akan demo, protes.

2. Sedangkan orang-orang yang mukhlisin, ketika mereka mendapatkan balasan maka mereka akan khawatir.

Orang yang menghendaki balasan di dunia maka mereka akan terhalang dari kebaikan di akherat.

Kisah Nabi saw vs Amir bin Thufail : Meminta Kekuasaan

Amir bin Thufail ini seorang pemuka dari kaumnya, tokoh kaumnya. Dia bertemu rasullullah saw dan mengajukan 3 perkara. Dia meminta kepada Nabi saw untuk menerima satu dari tiga perkara :

1. Allah swt pilih engkau sebagai Nabi maka Berikan kepada Kami Kekhalifahan

–> Nabi saw bilang ini tidak bisa

2. Berikan Pilihan untuk membagi Wiliyah Kekuasaan agar kami bisa menjadi Penguasa di wilayah tersebut

–> Nabi saw bilang inipun tidak bisa


3. Jika engkau tidak mengabulkan ini maka kami akan berperang denganmu

–> Nabi saw bilang kalau ini silahkan saya terima jika ini yang di inginkan

Amir bin Thufail disini meminta kepada Nabi saw : menjadi khalifah lalu kalau tidak bisa maka dia meminta pembagian wilayah kekuasaan. Jika tidak bisa jadi penguasa negara, dan tidak dapat pembagian kekuasaan, maka dia meminta jadi penguasa di wilayah suatu kota. Dalam riwayat lain, engkau jadi pemimpin di sini biarkan saya jadi pemimpin di tempat lain. Jadi kita tidak perlu saling mengganggu.

Jika kamu tidak kabulkan salah satunya, maka saya akan bawa ribuan pasukan berkuda untuk menyerang kamu. Maka kata Nabi saw kalau yang ketiga ini saya setuju, silahkan saja. Tanah ini milik Allah swt, dan Allah akan mewarisinya kepada siapapun yang Allah swt kehendaki. Tanah ini bukan untuk ladang atau sawah, bukan untuk itu. Maksud dari tanah akan Allah swt wariskan yaitu Allah akan memberikan kepepimpinan atau kerajaan kepada yang Allah swt pilih untuk mewarisinya.

Maka tatkala 3 perkara yang diajukan Amir bin Tufail ini sudah diputuskan oleh Nabi saw yaitu menerima opsi yang ketika : untuk berperang, dia pulang ke negerinya. Lalu ada satu orang wanita Anshor datang ke rumah Amir bin Thufail. Wanita ini melihat Amir bin Thufail sedang terserang penyakit Tho’un. Semua jasadnya Amir bin Thufail ini bengkak dan mengeluarkan nanah. Maka Amir bin Thufail sadar bahwa dia tidak akan selamat. Dia berkata bawah dia tidak mau mati di tempat tidur. Lalu dia minta untuk dibawakan kudanya. Ketika Amir bin Thufail menaiki kudanya, ajal datang Amir bin Thufail mati diatas kudanya. Dia tidak mau dikatakan orang yang mati di tempat tidur. Sehingga dia naik kekudanya dan mati diatas kudanya.

Seringkali di hati seseorang ini ingin mendapatkan dunia : kekuasaan, kepemimpinan, harta, kemahsyuran. Jika dia tidak mendapatkan ini maka dia siap untuk berperang. Kenapa ? karena dia tidak mendapatkan balasan-balasan dunianya. Ketika Amir bin thufail tidak mendapatkan apa yang di inginkannya, maka dia siap melawan, berperang melawan Nabi saw.

Kisah Sahabat Abu Bakar RA vs Umar RA dalam Harta Infaq

Abu Bakar RA membawa semua hartanya. Kemudian dia mengatakan :

“Ya Rasullullah, saya telah berbuat perjanjian dengan Allah swt, bahwa harta saya ini semuanya untuk Allah swt dan jika masih ada lagi, itu juga akan saya gunakan di jalan Allah swt.”

Abu Bakar RA tidak bilang bahwa harta saya ini akan saya berikan semua untuk Allah swt dan tidak ada lagi. Namun yang Abu Bakar bilang ini harta semua dipakai di jalan Allah, kalau masih ada lagi itupun akan saya habiskan semua di jalan Allah swt. Ini kisah bukan tentang menghabiskan semua harta, tidak seperti itu maksudnya. Ini karena dalam suatu hadits nabi saw berkata :

“Lebih baik kamu tinggalkan anak istrimu dalam keadaan kaya. Daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin sehingga mereka menjadi pengemis, minta-minta.”

Cerita ini bukan untuk kamu menghabiskan hartamu, tidak seperti itu.

Lalu Umar RA datang membawa separuh hartanya. Disini bukan suatu dosa syaidina Umar RA hanya membawa separuh hartanya. Kemudian syaidina Umar RA berkata kepada Nabi saw :

“Ini harta yang saya bawa, saya meminta balasannnya dari Allah swt.”

Abu Bakar RA tidak mengatakan ini harta saya infakkan untuk Allah swt, tapi yang beliau katakan :

“harta saya ini semuanya untuk Allah swt dan jika masih ada lagi, itu juga akan saya gunakan di jalan Allah swt.”

Apa perbedaan antar Umar RA dan Abu Bakar RA dalam Infak ini :

1. Umar separuh harta untuk Allah dan mengharapkan balasan dari Allah Swt.

2. Abu Bakar RA seluruh harta untuk Allah swt dan jika ada lagi maka akan di infakkan lagi di jalan Allah swt.


Lalu Nabi saw berkata kepada Umar RA :

“Wahai Umar dari ucapanmu ini saja tali busurmu kalah dari tali busurnya Abu Bakar, sehingga panah Abu Bakar sampai pada tujuan, sedangkan panahmu tidak sampai. Apa yang kamu infakkan kamu akan lihat hasilnya nanti dimana kamu akan lihat perbedaan infakknya Abu Bakar dan infakmu”

Ini adalah permisalan yang diberikan oleh Nabi saw. Apa perbedaanya infak mereka :

1. Umar RA berinfak meminta balasan di dunia
2. Abu Bakar RA berinfak meminta balasan di akherat

Inilah diantara maksudnya dalam berinfak yang membedakan Infak Abu Bakar RA dan Infaknya Umar RA. Lalu ada orang yang meminta balasannya kepada Mahluk.

Syaidina Umar RA masih meminta balasan kepada Allah swt ini saja masih ditegur oleh Nabi saw untuk kembali meluruskan niatnya ketika dia berinfak. Umar RA padahal minta balasan kepada Allah swt bukan kepada mahluk tapi mintanya di dunia. Inipun ditegur Nabi saw.

Dalam riwayat ini Umar RA sebetulnya tidak meminta balasan di dunia, tapi hanya meminta balasan saja. Sedangkan Abu Bakar dalam riwayat yang sama, sama sekali tidak meminta balasan atas pengorbanannya. Abu Bakar RA mengatakan jika ada lagi maka akan saya infakkan di jalan Allah swt.

Hadratji Maulana Saad katakan :

Jika seorang Umar RA yang meminta balasannya dari Allah swt masih ditegur Nabi Saw, bagaimana dengan orang yang meminta balasan dari mahluk ?

Orang yang Ikhlas itulah orang yang Taqwa. Apa manfaat menjadi orang yang Taqwa ?

1. Diberi Jalan Keluar setiap masalahnya
2. Memberikan Rizki dari Tempat yang tidak disangka
3. Allah akan permudah semua urusannya
4. Ampunan dari Allah swt
5. Pahala dilipat gandakan

Pertama, Orang bertaqwa itu akan di berikan jalan keluar dalam segala urusannya

Allah swt berfirman :
Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhroja, wa yarzuqhu min haitshu la yahtasib.
Artinya:
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar. Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduga-duga (terlintas di hatinya).”
(QS. Ath Thalaq : 2)
Taqwa itu walaupun dia berada di tempat yang sepi tetap dalam keadaan takut pada Allah swt. Orang yang meninggalkan kemaksiatan ketika ada mahluk ini bukan orang ikhlas. Orang yang tidak ingin perbuatan buruknya dilihat oleh orang-orang hanya karena ada orang-orang ini tidak bisa disebut mukhlisin. Jika ada orang-orang, maka dia tidak akan menanpakkan keburukannya, jutru dia terus menampakkan kebaikannya, ini bukanlah keikhlasan. Dia merasa tidak enak dilihat sama ini dan tidak enak dilihat sama itu. Dia takut kepada Allah swt tetapi takutnya bercampur dengan takut sama mahluk. Ini bukanlah orang ikhlas.
Sebagaimana beramal itu hanya untuk Allah swt, inilah yang disebut ikhlas. Sebagaimana takut kepada Allah swt itu juga disebut Ikhlas. begitupula menghindari dosa karena Allah swt itu juga disebut ikhlas. Kalau meninggalkan dosa karena mahluk itu bukan ikhlas.
Abdullah Ibnu Abbas RA mengatakan :
“Jika ada orang bersembunyi melakukan dosa, kemudian ada orang tiba-tiba melihatnya. Kemudian di dalam hatinya ada perasaan muncul bahwa ini ada orang yang melihat atau tidak. Perasaan seperti ini yang hadir dalam hati juga termasuk dosa.”
Bahkan kata Ibnu Abbas RA ini adalah termasuk dosa yang besar. Orang yang takut dosanya dilihat oleh mahluk, tentu dia akan mencari kesempatan berbuat dosa, cari waktu yang tepat. Orang yang meninggalkan dosa karena takut pada mahluk, itu dia akan mencari kesempatan untuk berbuat dosa. Orang macam ini bukanlah orang yang ikhlas.
Hadratji Maulana Saad katakan :
“Sebagaimana orang beramal karena Allah swt itu adalah Ikhlas, begitupula meninggalkan dosa karena Allah swt itu juga adalah Ikhlas. Takut dan Harap itu hanya kepada Allah swt bukan kepada Mahluk. Orang yang meninggalkan perbuatan dosa karena takut kepada mahluk, dia juga akan meninggalkan yang Haq karena mahluq.”
Orang yang meninggalkan perbuatan dosa karena takut dihina dan dicaci maki oleh mahluk, maka dia juga akan meninggalkan perkara yang haq karena takut kepada cacian dan hinaan mahluk. Orang musyrik dari raja-raja termasuk abu thalib, mereka orang yang yakin terhadap Nabi saw dan ucapannya. Namun ketika diajak masuk islam mereka berkata : “Nanti apa kata orang / apa kata kaum saya jika saya masuk islam.”

Abu Thalib menolong perjuangan Nabi saw ini karena yakin pada Nabi saw dan ucapannya yang disampaikan adalah benar. Abu Thalib tidak masuk islam karena khawatir cacian da hinaan dari kaumnya. Abu Thalib berkata kepada Nabi saw bahwa dia selalu melakukan apa yang Nabi saw senangi dan semua yang dikatakan Nabi saw adalah benar. Mendengar ucaapan pamannya itu Nabi saw telah menaruh harapan kepada pamannya agar mau menerima islam. Ucapan pamannya membuat Nabi saw berprasangka bahwa pamannya ini sudah condong kepada islam. Walaupun begitu apa ucapan terakhir abu thalib :

“Namun Aku Khawatir ucapan kaum saya kepada saya. Apa kata mereka nanti jika saya masuk islam.”

Raja-raja musyrik tidak mau masuk islam hanya karena takut kepada pengikutnya atau rakyatnya. Mereka tidak mau masuk islam karena khawatir pada cacian rakyatnya. Hari ini orang seperti itu juga. Nabi saw juga berkirim surat kepada mereka raja musyrik. Mereka membalas surat nabi dengan mengatakan apa yang kamu sampaikan itu betul, tapi rakyat kami tidak mau menerima. Raja takut pada hujatan rakyatnya.

Taqwa itu adalah Ikhlas. Taqwa itu ibarat orang yang memakai pakaian tebal yang berjalan di jalan yang banyak durinya ditengah angin yang kencang. Kemudian dia menjaga pakaiannya dengan kencang agar tidak terkena duri. Ini ibaratnya orang Taqwa.

Inilah yang pertama dari keutamaan Taqwa bahwa orang yang bertaqwa itu akan diberikan jalan keluar dalam setiap masalahnya. Hari ini banyak orang ketika mereka tidak menemukan jalan keluar maka dia mulai mencari dengan jalan dosa. Mereka akan katakan ini kita tidak ada jalan lain lagi, riba juga sudah merajalela, maka karena tidak ada jalan lain tidak apa-apa mengambil riba. Sekarang mau bagaimana lagi, bayar tiket, pengiriman barang, modal kerja, transfer uang, pembelian barang di luar negeri, semua memakai riba, kita tidak bisa menghindarinya, maka pakai saja riba itu tidak apa-apa. Sehingga dia masuk kedalam riba.

Padahal Allah swt sudah firmankan bahwa orang yang bertaqwa itu Allah swt akan berikan jalan keluar atas masalahnya. Orang pada umumnya lebih cinta pada hartanya dibanding pada Iman dan amalnya. Secara umum orang memandang keadaan yang baik itu ketika punya rumah yang baik, mobil yang baik, bisnis yang baik, ini di anggap keridhoan Allah swt. Mereka berpendapat jika seseorang punya itu semua, berarti Allah swt ridho pada dia. Padahal banyak harta bukanlah tanda Ridhonya Allah swt. Orang-orang hari ini melihat keadaan-keadaan di sekitarnya lalu menghubungkannya antara kebendaan dengan ridho Allah swt. Orang menyangka jika kaya maka akan mudah urusannya. Sehingga setiap orang berusaha untuk menjadi kaya. Padahal orang yang mudah urusannya itu bukan orang kaya, tetapi orang yang mudah urusannya itu adalah orang yang bertaqwa. Taqwa mau dia orang kaya ataupun orang miskin. Orang Taqwa akan dimudahkan urusannya oleh Allah swt. Dimudahkannya urusan itu hubungannya bukan dengan harta tetapi dengan Taqwa.

Yang kedua keutamaan Taqwa ini adalah Allah swt akan memberikan dia rizki dari tempat atau arah yang tidak dia duga.

wa yarzuqhu min haitshu la yahtasib : Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak diduga-duga

Hari ini orang beriman telah putus asa dengan 2 jalan ini. Apa bentuk putus asanya ?

1. Asumsi Akalnya : Rizki datang harus dengan Asbab. Mereka bilang harta memang akan datang tapi hanya dengan asbab. –> Putus Asa yang pertama

2. Prasangka pada Asbab : Harapan pada Asbab mengalahkan Harapan pada Amal. Dia menaruh harapan pada harta itu lebih kuat daripada harapannya pada amal. –> Putus Asa yang kedua

Putus Asa yang pertama dia menggunakan Akalnya bahwa rizki datang dengan Asbab. Padahal dengan jalan Taqwa, Allah swt janji memberikan rizki. Allah swt beri Rizki dengan jalan Taqwa ini bertentangan dengan Akal. Sedangkan akalnya bilang jika tidak punya asbab maka tidak akan punya rizki. Persangkaan kita hari ini itu terbatasi dengan asbab-asbab. Sehingga persangkaannya yang terbatas menyebabkan rizkinya terbatas.

Contoh : Kalau Tanah saya laku saya akan keluar jika tanah saya tidak laku bagaimana saya bisa keluar, uang tidak ada.

Dia menganggap rizki itu terbatas pada asbab. Ini menyebabkan rizkinya pun jadi susah. Keyakinan kita pada asbab itulah yang membatasi rizki kita. Menaruh prasangka baik kepada asbab menyebabkan seseorang berprasangka buruk kepada Allah swt.

Kisah Abu Bakar RA

Abu Bakar RA mengatakan sesuatu kepada seorang wanita pengembala kambing. Dia mengatakan peraskan untuk saya segelas susu kepada wanita pengembala kambing tersebut.

Note Mubayin :

Di zaman itu susu hewan gembala tidak dijual, menjualnya dianggap aib. Hari ini justru orang menjual susu, bahkan mencampur air dengan susu untuk dijual. Inilah bid’ah zaman sekarang yaitu menjual susu.

Wanita pengembala sapi itu berkata kepada Abu Bakar RA :

“Wahai Hamba Allah, sampai sekarang ini semua kambing saya kering dari susu.”

Maka Abu Bakar RA berkata :

“Susu itu bukan kambing yang berikan tetapi datang dari Allah swt. Allah swt yang berikan susu melalui kambing.”

Dalam riwayat lain wanita itu bahkan seorang wanita musyrik. Abu bakar RA tidak berpikir jika saya dakwahkan dia tidak akan paham bahwa susu itu datang dari Allah swt. Abu Bakar RA tidak menghindari itu kalau saya bicara ini tidak cocok buat dia. Justru Abu Bakar RA bilang langsung bahwa susu ini bukan dari kambing tapi dari Allah swt.

Lalu Abu Bakar RA memegang kambing wanita tersebut dan bilang ke wanita itu untuk pulang ke rumahnya mengambil galon/wadah susu yang besar. Padahal kambing sehat besar saja paling banyak mengeluarkan susu 1 liter atau 2 liter. Ini Abu Bakar menyuruh mengambil galon atau wadah besar bukan wadah kecil yang ukuran 1-2 liter. Maka si wanita itu kembali kerumahnya mengambil wadah yang besar. Padahal secara kasat mata melihat kondisi kambing itu tidak memungkinkan bisa mengeluarkan susu. Tapi apa yang terjadi dari kambing yang kurus secara kasat mata, dia mengeluarkan susu yang sangat banyak memenuhi wadah yang besar. Abu Bakar RA meminta beberapa susu untuk diminum bahkan diminta juga sebagian untuk dibawakan kepada Nabi saw. Selebihnya diberikan kepada wanita tersebut untuk dibawa pulang. Kambing itu memberikan susu dengan keterbatasannya memberikan 1-2 liter itu bukan Qudratullah. Kini asbab fikiran kita yang sudah dibatasi bahwa kambing hanya bisa mengeluarkan susu 1-2 liter saja maksimal, maka dia tidak akan bisa memberi susu lagi. Inilah yang ada dipikiran orang-orang.

Putusa asa yang kedua adalah ketika keyakinan dia pada asbab telah membuat harapan dia pada amal kalah dengan harapan dia pada asbab. Dia merasa asbab ini lebih bisa diharapkan daripada amal. Kenapa ?

Hadratji Maulana Saad :

“Persangkaan dia kepada Allah swt telah terbatasi dengan persangkaan dia kepada Asbab. Keyakinan dia pada asbab membuat dia berprasangka buruk kepada Allah ta’ala. Jadi Keyakinan dia pada asbab itulah yang telah menghambat rizki dari Allah swt.”

Keyakinannya pada asbab telah membatasi rizki sehingga keyakinannya pada asbab menyebabkan dia berprasangka buruk kepada Allah swt. Jadi prasangka buruk kepada Allah swt itu terbentuk oleh keyakinan kita pada asbab. Allah swt tidak akan bisa memberikan susu lagi dari kambing yang sudah di perah maksimal sebanyak 1-2 liter. Persangkaan seperti inilah yang telah membatasi datangnya rizki. Persangkaan pada asbab membuat datangnya rizki itu terbatasi atau terhambat.

Jika tuan membawa Lotta, wadah air berupa ceret, lalu diletakkan dibawah keran air yang meneteskan air. Maka jika tuan meletakkannya di malam hari maka besok pagi lotta itu akan terisi penuh dengan air. Namun kalau lotta ini diletakkan di bawah keran tapi posisinya terbalik, maka sampai kapanpun lotta tersebut tidak akan terisi air. Ini karena wadah lotta ini terbalik posisinya.

Asbab itu ibarat lotta/wadah yang terbalik, sedangkan amal itu adalah lotta/wadah yang terbuka. Dengan amal Allah swt akan terus memberikan rizki walaupun asbabnya terbatas. Keterbatasan asbab tidak akan bisa membatasi rizki yang Allah swt akan kasih melalui amal. Contoh : Sawah ini setiap 3 bulan hanya bisa panen 1 kali. Maka untuk panen berikutnya harus menunggu 3 bulan lagi. Inilah asbab, dia terbatas hanya bisa panen 1 kali dalam 3 bulan. Inilah yang namanya keterbatasan asbab.

Sedangkan hasil dari amal ini tidak terbatas. Seperti kisah penggilingan gandum sahabat yang berputar tanpa ada yang nyetir mengeluarkan gandum terus menerus padahal kosong isinya. Padahal sahabat tidak punya lahan atau sawah untuk menanam gandum. Jadi para sahabat ini asbab mereka tidak terbatas dengan keterbatasan asbab. Penghasilan sahabat RA ini tidak terbatas dengan keterbatasan asbab. Ini karena para sahabat RA ini tawajjuhnya pada amal bukan pada asbab. Para sahabat ini harapan mereka pada amal lebih kuat dibanding harapan mereka kepada asbab. Keyakinan pada amal para sahabat RA ini melebihi keyakinan mereka pada asbab. Asbab keyakinan mereka pada amal ini menyebabkan mereka selalu berprasangka baik kepada Allah swt.

Ini yang harus diceritakan :

1. Bagaimana sahabat mendapatkan gandum bukan dari sawah tapi dari penggilingan gandum. Padahal penggilingan gandum bukan sawah tempat menanam gandum. Namun penggilingan gandum ini terus mengeluarkan gandum tidak berhenti.

2. Bagaimana sahabat mandi di dalam penjara, air hujan ini datang masuk ke dalam penjara memenuhi keinginan sahabat untuk mandi. Padahal secara akal air hujan itu turunnya di luar penjara. Namun sahabat dia butuh air untuk mandi, awannya yang masuk kedalam penjara agar sahabat bisa mandi.

Kisah sahabat ini harus diceritakan, jika tidak diceritakan maka keyakinan kita ini akan terbatasi oleh asbab. Allah swt tidak akan bisa memberi rizki jika tidak ada asbab, inilah keyakinan yang ada jika tidak baca kisah sahabat. Allah swt tidak bisa mengenyangkan saya jika saya tidak makan. Keyakinan akan terbatas dengan asbab. Sehingga Ini membuat rizkinya semakin sempit karena prasangka buruk dia pada Allah swt.

Hasil dari Amal itu tidak terbatas dan amal itu tetap tidak berubah. Berbeda dengan Amal, Asbab itu hasilnya terbatas dan asbab itu berubah-ubah. Keyakinan pada asbab, membuat seseorang itu tidak menaruh harapannya pada amalnya. Bahwa Allah swt mampu memberikan sesuatu tanpa batas dalam keterbatasan asbabnya ini tidak ada dipikiran dia. Pengharapan kepada Allah swt melalui amal ini kalah dengan keyakinan dia pada asbab.

Hadratji Maulana Saad :

“Seorang beriman itu tidak menaruh harapan pada asbab, hanya menaruh harapannya pada amal.”

Keutamaan Taqwa yang ketiga adalah dipermudah semua urusannya.

Allah swt berfirman :

“…Wamai yattaqillaha yaj`allahu min amrihi yusro”

Artinya :

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan permudahkan segala urusannya.”

(At Thalaq:4)

Orang yang dia bertaqwa maka dia akan mudahkan urusannya.

Kisah Nabi Daud AS

Nabi Daud AS itu membuat baju besi itu dengan tangannya tidak dengan palu. Dia tidak membuat baju besi dengan memanasinya di tempat yang panas lalu dipukul dengan Palu agar tebentuk bajunya. Nabi Daud membentuk besi dari pedang, baju besi, pelindung besi, itu dengan tangannya tidak menggunakan Palu dan Pemanas Besi. Allah swt lembutkan besi melalui tangan Nabi Daud AS. Ketika besi telah lepas dari tangan beliau besi akan langsung menjadi keras. Inilah yang dijual Nabi Daud AS untuk memenuhi kebutuhannya.

Keuntungan yang ke empat jika kita bertaqwa adalah ampunan dari Allah swt.

Allah swt berfirman :

żālika amrullāhi anzalahū ilaikum, wa may yattaqillāha yukaffir ‘an-hu sayyi`ātihī wa yu’ẓim lahū ajrā

Artinya:

Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.

(QS. Ath Thalaq : 5)

Janji Allah dengan Taqwa maka akan Allah swt ampuni dosa-dosanya

yattaqillāha yukaffir ‘an-hu sayyi`ātihī : Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya

Kuntungan yang kelima jika kita bertaqwa yaitu Allah swt akan lipat gandakan pahalanya.

wa yu’ẓim lahū ajrā : di lipat gandakan pahala baginya.


Sebelum menghasilkan keuntungan dunia, hasilkanlah Taqwa terlebih dahulu. Ini karena dengan Taqwa pekerjaan akan menjadi mudah dan semua penghasilan kita akan menjadi halal.

Ibarat Wudhu : Orang yang tidak wudhu maka sholatnya tidak sah.

Orang yang sholat itu disyaratkan jasadnya harus suci dari hadats besar dan hadats kecil. Sebagaimana untuk sholat itu suci itu di syaratkan, dalam thoharot. Suci itu adalah terhindar dari Najis, baik berupa darah, kotoran,najis, dll. Namun hakekatnya bukan ini yang dimaksud, bukan sampai bahwa orang yang sholat itu harus suci dari najis, darah, dan kotoran. Suci itu juga berupa penghasilan yang kita dapatkan juga harus suci. Jika penghasilan kita ini harom dengan cara menipukah, atau cara riba, atau jual barang yang haram, maka ini akan merusak kesucian makanan dan pakaian kita. Makan dan pakaian kita menjadi kotor asbab penghasilan yang harom. Jika kita memakan makanan yang harom maka ini bisa menyebabkan sholat kita tidak diterima. Hari ini kita memahami bahwa yang dimaksud suci itu adalah hanya suci dari najis, padahal tidak seperti itu. Suci yang di syaratkan dalam mengerjakan sholat itu adalah suci dzohir dan batin.

Kisah Sahabat Gubernur yang ditunjuk Abu Bakar RA

Ada satu orang yang ditunjuk oleh Amirul Mukminin Abu Bakar RA sebagai gubernur. Dia datang ke madinah berjalan kaki 2000 km. Lalu syaidina Abu Bakar RA berkata ini ada apa ? Ini pakaiannya semua sudah kotor karena dia berjalan kaki. Abu Bakar RA berkata ada apa dengan kamu kenapa kotor sekali. Maka gubernur ini berkata, pakaian saya boleh kotor tapi darah saya suci. Maksudnya darah suci yaitu saya tidak mengambil harta dari rakyat saya. Jika saya mengambil harta dari rakyat saya yang kaya maka saya akan berikan semuanya pada fakir miskin.

Dari kisah ini suci itu bukan hanya terhindar dari najis, terhindar dari kotoran saja. Jadi suci itu bukan hanya dalam ibadah tapi juga dalam muamalah dan akhlaq. Ibadah, Akhlaq dan Muasyarah, ketiga perkara ini akan lurus dengan Muamalah yang lurus. Musaysyarah itu mengatur kita berhubungan dengan orang disekitar kita. Sedangkan Muamalah mengatur cara bisnis kita, pinjam meminjam, hutang piutang, jual beli.

Inilah maksud dari pada kerja kita. Gerak kita di jalan Allah swt ini untuk menghasilkan Sifat Takwa. Semua kebaikan itu terkumpul dalam sifat Taqwa. Apa maksud dari Taqwa ? apapun keadaan yang kamu hadapi kamu tetap menyempurnakan amal. Perintah Allah swt kita sempurnakan dalam setiap keadaan. Orang yang Hijrah itu bukan orang yang hanya meninggalkan kampunya saja, sekedar pindah tempat saja.

Nabi saw bersabda :

“Orang yang berhijrah, Muhajjir, itu adalah orang yang meninggalkan nafsunya untuk taat kepada Allah swt. Jihad yang besar itu adalah melawan Hawa Nafsu.”

(Mahfum Hadits)

Ini adalah jalan untuk menyempurnakan Iman. Dengan iman yang betul semua sifat-sifat ini akan terkumpul dalam diri kita. Inilah maksud kerja kita.

Maulana Ilyas Rah.A berkata :

“Jika saya harus memberi nama pada kerja ini, maka saya akan namakan kerja ini Tahriki Iman, kerja menggerakkan iman.”

Namun maulana Ilyas tidak memberi nama. Jemaah Tabligh ini bukan nama, jangan kita beranggapan bahwa kerja kita ini namanya jemaah tabligh, tidak begitu. Jadi kerja kita ini tidak punya nama, andaikan diberi nama maka akan dinamakan Gerakan Iman, Tahriki Iman oleh Maulana Ilyas.

Note penulis :

Cukupkan diri kita dengan nama pemberian Allah swt saja bahwa kita ini muslim, Hamba Allah swt dan Umat Nabi saw, cukup itu saja. Sedangkan kerja kita adalah kerja Umumiyat untuk semua manusia, bukan kelompok khusus.

Kita keluar dijalan Allah swt ini ibarat Air yang bergerak. Dia sendiri suci dan bersih, lalu dia akan membersihkan yang lain.

Kita terus berdoa di jalan Allah swt :

Allahumma innaka ta’lamu sirri wa alaaniyyati faqbal ma’dzirati wa ta’lamu hajati fa a’thini suali wa ta’lamu ma fi nafsi faghfirli dzanbi. Allahumma inni as’aluka imanan yubasyiru qalbi wa yaqinan shadiqan hatta a’lamu annahu la yushibani illa ma katabta li wa ardhini bi maa qasamtahu li.

Artinya :

“Ya Allah, sungguh Engkau tahu apa yang tersembunyi dan tampak dariku, karena itu terimalah penyesalanku. Engkau tahu kebutuhanku, maka kabulkanlah permintaanku. Engkau tahu apa yang ada dalam diriku, maka ampunilah dosaku. Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu iman yang menyentuh kalbuku dan keyakinan yang benar sehingga aku tahu bahwa tidak akan menimpaku kecuali telah Engkau tetapkan atasku. Ya Allah berikanlah rasa rela terhadap apa yang Engkau bagi untuk diriku”.

Kita berdoa kepada Allah swt meminta iman yang dengannya kita bisa melihat dengan jelas dalam hati saya, penglihatan untuk membedakan mana yang halal dan mana yang haram, mana amal yang harus saya lakukan dan mana yang tidak.

Kehidupan para sahabat RA bahwa mereka pergi di jalan Allah swt untuk mendakwahkan agama. Semua orang tahu bahwa agama ini tersebar bukan di bawa oleh burung-burung, dibawa oleh angin, bukan. Namun ini asbab perjuangan para sahabat dalam menyebarkan agama. Anehnya semua orang tahu ini, tapi mereka tidak mau pergi dijalan Allah swt melanjutkan kerja dakwah para sahabat RA. Maka inilah yang dinamakan maklumat. Maklumat akan menjadi hakekat ketika kita juga bergerak sebagaimana geraknya para sahabat RA, pergi di jalan Allah swt bawa diri sendiri dengan harta sendiri. Hakekat itulah yang bisa menjadikan manfaat.

Maka kita niatkan untuk pergi sejauh mungkin dan selama mungkin, mendakwahkan agama Allah swt dengan harta dan diri sendiri, dengan kesadaran bahwa kerja ini adalah tanggung jawab kita.

Insya Allah !!!


Hadratji No.12
1.50.30

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.