Buyaathaillah's Blog

Dalil Dakwah wa Tabligh

JADILAH PENYERU KEBAIKAN…BUKAN HANYA JADI ORANG BAIK…

ORANG BAIK BANYAK TEMAN, PENYERU KEBAIKAN BANYAK MUSUH

Untaian Hikmah nan Indah

ما الفرق بين الصالح والمصلح ؟

Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)..?

الصالح خيره لنفسه والمصلح خيره لنفسه ولغيره.

Orang Baik, melakukan kebaikan untuk dirinya.
Sedangkan Penyeru Kebaikan (Muslih) mengerjakan kebaikan utk dirinya dan orang lain..

الصالح تحبُه الناس. والمصلح تعاديه الناس .

Orang Baik, dicintai manusia..
Penyeru Kebaikan banyak dimusuhi manusia..

🗯 لماذا !!!؟؟؟؟
Koq gitu…?!?!

الحبيب المصطفى(صلى الله عليه وسلم) قبل البعثة أحبه قومه لأنه صالح .

Rosululloh SAW sebelum diutus, beliau dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik..

ولكن لما بعثه الله تعالى صار مصلحًا فعادوه وقالوا ساحر كذاب مجنون.

Namun ketika Alloh ta’ala mengutusnya sebagai Penyeru Kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya; Tukang sihir, Pendusta, Gila..

🗯 ما السبب ؟
لأن المصلح يصطدم بصخرة
أهواء من يريد أن يصلح من فسادهم .

Apa sebabnya..?
Karena Penyeru Kebaikan ‘menyikat’ batu besar nafsu angkara dan memperbaikinya dari kerusakan..

ولذا أوصى لقمان ابنه بالصبر حين حثه على الإصلاح لأنه سيقابل بالعداوة.

Itulah sebabnya kenapa Luqman menasihati anaknya agar BERSABAR ketika melakukan perbaikan, karena dia pasti akan menghadapi permusuhan..

( يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانهَ عن المنكر واصبر على ما أصابك )

Hai anakku tegakkan sholat, perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu..

قال أهل الفضل والعلم : مصلحٌ واحدٌ أحب إلى الله من آلاف الصالحين ،

Berkata ahli ilmu:
Satu penyeru kebaikan lebih dicintai Alloh daripada ribuan orang baik…

لأن المصلح يحمي الله به أمة ،والصالح يكتفي بحماية نفسه .

Karena melalui penyeru Kebaikan itulah Alloh jaga umat ini..
Sedang orang baik hanya cukup menjaga dirinya sendiri…

فقد قال الله عزَّ و جلَّ في محكم التنزيل :

Alloh SWT berfirman :

( وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُون َ).

“Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan satu negeri dengan zalim padahal penduduknya adalah penyeru kebaikan..”

ولم يقل صالحون …

Alloh tidak berfirman;
“…Orang Baik (Sholih)”

كونوا مصلحين ولا تكتفوا بأن تكونوا صالحين.

Maka jadilah PENYERU KEBAIKAN, jangan merasa puas hanya sebagai ORANG BAIK saja…

بارك الله لناو لكم جميعا

Dalil-dalil tentang Dakwah wat Tabligh

Dakwah dan Tabligh

UNTUK MEMPERBAIKI KEYAKINAN dan amal pada diri seseorang dan seluruh umat manusia perlu adanya usaha menghidupkan kerja Nabi saw. ke seluruh alam sesuai dengan cara beliau.

Dakwah Ilallah dan Keutamaannya

Ayat-ayat Al Qur’an

Allah ta’ala berfirman:

1. “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (Q.s. Yunus: 25).

Keterangan:

Allah menyeru manusia kepada surga yang dijanjikan-Nya di akherat, dan di jalan yang bermartabat dan terhormat dalam kehidupan di dunia ini.

2. “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan hikmah (sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.s. Al-Jumu’ah: 2).

Keterangan:

Membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Makna membacakan di sini ialah memberi mereka peringatan dengan ayat-ayat tersebut, mengajak mereka mengamalkannya, dan mendorong mereka untuk beriman kepadanya. (Tafsir Al-Kabir).

Mensucikan mereka adalah memperbaiki mereka, yakni mengajak mereka untuk mengikuti apa yang akan menjadikan mereka orang-orang yang cerdas dan bertaqwa.

Al-hikmah adalah makna-makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. (Tafsir Kabir).

3. “Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (Rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya dengan jihad yang besar.” (Q.s. Al-Furqaan: 51-52).

Keterangan:

Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan. Yakni, “Yang menakuti (akan adzab Allah) penduduk negeri tersebut. Akan tetapi Kami mengutusmu ke seluruh negeri supaya pahalamu bertambah besar.” (Tafsir Jalalain).

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir. Yakni, “Mengenai perkara yang mereka ajakkan kepadamu, yaitu mengikuti sesembahan mereka. Akan tetapi bersungguh-sungguhlah dan tetaplah di negeri tersebut.” (Fathul-Qadir, Asy-Syaukani).

Dan berjihadlah terhadap mereka dengannya dengan jihad yang besar. Yaitu dengan Al-Qur’an, dengan membaca semua kandungannya yang berupa larangan, nasihat, dan peringatan tentang umat-umat terdahulu yang mendustakan. Sesungguhnya da’wah kepada tiap orang di seluruh alam dengan cara yang disebutkan merupakan jihad yang besar yang tidak bisa dinilai harganya baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Tafsir Abu Su’ud).

4. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (Q.s. An-Nahl: 125).

5. “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.s. Adz-Dzaariyaat: 55).

6. “Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah.” (Q.S. Al-Muddatstsir: 1-3).

7. “Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman.” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 3).

8. “Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (Q.S. At-Taubah: 128).

Keterangan:

Berat terasa olehnya penderitaan kalian. Yakni, “Penderitaan kalian sangat terasa berat baginya, demikian pula kesulitan-kesulitan yang kalian hadapi.” (Tafsir Baidhawi dan Tafsir Jalalain).

9. “Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.” (Q.S. Faathir: 8).

Keterangan:

Maknanya, “Janganlah kamu hancurkan dirimu sendiri karena menyesali kesesatan mereka dan pendustaan mereka yang terus-menerus.” (Tafsir Baidhawi).

10. “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): ‘Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya adzab yang pedih’. Nuh berkata: ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku

adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kalian, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosa kalian dan menangguhkan kalian sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kalian mengetahui’. Nuh berkata: ‘Wahai Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, —sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun—, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai. Mengapa kalian tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah dan mengeluarkan kalian (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untuk kalian sebagai hamparan, supaya kalian menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu.” (Q.S. Nuh: 1-20)

Keterangan:

Menutupkan bajunya (ke mukanya). Yakni, “Mereka menutupi muka mereka dengan bajunya supaya tidak melihat aku karena tidak suka melihatku. Hal itu disebabkan amat bencinya mereka terhadap da’wahku. Atau supaya aku tidak mengenali mereka, karena jika aku mengenali mereka, aku dakwahi mereka.” (Tafsir Baidhawi).

Keutamaan Dakwah Keluar di Jalan Allah

Ayat-Ayat Al- Qur’an

Allah ta’ala berfirman:

11. “Fir’aun bertanya: ‘Siapa Tuhan semesta alam itu?’ Musa menjawab: ‘Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya. (Itulah Tuhan kalian), jika kamu sekalian mempercayai-Nya.’ Fir’aun berkata kepada orang-orang sekelilingnya: ‘Apakah kalian tidak mendengarkan?’ Musa berkata (pula): ‘Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu.’ Fir’aun berkata: ‘Sesungguhnya Rasul kalian yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila.’ Musa berkata: ‘Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhan kalian) jika kalian mempergunakan akal.’” (Q.S. Asy-Syu’ara’: 23-28).

12. “Fir’aun berkata: ‘Maka siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa?’ Musa berkata: ‘Tuhan kami ialah (Tuhan) Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.’ Fir’aun berkata: ‘Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?’ Musa menjawab: ‘Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa; Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagi kalian di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan.’ Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (Q.S. Thaahaa: 49-53).

Keterangan:

Kemudian memberinya petunjuk. Yakni Dia memberitahukan kepadanya bagaimana memanfaatkan apa yang telah diberikan dan bagaimana mengusahakannya untuk kelangsungan hidupnya dan kesempurnaannya. (Tafsir Baidhawi).

13. “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), ‘Keluarkan kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka hari-hari Allah.’ Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasan Allah) bagi setiap orang yang penyabar dan banyak bersyukur.” (Q.S. Ibrahim: 5).

14. “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagi kalian.” (Q.S. Al-A’raaf: 68).

15. “Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. Hai kaumku, bagaimanakah kalian, aku menyeru kalian kepada keselamatan, tetapi kalian menyeru aku ke neraka? (Kenapa) kalian menyeruku supaya kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak kuketahui padahal aku menyeru kalian (beriman) kepada Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengampun? Sudah pasti bahwa apa yang kalian seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kalian. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguh nya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” (Ghofir: 38-45).

16. “(Luqman berkata): ‘Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).’” (Q.S. Luqman: 17).

17. “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, ‘Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?’ Mereka menjawab, Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu dan supaya mereka bertaqwa.’ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, karena mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A’raaf: 164-165).

Keterangan:

Mereka menjawab, Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu. Maksudnya, “Nasihat kami merupakan penyempurnaan alasan kepada Allah sehingga kami tidak akan dikatakan lalai dari mencegah kemungkaran.” (Tafsir Baidhawi).

18. “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kalian, orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang dari (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zhalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhan kalian sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Hud: 116-117).

Keterangan:

Orang-orang yang mempunyai keutamaan (ulu baqiyyah) adalah orang-orang utama, beragama, dan shalih, yang hanya tinggal tersisa sedikit di tengah-tengah umat yang sesat dan rusak; Umat yang telah dikuasai kesesatan dan kerusakan. Namun masih ada orang shalih yang masih tersisa, yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Dari ayat tersebut dapat diambil pelajaran bahwa manusia selalu dalam kebaikan jika di antara mereka masih ada orang-orang yang mempunyai keutamaan dan kebaikan, yang menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. (Aisarut-Tafasir).

19. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal

shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3).

20. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 110).

21. “Katakanlah, ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah/ argumentasi yang nyata.’” (Q.S. Yusuf: 108).

22. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Q.S. At-Taubah: 71).

23. “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Q.S. Al-Maa-idah: 2).

24. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’? Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (Q.S. Fushshilat: 33-35).

25. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim: 6).

26. “(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan.” (Q.S. Al-Hajj: 41).

27. “Dan berjihadlah kalian di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tua kalian, Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia.” (Q.S. Al-Hajj: 78).

Keterangan:

Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. Yakni dengan memudahkannya pada saat-saat terpaksa seperti shalat qashar, tayammum, memakan bangkai, dan tidak berpuasa bagi orang yang sakit dan di dalam perjalanan. (Tafsir Jalalain).

Supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia. Yakni, “Kami jadikan kalian sebagai umat penengah, adil, terbaik, diterima pula kesaksian kalian di hadapan seluruh umat, karena keadilan kalian. Dengan demikian kalian akan menjadi saksi bagi seluruh manusia. Karena seluruh umat pada hari kiamat akan mengakui kemuliaan dan keutamaan umat ini di atas umat yang lain. Karena itulah, persaksian umat ini terhadap umat-umat lain akan diterima pada hari Kiamat, yaitu bahwa para rasul telah menyampaikan risalah Tuhan mereka, dan Rasulullah saw. menjadi saksi bagi umat ini, bahwa dia telah menyampaikan risalah itu kepadanya.” (Tafsir Ibnu Katsir).

Hadits – Hadits Nabi SAW.

1266. Dari Mu’awiyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang penyampai, Allah-lah Yang Memberi petunjuk, dan aku hanyalah seorang yang membagi, Dialah Yang Memberi” (H.R. Thabarani, Jami’ush-Shaghir)

1267. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. berkata kepada pamannya, “Ucapkan Laa ilaaha illallah, dengan kalimat itu aku akan menjadi saksi bagimu pada hari Kiamat.” Ia berkata, “Seandainya bukan karena khawatir diejek orang-orang Quraisy dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya yang menyebabkan ia bersyahadat ialah rasa putus asanya,’ pasti aku akan membuatmu senang (dengan mengucapkan kalimat tersebut).” Lalu Allah menurunkan, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allahlah Yang Memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (Q.s. Al-Qashash: 56). (H.R. Muslim).

1268. Dari ‘Aisyah r.ha., ia berkata, “Abu Bakar r.a. keluar untuk menemui Rasulullah saw. Dia adalah sahabat Rasulullah pada masa Jahiliyah. Ia pun bertemu dengannya. Lalu Abu Bakar r.a. berkata, ‘Wahai Abul-Qasim! Engkau telah menghilang dari majelis-majelis kaummu. Mereka menuduhmu telah mencela nenek moyang mereka.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya aku ini seorang utusan Allah, aku menyerumu kepada Allah.’ Setelah beliau selesai berbicara, Abu Bakar r.a. masuk Islam. Maka beliau pergi meninggalkan Abu Bakar r.a. dan tidak ada seorang pun – di antara dua gunung di Makkah – yang lebih berbahagia daripada beliau dengan Islamnya Abu Bakar r.a. Abu Bakar pun pergi menemui ‘Utsman bin Affan, Thalhah bin ‘Ubaid, dan Zubair bin Awwam, dan Sa’ad bin Abi Waqqash r.hum. Lalu mereka masuk Islam. Keesokan harinya, Abu Bakar r.a. membawa ‘Ustman bin Mazh’un, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Abu Salamah bin Abdil Asad, dan Arqam bin Abil-Arqam r.hum., maka mereka pun masuk Islam.” (Al-Bidayah wAn-Nihayah).

1269. Dari Asma’ binti Abu Bakr r.ha., ia berkata (dalam kisah Islamnya Abu Quhafah), “Ketika Rasulullah saw. masuk (ke Makkah pada hari Fat’hul-Makkah), dan beliau masuk masjid, maka Abu Bakar r.a. datang sambil menuntun ayahnya. Ketika Rasulullah saw. melihatnya, beliau berkata, ‘Mengapa tidak engkau tinggalkan saja orang tua ini di rumahnya, sehingga aku sendiri yang datang kepadanya?’ Abu Bakar berkata, ‘Wahai Rasulullah, ia lebih pantas untuk mendatangimu daripada engkau yang harus datang kepadanya.’ Maka beliau mempersilahkan Abu Quhafah duduk di hadapannya dan mengusap dadanya, lalu bersabda kepadanya, ‘Masuk Islamlah!’ Maka ia pun masuk Islam. Ketika Abu Quhafah dibawa Abu Bakar r.a. menemui Rasulullah saw, kepalanya seolah seperti pohon (sebuah pohon yang putih seperti salju). Maka Rasulullah saw., bersabda, ‘Ubahlah warna rambutnya.’” (H.R. Ahmad dan Thabarani, Majma’uz-Zawa’id)

1270. Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata, “Ketika Allah menurunkan ayat, ‘Dan berilah peringatan kepada sanak kerabatmu yang terdekat.’ (Q.s. Asy-Syu’ara’: 214), Ibnu Abbas r.huma. berkata, ‘Maka Nabi saw. datang dan naik ke bukit Shafa, kemudian beliau menyeru, ‘Wahai manusia!’ Maka orang banyak berkumpul menghadap beliau. Ada di antara mereka yang datang sendiri, dan ada yang mengirim utusannya. Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Wahai Bani Abdil Muththalib, wahai Bani Fihr, wahai sekalian bani! Bagaimanakah pendapat kalian jika aku beritahukan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di balik bukit ini, ingin menyerang kalian, apakah kalian percaya kepadaku?’ Mereka menjawab, ‘Ya!’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya aku ini adalah pemberi peringatan kepada kalian akan adanya siksaan yang berat di hadapan kalian.” Maka Abu Lahab berkata, ‘Celakalah kamu hai Muhammad di sepanjang harimu. Apakah hanya karena urusan ini engkau memanggil kami?’ Maka Allah ‘azza wa jalla menurunkan ayat, ‘Tabbat yadaa abii lahabin watabb (Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa).’”(H.R. Ahmad).

1271. Dari Munib Al-Azdi r.a., ia berkata, “Pada zaman Jahiliyah, aku melihat Rasulullah saw. sedang menyeru, ‘Wahai manusia, ucapkanlah oleh kalian Laa ilaaha illallah, maka kalian akan berjaya.’ Maka sebagian dari mereka ada yang meludahi beliau, sebagian menaburkan debu kepada beliau, dan sebagian lagi mencaci maki beliau hingga tengah hari. Lalu datanglah seorang gadis dengan membawa wadah besar yang berisi air, kemudian ia membasuh wajah dan kedua tangan beliau, beliau berkata, ‘Wahai anak perempuanku! Janganlah kamu takut bahwa ayahmu ini akan diculik lalu dibunuh, ataupun dihinakan.” Aku pun bertanya, “Siapakah gadis itu?” Mereka menjawab, “Zainab binti Rasulullah saw.” Dia seorang gadis yang cantik. (H.R. Thabarani, Majma’uz-Zawa’id).

1272. Dari Muhammad bin ‘Utsman bin Hausyab, dari ayahnya, dari kakeknya r.a., ia berkata, “Ketika Allah telah memenangkan Muhammad, aku mengirim kepada beliau empat puluh penunggang kuda bersama Abdu Syarr. Mereka datang menemui beliau dengan membawa suratku. Maka Rasulullah saw. bertanya kepadanya, ‘Siapa namamu?’ Ia menjawab, Abdu Syarr (hamba kejahatan).’ Beliau bersabda, ‘Bukan, engkau adalah Abdu Khair (hamba kebaikan).’ Lalu kalian membaiatnya kepada Islam. Beliau menulis surat jawaban dan mengirimkannya kepada Hausyab Dzi Zhulaim, lalu Hausyab beriman.” (Al-Ishabah).

1273. Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat satu kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya., dan itu adalah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim).

1274. Dari Nu’man bin Basyir r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Perumpamaan orang yang menjaga larangan-larangan Allah dan orang yang terjatuh di dalamnya seperti suatu kaum yang berundi pada sebuah kapal. Sebagian dari mereka mendapatkan bagian atas kapal, dan sebagian yang lain mendapatkan bagian bawah. Apabila orang yang di bagian bawah akan mengambil air, ia harus melewati orang-orang yang ada di bagian atas. Kemudian mereka berkata, ‘Kalau saja kita lubangi tempat kita ini, tentu kita tidak lagi mengganggu orang-orang yang ada di atas.’ Jika orang-orang yang berada di bagian atas membiarkan perbuatan orang-orang yang ada di bagian bawah tersebut, maka mereka semua akan binasa. Apabila orang-orang yang berada di bagian atas mencegah perbuatan mereka, maka mereka sendiri selamat dan selamat pula semua penumpang kapal.” (H.R. Bukhari).

1275. Dari ‘Urs bin ‘Amirah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab kebanyakan orang karena perbuatan sebagian kecil orang di antara mereka. Sampai sebagian kecil orang tersebut melakukan suatu perbuatan yang sebenarnya kebanyakan orang mampu untuk mengubahnya, namun mereka tidak mengubahnya. Maka pada saat itulah Allah mengizinkan kebinasaan semuanya, baik kebanyakan orang maupun sebagian kecil orang tersebut.” (H.R. Thabarani, Majma’uz-Zawa’id).

1276. Dari Abu Bakrah r.a. (dalam sebuah hadits yang panjang), dari Rasulullah saw., beliau bersabda, “Bukankah aku telah menyampaikan?” Kami menjawab, “Ya!” Beliau bersabda, “Ya Allah, saksikanlah. Maka hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir. Karena kadang-kadang orang yang diberi penyampaian lebih faham dibandingkan orang yang menyampaikannya.” (H.R. Bukhari).

1277. Dari Hudzaifah bin Al Yaman r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda, “Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Hendaklah kalian menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau (jika tidak), Allah akan mengirimkan adzab terhadap kalian, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, tetapi Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (H.R. Tirmidzi).

1278. Dari Zainab bin Jahsy r.ha., ia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah kami juga akan binasa, padahal ada orang-orang shalih di antara kami?’ Beliau menjawab, ‘Ya! Apabila keburukan telah meraja-lela.’” (H.R. Bukhari).

1279. Dari Anas r.a., ia berkata, “Seorang anak laki-laki Yahudi yang menjadi pembantu Nabi saw. jatuh sakit. Maka Rasulullah saw. menjenguknya. Beliau duduk di sisi kepalanya dan bersabda, ‘Masuklah Islam.’ Kemudian ia menatap ayahnya yang berada di sisinya, lalu ayahnya berkata, ‘Turutilah Abul Qasim saw.!’ Ia pun masuk Islam. Lalu Nabi saw. keluar sambil berucap, ‘Segala puji milik Allah Yang telah menyelamatkannya dari neraka.’” (H.R. Bukhari).

1280. Dari Sahl bin Sa’d r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kebaikan ini ibarat gudang-gudang penyimpanan, dan gudang-gudang penyimpanan itu ada kuncinya. Maka be

runtunglah seorang hamba yang dijadikan Allah sebagai kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan celakalah seorang hamba yang dijadikan Allah sebagai kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan.” (H.R. Ibnu Majah).

1281. Dari Jarir r.a., ia berkata, “Aku pernah mengadu kepada Nabi saw. bahwa aku tidak bisa mantap di atas kuda. Lalu beliau menepuk dadaku dan berdoa, ‘Ya Allah, mantapkanlah ia di atas kuda dan jadikanlah ia orang yang memberi petunjuk, yang mendapat petunjuk.’” (Hadits Riwayat Bukhari).

1282. Dari Abu Sa’id r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian menganggap remeh dirinya sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana bisa seseorang menganggap remeh dirinya sendiri?” Beliau menjawab, “Seseorang melihat suatu perkara yang berhubungan dengan Allah yang harus dia luruskan, kemudian ia tidak berkata apa pun mengenainya, maka Allah ‘azza wa jalla akan menanyainya pada hari Kiamat, “Apa yang menghalangimu berkata mengenai hal ini dan itu?” Ia menjawab, “Takut kepada manusia.” Maka Allah berfirman, “Justru kepada-Kulah kamu lebih pantas takut.” (Hadits Riwayat Ibnu Majah).

1283. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya kekurangan pertama yang terjadi pada Bani Israil adalah: Ada seseorang menjumpai yang lain, lalu berkata, ‘Hai kau ini! Takutlah kepada Allah! Tinggalkan apa yang kamu lakukan. Karena hal itu tidak halal untukmu.’ Kemudian esok paginya ia berjumpa lagi dengannya. Namun kemaksiatan orang ke dua tersebut tidak menghalangi orang pertama untuk makan, minum, dan duduk bersamanya. Maka ketika mereka telah melakukan hal seperti itu, Allah menyamakan hati mereka, kemudian beliau membaca ayat, ‘Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam,’ sampai firman-Nya,‘orang-orang yang fasiq.’ (Q.s. Al-Maa-idah: 78-81). Kemudian beliau bersabda, ‘Sekali-kali jangan begitu! Demi Allah, sungguh, hendaklah kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, menghentikan perbuatan orang yang zhalim, kalian kembalikan dia ke jalan yang benar, dan kalian batasi dia dalam lingkup kebenaran.” (Hadits Riwayat Abu Dawud).

Keterangan:

Maka ketika telah mereka melakukan hal seperti itu: Yaitu meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar setelah sebelumnya mereka mengerjakannya. (Badzlul-Majhud).

Allah menyamakan hati mereka: Allah membuat hitam hati orang yang tidak bermaksiat disebabkan pengaruh buruk orang yang bermaksiat. Maka hati mereka semua menjadi keras untuk menerima kebenaran. (‘Aunul-Ma’bud).

1284. Dari Abu Bakar Ash-Shidiq r.a., ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya kalian selalu membaca ayat, ‘Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian; tidaklah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.’ (Q.s. Al-Maa-idah: 105). Padahal aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya apabila manusia melihat orang yang berbuat zhalim dan tidak mencegah perbuatannya, Dia akan segera menimpakan adzab-Nya kepada mereka secara merata.” (Hadits Riwayat Tirmidzi).

Keterangan:

Makna ayat tersebut berkaitan dengan hadits yang telah disebutkan pula di atas: Jika kalian telah mengerjakan apa yang dibebankan kepada kalian, maka kelalaian orang lain tidak akan menyebabkan madharat bagi kalian. Jika demikian halnya, perlu dipahami bahwa di antara yang dibebankan tersebut adalah amar ma’ruf nahi munkar. Maka jika seseorang sudah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sedang orang yang diberitahu tidak mau menurut, maka orang yang telah beramar ma’ruf nahi munkar tersebut tidak boleh dicela, karena ia telah menunaikan kewajibannya. Karena yang menjadi kewajibannya adalah amar ma’ruf nahi munkar, bukan penerimaan dari orang yang bersangkutan —Wallahu A’lam—.” ( Syarah Muslim, Nawawi ).

1285. Dari Hudzaifah r.a., ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Akan ada fitnah yang menimpa hati manusia secara bertubi-tubi. Hati siapapun yang dirasuki fitnah tersebut akan dituliskan titik hitam padanya. Dan hati

siapapun yang menolaknya akan dituliskan titik putih padanya. Sehingga, hati terbagi menjadi dua macam, yakni hati yang putih semisal batu yang licin dan bersih. Fitnah itu tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Yang lain ialah hati yang hitam cenderung kelabu. Ibarat cangkir terbalik. Ia tidak dapat mengenali yang ma’ruf dan tidak mengingkari hal yang mungkar, namun hanya mengikuti hawa nafsunya. ( Hadits Riwayat Muslim).

Keterangan:

Ibarat cangkir terbalik. Maksudnya, apabila hati manusia terkena fitnah, serta keharaman maksiat dan kemungkaran tidak lagi hadir dalam hatinya, maka cahaya keimanan akan keluar darinya sebagaimana keluarnya air dari cangkir jika cangkir tersebut miring atau terbalik.

Blog di WordPress.com.