Buyaathaillah's Blog

Mudzakaroh Mendidik Anak : Tarbiyatul Walad

Program Mendidik Anak :

Yaitu cara mendidik anak agar anak-anak kita agar menjadi orang-orang yang dicintai  Allah dan RasulNya. Anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi generasi penerus keturunan dari orang tuanya. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah berkata :

”Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci ( fithrah, Islam ). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seorang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Ibu dirumah ini tugas utamanya bukan untuk menjadi pembantu rumah tangga, itu bukan tujuan seorang ayah menikahkan anaknya dengan suaminya, tetapi untuk mendidik anak-anaknya menjadi generasi penerus perjuangan para Nabi Saw dan para sahabat RA. Apapun amal anak-anak kita akan mengalir kepada kedua orang tuanya, khususnya kepada ibunya.

Dalam Kitab Bukhari Mulim, dalam memilih calon istri Nabi Saw bersabda :

” Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi”

Inilah adalah pendidikan awal bagi seorang orang tua yaitu mencarikan seorang pendidik dan ibu yang baik bagi anak-anaknya. Ini karena Al Umm madrasatul Kubro : Ibu itu madrasah terbesar bagi anak2nya.

 

Dalam sebuah kitab dikatakan :

“Pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji, tetapi setiap karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.” (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu’atstsirat as Salbiyah fi Tarbiyati at ThiflilMuslim wa Thuruq ‘Ilajiha, hal. 76.)

 

Pendidikan anak ini sudah dimulai dari :

1.     Menikah dengan suami atau istri yang sholeh

2.     Menggauli dengan cara sunnah

3.     Menghidupkan amalan ketika hamil

4.     Menghidupkan sunnah bagi bayi yang baru lahir : adzan-qomat, tahnik, aqiqah, khitan

5.     Mendidiknya sesuai dengan syariat agama

 

Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah :

“Sesungguhnya Allah membebaskan separuh shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil”

 (Hadits riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i. Kata Al Albani dalam Takhrij al Misykat )

 

Tugas-tugas orang tua ketika sebelum melahirkan :

1.              Mencarikan calon ibu dan pendidik yang baik bagi anak-anaknya

2.              Menikah dengan cara yang sunnah

3.              berjima’ harus dengan adab sunnah

 

Tugas-tugas orang tua ketika hamil :

1.              Selama mengandung tingkatkan amal ibadah

2.              Berdoa agar diberikan keturunan yang sholeh

3.              Sediakan makanan dari rizki yang halal

 

Tugas-tugas orang tua ketika melahirkan :

1.              Memberikan kabar gembira ketika melahirkan

2.              Di adzankan di telinga kanan dan di qomatkan ditelinga kiri

3.              Di tahnik (mengolesi langit-langit mulut bayi) dengan gigitan kurma orang sholeh

4.              Diberikan nama yang baik

5.              Aqiqah

6.              Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya 

7.              Khitan 

 

Tugas-tugas orang tua ketika sudah memulai proses pendidikan :

1.              7 tahun pertama :

a.              fokus pada kasih sayang

b.              anak pada umur ini suka mengikuti, hindari perkataan kasar dan kekerasan

c.              Sering mengulang-ulang nafi itsbat ( meniadakan yang lain hanya mengistbatkan Allah )

d.              Sering memberi contoh yang baik seperti bersedekah, adab ke orang tua, dll.

 

2.              7 – 14 tahun ajari iman, amal, akhlaq co : anak diajari tentang sopan santun seperti meminta izin masuk rumah orang lain, dan cara memandang yang santun. Tekankan tentang mendirikan sholat.

 

3.              14 – 21 tahun :

a.              libatkan dalam Keputusan

b.              Pada usia 10-11 tahun, ketika anak memasuki masa pubertas, anak harus dijauhkan dari hal-hal yang dapat membangkitkan hawa nafsu dan birahinya.

c.              Pada usia 14-16 tahun, anak sudah harus diajari etika bergaul dengan lawan jenis.

 

4.         Pada usia yang sudah cukup, segeralah nikahkan anak. Setelah melewati masa remaja, yang disebut dengan masa muda, anak harus diajari etika menahan diri bila ia tidak mampu kawin. Rasulullah SAW mengajarkan berpuasa.

 

Cara Memasukkan Qualitas Nabi Saw dan Sahabat RA kepada Anak

 

1.              Kita buat halaqoh pembicaraan Iman dengan mereka :

 

a.     Bicarakan kebesaran Allah Swt : Allah menciptakan langit, matahari, manusia, Allah pula yang memeliharanya

b.     Bicarakan pertolongan Allah Swt kepada para Nabi AS

c.     Bicarakan pertolongan Allah Swt kepada para Sahabat RA

d.     Bicarakan dalil-dalil keimanan yang ada dalam Al Quran dan Al Hadits

 

2.              Kita ajarkan kepada mereka mencintai Nabi Saw dan Sunnahnya

 

a.     Suroh : Ajarkan cara nabi berpenampilan dari ujung rambut sampai kaki dan dijelaskan

b.     Sirah : Ajarkan Akhlaq, adab-adab, dan Aktifitas Nabi SAW selama 24 Jam

c.     Sarirah : Ceritakan perjalanan Hidup Nabi Saw, pengorbanannya, kasih sayangnya, dll

d.     Fikir dan Perasaan Nabi Saw : timbulkan kerisauan mereka melalui musyawarah

e.     Maksud Hidup Nabi Saw : libatkan mereka dalam program dakwah jika umur sudah cukup

 

3.              Kita ajarkan mereka menegakkan sholat yang benar :

 

a.     Ajarkan tertib, adab, dan Fiqih Sholat

 

i.                Tertib : Diawal waktu, berjamaah, ketika adzan dikumandangkan

ii.               Adab : memakai wangi-wangian, baju bersih, gamis / koko, peci, siwak, sorban

iii.              Fiqih : Wudhu, Gerakan Sholat, Bacaannya, dan apa saja yang membatalkannya

 

b.     Ajarkan mereka Khusyu dalam sholat

 

i.                Latih mereka menghadirkan Ihsan dan Keagungan Allah dalam sholat

ii.               Biasakan mereka menghidupkan sholat sunnah sebelum sholat sebagai latihan

iii.              Ajari mereka bacaan quran dan artinya agar mulut dan hati sejalan

 

c.     Ajarkan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah dengan sholat sampai sholat mereka bisa menyelesaikan masalah.

 

4.              Biasakan Hidupkan Taklim bersama mereka

 

a.   Sampaikan kepada mereka keuntungan dan Fadhilah Sholat, Quran, Sedekah, Dakwah

b.   Ceritakan kepada mereka perjuangan para Nabi dan Sahabat

c.   Mudzakarohkan qualitas-qualitas Nabi Saw dan para sahabat

d.   Mudzakarohkan perkara-perkara yang seharusnya mereka jauhi dan lakukan tanya-jawab

e.   Ajarkan kepada mereka fiqh umum dan adab sehari-hari

 

5.              Hidupkan Amalan Ijtimaiat Dzikir Ibadah :

 

a.   Dzikir Tasbihat pagi petang

b.   Bacaan Quran 1 juz setiap hari

c.   Ajarkan wirid jika ada diberikan dari ulama-ulama

d.   Dirikan sholat Tahajjud dan Dhuha bersama-sama mereka

e.   Ajarkan doa-doa masnunah

 

6.              Ajarkan kepada mereka Akhlaq yang baik

 

a.   Menghormati yang tua

b.   Menyayangi yang muda

c.   Memuliakan Tamu dan Ulama

d.   Mencintai Fakir Miskin

e.   Memperlakukan pembantu dengan baik

f.    Membantu orang yang sedang kesusahan

g.   Memberi Nasehat yang baik

h.   Memaafkan orang yang berbuat salah dan memperbaiki pertemanannya

 

7.              Ajarkan kepada mereka tentang pentingnya menjaga keikhlasan karena Allah Swt dengan menjaga niat sebelum beramal, ketika beramal, dan sudah beramal. Di ingatkan berulang-ulang.

 

8.              Ajarkan dan jelaskan kepada mereka tentang pentingnya berkorban untuk agama dan menjelaskan kepada mereka maksud hidup manusia.

 

a.   Ajak mereka nusroh jemaah dan berjaulah

b.   Taskyl mereka bila sudah mencukupi umurnya

c.   Biasakan mereka untuk berdakwah ke teman-temannya di tempat bermain dan sekolahnya

d.  Libatkan mereka dalam musyawarah

 

Rangkuman Tarbiyatul Wallad :

1. Calon pengantin Bibit, Bebet, Bobot. (Gen, Harta, Paras, Agama) : sebaik-baiknya nikahilah karena agamanya.
2. Nikah Sederhana : Sunnah Nabi Saw
3. Tarbiyatul Jannabat (Jima) : Adab berjima agar setan tidak ikut bercampur
4. Tarbiyatul Rahim (Food n Quran) : beri makanan yang halal jangan sampai yang haram dan sering membaca al quran agar didengarkan ke bayi dalam kandungan.
5. Tarbiyatul Wiladah (Kelahiran : Tahnik, Adzan, Aqiqah, Nama) : Tertib dan Adab Lahiran
6. Tarbiyatul Jisim ( Jasad : makanan, pakaian, visual ) : berikan yang halal
7. Tarbiyatul Deen (Fikir, Akhlaq, Ilmu, Amal)

Berdasarkan Umur :
0-7 thn : Kasih Sayang, Contoh Akhlaq, Pengulangan nama Allah swt.
7-14 thn: Ajarkan Agama, ibadah, hukuman, keuntungan, rotan
14-21 thn: Ajak Musyawarah, Lihat Potensi, Kerja cari nafkah, Pertemanan

Berdasarkan lingkungan :
1. Lingkungan Rumah
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Main / Pergaulan

Pendidikan Agama :
1. Tauhid uluhiyah, rububiyah, sifat, dan asma
2. Cinta Allah dan Rasul
3. Ajarkan Al Quran : bacaan dan pelajaran
4. Kenalkan sunnah
5. Ajarkan Sholat
6. Ajarkan Akhlaq
7. Ajarkan Khidmat
8. Ajarkan Amar makruf nahi mungkar

 

Nasehat Nabi Saw kepada Ibnu Abbas RA

 

عن بن عباس قال كنت خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم يوما فقال ثم يا غلام إني أعلمك كلمات احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف. رواه أحمد والترمذي

 

“Dari sahabat Ibnu Abbas ia berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda kepadaku: ‘Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat:  

 

1.     Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syariat) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu.  

 

2.     Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah.  

 

Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat takdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.’”  (Riwayat Ahmad, dan At Tirmizy)

 

Dan perlu diketahui, bahwa Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dilahirkan 3 tahun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah, dengan demikian ketika Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, umur beliau kira-kira 13 tahun.

 

Didikan Nabi Saw kepada Fathimah R.ha

 

Fathimah R.ha diceritakan oleh Ali RA :

 

1.     selalu menggiling gandum dengan tangannya sendiri, sehingga menimbulkan bintik-bintik hitam yang menebal pada kedua telapak  tangannya.

 

2.     Fathimah R.ha selalu  mengangkut air kedalam rumahnya sendiri, sehingga menyebabkan luka-luka di dadanya.

 

3.     Beliau R.ha selalu membersihkan rumahnya seorang diri, sehingga pakaiannya menjadi kotor.

 

Suatu ketika Fathimah R.ha mendengar Nabi Saw mendapatkan beberapa hamba sahaya. Mendengar hal ini Fathimah R.ha pergi datang kepada Nabi Saw, untuk meminta hamba sahaya dari Nabi Saw. Fathimah mengharapkan diberikan hamba sahaya oleh Nabi Saw agar dapat meringankan pekerjaan rumahnya. Fathimah R.ha menceritakan kesusahan dirinya mengurusi pekerjaan rumah tangga di rumah kepada Nabi Saw dengan harapan diberikan hamba sahaya untuk membantunya dirumah. Namun apa kata Nabi Saw :

 

“Wahai Fathimah bertaqwalah kepada Allah Swt, tetaplah menyempurnakan kewajibanmu kepada Allah Swt. Kerjakanlah pekerjaan rumah tanggamu. Kemudian apabila engkau akan tidur ucapkanlah :

 

1.     Subhanallah 33 kali

2.     Alhamdullillah 33 kali

3.     Allahu Akbar 34 kali

 

Amalan ini lebih baik daripada seorang pembantu.”

 

Mendengar nasehat ini Fathimah R.ha berkata, “Saya Ridha dengan keputusan Allah Swt dan RasulNya.” Ketika pulang beliau menceritakan ini kepada suaminya. Ali RA berkata, “Itu lebih baik lagi.”

 

Hikmahnya :

 

Inilah seorang anak Nabi Saw yang paling dicintainya, hidupnya begitu berat dan susah. Namun ketika menghadap Nabi Saw mengharapkan keringanan dunia, tetapi Nabi Saw justru memberikan amalan sebagai penggantinya. Nabi Saw mentarghib anaknya agar tetap tawajjuh kepada akheratnya, karena pekerjaan rumah ini merupakan ladang amal bagi para kaum wanita. Sedangkan hari ini kebanyakan para wanita menitipkan pekerjaan rumahnya kepada pembantunya. Inilah perbedaan kehidupan kita hari ini dan kehidupan mereka. Asbab iman yang menghujam di hati, Fathimah R.ha berkata, “Saya Ridha dengan keputusan Allah Swt dan RasulNya.” Inilah ketaqwaan dari seorang putri Nabi Saw. Pulang kerumah menceritakan hasil perjalanannya kepada suaminya, Ali RA. Namun sang suami asbab pemahamannya atas agama justru mengatakan, “Itu lebih baik lagi.” Bagi para sahabat RA mendapatkan amalan dari Nabi Saw ini adalah hal yang terbaik bagi mereka karena dapat menyelamatkan mereka dari kesusahan hidup di dunia dan di akherat.

 

Didikan Nabi Saw kepada Hasan RA

 

Hasan RA ketika berumur 7 tahun sudah mampu menguasai banyak ilmu hadits asbab didikan Nabi Saw. Hasan RA bercerita kepada sahabatnya, “Suatu ketika aku sedang berjalan-jalan bersama Rasullullah Saw. Lalu kami melihat setumpuk kurma hasil dari sedekah orang-orang. Kemudian aku mengambil sebutir kurma dan memakannya. Nabi Saw bersabda, “Akh….akh…” Beliau segera mengambil kurma tadi dari mulutku. Nabi Saw berkata kepadaku : “Kita tidak boleh mengambil harta sedekah !”

 

Asbab didikan Nabi Saw terbentuklah kepahaman agama dalam diri Hasan RA. Sehingga suatu ketika Hasan RA ditanya mengenai kenapa beliau RA seringkali menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki. Maka Hasan RA menjawab, “Setelah mati nanti, aku merasa malu jika bertemu dengan Allah Swt, sedangkan aku belum pernah kerumahNya dengan berjalan kaki.”

Didikan Nabi Saw kepada Umar bin Abi Salamah RA 

Dari sahabat Umar bin Abi Salamah radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: Dahulu ketika aku masih kecil dan menjadi anak tiri Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dan (bila sedang makan) tanganku (aku) julurkan ke segala sisi piring, maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Hai nak, bacalah bismillah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari sisi yang terdekat darimu.’ Maka semenjak itu, itulah etikaku ketika aku makan.” (Muttafaqun ‘alaih)

 

Perlu diketahui, bahwa Umar bin Abi Salamah ini lahir pada tahun kedua hijriah, dan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, ia baru berumur 7 tahun, sehingga ia belum baligh, ketika diajari oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adab-adab makan

 

Didikan Nabi Saw kepada Zaid bin Haritsah RA

 

Zaid bin Haritsah adalah seorang anak yang terpisah dari orang tuanya asbab terkena perampokan, lalu dijual sebagai hamba sahaya di pasar. Zaid bin Haritsah dibeli sebagai budak lalu dihadiahkan ke Khadijah RA. Zaid bin Haritsah besar dalam keluarga Nabi Saw dan Khadijah R.ha. Orang tua Zaid sangat terpukul atas kehilangan anaknya, sehingga mereka terus mencari Zaid RA. Ketika mereka mengetahui bahwa Zaid RA ada bersama Rasullullah Saw, merekapun pergi menemui Nabi :

 

“Wahai Bani Hasyim, engkau adalah pemimpin yang tinggal di masjidil Haram, dan juga tetangga Baitullah. Engaku membebaskan tawanan, dan memberi makan orang-orang yang lapar. Kami datang kemari untuk memohon kembali anak kami yang tinggal disini. Kasihanilah kami dan terimalah uang fidyah (tebusan) ini untuk membebaskan dia. Bahkan ambilla uang tebusan yang lebih banyak daripada ini.”

 

Nabi Saw katakan kepada ayahnya Zaid RA :

 

“Baiklah tetapi tanyakan terlebih dahulu kesediaan Zaid RA atas permintaan kalian. Jika ia bersedia pulang bersama kalian, maka saya akan membebaskannya tanpa uang tebusan. Namun jika dia menolaknya untuk pulang bersama kalian, maka saya tidak akan melepaskannya.”

 

Apakata Zaid RA ketika diberi pilihan untuk tinggal bersama Nabi Saw dan pulang bersama ayahnya :

 

“Ya Rasullullah, bagaimanakah saya dapat mengutamakan seseorang selain engkau ? bagi saya engkau lebih berharga daripada orang tua saya.”

 

Lalu ayahnya Zaid RA membujuk Zaid untuk merubah pikirannya :

 

“Wahai Zaid apakah engkau lebih menyukai menjadi seorang budak pelayan disini ? mengapa engkau tega meninggalkan ayahmu, dan keluargamu yang lain, dan tinggal hanya untuk jadi seorang budak ?”

 

Zaid RA berkata :

 

“Ya Rasullullah, Saya lebih mengutamakan engkau daripada semua orang di dunia ini.”

 

Ini adalah jawaban dari seorang anak kecil yang sudah masuk iman dan kepahaman di hatinya. Sehingga mendengar jawaban ini Nabi Saw berkata :

 

“Pada hari ini aku menjadikan Zaid RA sebagai anakku.”

 

Inilah kecintaan seorang anak kecil kepada Nabi Saw asbab hidupnya suasana iman, amal, dan akhlaq, dalam kehidupan rumah Nabi Saw. Sehingga mereka mampu mencintai Allah dan Rasulnya melebihi keluarga mereka sendiri. Inilah Iman ketika kita mencintai Allah dan RasulNya diatas segala-galanya. Didikan seperti inilah yang kita inginkan ada dalam kehidupan rumah tangga kita, khususnya kepada anak-anak kita.

 

Suatu ketika Nabi Saw mengharapkan bisa bertukar rumah dengan Zaid agar Nabi Saw bisa lebih dekat tinggalnya bersama Fathimah R.ha. Namun Nabi Saw malu untuk memintanya kepada Zaid bin Haritsah RA karena sudah pernah memintanya untuk bertukar rumah sebelumnya dan dilakukannya. Mendengar harapan Nabi Saw ini, Zaid bin Haritsah langsung mendatangi Nabi Saw dan mengatakan :

 

“Ya Rasullullah Saw, saya telah mendengar berita bahwa engkau ingin tempat tinggalmu lebih dekat dengan Fathimah R.ha. Maka rumah yang diperlukan untuk bisa tinggal berdekatan dengan fathimah R.ha adalah rumahku. Jika engkau menyukainya tukarlah. Ya Rasullullah Saw, harta saya ini adalah milik Allah Swt dan RasulNya. Demi Allah jika ada harta saya yang engkau ambil, maka itu lebih baik daripada harta yang ada pada saya.”

 

Maka Nabi Saw katakan : “Benar wahai haritsah”. Setelah itu Haritsah RA menukar rumahnya dengan Nabi Saw.

 

Didikan keimanan dan pemahaman atas agama yang diajarkan oleh Nabi Saw, telah dibawa oleh Zaid bin Haritsah dari dia kecil hingga dewasa. Inilah kepahaman yang kita inginkan dari anak-anak kita. Kita ingin nilai-nilai yang kita ajarkan kepada mereka dapat dibawa hingga mereka dewasa.

 

Kecintaan Ali RA kepada Nabi Saw

 

Seseorang bertanya kepada Ali RA :

 

“Apakah engkau mencintai Rasullullah Saw ? dan sejauh manakah cintamu itu ?”

 

Ali RA menjawab :

 

“Demi Allah, bagiku Rasullullah Saw lebih kami cintai daripada meminum air yang dingin ketika berada dalam kehausan.”

 

Kecintaan para Sahabat RA lainnya kepada Nabi Saw

 

Seorang sahabat anshar datang kepada Nabi Saw, “Ya Rasullullah, setiap pagi dan sore kami selalu bertemu dengan engkau. Hati kami selalu rindu untuk berjumpa dengan engkau untuk datang dan duduk di majelismu. Nanti engkau akan mendapatkan kedudukan yang sama dengan para Anbiya AS. Sedangkan kami tidak akan dapat mencapai kedudukan itu.”

 

Asbab ini Allah Swt berfirman :

 

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah yaitu para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Shalihin. Dan mereka itu adalah sebaik-baik teman. Dan itulah karunia dari Allah Yang Maha Mengetahui.” ( 4 : 69 -70 )

 

Nabi Saw katakan :

 

“Orang yang derajatnya lebih tinggi akan berkunjung kepada orang-orang yang derajatnya lebih rendah. Mereka akan duduk bersama-sama dan berbincang-bincang. Orang-orang yang mencintaiku akan lahir setelah aku meningal nanti dan mereka berangan-angan, seandainya mereka dapat mengganti dengan harta dan keluarga untuk dapat berjumpa denganku.”

 

Umar RA berkata Abbas RA paman Nabi Saw :

 

“Keislamanmu lebih aku sukai daripada keislaman ayahku, karena apabila engkau memeluk islam, tentu Nabi Saw akan senang melihatnya.”

 

Kecintaan sahabat RA kepada Nabi Saw melebihi kecintaan mereka kepada keluarga mereka sendiri.

 

Kasih Sayang Nabi Saw kepada anak-anak

 

Dari Aisyah R.ha :

 

Suatu ketika datang seorang arab badui kepada Nabi Saw dan berkata :

 

“Engkau mencium anak-anak, sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.”

 

Nabi Saw bersabda :

 

“Apa dayaku apabila Allah Swt telah mencabut kasih sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari)

 

Nabi Saw pernah sholat dengan menggendong cucunya, ketika rukuk, cucunya diletakkan kembali, dan ketika bangun dari rukuk cucunya diangkat kembali (Muttafaq Alaih). Nabi Saw juga pernah bermain kuda-kudaan dengan cucunya, Hasan RA dan Husein RA. Ketika itu umar RA masuk dan melihat Nabi Saw sedang merangkak diatas tanah dan Hasan Husein berada diatas punggung Nabi Saw. Umar RA berkata, “Hai bocah, sungguh indah tungganganmu.” Lalu Nabi Saw katakan : “Sungguh indah para penunggangnya.” Seringkali Nabi Saw menghadapi anak-anak dengan sikap melucu. Nabi Saw duduk bersama mereka, memberi pengertian, dan mendoakan mereka. Usamah bin Zaid bercerita ketika beliau masih kecil, Nabi Saw pernah mengambilnya, lalu didudukan diatas paha beliau Saw. Sedangkan Hasan didudukkan siatas paha beliau yang satunya. Kemudian kami berdua didekapnya seraya berdoa : “Ya Allah, kasihilah keduanya, karena aku telah mengasihi keduanya.” (HR Bukhari)

 

Dari Abu Hurairah RA pernah menceritakan bahwa Nabi Saw pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Hasan RA dan Husein RA. Ketika itu Hasan melihat candanya Nabi Saw, maka Hasanpun langsung berlari menuju Nabi Saw dengan riang gembira.Nabi Saw pernah memendakkan sholatnya ketika mendengar tangis anak, dan beliau juga pernah sujud sangat lama dikarenakan cucunya sedang menaiki punggungnya.

 

Nabi Saw bersabda :

 

“Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR Ath-Thawawi)

 

Nabi Saw pernah bersedih, meneteskan air mata, disebabkan kematian putra beliau yang bernama Ibrahim. Seorang sahabat, Abdurrahman bin Auf RA, bertanya kepada beliau : “Apakah engkau juga menangisi kematian ya Rasullullah ?” Nabi Saw menjawab :

 

“Wahai ibnu Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang di iringin dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes jika hati ini bersedih. Namun kita tidak mengucapkannya kecuali di ridhai Allah Swt. Sungguh kami sangat berduka berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR Bukhari)

 

Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Nabi Muhammad saw tidaklah marah, memukul, membentak, dan menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka. Hari ini, ketika kita mengaku sebagai ummat Muhammad, apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita? Apakah kita telah mengusap kepala anak-anak kita sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw ? Apakah kita juga telah mengecup kening anak-anak kita yang sangat rindu kasih-sayang bapaknya? Ataukah kita seperti Aqra’ bin Habis At-Tamimi yang tak pernah mencium anaknya, sehingga Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari).

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.