Buyaathaillah's Blog

Bayan Hadratji Maulana Saad Al Khandalawi : Mengambil Manfaat Qudratullah dengan Meluruskan Aqidah dan Amal

Bayan Hadratji Maulana Saad Al Khandalawi Hafidzahullah

Mesjid Bangla Wali Nizamuddin

Markaz Dakwah

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dari semua hukum yang  Allah swt perintahkan, perintah yang Paling Utama bagi umat manusia itu adalah Iman. Iman ini adalah perkara besar. Setelah Iman baru datang perintah-perintah lain. Jika kita belajar hukum agama seperti sholat, puasa, zakat, setelah kita mempelajarinya kita bisa beristirahat. Dalam pelajaran iman tidak ada waktu untuk istirahat. Tidak ada yang namanya orang beristirahat dari imannya, itu tidak ada.

Iman itu tidak ada Nishobnya atau Waktunya. Seperti Zakat ada Nishob, Sholat ada Nishob 5 waktu dalam 1 hari, Puasa ada Nishob Ramadhan yang wajib, Haji ada nishob di bulan Dzulhijjah bulan haji, ataupun Khuruj kita hari ini ada nishob 3 hari, 40 hari, 4 bulan. Sedangkan Iman itu tidak memiliki Nishob. Ketika orang belajar tentang Ilmu Sholat, namun waktu sholat belum datang, maka dia tidak wajib sholat. Berbeda dengan ketika orang mempelajari Iman, setelah belajar Iman tidak ada waktu istirahat dari Iman. Justru setelah mempelajari Iman, maka tuntutannya Iman harus tetap terjaga dalam dirinya, setiap waktu.

Iman itu memiliki Takaza, atau tuntutan. Ada tuntutan yang Allah swt kehendaki dalam keimanan seseorang. Jika Iman ini lemah maka takaza-takaza agama ini sulit untuk ditunaikan. Sama seperti Jasad. Jika jasad kita melemah maka sulit memenuhi takaza-takaza jasad seperti kerja, mandi, makan dan lain-lain. Badan yang sakit atau melemah sulit digerakkan untuk memenuhi takaza keperluan. Seperti itu pula iman, Iman melemah maka banyak takaza-takaza agama yang sulit untuk ditunaikan.

Orang yang mempelajari ilmu itu tujuannya untuk beramal. Maksud dari ilmu tersebut bukanlah ilmu tapi maksud dari ilmu itu adalah amal. Tujuan dari orang mencari ilmu itu untuk beramal bukan hanya sekedar mencari atau sekedar ingin tahu, bukan. Ada tujuan dalam mempelajari ilmu yaitu amal. Orang mempelajari Ilmu tentang sholat maka tujuannya adalah untuk memperbaiki sholatnya. Jika dia belajar ilmu sholat namun tidak mempraktikkannya atau memperbaiki sholatnya maka dia bukan belajar ilmu sholat tetapi hanya belajar keutamaan atau pengetahuan tentang sholat. Inilah tujuan ilmu yaitu untuk memperbaiki amalnya.

Ilmu itu adalah jembatan untuk mencapai amal yang betul. Mempelajari ilmu tentang puasa :

  1. Tata Cara Puasa
  2. Syarat Sah Puasa
  3. Rukun Puasa

Semua ini kita pelajari tujuannya adalah untuk memperbaiki Puasa. Mempelajari Ilmu tentang puasa ini bukanlah maksud, tetapi maksud dari mempelajari ilmu puasa adalah untuk puasanya.

Ilmu itu bukan Tujuan, Tujuan dari ilmu itu adalah amalnya. Sedangkan mempelajari Iman tujuannya adalah Imannya. Perbedaannya dimana  :

  1. Mempelajari Ilmu tujuannya Amal
  2. Mempelajari Iman tujuannya Iman

Mempelajari ilmu sholat tujuannya adalah sholatnya bukan ilmunya. Mempelajari Iman maksudnya adalah Imannya.

Seseorang itu tidak bisa istirahat dari Imannya, Allah swt berfirman :

“Ya Ayyuhalladzina Amanu Aminu..” : “Wahai orang-orang beriman, BERIMAN lah” (Annisa : 136)

Disini yang diperintahkan untuk beriman itu adalah orang beriman. Sebagaimana Jasad harus kuat untuk bisa menunaikan tuntutan-tuntutan pekerjaan jasad, begitu pula dengan Iman harus kuat untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan agama.

Penting kita pahami bahwa mempelajari iman itu bukan untuk hanya mengetahui iman itu saja. Tujuan kita mempelajari iman itu untuk menghadirkan kesan kepada Allah swt didalam hati kita dan menghilangkan semua kesan terhadap mahluk dari dalam hati. Iman dipelajari bukan hanya untuk diketahui, ada perkara ini dan itu dalam keimanan. Mempelajari Iman bukan hanya untuk diketahui, iman hanya berada tingkatan itu saja, tidak seperti itu.

Hati ini seperti raja pada badan. Pada apa hati itu terkesan, maka kesitulah badan akan ikut. Jika hati terkesan pada dunia maka kita akan ikut pada dunia. Jika hati terkesan pada Allah maka hati akan ikut perintah-perintah Allah swt.

Kisah Harits bin Malik RA

Harits bin Malik RA lagi istirahat, sedang tidur di mesjid. Ketika itu menjelang subuh Nabi saw datang dan membangunkan dia. Nabi Saw bertanya kepada Harits bin Malik RA :

“Kaifa Asbahta ya Harits ?” artinya : “Apa kabar kamu diwaktu subuh ini wahai Harits ?”

Maka Harits bin Malik RA menjawab : “Asbahtu Mukminan Haqqa” artinya :“Aku terbangun diwaktu subuh ini dalam keadaan Iman yang Haq.”

Nabi punya kebiasaan menanyakan bukti atas klaim sahabat. Maka Nabi saw bertanya: “Apa buktinya kamu terbangun dalam keadaan iman yang Haq ?”

Harits bin Malik RA menjawab : “Ya Rasullullah aku melihat surga di depan mata saya. Dan penghuni surga itu saling bersilaturahmi satu sama lain. Dan aku melihat neraka, penghuninya saling berteriak merasakan siksa api neraka.”

Sahabat tingkatan imannya sudah sampai ke level Hakikat. Seperti inilah keadaan iman mereka. Dengan Iman mereka Allah swt tampakkan surga dan neraka. Bahkan dalam riwayat lain dikatakan :

“Saya melihat Arasy kursi Nya Allah swt dan saya melihat padang Mahsyar.”

Disini sahabat bukan mengatakan melihat dalam mimpi, bukan penglihatan yang seperti itu yang dimaksud. Namun yang dilihat oleh Sahabat ini adalah Melihat di depan mata, seolah-olah wujud didepan mata pemandangan seperti itu. Sehingga ketika sahabat sudah mencapai tingkatan iman ini, apa jawaban Nabi saw :

“Kamu sudah mencapai tingkatan Makrifat, maka Istiqomahlah”

Disini Nabi Saw tidak mengatakan kalau begitu kamu tinggal amal saja, dan kamu tidak perlu lagi memperbaiki iman mu. Nabi saw tidak mengatakan seperti itu. Namun justru yang Nabi saw katakan adalah Kamu sudah mencapai level makrifat maka istiqomahlah dengan keimanan yang seperti itu. Maksudnya iman ini harus dijaga agar bisa bertahan dilevel tertinggi.

Begitu juga Allah swt ingin bukti atas keimanan kita. Maka setiap orang yang mengaku beriman ini akan di uji Allah swt. Allah swt akan mendatangkan ujian untuk melihat keimanan kita. Apakah imannya betul atau tidak ? ini akan nampak melalui ujian-ujian. Apa diantara ujiannya yaitu :

“Janji yang Allah swt berikan akan bertentangan dengan keadaan”

Nabi saw bersabda :

“Saya telah diberi kabar tentang kerajaan Kisra akan hancur.”

Sedangkan saat itu belum terjadi apa-apa, belum ada peristiwa-peristiwa yang arahnya kesana. Kerajaan Kisra waktu itu dalam keadaan tenang saja, masih dianggap sebagai negara super power (Sedangkan sahabat dalam keadaan susah, lagi kurang makan, minoritas, mau perang susah payah bertahan, dan peralatan perang yang minim}. Jadi antara keadaan dengan Janji itu berbeda. Sehingga orang munafik ketika itu tidak percaya karena berbeda antara Janji dengan keadaan waktu itu. Inilah ujiannya, ketika Janji yang disampaikan Allah swt dan RasulNya tidak sesuai dengan keadaan ketika itu, maka akan nampak mana yang iman dan mana yang munafiq. Mendengar Khabar atau Janji yang tidak sesuai dengan keadaan waktu itu, maka orang munafiq menolak atau menafikan sabda Nabi saw. Berbeda dengan sahabat yang sudah sampai ke level iman yang tinggi, ketika khabar dan keadaan bertentangan mereka tetap mengimaninya. Sahabat di uji keimanannya ketika Janji Allah atau Khabar dari Nabi saw bertentangan dengan keadaan ketika itu.

Kisah Nabi Yaqub AS

Nabi Yaqub AS ayah dari Nabi Yusuf AS. Saat itu Allah swt sampaikan kepada Yakub AS bahwa Allah swt akan kembalikan Yusuf AS kepada Yakub AS. Sedangkan antara Janji Allah swt bertentangan dengan keadaan yang dialami Yaqub AS saat itu. Bagaimana bertentangannya ? yaitu 10 orang saudara nabi Yusuf AS menyampaikan bahwa Yusuf AS telah mati dimakan srigala. Jadi antara Janji Allah swt dan keadaan bertentangan. Seseorang yang Yakin itu tidak akan pernah putus asa.

Quran :

Yā baniyyaż-habụ fa taḥassasụ miy yụsufa wa akhīhi wa lā tai`asụ mir rauḥillāh, innahụ lā yai`asu mir rauḥillāhi illal-qaumul-kāfirụn

Artinya :

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf : 87)

Allah swt mengabadikan Keyakinannya Nabi Yakub AS atas Janji Allah walaupun Janji tersebut bertentangan dengan keadaan.  Apa kata Nabi Yakub AS kepada anak-anaknya:

Wala tai‘asu mir rauhillah” artinya : “Janganlah Kamu berputus Asa dari Rahmat Allah swt.”

Kenapa Nabi Yakub AS mengatakan demikian ? ini karena keputus asaan dapat membawa seseorang kepada kekufuran. Asbab keputus asaan, seseorang bisa mencapai kepada tingkatan kafir yang hakiki.

Ketika Allah swt memberikan keyakinan pada seseorang maka Allah swt akan membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Maksudnya apa ? ketika saudara Nabi yusuf AS membawa pakaian yusuf AS kepada Yaqub AS, apa kata Nabi Yaqub AS :

“la`ajidu rīḥa yụsufa” Artinya : “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf” (Yusuf : 94)

Disini Allah swt membuat yang jauh menjadi dekat, dan yang dekat menjadi jauh, dengan keyakinan yang betul. (Bagi Yakub AS walaupun Yusuf AS sudah jauh tidak tau dimana tapi didekatkan oleh Allah swt dengan keyakinannya, sementara saudara-saudara Yusuf AS walaupun dekat tetapi dijauhkan oleh Allah swt). Nabi Yaqub AS begitu yakin akan kembalinya Yusuf AS, sehingga keyakinan tersebut wujud dalam ucapan kepada anak-anaknya. Perkataan Nabi Yakub AS ini diucapkan jaraknya bertahun-tahun setelah mendengar janji Allah swt bahwa yusuf AS akan dikembalikan, tetapi Nabi Yakub AS tetap yakin akan janji Allah swt. Ucapan ini diabadikan oleh Allah swt dalam Quran sebagai pelajaran bagi kita. Pelajaran dari kisah ini adalah keyakinan Yakub AS kepada Janji Allah swt walaupun bertentangan dengan keadaan. Nabi Yakub AS meyakini kembalinya Yusuf AS atas Janji Allah swt walaupun anak-anaknya mengatakan yusuf AS telah mati dimakan srigala.

Apa perbedaan Yakin dan Ragu ? Ketika yang jauh Allah swt dekatkan, sebagaimana Khabar dari Nabi saw mengenai Jatuhnya kerajaan Kisra yang bertentangan dengan keadaan. Allah swt buat khabar yang jauh (belum terjadi) menjadi dekat di mata para sahabat RA dengan keimanan mereka. Sedangkan yang munafiq mereka penuh keraguan, yang dekat jadi jauh, dekat dengan nabi tetapi tidak yakin dengan khabar tersebut. Mereka kaum munafiq ragu karena merasa khabar tersebut bertentangan dengan keadaan yang mereka lihat saat itu, jauh dari kebenaran menurut mereka.

Kenapa Nabi saw menjawab Istiqomahlah, kepada Haritsah bin Malik RA ? karena keluarnya iman dari hati seseorang itu lebih cepat daripada lepasnya onta yang tidak di ikat. Dengan membicarakan kebesaran Allah swt atau Janji Allah swt ini akan mengeluarkan dari dalam hati keyakinan terhadap mahluq.

Lafadz “La illaha illallah” maksudnya adalah menafikan semua Mahluk dan hanya menisbatkan Allah swt. Tidak ada yang lain kecuali Allah swt :

  1. Tidak ada Rizki kecuali dari Allah swt
  2. Tidak ada yang mampu kecuali Allah swt
  3. Tidak ada yang bisa memberikan mudharat kecuali Allah swt
  4. Tidak ada yang bisa memberikan manfaat kecuali Allah swt.

Maka dari Lafadz La illaha illallah tersebut seseorang tidak boleh memberi makna bahwa Allah swt mencipatkan tanah dan memberi manfaat kepada tanah. Sehingga ketika ada orang yang mau mengambil manfaat dari tanah tersebut dia tidak perlu lagi berhajat pada Allah swt, dia cukup mengambil manfaat dari tanah. Kenapa ? karena menurut dia Allah swt sudah memberikan manfaat kepada tanah tidak perlu minta lagi kepada Allah swt. Ini adalah pemahaman yang salah. Makna La illaha Illalah itu tidak lah demikian. Allah swt ciptakan tanah namun manfaat tersebut tetaplah datang dari Allah swt. Tidak ada hubungan antara tanah dan manfaat dari tanah. Tanah ciptaan Allah swt dan Manfaat tanah juga datang dari Allah swt.

Aturan atau Undang-undang di kerajaan Allah swt ini berbeda dengan kerajaan manusia. Dikerajaan manusia walaupun dia seorang Raja, tetapi tidak mutlak memiliki segalanya. Raja bisa menguasai rakyatnya , tetapi tanah bisa jadi milik rakyatnya. Sedangkan aturan dalam kerajaan Allah swt, tidak ada yang lain kecuali Allah swt, inilah makna “La ilaha Illallah”.

Tanah milik Allah dan manfaat tanahpun dari Allah. Ada yang berpikir berarti kita tidak bisa menggunakan tanah untuk tijarah ? kan semuanya milik Allah dan manfaat juga ada di Allah swt bukan di tanah. Bukan begitu kamu bisa mengelola tanah dan bertijarah dengan menggunakan tanah. Tetapi kamu tidak bisa mendapatkan kesuksesan dari tanah tanpa Allah swt.

Makanan tidak bisa mengenyangkan yang mengenyangkan adalah Allah swt. Berarti saya tidak perlu makan ? tidak kamu tetap makan tetapi jangan mengira bahwa ketika kamu makan, kenyang datang dari makanan. Makanan tidak bisa mendatangkan kenyang, yang mendatangkan kenyang adalah Allah swt.

Tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakit kecuali Allah swt walaupun ada obat.

Tidak ada yang bisa menghilangkan lapar kecuali Allah swt walaupun ada makanan.

Allah swt ceritakan dalam Al Quran para Nabi pun tidak akan bisa berhasil walaupun memiliki asbab. Padahal asbab-asbab yang Allah swt berikan pada para Nabi ini adalah asbab-asbab yang telah Allah swt ridhoi. Sedangkan asbab-asbab yang Allah swt berikan kepada ahli dunia atau ahli maksiat adalah asbab-asbab yang Allah swt murkai. Walauapun asbab yang Allah berikan kepada Nabi itu adalah asbab yang Allah ridhoi, itu saja tidak bisa menjamin keberhasilan dan kesuksesan, maka bagaimana dengan asbab yang Allah swt murkai.

Allah swt menjadikan dokter itu asbab untuk sehat. Namun apakah itu maksudnya kita harus menjadikan dokter sebagai jaminan dan harapan untuk mendapatkan kesehatan ? tidak seperti itu. Allah swt jadikan dokter asbab untuk mendapatkan sehat ini adalah ujian. Allah swt mau melihat apakah kita meyakini dokter atau Allah swt, berharap pada dokter buat sembuh atau berharap pada Allah swt untuk sembuh.

Milkiyat atau Kepemilikan itu mutlak milik Allah swt. Kebanyakan orang berpikir dokter ini adalah jalan mendapatkan kesehatan atau kesembuhan. Dalam prasangka mereka Allah swt telah jadikan dokter itu asbab kesembuhan atau kesehatan. Ini tidak demikian, Allah swt jadikan milkiyat kesehatan atau kepemilikan kesehatan itu hanya ditangan Allah swt. Dokter itu hanya asbab sedangkan kesembuhan ada ditangan Allah swt.

Kisah Sahabat : Dimat RA

Seorang bernama Dimat diutus orang kafir Quraish untuk bertemu Nabi SAW agar kembali ke ajaran nenek moyang. Orang kafir Quraish berkata kepada Dimat untuk datang kepada Nabi SAW karena Nabi SAW sudah mencaci berhala-hala mereka. Maka Dimat pun pergi mendatangi Nabi Saw. Dimat berkata Nabi SAW, “kamukah orang yang sudah mencaci berhala-berhala kami”. Nabi saw berkata, “Ya saya orangnya.” Maka Dimat mengatakan kamu ini sebenarnya sakit, ada sakit di otakmu, biarkan saya coba menyembuhkanmu, saya ini tabib. Apa kata dimat seorang musyrikin :

“Saya akan mengobati kamu tetapi yang menyembuhkan adalah Allah swt”

dalam riwayat tersebut dimat mengatakan saya obati kamu tetapi kesembuhan datang dari Allah swt. Disini Dimat juga menyebutkan lafadz Allah. Siapa yang mengatkan ini ? yaitu Dimat, orang musyrik yang diutus orang kafir Quraish.

Sekarang hari ini orang beriman berkata :

“Kita hari ini berobat saja nanti Allah swt yang sembuhkan”

Lihat persamaan keyakinan dalam ucapan orang islam hari ini dengan orang musyrik dizaman Nabi saw. Jadi bukan orang islam aja yang berkata seperti itu, orang musyrik dizaman Nabi saw sudah berkata seperti itu. Hari ini umat hanya tawajjuh kepada Asbab, padahal asbab itu Allah swt ciptakan asbab untuk menguji keimanan seseorang. Mereka orang kafir quraish meyakini dengan meminta ke berhala, minta rizki, jodoh, kesembuhan, nanti baru Allah swt yang datangkan kesembuhan melalui perantaraan berhala tersebut. Jadi berhala tersebut adalah asbab perantara kepada Allah swt untuk mendapatkan keinginan mereka. Jika kita datangi ke salah satu berhala ini maka nanti Allah swt akan kabulkan apa yang kita ingini. Ini pemahaman orang musyrik. Hari ini berhala tidak ada, tetapi pemahaman tetap sama, kalau kita ke dokter nanti Allah swt kasih kesembuhan. Sama juga ketika orang mengatakan dan berdoa “ya Allah saya sudah punya sawah maka datangkan lah rizki dengan asbab sawah saya ini.” Seolah-olah jika dia tidak punya sawah maka Allah swt tidak bisa mendatangkan rizki. Sama juga seperti ketika kita berdoa : “Ya Allah saya sudah punya obat maka sembuhkanlah saya.” Seolah-olah Allah swt tidak bisa menyembuhkan tanpa ini obat. Sama persis dengan ucapan orang musyrik.

Dalam Al Quran Allah swt ceritakan ketika sorang wanita itu hamil didalam perutnya tidak tampak bahwa sudah ada sesuatu yang hidup. Wanita ini menjalani hidupnya seperti biasa sampai akhirnya perutnya semakin besar. Sampai akhirnya tiba saatnya waktu untuk melahirkan. Maka sang suami dan istrinya yang mau melahirkan berdoa :

“rabbahumā la`in ātaitanā ṣāliḥal lanakụnanna minasy-syākirīn”

Artinya : “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. (Al A’raf : 189)

Mereka berdoa jika diberikan anak yang sholeh maka mereka akan bersyukur. Syukur itu apa ? syukur itu adalah orang yang menisbatkan kenikmatan hanya kepada Allah swt. Sehingga ketika dia tidak diberi asbab oleh Allah swt, dia tetap tunduk kepada perintah Allah swt. Inilah hakekat syukur yaitu menisbatkan nikmat kepada Allah swt. Sedangkan orang yang menisbatkan kenikmatan kepada mahluk inilah yang dinamakan musyrik.

  1. Syukur : menisbatkan kenikmatan kepada Allah swt.
  2. Musyrik : menisbatkan kenikmatan kepada Mahluk.

Bagaimana ucapan orang yang menisbatkan kenikmatan kepada mahluk ? contoh ketika dia mengucapkan : “saya itu bisa keluar karena dibantu si fulan” atau “Kalau bukan karena si fulan saya sudah bangkrut”. Inilah letak perbedaan orang yang bersyukur dengan orang musyrik. Ini sangat penting kita perhatikan karena umumnya manusia banyak yang jatuh pada perkara ini.

Kisah Nabi Ibrahim AS

Allah swt berfirman :

“Lam yaku minal musyrikin syakiran li an umih”

artinya :

sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), tapi yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.” (An Nahl : 120-121)

Allah swt mengatakan bahwa Ibrahim AS bukanlah termasuk orang yang musyrik tetapi orang yang mensyukuri nikmat Allah swt. Jadi orang yang menisbatkan kenikmatan kepada Allah swt, inilah orang yang bersyukur.

Di dalam Al Quran Allah swt memberikan julukan kepada para anbiya itu “Abdan Syakuro” yaitu hamba yang bersyukur. Orang yang beryukur itu adalah orang yang setiap mendapatkan kenikmatan dia nisbatkan kepada Allah swt. Sehingga sifat syukur yang ada dalam diri orang tersebut akan membawa dia kepada mentaati perintah Allah swt. Berbeda dengan orang musyrik yang menisbatkan kenikmatan pada mahluk, maka akan banyak perintah Allah swt yang dia langgar. Orang yang menisbatkan kenikmatan kepada mahluk, dia akan meninggalkan dan melanggar banyak perintah Allah swt.

Maka ketika Allah swt mengabulkan doa kedua suami istri yang istrinya akan melahirkan, Allah swt abadikan di dalam Al Quran :

Fa lammā ātāhumā ṣāliḥan : Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sholeh. (Al Araf : 190)

Disini Allah swt sampaikan di Al Quran bahwa anak  yang sholeh itu Allah swt yang memberikan dan tidak ada campur tangan mahluk didalam ciptaan Allah swt tersebut. Ini adalah aturan Ghaibiyah yang telah dibuat Allah swt.

Ada seseorang menulis surat kepada Hadratji untuk dimintakan doa. Dalam suratnya itu dia mengatakan istrinya itu sudah hampir melahirkan, dan anaknya itu sungsang atau terbalik. Maka baik anak ataupun ibunya ini dalam kondisi berbahaya jika melahirkan. Lalu mereka datang ke dokter, dan dokter merekomendasikan agar mereka pergi ke rumah sakit besar di kota untuk dapat penanganan kelahiran sungsang. Dokter juga mengatakan jika pergi kesana nyawa istripun beresiko melayang karena perjalanan jauh dan sudah waktunya untuk melahirkan sedangkan kita tidak punya peralatan disini. Maka sekarang kamu sedekah saja mencari pertolongan Allah swt karena sudah tidak ada jalan lain. Setelah putus harapan dari semua asbab lalu dia bersedekah. Dari kisah nyata ini nampak ada pengaturan ghoib yang terjadi. Maka mereka pergi naik kereta api ke kota menuju rumah sakit yang disarankan dokter, membawa istrinya yang hamil besar. Ditengah perjalanan di dalam kereta api, istrinya berkata bahwa dia mau ke tandas (WC) buang air. Lalu dari dalam tandas terdengar suara jeritan istrinya, maka suaminya lari ke tandas tempat istrinya dan membuka pintunya. Apa yang terjadi ? ketika membuka pintu istrinya telah pingsan dan dalam keadaan telah melahirkan. Sedangkan anak yang dilahirkan ditandas itu dalam keadaan terjatuh keluar dari kereta api. Maka semua orang berasumsi bahwa anak tersebut sudah mati dan kita harus sholat jenazah. Lalu mereka turun dari kereta api dan pergi mencari anaknya yang terjatuh dari kereta untuk disholati. Maka terus mereka mengikuti jalur kereta api tadi yang dilewati akhirnya ketemulah bayi yang baru dilahirkan oleh istrinya dalam keadaan masih hidup. Anak bayi itu terjatuh tepat diantara 2 besi rel kereta api. Jadi pelajaran apa yang bisa kita ambil ? Apakah dokter yang memberikan jalan keluar disini ? Tidak, ini murni kerja Allah swt karena kesembuhan, kesehatan, bahkan keselamatan ini mutlak milik Allah swt.

Walaupun ada seorang dokter spesialis yang sangat ahli dibidangnya apakah sudah menjamin akan memberikan kesembuhan dan keselamatan ? tidak, karena apa ? kesembuhan dan keselamatan ini milik Allah swt. Kesembuhan dan Kecelakaan itu ada di tangan Allah swt bukan ditangan dokter. QudratNya Allah Ta’ala lah yang mengatur baik atau buruknya suatu keadaan. Orang yang menisbatkan setiap perbuatannya kepada Allah ta’ala maka Allah ta’ala akan mengatur kebaikan untuk dia. Hakekatnya semua yang terjadi itu atas kehendak Allah Ta’ala.

Apa yang menyebabkan permasalahan-permasalahan yang besar terjadi di dunia ini ? ini karena kita menisbatkan segala kebaikan dan keburukan ini pada mahluk. Kenapa ekonomi kuat ? ini pasti karena mentri ekonomi kita bagus. Kenapa banjir dimana-mana ini karena ulah mereka menebang hutan hingga gundul. Gara-gara kamu seperti ini sehingga terjadi seperti itu, karena dia seperti itu hingga kita menjadi begini. Semua dinisbatkan kepada mahluk inilah penyebab masalah besar terjadi.

Padahal semua kebaikan dan keburukan di dunia ini hubungannya dengan amal bukan dengan asbab atau mahluk. Jika ummat dekat dengan Allah swt maka Allah swt akan membuat pengaturan yang baik untuk dia. Allah swt akan mendatangkan kebaikan-kebaikan jika dia mempunya hubungan kedekatan dengan Allah swt. Begitu pula sebalik yang akan terjadi jika seseorang jauh dari Allah swt maka akan datang keadaan keadaan buruk bagi dia yang disebabkan amal-amal buruknya.

Dan seorang beriman itu baru bisa membuktikan keimanannya kepada Allah swt jika dia di beri permasalahan yang besar dari Allah swt. Inilah cara membuktikan keimanan kita apakah kuat atau lemah. Dan Allah swt akan membuktikan kehebatanNya melalui permasalahan tersebut. Kenapa orang ditimpa masalah yang besar :

  1. Menguji keimanannya agar nampak imannya benar atau salah
  2. Menampakkan Kehebatan Allah swt dengan PertolonganNya

Hari ini orang berkata kok orang beriman ditimpa masalah yang besar ? tidak masalah ini bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menguji dan untuk mendzahirkan kehebatan Allah swt. Orang merasa kenapa saya diberi kesusahan dalam berbisnis. Ini sebenarnya penghalang-penghalang dalam usaha ini  adalah anugerah dari Allah swt. Penghalang ini anugrah karena ini suatu pengingat agar dia mau kembali kepada Allah swt. Dia berusaha kerasa dalam tijarahnya tiba-tiba mendapat penghalang atau masalah dalam bisnisnya sehingga dia bangkrut. Apa pelajarannya disini ? agar dia mau mengingat Allah swt dan kembali kepada Allah swt. Inilah ujian bagi orang beriman.

Namun orang yang hatinya buta, permasalahan yang menimpa dia tidak akan membuat dia kembali kepada Allah swt. Dia akan mencari cari akar permasalahannya dan menisbatkannya pada mahluk. Ini gara-gara si fulan berhutang dan tidak membayar hutangnya jadi modal saya habis menutup kerugian. Ini gara-gara si fulan mengambil barangnya banyak tapi waktu jatuh tempo pembayaran dia tidak bayar tagihannya.

Allah swt memberi permasalahan kepada orang beriman agar dia mau kembali ingat pada Allah swt. Ketika orang beriman itu rusak amalnya, saat itu pula Allah swt datangkan permasalahan. Berbeda dengan orang tidak punya iman, tatkala dia berbuat dosa permasalahan tidak langsung menimpa dirinya.

Kisah Sahabat

Ada salah seorang sahabat sedang berjalan dia melihat wanita cantik sedang lewat. Tiba tiba kepalanya tertubruk benda di satu rumah karena meleng asbab melihat wanita. Maka dia datang kepada Nabi saw menceritakan kejadian tersebut. Dia berkata, “Hari ini ada kejadian aneh ya Rasullullah saw, masa saya baru melihat wanita sebentar saja, tiba-tiba kepala saya tertubruk. Baru 1 kali saja saya melihat wanita saya sudah kena musibah seperti itu.”

Apa kata Nabi saw : “Hadza min fadlilah” artinya : “Itu adalah Anugerah dari Allah swt ?”

Kenapa demikian ? ketika seseorang dekat dengan Allah swt kemudian dia berbuat amal buruk, maka sektika itu juga Allah swt datangkan akibatnya dari amal buruk tersebut. Kalau orang berbuat buruk namun tidak tampak akibatnya berarti dia orang yang jauh dari Allah swt. Lihat banyak orang berbohong tapi dia tidak dapat masalah bahkan bebas dari masalah asbab kebohongannya. Lihat saya menipu orang, tidak ada masalah terjadi pada saya. Saya tidak keluar 3 hari tiap bulan, tidak ada masalah buruk kok yang terjadi sama saya, normal-normal saja, kenapa saya harus keluar bikin susah saja. Orang beriman itu ketika ditimpa masalah maka dia bersegera lari kepada Allah swt. Orang yang jauh dari Allah swt ini di ibaratkan oleh Allah swt seperti binatang hidupnya. Hewan ini tidak tau kenapa saya di ikat dan kenapa saya dilepas. Kerbau ini ketika mau di ambil susunya maka akan dia tahan susu agar tidak keluar. Oleh sebab itu perternak membawa anak kerbau kepada ibu kerbau. Tatkala ibu kerbau ini melihat anaknya maka langsung dia mengeluarkan susunya. Ibu kerbau ini tidak mengerti kenapa anaknya di bawa ke dia, yang dia tau dia lihat anaknya maka serta merta dia buka susunya. Kerbau ini tidak tahu kenapa saya di ikat dan kenapa saya dilepas. Seperti inilah hewan, begitu pula orang yang tidak kenal Allah swt. Orang yang jauh dari Allah swt atau orang kafir, dia tidak akan tau kenapa saya ditimpa musibah ataupun kenapa saya tetap sukses padahal saya sudah mencuri. Orang beriman itu dia akan segera tahu ketika masalah menimpa dia, apa yang harus dilakukan.

Jadi ketika sahabat ra tadi kepalanya tertubruk asbab melihat wanita, nabi saw katakan itu adalah anugerah bukan mengatakan itu adzab.

Allah swt berfirman :

ya`kulụna kamā ta`kulul-an’āmu artinya : mereka (orang kafir) makan seperti makannya binatang (Muhammad : 12)

Orang kafir dan orang yang jauh dari Allah swt ini makan mereka itu seperti binatang. Bagaimana kalau orang beriman yang makan ? lambungnya akan mengeluarkan makanan yang haram.

Kisah Sahabat : Abu Bakar RA

Abu Bakar RA, dia dalam keadaan yang sangat lapar. Maka seseorang sahabat datang kepadanya membawa sepotong roti. Melihat tawaran roti tersebut Abu Bakar RA langsung memakannya karena sanagt lapar sekali, tanpa tanya-tanya lagi. Setelah selesai makan Abu Bakar RA bertanya ini makanan di dapat dari mana. Orang itu berkata saya punya teman dulu sakit, dia saya obati dia karena dulu saya ini dukun kerjanya, peramal. Waktu saya masih kafir inilah pekerjaan saya, meramal bintang. Ketika dia berobat kepada saya, maka saya obati dia dengan keahlian saya hingga dia sembuh. Sekarang dia sudah menikah, dia memberikan saya roti. Lalu Roti ini saya berikan kepada tuan.

Na’udzubillah hari ini orang islam banyak mengikuti pula perdukunan. Mengikuti ramalan bintang, perjodohan, rejeki, musibah. Begitu pula ramalan cuaca hari ini. Banyak orang mau buat acara pernikahan cari ramalan cuaca tanggal tersebut, hujan atau tidak. Jadi buat perwalimahan menurut ramalan cuaca. Naudzubillah.

Allah swt ini Maha Kuasa dan kekuasaan Allah swt tidak terbatasi dengan keadaaan. Allah swt mampu mendatangkan panas pada masa musim hukan, begitu pula sebaliknya. Semua keadaan kemarau, semi, hujan, salju, ini datang atas dasar perintah Allah swt tidak terbatas pada musim ataupun ramalan-ramalan cuaca. Jika Allah swt putuskandemkian walaupun bukan musimnya amak itulah yang akan terjadi. Sekarang orang islam mengambil keputusan bukan dari perintah Allah swt tetapi dari ahli nujum dan ramalan cuaca.

Begitu pula hari ini banyak orang islam menisbatkan penyakit karena datangnya musim atau bergantinya musim. Seperti Flu datang ketika musim hujan, ini ada dalam pikiran orang islam. Menisbatkan penyakit dengan musim-musim. Hari ini banyak orang menghubungkan penyakit dengan musim dan cuaca dengan musim. Mereka menghubungkan masalah dengan mahluk sehingga muncul harapan pada mahluk. Orang yang menaruh harapan pada mahluk, dia hanya akan bisa mengambil manfaat 1 kali, itupun tidak pasti. Seperti kerbau itu hanya memberi susu 1 kali saja, itupun tidak pasti. Berbeda dengan amal, asbab amal Allah swt mampu memberikan kebaikan atau solusi tanpa batas, tanpa halangan, dan itu pasti.

Kisah Nabi Saw

Nabi saw suatu ketika berjanji kepada seorang anshor untuk mendatangi rumahnya diwaktu ashar. Namun walhasil beliau datang diwaktu malam selepas Isya. Dimesjid Nabi saw itu Isya itu di akhirkan waktunya. Sedangkan Nabi saw mendatangi orang Anshor tersebut selepas Isya. Maka Miqdat, orang anshor tersebut, menyiapkan susu untuk nabi saw. Dimalam hari miqdat di datangi syaithon kemudian mengatakn ini cuman satu gelas saja, minum saja susu tersebut. Maka Miqdat pun meminum susu tersebut. Malam itu juga Miqdat merasa susah, dia mau menerima tamu mulia, nabi saw, tetapi susunya telah dihabiskan. Maka Miqdat ketakutan, diapun berdoa kepada Allah swt mohon pertolongan. Nabi saw pun datang kerumah miqdat. Miqdat berkata kepada Nabi Saw bahwa dia akan memotongkan kambing untuk nabi saw. Nabi saw sampaikan bahwa beliau maunya susu kambing, tidak usah potong kambing. Miqdat sampaikan kepada Nabi Saw bahwa susu kambing sudah habis semua. Asbab itu hanya bisa mengeluarkan 1 kali manfaat saja itupun tidak pasti. Lalu Nabi saw menyuruh miqdat pergi untuk mengeluarkan susu kambing yang di ingini beliau. Sementara susu kambing itu hanya bisa dikeluarkan 1 kali saja. Maka miqdat tetap taat kepada Nabi saw, dia tetap pergi ke kambing untuk memerah susunya walaupun tidak mungkin untuk mengeluarkan susu lagi. Tatkala Miqdat sampai ke kandang kambingnya, dia melihat kambing yang sudah diperas susunya tadi ashar kantung susunya sepertinya tiba-tiba sudah penuh kembali. Maka Miqdat bersegera mengeluarkan susunya diperas dari kambing tersebut. Setelah diperas maka susu kambing tersebut diberikan kepada Nabi saw. Maka Nabi saw minum 3x lalu diberikan susu tersebut kepada saya untuk diminum, maka saya pun minum 3x. Begitulah berulang-ulang kami minum susu kambing tersebut bersama-sama. Lalu Nabi saw perintahkan Miqdat untuk membangunkan sahabat-sahabat lain yang tidur untuk minum susu kambing bersama.

Pesan Mubayin :

“Mencari Kehebatan Qudratallah dalam asbab ini sama dengan membatasi Kehebatan Qudratullah.”

Kenapa ? ini karena kehebatan Qudratullah itu tidak terbatas sedangkan asbab itu terbatas. Hari ini orang meletakkan kehebatan Qudratullah di dalam Asbab. Jika cara pandang kita melalui asbab kita bisa mendapatkan Qudratullah, ini berarti kita telah membatasi Qudratullah. Asbab itu hanya untuk memperkenal Qudratullah saja, sedangkan Qudratullah itu sendiri ada dalam dzat Allah swt saja, bukan pada asbab-asbab. Allah swt menampakkan hasil dari asbab ini hanya untuk memperkenalkan kehebatanNya. Allah swt menampakkan hasil dari asbab ini untuk menunjukkan kehebatan Allah swt, yaitu QudratNya. Namun Qudrat itu bukan dalam asbab melainkan dalam Dzat Allah swt.

Analogi

Seperti orang yang mau membeli pistol lalu datang ke toko lukisan pistol. Maka sang pelukis akan bilang kalau mau beli pistol itu ke pabriknya saja, ini hanya gambarnya saja. Jadi tidak ada manfaat dari gambar-gambar. Beginilah asbab seperti gambar saja.

Jadi Allah swt menampakkan hasil pada asbab hanya untuk memperkenalkan kehebatan QudratNya. Sedangkan Qudrat Allah swt itu tidak didalam asbab melainkan ada dalam Dzatnya Allah swt. Untuk mendapatkan manfaat ini bukanlah dari asbab tetapi dari DzatNya Allah Swt. Ini karena Qudrat itu bukan pada asbab, tetapi ada pada Allah swt.

Pesan Mubayin :

  1. Asbab itu hanya bisa memberikan manfaat itu satu kali dan itupun tidak pasti
  2. Amal itu bisa memberikan manfaat berulang-ulang kali dan itu pasti.

Kisah Sahabat : Abu Bakar RA

Suatu ketika dalam perjalanan Abu Bakar RA mendatangi seorang ibu-ibu Yahudi. Lalu Abu Bakar RA meminta segelas susu kambing dari kambing peliharaan ibu-ibu yahudi tersebut. Ibu-ibu Yahudi tersebut mengatakan kepada Abu Bakar RA bahwa susu kambing dari kambing yang dia miliki sudah habis dia peras, tidak ad alagi sisanya. Maka Abu Bakar RA katakan kepada ibu-ibu yahudi tersebut bahwa susu yang ada dalam kambing itu Allah swt yang memberikan. Allah swt akan memberikan PemberianNya kepada orang yang meyakini Qudrat Allah swt. Disini Abu Bakar RA menafikan asbab tetapi menisbatkan manfaat itu bukan dari asbab tetapi ada pada Allah swt. Lalu Abu Bakar RA sampaikan kepada ibu-ibu yahudi tersebut untuk membawa kambingnya kemari. Maka ibu-ibu yahudi terheran-heran dengan Abu Bakar RA, karena yang diminta Abu Bakar RA itu sesuatu yang tidak mungkin yaitu mencari susu yang sudah habis diperas dari kambingnya. Setelah itu Abu Bakar RA memerintahkan ibu-ibu yahudi tadi untuk pulang ke rumahnya mengambil wadah-wadah besar. Makin terheran-heran ibu-ibu yahudi tadi buat apa wadah besar wong susu kambingnya sudah habis diperas. Namun dia tetap pulang kerumahnya mengambil wadah-wadah besar yang diminta oleh Abu Bakar RA. Lalu Abu Bakar RA memegang kambing ibu yahudi yang kurus, dia memulai memeras susu dari kambing yang kurus tersebut. Susu yang keluar dari kambing yang kurus tersebut mampu memenuhi seluruh wadah-wadah besar yang dibawa oleh ibu-ibu yahudi tadi.

Setelah beberapa tahun ibu-ibu yahudi tadi bertemu dengan Abu Bakar RA lagi yang kedua kalinya. Lalu dia memanggil  Abu Bakar RA, “Wahai Orang Berkah.” Perbuatan Abu Bakar yang telah membuat seorang wanita yahudi, seorang musyrik, terkagum-kagum. Ibu-ibu yahudi tersebut melihat langsung Abu Bakar RA mampu memeras susu keluar dari kambing yang sudah tidak ada susunya hingga memenuhi wadah-wadah besar. Sehingga setiap ibu-ibu yahudi itu ketemu Abu Bakar RA, dia memanggil Abu Bakar RA dengan panggilan, “Wahai Orang Berkah.”

Pelajaran dari kisah ini orang beriman itu mampu mengambil manfaat asbab berulang-ulang dari Khazanah Allah swt, sedangkan orang tidak punya iman hanya mampu mengambil manfaat sekali satu kali saja dari asbab.

Pelajaran :

  1. Tidak ada Iman Asbab Dunia hanya bisa memberikan manfaat satu kali dan itupun tidak pasti
  • Dengan Iman Shahih Asbab Dunia bisa mendatangkan manfaat berkali-kali dengan Qudratullah itu pasti.

Kisah Sahabat : Ali bin Abi Thalib RA

Ketika Ali RA ingin pergi berperang, berjihad,  seorang ahli nujum berkata kepada Ali RA jangan keluar sekarang. Menurut Ahli Nujum tersebut bahwa hari ini adalah hari sial bagi Ali RA menurut pengamatan si ahli nujum jika Ali RA pergi keluar untuk Jihad. Namun Ali RA menafikan perkataan ramalan ahli Nujum tersebut walaupun ahli nujum tersebut berkata ini hari sial bagi kamu kalau kamu tetap pergi. Ali RA berkata :

“ini adalah Jihad, dan saya tetap pergi untuk menentang ucapanmu”.

Maka si ahli nujum berusaha meyakinkan Ali RA bahwa dia ini mengetahui yang Perkara yang Ghaib. Si dukun ahli nujum ini berkata bahwa disitu ada kuda dan dia bisa mengetahui isi yang ada dalam perut kuda yang hamil tersebut, apakah anak kuda itu jantan atau betina.

Apa kata Ali RA :

“Seandainya ucapanmu itu benarpun saya tetap tidak mau meyakininya.”

Ini karena siapapun yang meyakini ucapan kamu, sebagai dukun ahli nujum, mereka sudah jatuh dalam kekufuran. Sedangkan kekufuran itu tempatnya di neraka.

Pelajaran dari Mubayin :

“Walaupun terbukti perkataan dukun atau ahli nujum itu benar, meyakininya itu tetap perkara yang Harom. Meyakini hasil dari Ahli Nujum atau dukun itu adalah asbab kekufuran.”

Jadi semua perkataan ahli nujum walaupun terbukti benar berulang kali, meyakininya merupakan perbuatan haram dan asbab kekufuran.

Kisah Sahabat : Abdullah bin Mas’ud RA

Abdullah bin Mas’ud RA pulang kerumahnya. Maka ketika pulang dirumahnya di dapati dileher istrinya ada Jimat. Abdullah bin Mas’ud marah, “Apa ini yang ada dileher kamu !”

Istri Abdullah bin Mas’ud berkata, “Mataku sedang sakit. Lalu seseorang mengatakan kepada saya di tempat sana ada dukun yang bisa mengobati kamu. Datanglah kesana karena dia itu orang pintar, dukun yang ahli. Maka dukun itulah yang meberikan saya ini Jimat ini.”

Dukun ini adalah seorang wanita yahudi, dan istri abdullah bin mas’ud ra menyampaikan bahwa walaupun dia seorang yahudi tetapi Allah swt telah memberikan kesembuhan lewat tangannya. Hari ini orang beriman seperti ini juga pemikirannya sama seperti istri abdullah bin mas’ud ra :

“Walaupun dia kafir, tetapi obat-obat dia manjur. Beginilah keadaan yang Allah swt ciptakan, kenapa musti menolak, kan datangnya dari Allah swt juga.”

Perhatikan bagaimana cara berpikir kita hari ini sama persis dengan pemikiran orang terdahulu. Kita sering menyampaikan :

“Ini hanya asbab saja sedangkan kesembuhan ada di tangan Allah swt. Inikan kehendak Allah swt juga.”

Ucapan ini benar kita tidak nafikan memang seperti itu Allah swt ciptakan keadaan. Namun ini pemikiran yang salah, ini jebakan setan cara berpikir seperti ini.

Pesan Mubayin :

“Antara kalimat La illaha Illallah dengan kalimat Muhammadur Rasullullah ini tidak bisa dipisahkan. Orang yang memisahkan kalimat La illaha Illallah dengan kalimat Muhammadur Rasulllah ini dia telah kafir. Ini karena orang kafir dulu meyakini La illaha illallah namun mengingkari Muhammadur Rasullullah.”

Orang Musyrik Quraish itu Kafir asbab mereka meyakini Allah swt namun mengingkari Muhammad Rasullullah. Meyakini Allah swt ini harus dengan jalan Nabi Saw. Tidak boleh menaruh harap kepada asbab orang kafir. Meyakini Allah swt itu harus sejalan dengan Meyakini Sabda Nabi SAW.

Nabi SAW bersabda :

“Habbatusaudah itu adalah obat bagi segala penyakit.” (Mahfum Hadits)

Saya sudah minum habbatushaudah tapi disana ada orang kafir yang ahli pengobatan dan obat-obatnya terbukti manjur. Inikan kehendak Allah swt juga. Na’udzubillah Min Dzalik beginilah pemikiran orang islam kebanyakan hari ini.

Orang-orang yang memisahkan La illaha Illallah dengan Muhammadur Rasullullah maka dia sudah tergelincir kepada kekufuran. Orang Musyrik mekah itu Kafir bukan karena tidak meyakini Allah swt tetapi karena mengingkari Nabi SAW. Orang kafir Quraish itu beriman kepada Allah swt, meyakini Allah swt, tetapi menolak Nabi SAW sebagai Rasullullah SAW.

Ketika Abdullah bin Mas’ud RA mendengar bahwa istrinya mendapat jimat dari dukun yahudi, dia marah besar. Maka beliau langsung menarik kalung tersebut dari istrinya lalu membuangnya. Maka istrinya mengatakan, “Mengapa kamu buang jimat itu ?”

Apa kata Abdullah bin Mas’ud RA :

“Ini perbuatan Syirik !”

Apa kata istri Abdullah bin Mas’ud :

“Saya tetap meyakini Allah swt, Kesembuhan datang dari Allah swt, bukan dari jimat ini, dimana Syiriknya ?”

Apa kata Abdullah bin Mas’ud RA :

“Semua Mantra atau Jampi-jampi dan Jimat ini semua adalah jalan Syirik. Kamu memang meyakini Allah swt namun jalan yang kamu ambil adalah Jalan Kesyirikan.”

Lalu Abdullah bin Masud berkata kepada istrinya bahwa syetan telah datang kepada matamu, membuat matamu sakit. Lalu syetan datang kepada dukun yahudi tersebut agar memberi kamu jimat. Ketika kamu menerima Jimat tersebut maka syetan mengangkat tangannya dari matamu. Sehingga matamu sembuh, asbab syetan sudah mengangkat tangannya dari matamu. Inilah kerja syetan, membuat matamu syakit, dan sembuh ketika kamu menerima jimat. Syetanlah yang mengkondisikan matamu dan menuntunmu ke dukun untuk mendapatkan pengobatan, lalu melepas tangannya dari matamu ketika kamu menerima jimatnya. Inilah kerja syetan, nanti setelah beberapa lama syetan akan menekan matamu lagi, lalu kamu akan pergi ke dukun itu kembali. Kenapa ? ini karena saya datang kemarin mata saya sembuh asbab jimat dari dukun tersebut. Sehingga kamu akan berulang kali datang kesana terjebak oleh rencana syetan.

Perhatikan bahwa Allah swt memerintahkan kita untuk meyakini Allah swt dan menunjukkan jalan, cara meyakini Allah swt yang benar, melalui Nabi Nya Muhammad SAW. Agar kita bisa meyakini Allah swt dengan benar ini ada jalannya, tidak bisa sembarangan yakin membabi buta tanpa ada contohnya.

Maka Abdullah bin Mas’ud RA katakan kepada istrinya :

“Kamu tinggalkan Jimat, jalan syirik itu, kamu ikut jalan yang sudah diarahkan Nabi SAW.”

Dengan Do’a Sunnah :

“Allahumma rabban nasi, adzhibil ba’sa. Isyfi Antas syafi. La syafiya illa anta syifa’an la yughadiru saqaman.”

Artinya:

“Ya Tuhanku, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Berikanlah kesembuhan karena sesungguhnya kesembuhan itu ada ditanganMu. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Engkau, sembuhkan lah aku dengan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit setelahnya.”

(Hayatush Shahabah)

Jadi disini yang di ingkari oleh Abdullah bin Mas’ud RA adalah Jalannya bukan Keyakinannya. Abdullah bin Mas’ud tidak mengingkari keyakinan istrinya tetapi yang di ingkari adalah jalan yang di ambil istrinya adalah jalan kesyirikan, jalan yang tidak diajarkan Nabi SAW. Istri Abdullah bin Mas’ud RA tetap meyakini Allah swt tetapi jalannya adalah jalan kesyirikan, inilah kesesatan. Jangan kita meyakini Allah swt dengan jalan syirik.

Meyakini Allah swt dengan jalan Asbab ini juga jalan kesyirikan. Di madinah di jaman dulu itu perdukunan, ketergantungan pada Jin, dan keyakinan kepada Jimat itu sangat banyak. Ketika surat Al Falaq dan An Nas diturunkan oleh Allah swt, maka para jin berkata bahwa mereka kini sudah tidak bisa tinggal lagi di madinah. Sehingga para jin itu mulai mengosongkan madinah akibat turunnya sura Al Falaq dan An Nas. Jadi membaca wirid dan doa itu penting untuk mengatasi jin dan perdukunan dan kesembuhan. Namun wirid dan doa ini hanya wazifah bukan faridhoh. Sedangkan sholat itu adalah Faridhoh, wajib. Wadzifah adalah amalan sunnah tambahan, macam wirid, yang dikerjakan secara rutin. Hari ini banyak orang yang merasa cukup dengan Wadzifah sehingga meninggalkan yang Faridhoh. Inilah yang terjadi di kalangan umat islam hari ini. Padahal yang lebih kuat untuk menjaga itu adalah perintah-perintah Fardhu yang diwajibkan Allah swt, bukan wadzifah. Wadzifah ini hanya tambahan saja sedangkan Faridhoh ini yang diwajibkan Allah swt. Wadzifah ini hanya untuk menguatkan yang Fardhu. Semua amalan wirid-wirid itu dari baca 3 Qul, Ayat Kursi, dan lain-lain, itu hanya tambahan saja.

Kisah Muadz bin Jabal RA

Sahabat Muadz bin Jabal RA itu pernah di ajarkan oleh syetan ( Jin ) cara mengamalkan ayat kursi. Ketika Muadz ra pernah diminta Rasullullah saw untuk menjaga rumah baitul mal. Di dalam rumah tersebut terdapat kurma-kurma. Dimalam hari seorang Jin (syaithon) datang mau mencuri kurma tersebut dari baitul mal. Setiap kali datang mampu ditangkap dan diusir oleh Muadz bin Jabal RA. Setiap ditangkap jin itu berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sampai yang ke tiga kalinya, hari ke 3, diwaktu malam, jin tersebut datang dan memasuki baitul mal, lalu memakan kurmanya. Jin itu memakan kurma yang di amanahkan Rasullullah saw kepada Muadz bin jabal RA. Lalu ditangkap oleh Muadz bin Jabal RA. Setiap Jin itu datang, Muadz RA menceritakan peristiwa tersebut kepada Nabi SAW. Setiap mendengar laporan Muadz bin Jabal RA, nabi saw mengatakan nanti malam jin itu akan datang lagi, walaupun jin itu sudah mengatakan kepada Muadz RA tidak akan datang lagi. Lalu di hari yang ketiga, ketika tertangkap untuk yang ke 3 kalinya, jin syaithon berkata kepada Muadz bin Jabal RA :

“Apakah kamu mau satu amalan yang bisa menyebabkan kamu terjaga dari saya ?”

Maka Jin Setan itu mengajarkan kepada Muadz bin Jabal RA untuk membaca Ayatul Kursi. Rumah yang dibacakan Ayatul Kursi didalamnya maka tidak akan dimasuki oleh Jin dan Setan.

Diwaktu subuh, Muadz bin Jabal RA kembali melapor kepada Nabi saw berikut amalan yang diajarkan oleh jin setan tersebut. Muadz mengatakan jika saya membaca ayat kursi ini maka jin setan itu tidak akan mengganggu dia yang menbacanya. Apa kata Rasullullah SAW :

“Sodaqal Kahzab” artinya : “Si Pembohong Besar itu telah berkata Jujur.”

Bangsa Jin dan Setan itu adalah pembohong besar. Namun jin setan tersebut telah berkata jujur kepada Muadz ra mengenai amalan ayat kursi yang dibacakan di dalam rumah maka setan tidak akan masuk kedalamnya atau tidak akan mengganggunya.

Berapapun asbab yang tersebar di dunia, Allah swt ciptakan asbab ini dan Allah swt serahkan asbab tersebut kepada manusia :

  1. Jika kamu lapar, Aku sudah ciptakan beras.
  2. Jika kamu mau rizki, aku sudah ciptakan barang-barang perniagaan.
  3. Jika kamu sakit, aku sudah ciptakan obat-obatan.

Sehingga orang-orang banyak menghabiskan waktu untuk mendapatkan asbab-asbab ini. Kita berpikir Allah swt ciptakan asbab-asbab ini untuk kita tinggal mengambil manfaatnya saja. Padahal tidak demikian, asbab ini Allah swt ciptakan sebagai Ujian bagi HambaNya. Namun manfaat tersebut tidak Allah swt jadikan dalam asbab-asbab ini. Memang manfaat-manfaat Allah swt datangkan juga melalui asbab-asbab ini namun bukan berarti asbab-asbab inilah yang bisa memberikan manfaat. Contoh : Orang minum obat, kadang orang sembuh, kadang orang tidak sembuh, dengan penyakit yang sama. Berapa banyak orang minum obat bukannya manfaat sembuh tetapi malah mati. Ketika seseorang itu makan bisa saja dia bertambah kuat. Perhaikan jika orang tua yang makan, itu bukan berarti dia bertambah kuat. Berarti bukan makanan yang mendatangkan kekuatan atau obat yang mendatangkan kesembuhan, bukan itu. Memang terkadang Allah swt datangkan manfaat lewat asbab, namun semua itu tidak mutlak, mutlak itu milik Allah swt.

Hari ini petani-petani menunggu hujan di sawahnya. Jika hujan maka padi yang ditanamnya akan tumbuh asbab adanya hujan. Namun banyak terjadi ketika hujan datang tanamannya bukan tumbuh tapi malah rusak. Padahal mereka berpikir dengan hujan akan datang manfaat, namun yang terjadi malah sebaliknya malah rusak. Kadang Allah swt datangkan manfaat ketika ada hujan, namun kadang dengan hujan bukannya manfaat yang datang tetapi mudharat, seperti hujan banjir di sawah yang merusak tanaman. Jadi bukan mutlak setiap ada hujan pasti datang manfaat.

Pelajaran Mubayin :

“Untuk mendapatkan Iman yang betul Aqidah harus Lurus.”

Kehebatan Qudratullah ini manfaatnya hanya bisa didapatkan dengan iman yang lurus. Sedangkan Iman ini hanya bisa didapatkan dengan menggunakan jalannya Rasullullah saw. Menuju kepada hakekat ini hanya bisa dilalui dengan cara Nabi Saw dalam mendapatkan Iman. Maka hendaknya kita dahulukan amal daripada asbab. Mengapa demikian ? dengan amal ini manfaat asbab bisa kita apatkan berulang-ulang, dan manfaat yang datang melalui amal itu adalah manfaat yang pasti.

Allah swt telah buktikan dalam kehidupan sahabat ini walaupun secara asbab kurang bahkan tidak mungkin, tanpa asbabpun Allah mampu mendatangkan manfaat kepada Sahabat RA. Bacalah kisah kehidupan para sahabat RA agar kita bisa mengambil pelajaran dari kehidupan mereka. Kekuatan Amal yang wujud dalam kehidupan para sahabat RA telah membuktikan hasil.

Namun kini ada orang-orang yang mengatakan :

“Itukan sahabat, kita kan bukan sahabat ra.”

Ini adalah ucapan orang yang putus asa, sedangkan orang yang putus asa itu telah jatuh kedalam kekufuran. Kalau kita menceritakan bantuan Allah swt kepada nabi nanti mereka juga akan mengatakan :

“Itukan Nabi SAW, dan kita bukan Nabi.”

Nanti kalau kita bilang bahwa tabi’in seperti ini dan tabi’in seperti itu maka mereka juga akan mengatakan :

“Itukan Tabi’in, kita bukan Tabi’in.”

Sehingga kalau kita katakan lihat mereka yang bisa berangkat 4 bulan, maka mereka akan mengatakan :

“Itukan mereka pengangguran, kita kan bukan pengangguran.” Atau “Itu mereka ahli korban sudah biasa seperti itu, kita kan belum biasa dan tidak pernah seperti itu.”

Jawaban-jawaban ini adalah jawaban orang yang putus asa yang sudah terjatuh kedalam kekufuran.

Karomah yang ada pada para Aulia atau Waliullah ini bukanlah karena kekhususan aulia atau waliullah tersebut melainkan karena kekhususan amalnya.

Allah swt berfirman dalam AL Quran :

“Inna akromakum indallahi atqokum”

Artinya :

“Sesungguhnya yang paling Keramat (Karomah / Mulia)  di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian”. (Al Hujarat :13)

Akrokum disini adalah Keramat atau orang yang di anugerahi Karomah. Sedangkan orang yang paling mulia/keramat (para aulia atau waliullah) disisi Allah swt adalah orang yang bertaqwa. Karomah atau kekeramatan itu hubungan dengan Taqwa bukan pada orang. Sedangkan Taqwa disini adalah hubungannya pada amal. Jadi :

“Jangan kamu mengatakan kalau itu Wali, kita bukan.”

Jangan mengatakan seperti itu karena ini hubungannya pada amal bukan pada figur.

Bahkan sahabat ra sendiri mengatakan :

“Andaikata bukan karena Islam kami tidak akan seperti ini.”

Ketika kita mengatakan itukan Nabi, itukan Sahabat, itukan Wali, kita sedang menghubungkan pertolongan Allah swt kepada figur-figur ini adalah ucapan orang yang Kufur kepada Allah swt. Salah satu sifat kekufuran itu adalah putus asa, itulah orang kafir. Sedangkan pertolongan Allah swt itu hubungannya dengan amal. Inilah maksud ayat : “Inna akromakum indallahi atqokum” bahwa pertolongan Allah swt itu hubungannya pada amal bukan pada figur atau orang. Orang yang paling banyak karamatnya diantara kalian adalah orang yang paling taqwa. Sedangkan Taqwa itu hubungannya pada amal bukan pada orangnya.

Maka untuk mendapatkan Karamat ini maka kamu perbaiki :

  1. Amal
  2. Makanan

Lanjutan Kisah Abu Bakar RA memakan Roti

Maka tatkala mantan dukun tadi memberi sepotong roti kepada Abu Bakar RA, langsung beliau masukkan jarinya kedalam mulutnya dan memuntahkan seluruh makanan yang dimakannya tadi. Bukan macam kita hari ini tahu makanan haram masuk, ya sudah kita istighfar saja. Kita sudah terlanjur riba, kita istighfar saja. Lihat perbedaan kita denga sahabat yang imannya lurus.

Istighfar yang sungguh-sungguh memang akan mengampuni dosa, bukan istighfar yang main-main tidak ada penyesalan di hati. Istighfar memang akan menghapuskan dosa, tetapi istighfar tidak bisa membersihkan darah dari makanan yang harom. Dosa mungkin diampuni tapi darah tidak bisa dibersihkan dengan istighfar.

Keyakinan seseorang yang berlebihan atas dasar Allah swt Maha Pengampun ini mendorong seseorang dengan mudah berbuat dosa. Dipikirannya tidak apa-apa berbuat dosa nanti tinggal minta ampun saja pada Allah swt. Padahal maksud diceritakannya Maha PengampunNya Allah swt ini bukan untuk agar orang mudah berbuat dosa, sehingga dia makin jauh terjerumus kedalam dosa. Maksud diceritakannya fadhilah-fadhilah pengampunan dosa dari Allah swt ini agar orang tidak berputus asa dari Allah swt. Banyak orang berputus asa dari ampunan Allah swt karena merasa tidak mungkin lagi dosa-dosa dia bisa diampuni padahal dia sudah mau tobat namun tidak yakin. Inilah maksud diceritakan fadhilah-fadhilah ampunan Allah swt agar orang tidak berputus asa dan mau kembali kepada Allah swt dengan bertobat. Jadi bukan sebaliknya, bukan untuk orang-orang yang menggampangkan perbuatan dosa nanti tinggal minta ampun kepada Allah swt, tidak seperti itu maksud diceritakan fadhilah ampunan Allah swt.

Hadits :

Setiap Bani Adam adalah khoto’, semua manusia pasti melakukan dosa, seandainya manusia tidak akan melakukan dosa maka akan digantikan dengan generasi yang lain, Allah SWT akan ganti dengan umat yang berdosa dan mau beristighfar untuk memohon ampun pada Allah SWT

Kisah ini diceritakan untuk menghilangkan perasaan putus asa pada diri orang yang selalu berbuat dosa. Kisah ini bukan untuk membiarkan yang berbuat dosa, mengecilkan perbuatan dosa, agar semakin larut dalam dosanya. Sehingga dia memudahkan perbuatan dosa atas dasar Allah swt maha pengampun, bukan seperti itu maksud dari kisah tersebut.

Maka kembali kepada kisah Abu Bakar RA, maka asbab ketaqwaannya dan takutnya akan makanan haram, Abu Bakar RA berusaha memasukkan tangannya agar bisa memuntahkan roti yang dimakannya tadi. Lalu ada orang yang mengatakan kamu minum air sebanyak banyaknya sampai kamu muntahkan isinya didalam perut tersebut. Begini rasa takut akan makanan haram yang ada dalam diri Abu Bakar RA. Kenapa sampai Abu Bakar RA menggunakan air diminum terus sampai muntah ? roti tersebut susah dikeluarkan karena dimakan ketika lapar jadi perut kosong. Taqwa Abu Bakar RA ini terlihat dari bagaimana usaha abu bakar RA mengeluarkan makanan yang haram dari tubuhnya. Orang-orang bertanya kenapa kamu sampai seperti itu hanya untuk mengeluarkan sepotong roti kecil saja, ini seperti berlebihan.

Apa kata Abu Bakar RA :

“Andaikan saya harus menyerahkan nyawa saya untuk mengeluarkan roti ini, saya pun akan serahkan nyawa saya.”

Abu Bakar RA berkata bahwa dia pernah mendengar Rasullullah SAW bersabda :

“Jasad yang tumbuh dari makanan yang harom maka api neraka lebih berhak untuknya.”

Pelajaran dari Mubayin :

“Sebelum kamu perbaiki amalmu, maka kamu bersihkan jasadmu.”

Sekarang yang kita pahami membersihkan jasad itu artinya mandi atau dengan wudhu. Bukan seperti itu yang dimaksud. Umumnya yang orang pahami yang namanya mensucikan diri itu suci dzahiriyah : Baju bersih tidak ada najis, wudhu, dan mandi besar. Padahal makna suci tidak sampai di situ saja. Jika kita membahas sholat, memang benar kita harus mandi besar, wudhu, pakaian bersih dari najis untuk menjaga syarat sah sholat. Namun apakah sholat itu diterima atau tidak maka permasalahannya tidak sampai disitu saja. Apakah sholat itu dapat mencegah seseorang dari perbuatan yang mungkar ? Selain suci Dzahir (luar jasad) , maka suci batin ( dalam Jasad ) juga menjadi persyaratan. Bagaimana cara suci batin yaitu dengan menjaga makanan yang masuk kedalam tubuh dari makanan yang haram. Jika tubuh ini dimasukkan makanan yang haram maka batin kita atau jasad dalam kita akan ternodai, tercemar, terkontaminasi najis.

Sholat itu sangat manis dan sangat nikmat. Hari ini kenapa kita tidak bisa merasakan lezatnya atau manisnya sholat. Ini karena kita tidak bisa menjaga pandangan kita. Orang yang tidak bisa menjaga pandangannya maka dia tidak akan pernah bisa merasakan manisnya sholat atau kelezatan dalam ibadahnya. Tidak ada amal yang lebih nikmat atau lebih lezat melebihi sholat.

Nabi SAW bersabda :

“Sejuknya mataku ini ada didalam Sholat.”

Sholat ini adalah amal yang paling nikmat, namun anehnya kita hari ini tidak bisa menikmati sholat kita. Kenapa sholat kita kerjakan dengan malas, apalagi sholat-sholat sunnah ditinggal begitu saja. Kita hari ini lebih memilih menghabiskan waktu bicara sia-sia, mengobrol, lalu melupakan sholat sunnah, pas waktu qomat baru kamu berdiri. Kamu mengerjakan sholat wajib dengan malas-malasan dan meninggalkan sholat sunnah karena tidak peduli. Ini karena kamu tidak merasakan kelezatan dalam ibadah. Orang yang meremehkan sholat sunnah maka dia akan malas sholat fardhu. Dia akan tetap sholat fardhu tetapi malas-malasan.

Allah swt katakan dalam AL Quean siapa itu yang malas sholat fardhu :

“Innal-munāfiqīna yukhādi’ụnallāha wa huwa khādi’ụhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmụ kusālā yurā`ụnan-nāsa wa lā yażkurụnallāha illā qalīlā”

Artinya :

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” ( Annisa : 142 )

Siapa mereka yang sholat bermalas-malasan itu Allah swt sampaikan ? yaitu mereka orang munafiq. Orang yang meremehkan sholat sunnah dia akan malas di sholat fardhu. Sedangkan yang malas sholat fardhu itu hanya orang munafiq. Coba di renungkan kenapa kita tidak bisa menemukan kelezatan dalam ibadah kita. Kenapa kita tidak mulai dengan menjaga pandangan kita, kenapa kita tidak memikirkannya. Kenapa menjaga pandangan ini kamu anggap perkara yang sepele ? padahal menjaga pandangan ini adalah yang mendatangkan kelezatan dalam ibadah kita.

Orang yang bernafsu pada makanan maka laparnya akan bertambah. Ketika dia melihat makanan enak maka laparnya bertambah. Bahkan demi makanan enak dia berusaha untuk melapar-laparkan dirinya. Apalagi kalau dia dapat undangan makanan gratis, dia tahu makan yang akan disajikan itu enak-enak, maka sebelum memenuhi undangan itu dia akan melapar-laparkan dirinya. Kenapa dia rela melapar-laparkan dirinya ? ini agar dia bisa makan banyak, padahal makan banyak dan berlebihan ini adalah kebiasaan hewan.

Kisah Sahabat : Abdullah ibnu Umar RA

Ada seseorang datang kepada Abdullah ibnu Umar RA. Kemudian orang itu berkata kepada abdullah ibnu umar ra bahwa dia akan membawakan jawaris. Maka Abdullah ibnu umar ra bertanya, “Jawaris itu apa ?” dia berkata, “Jawaris itu adalah makanannya raja-raja.” Jadi jawaris ini sejenis makan yang dimakan setelah makan besar. Jadi setelah makan besar orang ini merekomendasikan kepada Abdullah bin Umar RA untuk makan Jawaris, semacam desert, hidangan penutup. Maka Abdullah ibnu umar RA berkata :

“Apakah kamu akan memberikan makanan macam itu kepada saya, mereka itu para raja-raja adalah orang-orang yang tidak pernah merasakan lapar. Kemudian kamu ingin memberikan makanan jawaris ini kepada saya. Sedangkan saya kalau makan tidak mau kenyang. Mau saya apakan Jawaris ini ?”

Makan berlebihan itu akan membuat seseorang jatuh kepada perkara Harom. Makan berlebihan hingga susah untuk mengangkat badan karena kekenyangan. Walaupun yang dimakan halal, tetapi jika berlebihan hingga kekenyangan ini bisa menjatuhkan seseorang  kepada perkara Harom. Makan berlebihan hingga kekenyangan ini bisa di anggap Harom.

Makan Harom :

  1. Harom dzatnya seperti makan babi
  2. Harom cara mendapatkannya seperti mencuri atau riba
  3. Harom karena makan berlebihan hingga kekenyangan

Sebelum kamu sholat hendaknya kamu perhatikan semua perkara-perkara harom tersebut, dari menjaga pandangan, menjaga pendengaran, ucapan, pakaian yang kita gunakan, hingga makanan yang kamu makan. Inilah hakekatnya bersuci yang dikehendaki sebelum kita melaksanakan sholat. Coba perhatikan sholat orang-orang yang meremehkan perkara-perkara harom ini.

Orang kaya dia pergi haji, karena dia punya uang banyak sehingga dia mengabaikan hukum dam demi berkumpul dengan istrinya. Padahal dalam Haji itu itu tidak boleh kita berkumpul dengan istri kita, harom hukumnya. Jika itu dilanggar maka dia harus bayar dam, potong kambing. Bagi orang kaya membayar dam itu perkara mudah, maka dia lebih memilih berkumpul dengan istrinya, mengikuti hawa nafsunya melanggar syarat haji nya. Sedangkan haji itu kita ingin mendapatkan Taqwa dengan menyempurnakan amalan bukan melanggarnya dengan sengaja karena ada uang. Namun bagi orang yang susah uang, maka dia akan menjaga ini semua agar tidak bayar dam.

Makan makan halal sekalipun kalau berlebihan bisa jatuh kepada perkara Harom. Maka hendaknya kita makan sekedarnya saja, jangan sampai berlebihan, nanti kamu akan terjatuh kepada perkara harom. Orang yang makan berlebihan dia akan terkena sifat malas. Orang malas itu cenderung kepada kemunafiqan. Orang munafik itu malas sholat, malas puasa, malas dalam baca quran, malas dalam ibadah. Orang yang malas dalam berdzikir dan menegakkan ibadah-ibadah sunnah, maka waktunya akan kebanyak kosong. Orang yang waktunya kebanyakan kosong maka dia akan mengisi waktunya dengan melakukan perbuatan sia-sia. Ketika seseorang sudah terbiasa melakukan perbuatan atau bicara sia-sia, beriktnya dia akan terjerumus kepada perkara ghibah, jatuh salam perkara harom.

Beda dengan orang yang perutnya kebanyakan lapar atau kosong. Orang yang terbiasa lapar atau perutnya kosong, jasadnya akan terasa ringan buat melaksanakan ibadah-ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah.

Inilah kesalah padahaman kita hari ini dalam berpikir bahwa mensucikan diri itu hanya terbatas pada mandi jinabat, wudhu, dan pakaian bersih dari najis. Kita berpikir dengan ini saja syarat sah sholat sudah terpenuhi. Inilah pemahaman orang-orang islam hari ini.

Amal ini adalah jalan untuk menarik Qudratullah. Maka dengan memperhatikan amal ini kita harus belajar tata cara amal yang betul, inilah jalan amal yang bisa menarik Qudratullah. Bukan dengan cara kita tau bahwa dengan amal ini bisa menarik Qudratullah tapi kita beramal asal-asalan tanpa memperhatikan tata cara amal dan syarat amal ini diterima. Amal yang dilakukan asal-asalan ini tidak akan bisa mendatangkan Qudratullah.

Maka dalam beramal kita harus memperhatikan :

  1. Tata Cara Amal
  2. Syarat Sah Amal
  3. Rukun Amal
  4. Sunnah-Sunnahnya dalam beramal
  5. Apa yang dikehendaki dalam amal tersebut

Jika ini bisa disempurnakan, baru dengan jalan inilah kita bisa menarik Qudratullah. Baru kita bisa mengambil manfaat Qudratullah dengan jalan amal. Manfaat Qudratullah ini baru akan bisa di raih jika menempuh jalur amal, bukan dengan jalur asbab.

Orang-orang yang mengambil manfaat qudratullah dengan jalan asbab, maka dia hanya akan bisa mengambil manfaat satu kali saja, itupun tidak pasti. Jadi memperbaiki amal ini harus kita jadikan jalan untuk menarik manfaat dari Qudratullah. Seperti inilah kehidupan para sahabat RA. Mereka mendahulukan Amal daripada Asbab.

Lalu cara apa lagi yang dilakukan sahabat ra ini untuk menarik mendatangkan Qudratullah ini ? yaitu dengan cara menggabungkan 2 perkara :

  1. Ibadah
  2. Dakwah

Ketika para sahabat menggabungkan 2 perkara ini, dakwah dan ibadah, maka Allah swt menampakkan kehebetan Qudratullah ini depan mata mereka.

Analogi Direktur Perusahaan

Ibarat seorang direktur ketika mengutus karyawan untuk pergi kesini dan kesitu. Maka semua kebutuhan karyawan tersebut dalam memenuhi tugasnya akan dipenuhi sang direktur. Nanti ini uang buat transportasi, ini buat bayar hotel, ini uanng buat makan, dan lain-lain yang akan disiapkan direktur dari karyawan tersebut. Semua kebutuhan karyawan dalam rangka memenuhi tugas akan ditanggung oleh direktur perusahaan. Bahkan jika staff yang di utus memerlukan sesuatu walaupun tidak berhubungan dengan pekerjaannya, itupun akan diberikan oleh perusahaannya.

Seperti itulah kehidupan sahabat ketika menggabungkan ibadah dan dakwah, maka semua keperluan mereka akan Allah swt penuhi. Seperti karyawan yang di utus oleh perusahaannya. Ketika para sahabat RA datang kesuatu tempat mereka akan ditanya untuk apa mereka datang. Maka para sahabat RA akan menjawab :

“Kami datang bukan karena kemauan kami tetapi kami datang karena di utus Allah swt.”

Inilah jawaban mereka ketika ditanya orang-orang ditempat yang dituju sahabat RA. Mereka datang bukan karena kemauan mereka melainkan karena perintah Allah swt mereka di utus.

Kisah Sahabat RA

Seorang sahabat RA sedang menunggangi kuda, kemudian dia ditahan di depan gerbang. Penjaga Gerbang bilang kalau kamu mau menemui Raja kamu harus turun dari kuda kamu. Maka sahabat RA ini mengatakan, “Tidak, saya akan menemui Raja diatas kuda saya.”

Maka sahabat RA inipun akhirnya dapat memasuki istana menghadap Raja, sedangkan dia, sahabat tadi, tetap berdiri diatas kudanya.  Maka sang raja berkata, “turunlah dari kudamu.”

Sahabat tadi katakan, “Tidak, saya tidak akan turun dari kuda saya. Jika saya turun apa bedanya kamu dengan raja saya.” Raja yang dimaksud sahabat ra ini adalah Allah swt.

Nasehat Mubayin :

“Ketika umat islam ini menghidupakan 2 perkara ini Dakwah dan Ibadah, Maka Allah swt akan tampakkan wibawa umat islam dimata musuh-musuh islam.”

Apa itu Wibawa Umat Islam ? yaitu ketika orang kafir melihat orang islam maka mereka akan merasa takut. Allah swt akan masukkan wibawa pada diri orang islam dan rasa takut di hati orang kafir, jika umat buat dakwah dan ibadah.

Hazrat Maulana Yusuf Al Khandalawi Rah.A berkata :

“Sahabat itu waktunya lebih banyak pergi di jalan Allah swt, sehingga waktu untuk urus dunia mereka menjadi kurang. Sedangkan kita hari ini waktu untuk urus dunia kita ini kebanyakan sehingga waktu urus agama menjadi berkurang.”

Sahabat ini karena sibuk urus agama bukan kebunnya sehingga panennya cuman bisa 1 kali 1 tahun. Namun asbab para sahabat ini menggabungkan Ibadah dan Dakwah, walaupun asbab mereka sedikit, mereka cuman panennya 1 kali saja 1 tahun, tapi Allah swt berikan hasil yang banyak atas usaha dunia mereka yang sedikit. Inilah keberkahan, usaha sedikit dunia tapi hasilnya berlimpah.

Berapapun kisah-kisah nusroh ghaibiyah yang Allah swt berikan kepada para sahabat RA ini semua asbab dakwah. Jadi pertolongan Allah swt berupa Nusroh Ghaibiyah ini murni karena dakwah para sahabat RA. Para sahabat ini tidak mendapatkan Karomah dari Allah swt, pertolongan yang Allah swt berikan kepada sahabat RA ini bukan karomah, tetapi Nusroh. Apa bedanya Nusroh dan Karomah ?

Ketika perang Khandaq, seluruh pasukan makan dari masakannya Zubair RA di rumahnya. Padahal makanan yang disiapkan Zubair RA ini hanya cukup untuk2-3 orang saja. Namun yang makan dari makanan yang disajikan itu adalah satu kampung madinah. Kejadian ini bukan hanya pada 1 atau 2 orang sahabat, tetapi hampir seluruh kisaha sahabat-sahabat nabi saw seperti ini. Menggabungkan dakwah dan ibadah ini bisa menarik Nusrotullah.

Hazrat Maulana Yusuf Al Khandalawi Rah.A berkata :

“Orang yang menggabungkan ibadah dan dakwah, maka Allah swt akan tundukkan mahluk dibawah kakinya.”

Bahkan ketika sahabat RA menggabungkan dakwah dan ibadah, agama ini Allah swt mudahkan bagi mereka. Ketika safar, sholat yang 4 rakaat bisa dibuat 2 rakaat saja, asbab dakwah dan ibadah yang dibuat oleh sahabat RA. Ketika mereka safar demi menunaikan perintah Allah swt, buat Ibadah dan Dakwah, maka Allah swt berikan keringanan untuk mereka. Apa keringanannya ? jika tidak ada air maka diperbolehkan untuk tayammum. Mereka pergi bukan dalam rangka tijarat atau bisnis, bukan tetapi dalam rangka memperjuangkan agama. Sedangkan hari ini kita gunakan kemudahan yang didapatkan sahabat RA untuk bisnis. Buat perjalanan bisnis kita sholat Qashar 2 rakaat, bahkan tayamum di jalan. Padahal keringanan yang Allah swt berikan kepada para sahabat RA itu digunakan untuk memperjuangkan agama, sedangkan kita dengan keringanan yang sama kita gunakan untuk bisnis atau perdagangan.

Didalam peperangan dimudahkan bagi sahabat untuk sholat khauf. Bagaimana caranya ? 2 shaf dibelakang mengikuti yang didepan setiap selesai 1 gerakan. Ketika yang didepan rukuk makan 2 shaff dibelakang menunggu dengan posisi berdiri, setelah mereka selesai rukuk baru 2 shaff yang dibelakang rukuk.

Allah swt berfirman di dalam AL Quran :

Wa jāhidụ fillāhi ḥaqqa jihādih, huwajtabākum wa mā ja’ala ‘alaikum fid-dīni min ḥaraj, millata abīkum ibrāhīm, huwa sammākumul-muslimīna ming qablu wa fī hāżā liyakụnar-rasụlu syahīdan ‘alaikum wa takụnụ syuhadā`a ‘alan-nāsi fa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta wa’taṣimụ billāh, huwa maulākum, fa ni’mal-maulā wa ni’man-naṣīr

Terjemah Arti :

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu (Umat dakwah) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” ( AL Hajj : 78 )

Harta Ghanimah di jaman dahulu itu tidak ada kepemilikannya. Harta zakat di jaman nabi sebelumnya tidak di berikan kepada siapa-siapa. Jika orang lapar baru mereka datang untuk mendapatkan harta zakat buat beli makanan, di jaman nabi-nabi sebelumnya. Sedangkan umat ini dipilih untuk memperjuangkan agama, maka Allah swt mudahkan semuanya. Harta Ghanimah dibagikan kepada umat, sedangkan harta zakat dibagikan kepada orang-orang miskin. Jaman Nabi sebelumnya harta zakat dan harta ghanimah ini milik Allah swt. Semua kemudahan yang di dapat hari ini itu karena dakwah.

Allah swt telah memilih langsung ummat ini sebagai ummat dakwah, ummat yang memperjuangkan agama, dan Allah swt sendiri yang menamakan ummat ini sebagai Muslim. Ini adalah tanggung jawab kita ibadah dan dakwah.

Pesan Mubayyin :

“Dakwah itu untuk menyempurnakan tanggung jawab (Kerja), dan Ibadah itu untuk memperbaiki diri sendiri (Ishlah). Dakwah itu untuk mengubah Keadaan (Mahol), Ibadah untuk mengubah diri sendiri.”

Maka ini harus kita perhatikan, niat sungguh-sungguh untuk memperbaiki semua cara ini. Semua cara yang tidak betul dalam kehidupan kamu segera diluruskan. Kamu baca sirah tata cara kehidupan para sahabat RA, lalu aplikasikan dalam kehidupan kamu. Semua yang salah dalam kehidupan kamu, segera perbaiki mengikuti sirah sahabat RA. Perbaiki Iman kita dengan cara meluruskan Aqidah. Lalu kamu gunakan Waktu kamu, Harta kamu, dan Diri kamu untuk pergi di jalan Allah swt sejauh-jauhnya.

Libatkan Ulama dalam kerja agar setiap dari kita bisa mengambil manfaat ilmu mereka dan membimibing ummat ke jalan yang lurus. Berangkatkan para ulama keluar 1 tahun kerja praktek bertemu ummat dan menghadapi permasalahan-permasalahan ummat.

Semoga Allah swt pahamkan diri saya dan tuan-tuan semua. Semua niat Insya Allah !

Blog di WordPress.com.