Buyaathaillah's Blog

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi : Asbab vs Ahkam, ilmu, dan doa

Hadratji Maulana Muhammad Saad Al Khandalawi
Nizamuddin, India


Assalamualaikum wr wb.

Hadirin yang di Muliakan Allah swt,

Jika kita mau mengambil manfaat dari kehebatan Qudratullah itu ada 2 jalan :

1. Jalan Asbab :

Contoh : mengambil manfaat gandum dari tanah, Buah dari tanah, kemanan dari senjata, kenyang dari makan.

 Kebiasaan Umum Mahluk, Ini adalah jalan Bathil, yaitu mengambil manfaat Qudratullah dari jalan Asbab. Semua juga mengatakan ini datang dari Allah swt dan hanya Allah swt yang mampu melakukannya. Ini pemahaman yang umum.

2. Jalan Ahkam :

Contoh : mengambil manfaat dari Ibadah, mengambil manfaat dari Akhlaq, mengambil manfaat dari dakwah, mengambil manfaat dari ilmu

 Kebiasaan para Nabi dan Sahabat RA, ini adalah Jalan Haq, yaitu mengambil manfaat Qudratullah dari Perintah Allah swt.

Mengambil Manfaat Qudratullah dengan Jalan Asbab



Jalan ini mengambil manfaat dari qudratullah dengan cara menggunakan asbab-asbab. Misalnya, Jika kita ingin menghasilkan gandum kaka kita harus menanam padi di tanah. Jika kita mendapatkan buah maka kita harus berkebun buah terlebih dahulu, Jika ingin merasa aman maka kita beli senjata. Jika kita ingin kenyang maka kita harus cari makan. Jika ingin sembuh maka minum obat. Inilah kebiasaan umum orang-orang. Jalan yang digunakan orang-orang ketika ingin mengambil menfaat qudratullah yaitu dengan jalan asbab-asbab. Merekapun berkeyakinan bahwa ini semua datangnya kan dari Allah swt, dan hanya Allah swt yang mampu melakukan ini, namun dengan jalan asbab.

Ketahuilah ini adalah Jalan kesesatan. Apa itu jalan kesesatan ? yaitu mengambil manfaat qudratullah dengan jalan Asbab. Ini pemahaman umum umat hari ini. Jika mau mendapatkan manfaat maka harus ada asbabnya. Jika mau Allah swt kasih padi tentu harus dengan menggarap sawah. Jika mau Allah kasih kenyang maka harus cari makanan. Jika Allah swt mau kasih sembuh tentu harus minum obat.

Yakin Pada Asbab :

1. Ya benar Allah bisa kasih kenyang. Tapi kalau tidak makan bagaimana ?

2. Ya benar Allah bisa kasih sembuh. Tapi kalau tidak minum obat bagaimana ?

Ini akan muncul mengambil manfaat Qudratullah dengan jalan asbab. Jika kamu menanyakan kepada mereka :

1. Siapa yang kasih kenyang mereka akan jawab Allah swt.

2. Siapa yang kasih sembuh mereka akan jawab Allah swt.

3. Siapa yang ciptakan Tanah mereka akan jawab Allah swt

Allah swt berfirman :

Qul may yarzuqukum minas-samā`i wal-arḍi am may yamlikus-sam’a wal-abṣāra wa may yukhrijul-ḥayya minal-mayyiti wa yukhrijul-mayyita minal-ḥayyi wa may yudabbirul-amr, fa sayaqụlụnallāh, fa qul a fa lā tattaqụn

Artinya:

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”

(QS.Yunus : 31)

Jika mereka ditanya :

1. Siapa yang memberi rizki, mereka akan menjawa Allah swt

2. Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mereka akan jawab Allah swt

Allah swt sampaikan kepada Nabi SAW bahwa jika kamu tanya kepada mereka orang musyrik itu siapa yang menciptakan langit dan bumi, mereka akan menjawab : “ALLAH”. Bahkan orang musyrikpun akan bilang bahwa yang menciptakan semua ini adalah yang di atas, yaitu Allah swt.

Allah swt berfirman :

Wa la`in sa`altahum man khalaqas-samāwāti wal-arḍa wa sakhkharasy-syamsa wal-qamara layaqụlunnallāh, fa annā yu`fakụn

Artinya:

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

(QS. Al Ankabut : 61)

Dalam ayat ini yang dimaksudkan adalah orang musyrik, bahkan merekapun juga mengatakan bahwa yang menciptakan langit dan bumi ini adalah Allah swt. Mereka orang musyrik akan bilang yang menciptakan langit dan bumi ini adalah Al Aziz, yang Maha Agung, Tuhan Semesta alam. Jadi yang menjawab seperti ini bukan orang beriman saja, orang musyrikpun juga menjawab seperti ini.

Kisah Berhala di sekitar Kabah

Orang musyrik itu beribadah disekitar ka’bah karena di ka’bah ini ada 360 berhala. Kemudian mereka mengatakan :

“ Apakah kamu kenal Muhammad, dia telah mencaci maki tuhan-tuhan kita, dia menganggap kita ini orang bodoh.”

Hari ini jika asbab itu di ingkari ini dianggap perkara yang dtidak masuk akal. Orang-orang akan berkata demikian :

“Jika kita tidak boleh meyakini asbab atau mengambil manfaat dari asbab kalau begitu kenapa Allah swt menciptakan asbab.”

Jadi mereka menolak meninggalkan asbab dengan berkata jika Allah swt tidak boleh kita meyakini atau mengambil manfaat dari asbab, kenapa Allah swt menciptakan asbab. Padahal Allah swt menjadikan asbab itu sebagai imtihan, Ujian.

Ujian Asbab ada 2 :

1. Kami ingin melihat kamu menaruh harapan kepada siapa ? Ketika kamu mendapatkan atau menggunakan asbab Apakah kamu menaruh harapan pada Asbab atau pada Allah swt ?
–> Ujian atas Keyakinan

2. Saya berikan kamu asbab apakah kamu tetap Taat kepada saya atau kamu bermaksiat kepada saya ?
–> Ujian atas Ketaatan

Hadirin, yang perlu kita sadari bahwa setiap asbab itu ada perintah Allah swt di dalamnya.

Maka orang-orang musyrik mendatangi Nabi saw : “Apakah betul kamu mengingkari tuduhan-tuhan kami ?”

Maka Nabi saw langsung mengatakan : “Betul”

Lalu orang-orang musyrik bertanya lagi : “Apakah betul kamu mengatakan bahwa penyembah tuhan-tuhan kami kamu sebut sebagai orang Jahil.”

Nabi saw menjawab : “Betul.”

Para Anbiya AS ini dalam keadaan apapun tidak akan menyembunyikan yang Haq.

Allah swt berfirman :

Faṣda’ bimā tu`maru wa a’riḍ ‘anil-musyrikīn

Artinya:

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

(QS. Al Hijr : 94)

Apa yang menjadi tugas Anbiya AS itulah yang mereka kerjakan dan mereka sampaikan kepada Ummat, mereka tidak akan menyembunyikan yang Haq. Jika mereka di timpa masalah, apakah mereka akan dicaci maki oleh kaumnya sendiri, mereka tidak akan menyembunyikan yang Haq. Mereka akan terus terang, menjawab apa adanya atas perkara yang Haq.

Kisah Sahabat Dimat RA

Dimat ini adalah seorang Dukun Tabib, dia diutus oleh orang-orang musyrik kepada Nabi saw. Dia berkata apakah kamu berkata demikian :

1. “Apakah betul kamu mengingkari tuduhan-tuhan kami ?

2. “Apakah betul kamu mengatakan bahwa penyembah tuhan-tuhan kami kamu sebut sebagai orang Jahil.”

–> Nabi saw bilang : “Betul. Saya mengatakan demikian.”

Dimat mengatakan setelah mendapatkan jawaban Muhammad yang menurutnya bertentangan dengan keyakinan orang pada saat itu sehingga dia berkesimpulan bahwa Nabi Muhammad ini sakit, tidak normal, karena kalau orang normal tidak mungkin menjawabnya bertentangan dengan keadaan. Dimat menyangka Nabi Muhammad ini pasti telah kesurupan Jin, dalam pengaruh Jin.

Dimat berkata : “Wahai Muhammad kamu ini sebenarnya sakit, kamu tidak perlu khawatir, saya akan obati kamu. Sebelum ini banyak orang yang telah saya obati. Saya akan obati kamu namun kesembuhan bukan ditangan saya tapi ditangan Allah swt.”

Ini dalam riwayat tersebut, dimat yang masih seorang musyrik menjawabnya seperti ini bahwa saya hanya bisa mengobati tapi kesembuhan di tangan Allah swt. Bayangkan seorang musyrik pun di jaman Nabi saw masih menisbatkan kesembuhan datang dari Allah swt.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Mengambil Manfaat kehebatan Qudratullah dengan jalan asbab inipun orang musyrik juga kerjakan.”

Jadi mengambil manfaat kehebatan Qudratullah dengan jalan asbab ini adalah jalan kesesatan, bahkan orang musyrikpun juga menggunakan jalan ini. Lalu jalan yang benar mengambil manfaat qudratullah itu seperti apa ?

Mengambil Manfaat Qudratullah dengan Jalan Ahkam

Mengambil manfaat kehebatan Qudratullah dengan jalan Ahkam, perintah Allah swt. Jalan Ahkam yaitu mengikuti perintah Allah swt. Inilah yang dimaksud dengan jalan Ahkam yaitu mengambil manfaat Qudratullah dari mengamalkan perintah Allah swt. Mengambil manfaat qudratullah dengan jalan Ahkam ini ada syaratnya :

1. Menghilangkan keyakinan pada asbab
2. Memasukkan keyakinan pada kehebatan Qudratullah

Jika ada ini baru seseorang bisa mengambil manfaat kehebatan Qudratullah dengan jalan Ahkam.

Hari ini orang mencari Qudratullah dalam Asbab. Padahal tidak ada Qudratullah di dalam Asbab.

Hadratji Maulana Saad berkata :

“Qudratullah itu ada pada Dzatnya Allah swt bukan pada asbab.”

Benar bahwa segala sesuatu pada alam ini tercipta dengan QudratNya. Namun Qudratullah ini tidak ada dalam asbab. Semua mahluk di dunia ini Allah swt ciptakan dengan kehebatan QudratNya, namun Qudratullah ini tidak ada dalam asbab, tapi dalam DzatNya Allah swt. Apa itu Qudrat ? Qudrat ini adalah kemampuan menciptakan.

Allah swt menciptakan Mahluk itu memperkenalkan kehebatan diriNya. Ini semua saya yang menciptakan : Matahari, Bulan, Bintang, Langit, Tanah, Air, Udara, Binatang, tumbuh-tumbuhan, malaikat, jin, bahkan kalian semua manusia.

Allah swt berfirman :

Dzaalikumul laahu Rabbukum laaa ilaaha illaa huwa khaaliqu kulli syai’in fa’buduuh; wa huwa ‘alaa kulli syai’iw Wakiil

Artinya:

“Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.”

(QS. Al-An’am: 102)

Allah swt berfirman :

Lau kāna fīhimā ālihatun illallāhu lafasadatā, fa sub-ḥānallāhi rabbil-‘arsyi ‘ammā yaṣifụn

Artinya:

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

(QS. Al Anbiya : 22)

Ibrahim AS mencari Tuhan

Nabi Ibrahim AS ketika beliau mempelajari Tauhid pertama kali, beliau mengingkari mahluk-mahluk yang besar.
Proses Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan terdapat dalam ayat suci Al-Quran dalam Surat Al-An’am.
Allah SWT berfirman:
Fa lammā janna ‘alaihil-lailu ra`ā kaukabā, qāla hāżā rabbī, fa lammā afala qāla lā uḥibbul-āfilīn
Artinya:
“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”
Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”
Fa lammā ra`al-qamara bāzigang qāla hāżā rabbī, fa lammā afala qāla la`il lam yahdinī rabbī la`akụnanna minal-qaumiḍ-ḍāllīn
Artinya:
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”.
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”
Fa lammā ra`asy-syamsa bāzigatang qāla hāżā rabbī hāżā akbar, fa lammā afalat qāla yā qaumi innī barī`um mimmā tusyrikụn
Artinya :
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”.
Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata:
“Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
Innī wajjahtu waj-hiya lillażī faṭaras-samāwāti wal-arḍa ḥanīfaw wa mā ana minal-musyrikīn
Artinya:
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
(QS. Al An’am : 76-79)
Setelah itu Nabi Ibrahim tersadar akan benda-benda itu bukan Tuhannya sama sekali. Tuhan yang sebenarnya adalah yang dibalik itu semua yang menciptakan dan menggerakkan mahluk-mahluk besar itu semua.
Sejak kecil kita telah terlatih untuk meyakini asbab. Bahwa segala sesuatu itu membutuhkan asbab. Sehingga ketika kita dewasa kita meyakini asbab ini bisa mendatangkan manfaat. Maka ketika ada kebaikan atau keburukan datang, yang kita lihat asbab.
Contoh :
Masalah itu datang dari Hukumat, pemerintahan. Kenapa penghasilan kita semakin sedikit, ini semua salah pemerintah. Jika pemerintah kita ganti, maka masalah-masalah seperti ini tidak akan terjadi. Buat Demo dan Ganti Pemerintahan, ini yang difikirkan hari ini.
Inilah yang dimaksud dengan usaha hukumat, pemerintahan. Masalah terjadi di nisbatkan pada Uhkam, Pemerintah. Padahal masalah ini bukan karena Uhkam tapi karena Ahkam.
Uhkam vs Ahkam
1. Uhkam –> Pemerintahan
2. Ahkam –> Perintah Allah swt

Masalah-masalah yang terjadi ini sebenarnya bukan dari Uhkam, hakekatnya dari Ahkam. Di tangan pemerintah, itu tidak ada Qudratullah. Maka sekalipun pemerintah diganti yang baru tetap tidak bisa memperbaiki masalah dan keadaan, karena Uhkam tidak ada Qudratullah. Qudratullah ini datang dari Ahkam bukan Uhkam. Solusi datang dari perintah Allah swt bukan dari pemerintah. Jadi yang bisa memperbaiki masalah dan keadaan ini hanya Allah swt, dengan AhkamNya, yaitu dengan amal-amal yang diperintahkan oleh Allah swt.

Dengan mencari Allah swt, seperti inilah cara Nabi Ibrahim AS mengenal Allah swt. Beliau mendapatkan hidayah asbab mencari Allah swt. Hidayah inilah yang mengenalkan Ibrahim kepada Allah swt. Di zaman itu, Nabi Ibrahim AS, beliau tidak belajar kepada siapapun. Belajar ilmu Tauhid : Siapakah Tuhan itu ? ini Allah swt sendirilah yang memberi hidayah. Allah swt sendirilah yang memberikan pemahaman kepada Nabi Ibrahim AS. Kemudian datanglah masalah kepada Nabi Ibrahim AS. Apa masalahnya ? Nabi Ibrahim AS ditentang oleh Hukumat, Pemerintahan Namruts.

Analogi Anak Kecil

Seorang Anak Kecil itu dia memahami bahwa semua urusannya itu yang menyelesaikan ibunya. Jika tidak ada ibunya maka dia akan merasa kesulitan, merasa susah. Padahal bukan ibunya yang menyelesaikan semua masalahnya, melainkan bapaknya lah yang sebenarnya menyelesaikan masalah-masalah di rumah termasuk anaknya. Bapak yang membeli makanan, lalu ibunya lah yang menyuapi anaknya untuk makanan. Bapaknya lah yang memberikan makanan kepada ibunya, sehingga ibunya bisa makan lalu memiliki air susu untuk menyusui anaknya. Namun anak kecil itu selalu menyangka bahwa ibunya lah yang menyelesaikan masalah dia.

Nabi Ibrahim AS bertanya kepada ibunya siapa yang memelihara Aku, maka ibunya bilang yang memelihara kamu itu aku, ibumu. Lalu yang memelihara ibu siapa ? kata ibrahim. Maka ibunya menjawab yang memelihara aku, tentu bapakmu, Azhar. Maka Ibrahim bertanya lagi yang memelihara Azhar itu siapa. Ibunya menjawab yang memelihara Azhar itu Namruts. Lalu Ibrahim AS bertanya lagi kalau begitu yang memelihara Namrutz siapa ? Maka tidak ada yang bisa menjawab siapa yang memelihara Namrutz. Ini karena ketika itu Namrutz mengaku sebagai Tuhan, dia yang memelihara semua orang. Maka dalam pertanyaan ini Nabi Ibrahim AS mengingkari Namrutz. Di mata masyarakat ketika itu Namrutz ini adalah Tuhan yang hebat.

Jika engkau mengingkari berhala kami memang karena itu batu. Jika kamu mengingkari ibu memang dia sama dengan kita, sama-sama dilahirkan. Tapi apakah Namrutz juga akan kamu ingkari ? Dia telah memberi rizki kepada kita, memberi kita makan. Sehingga ketika Nabi Ibrahim AS mengingkari Namrutz, maka dia marah, lalu menghukumnya dengan cara dibakar.

Dari dulu itu syirik itu sama saja dari zaman dahulu sampai sekarang. Apa itu syirik ? meyakini ada sifat-sifat kehebatan pada diri selain Allah swt. Sedangkan masyarakat di zaman itu meyakini bahwa Namrutzlah yang memelihara segalanya. Orang musyrik itu berusaha mencegah pemahaman bahwa hakekat, kebenaran, itu ada pada Allah swt. Mereka berusaha memutus keyakinan tersebut.

Allah swt berfirman :

Humullażīna yaqụlụna lā tunfiqụ ‘alā man ‘inda rasụlillāhi ḥattā yanfaḍḍụ, wa lillāhi khazā`inus-samāwāti wal-arḍi wa lākinnal-munāfiqīna lā yafqahụn

Artinya:

Mereka orang-orang yang mengatakan : “Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang yang ada disisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)”. Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.

(QS. Munafikun : 7)

Orang Munafiq di zaman Nabi saw mereka berkata untuk tidak menginfakkan harta, jika tidak harta kamu akan habis.

Hadratji Maulana Saad berkata :

“Ahli batil dengan Kebatilannya akan berusaha dengan segala cara untuk merusak amal dan keyakinan seorang beriman.”

Hadirin, yang perlu kita pahami bahwa kebatilan itu bukan saja datang dari orang musyrik dan munafiq, bahkan orang islampun melakukan kebathilan. Apapun bentuk setiap penghalang agar orang beriman ini tidak mengamalkan sunnah adalah kebatilan. Sedangkan mereka ahli batil berusaha dengan segala cara agar orang beriman ini meninggalkan sunnah Nabi saw. Jadi mereka bukan berusaha untuk orang beriman meninggalkan perkara fardhu saja, bahkan perkara sunnah sampai sekecil-kecilnya juga diusahakan agar ditinggalkan orang beriman. Perkara Fardhu itu sangat jauh. Mulai dari cara membuat sikat gigi agar siwak ditinggalkan. Membuat Mobil Phone untuk mengganti Quran. Membuat media-media untuk mengganti dakwah fissabillillah. Ini semua dibuat untuk menghalangi orang beriman dari mengerjakan sunnah, bahkan meninggalkannya. Jadi merusak Fardhu itu masih sangat jauh jalannya.

Hadratji maulana Saad :

“Naudzubillah tsumma Naudzubillah, hari ini orang islam bicara apa dosanya meninggalkan satu sunnah ? Apa masalahnya ini kan cuman sunnah bukan wajib. Ketika seorang beriman berpikir demikian, lalu dia meninggalkan satu anjuran agama, satu sunnah, yang paling kecil. Maka dari jalan ini orang beriman akan meninggalkan perintah-perintah yang Allah swt yang besar-besar.”

Analogi Mesin

Ibarat mesin yang besar, mesin ini kehilangan satu baut mur. Baut mur ini apa hebatnya dibanding mesin besar ? baut mur ini benda kecil saja, masih banyak baut-baut mur yang lain yang menempel di mesin tersebut. Kita mungkin akan berpikir, ini kan mesinnya besar, tidak masalah cuman satu baut mur yang hilang lepas dari mesin. Kenapa kita harus mematikan mesin hanya karena satu baut kecil saja.

Suatu ketika teman kami diperlihatkan satu mesin yang sangat besar di pabrik. Ukuran mesin tersebut sekitar 40 meter panjangnya. Maka yang punya pabrik bilang, doa kan agar mesin kami ini nyala, saat ini sedang mati gara-gara menunggu kiriman satu baut mur dari luar negeri. Maka teman kami bertanya sudah berapa lama mesin ini mati ? sudah 2 bulan katanya. Kenapa mesin ini tidak nyala ? karena menunggu 1 baut mur kecil yang dibutuhkan dari fabrikan mesin di luar negeri. Asbab 1 baut mur kecil, selama 2 bulan mesin besar tidak nyala.

Hadirin, disini yang orang pahami adalah mesin, namun yang kami pahami ini adalah agama. pentingnya 1 sunnah kecil dapat menghentikan perintah yang besar-besar. Jika dalam urusan dunia saja perkara yang kecil bisa menahan perkara yang besar, Sebagaimana satu baut mur kecil bikin mesin besar mati tidak jalan. Bagaimana dengan urusan agama ? jika orang beriman berfikir meninggalkan satu sunnah yang paling kecil, maka ini bisa menghancurkan semua amal-amal agamanya.

Mereka berkata apa masalahnya meninggalkan 1 sunnah saja, ini bukan perkara yang wajib. Hari ini orang islam, jenggotnya pun di potong. Jika hari ini ahli batil melarang kamu untuk sholat, tentu kamu akan menolknya, kamu sadar bahwa ini permintaan yang batil. Kebatilan bukan dalam urusan fardhu saja. Kebatilan itu akan menyerang kamu untuk meninggalkan sunnah yang kecil-kecil. Jika orang islam sudah meremehkan 1 sunnah, 1 perintah agama yang kecil-kecil, maka dengan mudah dia akan meninggal semua perintah Allah swt yang besar-besar.

Hadratji Maulana Saad katakan :

“Jika kita mau menjaga perkara yang Fardhu maka pagarnya ini adalah Sunnah.”

Jadi tidak mungkin orang beriman berkata ini kan hanya sunnah, jika dia mau menjaga perkara yang fardhu agar tidak ditinggalkan.

Kisah Raja Kayu Hutan kompromi dengan Bangsa Besi

Suatu ketika Raja Kayu di hutan didatangi oleh Raja Besi. Mereka memohon pada Raja Kayu agar bisa diberikan kayu kecil satu batang saja. Raja Kayu kan punya hutan kayu banyak sekali kayu didalamnya. Namun Mentri Raja Kayu menasehati Raja Kayu untuk tidak berkompromi memberikan kayu pada bangsa Besi walaupun hanya satu batang kecil saja. Orang beriman itu tidak akan memberi peluang kepada ahli Bathil untuk langgar 1 perintah Allah swt demi melaksanakan perintah yang lain. Ini tipuan setan dan ahli bathil.

Maka tatkala Raja Kayu Hutan terenyuh hatinya untuk membantu bangsa besi dengan memberikan 1 batang kayu saja. Kasihan dan Iba kepada bangsa besi, akhirnya Raja Kayu memberikan 1 batang kayu pohon, 1 jengkal saja tidak banyak. Apa yang bisa dilakukan 1 jengkal kayu oleh bangsa besi. Lalu Apa yang terjadi asbab Raja Kayu kompromi dengan bangsa besi ?

Asbab kompromi satu perkara kecil saja, ini bangsa besi jadi bisa membikin satu gergaji dengan 1 jengkal kayu pemberian Raja Kayu. Kekuatan Besi ini akan nampak jika bertemu dengan Kayu. Kayu dijadikan bahan pegangan gergaji. Gergaji ini bisa dipakai jika ada kayu sebagai handle pegangan gergaji. Tanpa kayu, gergaji tidak bisa dipakai. Akhirnya gergaji dengan satu jengkal kayu yang dibuat bangsa besi digunakan untuk membabat seluruh pohon dihutan. Bangsa kayu hancur asbab kompromi Raja Kayu memberikan 1 jengkal kayu saja kepada Bangsa Besi.

Raja kayu bilang kenapa kalian tega, ini asbab berteman dengan bangsa besi. Ahli Bathil tidak akan pernah mundur dan tega kepada orang islam sampai tujuan mereka tercapai. Asbab berkawan dengan ahli bathil maka kita akan mudah membuat kompromi yang menyebabkan hancurnya agama kita. Begitulah yang terjadi jika kita berkompromi dengan ahlul batil dimulai meninggalkan satu sunnah kecil saja, maka dengan mudah perintah-perintah besar akan ditinggalkannya.

Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Ketika orang beriman sudah mulai meremehkan satu perkara kecil dalam agama, satu sunnah, ini sama dengan kompromi raja kayu memberikan satu batang kayu yang kecil pada raja besi. Dari satu batang kayu yang kecil inilah, Raja besi mendapatkan satu jalan memotong seluruh kayu di hutan Raja Kayu.”

Kisah Sahabat Menolak Permintaan Orang Musyrik

Orang musyrik datang menemui Nabi saw, dan mereka mempunyai permintaan kepada Nabi saw. Mereka bilang :

“Bagilah kebun-kebun Kurma ini kepada kami.”

Maka para sahabat RA yang hadir mengatakan :

“Ya Rasullullah jangan berikan kepada mereka, satu kurma pun jangan diberikan kepada mereka.”

Sahabat RA tidak mau buat kompromi dengan orang musyrik. Komrpomi dengan ahli batil ini bisa membahayakan mereka. Perkara yang paling kecil dalam pandangan orang beriman yaitu sunnah Nabi saw :

“Sunnah ini jika diamalkan dapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak ada masalah. Ini kan tidak fardhu, tidak wajib sunnah itu. Ditinggalkan tidak masalah.”

Jika aturan pemerintah ini bertentangan dengan sunnah, maka tinggalkan saja sunnah : Jenggot, Pakaian, Siwak,, dll. Pemerintah tidak akan mengeluarkan aturan untuk meninggalkan sholat, perkara yang wajib. Mereka akan meminta satu sunnah ini saja kamu tinggalkan, potong jenggot. Kami biarkan kalian sholat dan puasa, silahkan dilanjutkan.

Ketika satu sunnah sudah kamu tinggalkan maka ini akan membuka jalan rusaknya seluruh amal kita.

Kisah Nabi saw ditawari Kompromi oleh Musyrikin

Suatu ketika Nabi saw bertawaf dan beliau setiap putaran kebiasaan beliau adalah mencium hajar aswad. Musyrikin melihat ini merasa terganggu karena Nabi saw setiap putaran tidak mau mencium ataupun menggubris patung-patung tuhan mereka di kabah. Namun Nabi saw hanya mau mencium hajar aswad. Maka Musyrikin Mekkah menghalangi Nabi saw untuk mencium hajar aswad. Jika Nabi saw tetap mau mencium hajar aswad, maka nabi saw harus berkompromi dengan cara nunduk kepada patung-patung tuhan mereka. Nunduk walaupun hanya sekedar tundukan isyarat saja. Dalam riwayat lain kamu berhenti sejenak saja, untuk menghormati tuhan-tuhan kami. Dalam riwayat lain lagi berjalan lambat ketika melewati berhala-berhala mereka.

Coba perhatikan, seorang Nabi saw itu bebas dari segala kesyirikan. Tidak ada Nabi yang berpikir untuk syirik kepada Allah swt. Dalam fikiran Nabi saw terbesit bahwa hati saya inikan tidak condong ke berhala saya cuman ingin mendapatkan kesempatan cium hajar aswad. Apa artinya hanya memberi isyarat nunduk saja agar bisa tetap mencium hajar aswad. Toh Nabi bukan maksud untuk menyembah patung hanya kompromi isyarat saja. Sedangkan orang hari ini merasa tidak masalah meninggalkan sunnah dengan kompromi bahwa ini bukan Fardhu.

Begitu tegas dan keras kecaman Allah terhadap beliau ketika di hati beliau terlintas bayangan untuk menerima ajakan kompromi dari orang-orang musyrik, untuk menunduk kepada Tuhan mereka walaupun hanya sekedar isyarat.

Allah swt berfirman :

Walau lā an ṡabbatnāka laqad kitta tarkanu ilaihim syai`ang qalīlā. Iżal la`ażaqnāka ḍi’fal-ḥayāti wa ḍi’fal-mamāti ṡumma lā tajidu laka ‘alainā naṣīrā

Artinya :

“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka; Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami”.

(QS. Al-Isra :74-75).

Teguran ini tidak mengenai Nabi saw syirik, bukan itu, Anbiya itu mustahil ada kesyirikan dalam hati. Ayat ini mengenai kompromi denganahli batil demi membuat satu amal. Orang-orang Bathil membuat usaha atas orang islam agar mereka mau meninggalkan sunnah. Ahli batil minta orang islam meninggalkan perkara yang remeh dalam pandangan mereka. Maka jika kita kompromi ikut dengan ajakan ahli bathil meninggalkan sunnah maka kita akan tersesat. Dan kita akan menjadi kawan dari ahli bathil, tinggal menunggu saja waktunya kita menjadi ahli bathil.

Semua mahluk Allah swt dari para Malaikat, para Waliullah, para Nabi, para shalihin, semua bisa dalam Iman karena Anugerah dari Allah swt. Orang kafir dalam harapan agar umat islam dalam bahaya jika mau menerima kompromi isyarat nunduk dari orang kafir. Ini bisa jadi asbab kehancuran orang islam jika diterima.

Inilah yang dimaksud lembek bukan lemah lembut dalam dakwah. Jika kita lembek mudah kompromi atas perkara yang Haq maka ini akan menjadi asbab kehancuran kita.

Ibrahim AS vs Namrutz

Namrutz merasa tidak dituhankan lagi oleh Ibrahim AS. Namrutz marah, dia berkata : “Saya akan tundukkan dia.” Maka Nabi Ibrahim AS ditangkap oleh Namrutz. Namrutz menuntut Ibrahim agar mengikrarkan ketuhanan Namrutz jika mau selamat. Jika tidak maka Aku akan menutup jalan rizkimu, Saya tidak akan memberi kamu makanan, kata Namrutz. Apa jawaban Nabi Ibrahim AS :

“Rizki ini datang dari Allah swt.”

Maka dalam riwayat tersebut Namrutz itu tidak memberikan makanan kepada Ibrahim AS untuk membuktikan bahwa rizki itu datang dari Namrutz. Ujian ini datang secara umum kepada orang beriman untuk membuktikan di hati kamu itu yang memberi rizki itu adalah Allah swt atau pemerintah. Maka dalam riwayat tersebut Nabi Ibrahim AS mengingkari bahwa bukan Namrutz yang memberi rizki tapi Allah swt.

Suatu ketika Nabi Ibrahim AS mengambil kapak lalu pergi ke kuil tempat berhala disembah. Nabi Ibrahim AS menghancurkan satu persatu kepala berhala dan menyisakan satu berhala yang paling besar. Setelahnya, Nabi Ibrahim AS meletakkan kapaknya di leher berhala besar itu dalam keadaan menggantung. Ia lalu pulang kembali pulang ke rumahnya. Nabi Ibrahim AS ingin membuktikan kepada mereka jika berhala ini adalah tuhan tentu mereka bisa melindungi dirinya.

Ketika Raja Namrud dan para pengikutnya kembali, mereka sangat terkejut melihat berhala-berhala yang mereka sembah justru hancur. Mengetahui Ibrahim yang menghancurkan berhala tersebut, semua kaumnya menentang Nabi Ibrahim AS. Disini Allah swt ingin melihat ketika semua orang menentang kamu maka kamu hadapkan hatimu ke siapa ? ke Allah swt kah atau ke selain Allah swt.

Note Tambahan Penulis :

Raja Namrud kemudian memerintahkan para prajurit untuk menangkapnya. Setelah berhasil ditangkap, Nabi Ibrahim dibawa ke pengadilan raja yang disaksikan oleh masyarakat umum. Sidang itu terbuka dengan tujuan rakyat mengetahui jalannya persidangan pelaku penghancuran berhala-berhala yang mereka sembah.

Raja Namrud bertanya, “Hai Ibrahim! Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?”

“Kenapa kamu tidak tanya kepada Berhala yang besar itu,” jawab Nabi Ibrahim cepat.

Jawaban itu justru memancing kemarahan sang raja. Akhirnya, Ibrahim AS melanjutkan ucapannya, “Baiklah, kita sama-sama berakal. Persoalan saat ini adalah mencari pelaku penghancuran berhala itu. Siapa yang telah memperlakukan berhala-berhala seperti itu. Sebetulnya, buktinya sudah ada. Sekarang di hadapan kita ada satu patung besar dan di lehernya tergantung kapak besar. Tanya pada Tuhanmu itu!”

Ucapan Nabi Ibrahim AS semakin membuat Raja Namrud marah. Ia berkata, “Hai Ibrahim! Kau banyak akal. Kau pikir aku dan rakyatku sebodoh itu? Mana mungkin patung bisa aku ajak bicara dan aku tanyakan siapa pelakunya. Kau terlalu bodoh, hai Ibrahim!”

“Hai Raja Namrud! Rupanya yang bodoh bukan aku, tapi engkau dan seluruh rakyatmu. Buktinya, patung yang tidak berdaya apa–apa, tidak bisa bicara, tidak bisa dimintai pertolongan, dan tidak bisa mendatangkan kebaikan dan kejelekan itu, engkau sembah dan engkau puja,” kata Ibrahim AS menanggapi Raja Namrud.

Ia lalu melanjutkan, “Kalau engkau dan rakyatmu sudah tahu bahwa patung dan berhala yang kalian sembah itu tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, dan tidak bisa dimintai pertolongan, mengapa kalian sembah dan kalian puja? Di hadapannya, kalian berdoa. Kalian meminta kebaikan dan keselamatan. Sudah jelas, patung-patung yang kalian sembah itu tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari bahaya kehancuran,”

Mendengar jawaban Nabi Ibrahim AS, Raja Namrud dan para pengikutnya merasa terpojok. Ucapan beliau memang masuk akal, sehingga mereka tidak bisa berkata-kata. Akhirnya Raja Namrut dan pengikutnya sepakat untuk menghukum Nabi Ibrahim AS dengan membakarnya.

Lanjutan Mubayin :

Begitu kuatnya Nabi Ibrahim AS, bukan hanya berhala saja yang di ingkari oleh Nabi Ibrahim AS, dari ibunya, namrutz, bahkan kedatangan Jibril AS yang menawarkan bantuan, itupun di ingkari oleh Nabi Ibrahim AS. Ketika di tawarkan oleh Jibril bantuan, inipun di nafikan oleh Nabi Ibrahim AS bahwa jibrilpun tidak mampu berbuat apa-apa. Justru kedatangan jibril AS kepada saya ini adalah imtihan, ujian keimanan untuk saya : Apakah saya meminta bantuan kepada Jibril atau minta bantuan kepada Allah swt.

Ketika keadaan dan suasana telah bertentangan dengan Nabi Ibrahim AS, maka datanglah jibril untuk menawarkan bantuan, melawan semua masalah ini. Nabi Ibrahim AS telah mengingkari semua dari ibunya, bapaknya, namrutz, berhalanya, bahkan jibril sekalipun. Maka kaumnya semua menentang Nabi Ibrahim AS dan hendak membakarnya. Lalu datang jibril mau bantu kesusahan Ibrahim AS. Padahal siapa itu Jibril AS ? ini bukan dukun atau jin, ini malaikat yang mulia disisi Allah swt. Namun ibrahim AS merasa ini adalah ujian yang paling besar yaitu tawaran bantuan dari Jibril AS. Jibril AS berkata kepada Ibrahim AS yang akan dibakar :

“Bantuan apa yang kamu minta, saya akan bantu kamu dan hancurkan semua ini.”

Dalam fikirannya Nabi Ibrahim AS, dari ibu, ayah, berhala, namrutz, saya tidak berhajat pada mereka, kepada kamupun wahai jibril saya tidak berhajat. Nabi Ibrahim AS telah mengingkari bantuan dari Malaikat Jibril.

Hazrat Maulana Yusuf Rah.A berkata :

“Sebagaimana semut yang kecil itu saja berhajat kepada Allah swt maka Jibril mahluk yang paling hebat diseluruh alam, diapun juga berhajat pada Allah swt.”

Jibril AS tidak bisa bergerak sedikitpun tanpa izin dari Allah swt. Semut dan Jibril AS dimata Allah swt sama saja, dua-duanya tidak bisa lepas dari izin Allah swt. Sebagaimana semut berhajat pada Allah swt, Jibril AS mahluk yang paling hebat juga masih berhajat pada Allah swt.

Suatu ketika Nabi Saw bertanya kepada Jibril AS kenapa sudah beberapa lama ini tidak datang-datang. Maka Jibril AS berkata kepada Nabi saw bahwa bagaimana dia bisa datang sementara dia tidak diperintah oleh Allah swt untuk datang. Jika Allah swt tidak memerintahkan, maka jibril AS tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa berbuat menurut kemauan dia. Jadi kedatangan Jibril AS untuk membantu Ibrahim AS itupun atas izin Allah swt. Namun kedatangan Jibril AS oleh Nabi Ibrahim AS tidak dipahami sebagai bantuan, tapi dipahami sebagai ujian dari Allah swt : Apakah hati saya condong kepada mahluk atau kepada Allah swt. Maka Nabi Ibrahim AS mengatakan :

“Tidak, saya tidak berhajat pada pertolongan kamu wahai Jibril. Saya tidak akan meminta bantuan dari kamu. Biar Allah swt saja yang menjadi satu-satunya penolong bagiku”

Allah swt berfirman :

Qulnā yā nāru kụnī bardaw wa salāman ‘alā ibrāhīm

Artinya:

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”

(QS. Al Anbiya : 69)

Allah swt menundukkan api yang sifatnya adalah membakar karena panasnya. Allah swt telah ubah sifat api ini yang membakar dengan QudratNya, menjadi sejuk bagi Ibrahim AS untuk menyelamatkannya.

Orang yang dalam hatinya ada keyakinan pada asbab, dia tidak akan bisa mengambil manfaat kehebatan Qudratullah dengan cara ahkam. Persyaratan untuk mengambil manfaat dari kehebatan Qudratullah dengan jalan Ahkam yaitu dengan menghilangkan dari hati kita keyakinan kehebatan asbab atau mahluk. Jika tidak maka mengambil manfaat kehebatan qudratullah dengan jalan Ahkam tidak akan bisa dilakukan. Kenapa ? jika masih ada keyakinan pada asbab tentu di akan mengikuti asbab. Dia akan berjalan melalui jalur asbab.

Qudratullah itu Allah swt letakkan dalam janji-janjiNya. Dan Janji-janji Allah swt itu hanya ada pada amal, pada ahkam, perintah-perinta Allah swt, bukan pada asbab. Allah swt tidak pernah memberi janji-janji pada asbab.

Contoh :

1. Jika kamu berbisnis atau berdagang, pasti saya akan memberi kamu rizki.

2. Jika kamu menggarap sawah, maka saya berjanji akan memberi kamu padi.

Tidak ada janji yang seperti demikian. Allah swt tidak pernah ada menaruh janji-janjiNya pada Asbab. Allah swt hanya meletakkan janji-janjiNya pada amal. Qudratullah ini Allah swt letakkan dalam janji-janjiNya.

Maka Rasullullah saw mengajarkan para sahabat ini untuk mendahulukan amal daripada asbab. Kenapa ? karena janji Allah swt ini bukan pada asbab tapi pada amal.

Nabi saw bersabda :

“Akhirkanlah hajat-hajat duniamu untuk perkara fardhumu.”

Abdullah bin Masud RA berkata :

“Bawalah hajat-hajatmu dengan mendekat dirimu pada Allah swt.”

Jika kamu mau menyelesaikan hajatmu tunggulah sholat dzuhur. Menunggu sholat dzuhur ? akhirkanlah hajat-hajatmu untuk mengerjakan perkara fardhumu. Jadi bukan ketika kamu ada hajat kamu langsung menuju ke asbab. Selesainya masalah kita atau hajat kita hubungannya bukan dengan asbab. Selesainya hajat kita atau masalah kita itu hubungannya bukan dengan asbab tetapi dengan amal. Makanya ada perintah untuk mendahulukan amal daripada asbab.

Menaruh harapan pada asbab ini adalah kegagalan. Disini bukan maksudnya kita sama sekali meninggalkan asbab, hanya buat amal saja. Jika kita meninggalkan asbab total, hanya amal saja ini jalan Ruhbaniyat, jalan kerahiban. Sedangkan menaruh harapan pada asbab ini jalan kesesatan, kegagalan dalam iman. Jika saya punya bisnis maka saya akan mendapatkan rizki. Menaruh harapan pada asbab ini adalah tanda kegagalan.

Permasalahan :

1. Meninggalkan asbab sepenuhnya dan menghabiskan waktu untuk amal saja : Jalan Kerahiban.

2. Sedangkan menaruh harapan pada asbab : Jalan Kesesatan

Kisah Sahabat Bisnis ke Yaman

Seorang sahabat RA pamit kepada Nabi saw untuk pergi bisnis atau dagang ke Yaman. Apa kata Nabi saw : “Sholatlah 2 Rakaat”. Silahkan kamu pergi dagang ke Yaman tapi sholatlah 2 rakaat, dahulukan amal diatas asbab.

Kisah Sahabat RA : Kebun tidak ada Air

Ada seorang sahabat, Anas RA ini kebunnya kering, tidak ada air. Maka sahabat ini untuk bisa kebunnya di hujani air, dia mengambil wadah ceret air untuk berwudhu lalu sholat 2 rakaat. Padahal air satu wadah ceret ini buat apa tidak ada gunanya juga buat di kebun yang besar. Air wadah ceret ini dipakai untuk berwudhu lalu dia sholat 2 rakaat. Sahabat ini terus lagi dan lagi sholat 2 rakaat. Lalu dia bertanya kepada pembantunya, apakah sudah ada awan. Maka pembantunya bilang, tidak ada awan sama sekali. Lalu Anas RA ini sholat lagi, sholat terus di ulang-ulang 2 rakaat. Dia bertanya lagi apakah sudah ada awan ? pembantunya bilang, belum ada awan. Lalu dia sholat lagi 2 rakaat terus di ulang-ulang. Setelah yang ketiga ditanya lagi, baru pembantunya bilang ada awan tapi separuh sayap burung kecil saja.

Jadi ini kisah sholatnya sahabat, dia berulang kali sholat, tidak ada awan yang datang. Bayangkan sholatnya sahabat, apalagi kita kalau mau buat sholat berapa banyak yang harus kita buat. Namun sahabat RA ini tidak berhenti sholatnya, dia buat lagi dan lagi sholat 2 rakaat.

Hadratji Maulana Saad berkata :

“Allah swt itu seringkali mengakhirkan hajat orang beriman. Ketika seorang itu beramal tidak langsung diberi oleh Allah swt. Ini karena Allah swt ingin melihat kesungguhan dan keistiqomahan kita dalam beramal.”


Orang yang yakin dengan meminta kepada Allah swt pasti akan Allah swt tunaikan, maka dia tidak akan berhenti dari ibadah dan doa kepada Allah swt.

Kisah Nabi saw doa di Arafah

Nabi saw berdoa di Arofah, semua doa diterima oleh Allah swt kecuali satu doa saja. Doa di arafah ini istijabah, maqbul. Maka Nabi saw doa panjang-panjang sambil sholat berdiri. Apa itu doanya. Ketika ada satu doa yang tidak dikabulkan oleh Allah swt Nabi saw tidak berpikir kalau begitu doa yang lain saja. Nabi saw tidak berpikir demikian. Selesai Arofah beliau pergi ke mudzdalifah, masih dalam rangkaian perjalanan Haji. Janji bahwa semua doa dikabulkan ternyata ada doa yang tidak dikabulkan, lalu Nabi saw pergi ke mudzdalifah beliau melanjutkan doanya disana. Apa doanya :

“Ya Allah ampunilah dosa orang-orang yang dzalim dan berikanlah balasan yang baik kepada orang-orang yang didzlimi.”

Seorang hamba terus berdoa, lalu doanya tidak dikabulkan. Dia berkata saya telah doa ini dan itu namun tidak dikabulkan. Padahal tidak ada doa hamba ini yang tidak dikabulkan Allah swt. kenapa ? karena ini bertentangan dengan ayat :

Wa qāla rabbukum ud’ụnī astajib lakum, innallażīna yastakbirụna ‘an ‘ibādatī sayadkhulụna jahannama dākhirīn

Artinya:

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.

(QS. Al Mu’min : 69)

Tidak mungkin Allah swt tidak kabulkan karena bertentangan dengan ayat ini :

Ud’uni Astajiblakum : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.

Ini Allah swt telah berjanji kalau kita berdoa maka Allah swt akan kabulkan. Maka tidak ad adoa yang Allah swt tidak di kabulkan. Doa ini perintah Allah swt. Allah swt yang memerintahkan kita berdoa kepadanya. Alalh swt bukan hanya sekedar memberi janji Allah swt akan mengabulkan, disini Allah swt justru memberi perintah yaitu Ud’uni : Berdoalah. Lafadznya itu bukannya jika kamu berdoa saya akan kabulkan tidak seperti itu. Namun lafadznya perintah yaitu berdoalah niscaya akan Aku Kabulkan. Tentu ini dengan syarat-syarat dalam berdoa itu diterima.

Ada 3 persyaratan Doa dikabulkan :

1. Semua yang melekat pada diri kita dari : Pakaiannya, Makanannya, Penghasilannya, Tempat doa, Bangunan Rumah, semuanya Halal.

2. Jangan hubungkan doa dengan Asbab, jangan mengingat asbab ditengah doa. Mintalah Hajat jangan minta asbab

3. Andaikan doamu tidak dikabulkan jangan berhenti berdoa

Orang yang berdoa tersebut semua yang ada pada dirinya harus halal jangan sampai ada perkara yang haram melekat pada dirinya. Dari : Pakaiannya, Makanannya, Penghasilannya, Tempat doa, Bangunan Rumah, semuanya Halal. Lalu Jangan mengingat Asbab ditengah Doa. Doa kita ini jangan dihubungkan dengan asbab. Hari ini orang berdoa karena asbabnya.

Contoh :

1. setelah dia punya uang baru doa berangkatkan saya Haji. Ya Allah saya sudah kumpulkan uang berangkatkan saya haji. Seakan-akan Allah swt tidak bisa memberangkatkan dia haji jika tidak ada uang.

2. setelah dia ada toko baru berdoa ya Allah berikan saya rizki. Seakan-akan Allah swt tidak bisa beri dia rizki kalau tidak ada tokonya.

3. Ya Allah asbab obat ini sembuhkanlah saya. Dia berdoa sambil mengingat Asbabnya.

Setelah ada asbab baru minta rizki, baru minta sembuh, baru minta diberangkatkan, kalau tidak ada asbab bagaimana saya berdoa.

Padahal amal itu murni bisa mendatangkan rizki, kesembuhan, hajat, sedangkan asbab sama sekali tidak bisa mendatangkan rizki, kesembuhan, dan hajat. Dalam setiap amal ada janji Allah swt. Mengingat Asbab ditengah doa ini seperti membatasi Qudratullah yang tidak terbatas. Asbab ini terbatas, Khazanah Allah swt tidak terbatas.

Mintalah hajat kepada Allah swt jangan minta asbab. Ada orang berdoa ketika obatnya hilang ya Allah obat saya hilang kembalikanlah obat saya. Orang yang minta obatnya yang hilang dikembalikan ini dia sedang membatasi kehebatan Qudratullah dengan obat. Seolah-olah Allah swt baru bisa menyembuhkan kalau ada obat. Bukan obat yang kamu minta tapi mintalah kesembuhan. Allah swt mampu menyembuhkan walaupun tanpa obat.

Jangan kamu batasi kehebatan Qudratullah dengan Asbab. Ya Allah saya sudah punya sawah, maka berikan saya padi. Ini bukan cara untuk berdoa karena asbab itu terbatas sedangkan Khazanah Allah swt itu tidak terbatas. Khazanah Allah swt yang tidak terbatas tidak bisa dimasukkan kepada Asbab yang terbatas. Bagaimana mungkin kamu membatasi perkara yang tidak terbatas dengan yang terbatas. Ini penyebab seseorang itu tidak bisa mendapatkan keberkahan dari rizkinya. Hari ini orang menaruh harapan pada asbab dalam doanya. Inilah kesesatan dan kegagalan dalam doa. Para Anbiya itu mereka menaruh harapan pada Allah swt tidak pada asbabnya.

Kisah Nabi Zakaria AS

Allah swt berfirman mengenai Doanya Nabi Zakari AS :

Qāla rabbi innī wahanal-‘aẓmu minnī wasyta’alar-ra`su syaibaw wa lam akum bidu’ā`ika rabbi syaqiyyā. Wa innī khiftul-mawāliya miw warā`ī wa kānatimra`atī ‘āqiran fa hab lī mil ladungka waliyyā

Artinya:

Ia berkata “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kaumku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera.

(QS. Maryam : 4-5)

Nabi Zakaria AS ini sudah sangat tua dan istrinya mandul tidak bisa melahirkan. Beliau ingin sekali punya anak yang bisa meneruskan kerja dakwahnya. Nabi Zakaria AS mengadukan kelemahannya pada Allah swt. Kenapa Nabi Zakaria AS menyampaikan kelemahannya kepada Allah swt. Ini karena beliau tidak menaruh harapan pada asbab. Beliau hanya menaruh harapan kepada Allah swt. Seandainya Nabi Zakaria AS menaruh harapan pada istrinya tentu beliau tidak akan berdoa karena istrinya sudah mandul dan beliau AS juga sudah tua.

Hari ini kita minta kekuatan untuk asbab kita. Disini Nabi Zakaria AS tidak mengatakan Ya Allah istri saya mandul, maka hilangkanlah mandulnya, Nabi Zakaria AS tidak berdoa seperti ini. Atau ya Allah saya inikan sudah tua, tulang saya sudah rapuh, kembalikanlah tulang-tulang saya jadi muda lagi. Nabi Zakaria tidak berdoa seperti ini, dia tida berdoa atas asbab. Namun yang diminta adalah hajatnya, bagaimananya terserah Allah swt. Dalam riwayat Nabi Zakaria ini sudah 120 tahun umurnya dan istrinya sudah 90 tahun. Nabi Zakaria berkata saya tidak pernah berputus asa berdoa kepada engkau Ya Allah. Nabi Zakaria tidak minta asbab kepada Allah swt tapi minta hajatnya diselesaikan. Nabi Zakaria tidak minta agar istrinya yang mandul, tidak lagi mandul, agar hajatnya semua bisa diselesaikan. Nabi Zakaria tidak doa seperti itu. Atau Nabi Zakaria tidak berdoa ya Allah saya ini sudah tua kembalikan saya menjadi muda agar saya bisa berkumpul dengan istri saya sehingga dia bisa melahirkan. Tidak, Nabi Zakaria tidak berdoa atas asbab. Disini Nabi Zakaria tidak minta asbab tapi minta hajatnya ditunaikan.

Jadi bukan Asbab yang menunaikan Hajat, jangan kamu minta kepada Allah swt ini asbab untuk menunaikan Hajatmu. Mintalah pada Allah Hajatmu bukan minta asbab untuk mencapai Hajat.

Kisah Nabi Sulaiman AS mendatangi istri-istrinya

Dalam satu riwayat Nabi sulaiman mendatangi 100 istrinya dalam satu malam. Bayangkan bagaimana stamina dan kekuatan nabi sulaiman ini bisa menggauli istrinya dalam satu malam. Namun dari 100 istrinya yang telah dia gauli, tidak ada satupun yang melahirkan kecuali satu saja. Padahal Nabi Sulaiman mempunya asbab kekuatan, stamina dan 100 orang istri untuk digauli. Kemudian istrinya juga bukan orang yang mandul. Namun tidak ada yang melahirkan kecuali satu. Itupun yang lahir adalah anak yang cacat.

Jadi seperti apa kekuatan nabi sulaiman bisa mendatangi 100 istrinya dalam satu malam. Padahal keinginannya juga keinginan yang baik ingin melahirkan 100 mujahid.

Apa yang dimiliki Nabi sulaiman AS :

1. Kekuatan dan Stamina yang luar biasa
2. 100 istri yang akan di gauli dalam satu malam
3. Niat yang baik ingin melahirkan 100 mujahid

Namun hanya satu saja yang melahirkan itupun cacat.

Jadi minta kepada Allah swt itu bukan minta asbab tapi hajat. Allah swt mampu memberikan hajat kita tanpa asbab. Apa yang menyebabkan kegagalan dari usaha Nabi sulaiman ini ? ini karena kehendaknya Nabi sulaiman AS ini tidak disandarkan pada kehendak Allah swt. Nabi sulaiman AS tidak mengucapkan “Insya Allah”. Nabi Saw katakan : seandainya saudaraku sulaiman tidak lupa mengucapkan Insya Allah maka Allah swt lahirkan dari istrinya 100 orang mujahid dari satu malam itu.

Seringkali manusia itu lupa kepada Allah swt ketika memiliki asbab. Ingatannya hanya pada asbabnya saja. Inikan asbab dari Allah swt juga jawab mereka. Asbab itu bukan masalah keperluan tapi asbab itu adalah Imtihan, Ujian buat kamu. Apakah kamu menaruh harapanmu pada asbab atau pada Allah swt. Bukan berarti Allah swt telah memberi saya asbab untuk menunaikan hajat saya. Asbab itu bukan untuk menunaikan hajat tapi untuk menguji kita. Apakah kita ingat pada Allah swt atau hanya ingat asbab saja. Jadi jangan ingat asbab ditengah doamu karena asbabmu tidak bisa menyelesaikan masalahmu.

Ud’uni Astajiblakum : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu

Jadi yang perlu kita perhatikan :

1. Doa itu perintah Allah swt
2. Allah berjanji akan mengabulkan Hajat kita

Allah swt sudah berfirman bahwa Allah swt akan mengabulkan semua doa-doa kita, maknanya tidak mungkin tidak Allah swt kabulkan.


Hadratji Maulana Saad :

“Tidak tampaknya hajat terselesaikan tidak bermakna bahwa Allah swt tidak mengabulkan doa. Seringkali Allah swt mengakhirkan terkabulkannya doa seseorang yaitu untuk melihat keistiqomahan dia dalam doanya ada atau tidak.”

Dalam berdoa ini jangan selalu mencari yang baru-baru, tapi gunakanlah doa-doa yang sudah menjadi masnunah, yaitu doa-doa yang telah di ajarkan oleh Nabi saw. Hari ini kita sedikit-sedikit ingin mencari yang baru, bukan hanya doa saja, tapi bayanpun juga ingin yang baru-baru. Jika sudah sering dengar bayan yang itu-itu lagi, maka mendengarnya pun sudah akan mulai malas.

Hadratji Maulana Saad :

“Jangan selalu ingin mencari yang baru dalam agama ini nanti kamu akan jatuh kedalam Bid’ah.”

Bacalah doa yang masnunah jangan mencari doa yang baru. Nanti ada orang yang merasa bangga dengan temuan doa-doa baru yang dibuatnya. Ini doa yang dahsyat, tidak ada yang tau doa ini. Bahkan Nabipun tidak tau doa dahsyat ini ? apakah itu mungkin ? sehingga kamu merasa doa kamu ini bisa terkabulkan. Doa-doa yang diajarkan oleh Nabi saw ini adalah doa-doa yang sempurna. Bagaimana mungkin kamu bisa punya doa yang sempurna melebihi Nabi saw dengan alasan hanya saya yang tau doa ini yang lain tidak tau.

Hadirin, jangan kita selalu mencari yang baru dalam agama ini, bahkan doa sekalipun. Doa-doa yang di ajarkan Nabi saw ini adalah doa-doa yang sempurna jangan cari-cari yang baru.
Kisah Sahabat RA Abu Umamah diajarkan Doa bayar Hutang

Nabi saw mengajarkan kepada Abu Umamah Al Bahili RA doa membayar hutang. Hari ini orang untuk membayar hutang mereka mendatangi orang-orang kaya, bahkan Bank dari uang riba. Nabi saw tidak menyuruh Abu Umamah Al Bahili untuk mendatangi orang-orang kaya untuk membayar hutang. Nabi saw justru mengajarkan doa kepada Abu Umamah RA agar bisa bayar hutang.

Dalam riwayat tersebut Nabi saw bertanya kepada Abu Umamah RA kenapa kamu datang ke mesjid ini kan bukan waktu sholat. Jadi sahabat ini kalau ada masalah itu perginya ke mesjid. Mereka menyelesaikan masalah dengan menghubungkan diri mereka dengan mesjid. Abu Umamah RA berkata :

“Ya Rasullullah saya tidak bisa membayar hutang, sehingga saya putus asa. Hutang saya sangat banyak.”

Lalu Nabi berkata : “Maukah kamu aku ajarkan satu doa untuk membayar hutangmu. Seandainya kamu punya hutang sebanyak gunung-gunung di Yaman itupun semua akan terbayarkan.”

Bacalah Doa ini :

“Allahummak fini bi halalika ‘an haramika wa aghnini bifadhlika ‘aman siwaka.”

Artinya:

“Ya Allah! Cukupilah aku dengan rezeki-Mu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram. Perkayalah aku dengan karunia-Mu (hingga aku tidak minta) kepada selain-Mu.” (HR Tirmidzi).
Kisah Sahabat Abdullah bin Mas’ud RA

Abdullah bin Mas’ud RA ketika hampir wafat maka orang-orang datang menemui beliau. Mereka mengatakan ini kami mau memberikan tanah-tanah ini untuk kamu. Maka Abdullah bin Mas’ud menolaknya. Mereka berkata lagi jika tuan tidak mau maka berikanlah tanah-tanah ini kepada anak-anak tuan agar mereka tidak susah sepeninggal tuan. Maka Abdullah bin Masud RA berkata anak-anakku pun tidak memerlukan tanah dari kalian. Saya tidak memerlukan itu semua karena :

“Semua anggota keluarga saya sudah saya ajarkan membaca surat Al Waqiah.”

Buat apa tanah ini ? mau di apakan ? ini hanya akan menjadi beban saja nanti punya tanah ini. Saya dan keluarga saya tidak memerlukan ini semua, karena kami sudah punya surat Al Waqiah. Itu sudah cukup bagi kami.

Nabi saw bersabda :

“Barangsiapa membaca surat al-Wâqi’ah setiap malam, maka dia tidak akan jatuh miskin selamanya”

Karguzari

Ada satu orang terlilit hutang hingga pabriknya sudah disegel oleh pemerintah. Ini semua harta saya sudah di segel oleh pemerintah. Dia orang kaya, tapi kaya hutang. Maka dia datang kemari, menanyakan apa yang harus saya lakukan sekarang.

Hadratji Maulana Saad katakan kepada dia :

“Bacalah surat Al Waqiah.”

Lalu dia mengatakan, saya tidak pandai baca al quran. Orang hari ini belajar asbab dan menghasilkan asbab. Kemudian dia meyakini bahwa asbab itulah yang bisa menyelesaikan masalah-masalah dia. Dia pandai bahasa inggris tapi tidak pandai baca surat al waqiah, ini menyedihkan. Dengan bahasa inggris dia bisa menghasilkan banyak namun sekarang dia sedang ditimpa kefakiran. Demi menghasilkan keuntungan, dia belajar asbab-asbab yang tidak pasti. Tidak ada jaminan seseorang yang mempunyai perusahaan besar maka dia akan mendapatkan rizki yang besar juga. Dia mempelajari asbab-asbab yang tidak pasti dan meninggalkan amal-amal yang pasti.

Hadratji Maulana Saad :

“Orang yang mampu menyembunyikan hajatnya, yaitu keperluan-keperluannya, sesungguhnya dia sudah membuka Khazanah Allah swt. Sedangkan orang yang menampakkan keperluan-keperluannya, hajatnya kepada orang lain, sesungguhnya dia sudah membuka pintu kefakiran”

Banyak orang datang dan mengeluh saya punya masalah ini dan itu. Saya sudah datang dari jauh kesini, tolong bantu saya menyelesaikan masalah saya. Maka dikarenakan pengusaha itu tidak bisa membaca surat Al Waqiah, maka saya minta dia membaca :

“La haula wala quwwata illa billah” : “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah”.

Lalu dia marah dan bilang saya sudah jauh-jauh kesini kamu kasih saya bacaan “La haula wala Quwwata illa billah.” Kenapa kamu tidak ajarkan ke saya doa-doa mustajab yang baru.

Dalam suatu riwayat :

“Barangsiapa membaca “La haula wala Quwwata illa billah.” Maka Allah swt akan menyelesaikan 99 Masalahnya”

Masalah yang paling kecil adalah rasa Ghom, resah dan galau sama dirinya. Inilah keutamaan membaca kalimat ini.

Dalam riwayat lain tambahan penulis :

“Barang siapa merutinkan membaca Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah Aliyyil Adzim sebanyak 100 kali setiap hari, maka ia tak akan pernah ditimpa kefakiran selamanya.”

Ini semua telah diajarkan oleh Nabi saw. Apapun yang telah diajarkan oleh Nabi saw disitulah ada janji Allah swt. Orang tadi marah karena cuman di ajarkan kalimat “La haula wala Quwwata illa billah.” Ini kalimat awam di dawamkan semua orang baginya begitu, sehingga yang dia harapkan bisa mendapat doa-doa baru. Ketika tidak mendapatkan doa-doa yang baru dia marah.

Kisah Sahabat Amalan ditangkap Musuh

Seorang sahabat nabi saw anaknya, namanya Auf bin Malik RA, ditangkap oleh musuh. Dia datang kepada Nabi saw mengadukan keadaannya. Nabi saw menyampaikan kepada dia :

“Katakan kepada anakmu untuk membaca “La haula wala quwwata illa billah.”

Maka ini sesuai dengan ayat yang turun yaitu :

Waman yattaqillaha yaj’al lahu makhroja : “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”

Anaknya di ikat di daerah orang kafir. Maka dia menyuruh satu orang untuk pergi ke anaknya menyampaikan amalan ini dari Nabi saw untuk di bacanya. Maka anak ini terus membacanya berulang-ulang “La haula wala Quwwata illa billah.” Asbab ada Taqwa dalam dirinya, dia mengamalkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw, maka Allah swt selesaikan masalahnya.

Tiba-tiba ikatan yang mengikat dirinya terputus begitu saja. Lalu dia berjalan mengambil satu kendaraan unta. Dia kabur membawa unta tersebut. Ketika kabur dia berjalan melewati kandang onta orang-orang musyrik yang jumlahnya ratusan onta. Maka unta yang ada di dalam kandang melihat unta yang di bawa keluar oleh Auf bin Malik RA, serta merta onta-onta yang berjumlah ratusan itu lari mengikuti onta yang di bawa Auf bin Malik RA.

Hadratji Maulana Saad :

Akhirkan hajat-hajatmu untuk perkara fardhumu lalu berdoalah atas hajat-hajatmu dalam sholatmu.

Jadi bukan mendahulukan asbabmu daripada amal. Setelah asbabmu selesai baru kamu pergi ke amal kemudian berdoa. Tidak bukan begitu caranya. Akhirkan semua hajat-hajatmu, kemudian kamu langsung menuju ke amal, mintalah hajatmu kepada Allah swt, bukan minta asbab. Kamu minta hajatmu kepada Allah swt dengan cara mendahulukan amal. Lalu jangan berhenti berdoa. Bukan ketika kamu telah tertunaikan hajatmu bukan berarti doa mu sudah dikabulkan. Sepeti waktu meminta rezeki, Allah beri kamu rezeki berati kita telah mendapatkan hasil yang sangat besar. Jika Allah swt kabulkan doa kamu dengan memberi rizki berupa harta seperti yang kamu minta, ini bukanlah suatu hasil yang besar, ini sangat kecil hasilnya.

Dalam suatu riwayat Nabi saw bersabda :

“Ketika sampai di akherat nanti orang-orang yang melihat hasil daripada pahala yang didapat, maka mereka yang dikabulkan doanya akan berkata : “andaikan dulu ketika di dunia doa saya tidak dikabulkan semuanya hanya dikabulkan di akherat saja.”

Ketika Allah swt memperlihatkan pahala-pahala yang di dapat di akherat maka semua orang akan menyesal, sehingga mereka berandai-andai saat masih di dunia. Andaikan saya begini dan begitru, andaikan doa saya tidak dikabulkan di dunia, semuanya berandai-andai. Jadi tatkala seseorang telah ditunaikan hajatnya oleh Allah swt asbab doanya, maka ini bukanlah satu balasan yang besar dari Allah swt. Karena balasan yang besar itu hanya bisa di dapat di akherat nanti. Balasan di dunia ini kecil semua. Jadi ditunaikan hajat kita di dunia ini hanya perkara kecil yang kita dapat.

Kepentingan ILMU vs Pengetahuan

Maka seseorang harus memahami ILMU nya terlebih dahulu sebelum melangkah, agar dia tidak salah dalam beramal. Ini karena tidak ada amal yang diterima tanpa ilmu.

Hazrat Maulana Yusuf mengatakan bahwa ilmu dunia itu bukan ilmu tapi kejahilan, hanya berupa pengetahuan saja. Semua yang dipelajari di sekolah ini adalah yang datang bukan dari Nabi saw. Apa yang semua dipelajari oleh doktor dan professor itu semuanya adalah kejahilan bukan ilmu. Ada yang lebih jahil lagi yaitu memahami yang datang bukan dari Nabi saw itu sebagai ilmu yang sebenarnya. Mereka menyangka semua pengetahuan yang bukan datang dari Nabi dan dipelajari disekolah-sekolah ini adalah Ilmu yang sebenarnya.

Apa itu Ilmu ? yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan 3 pertanyaan Alalh swt dalam kubur :

1. Man Robbuka : Siapa Tuhan mu –> Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah, Aqidah, Asma wa Sifat, Nafi Itsbat, Ihsan, Muroqobah, dll

2. Man Nabiuka : Siapa Nabi mu –> sunnah-sunnah Nabi saw dari Suroh, Sirah, Sariroh, Fikir , dan Perasaan Nabi saw

3. Man Deenuka : Apa Agama mu –> Syariat : Wajib, Sunat, Haram, Mubah, Makruh, Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarat, Akhlaq, Hukumat, dll

Bukan hanya pengetahuan tapi ketika hidup juga diamalkan. Sehingga dia bisa menjawab ini semua, maka nanti akan terkonfirmasi : “Hamba Ku Benar”.

Dulu Nabi saw mendakwahkan ilmunya, namun kaumnya menolknya dengan mengatakan bahwa yang di ajarkan Nabi saw itu bukan ilmu. Ilmu itu yang kami miliki ini, kata kaumnya.

Kisah Musa AS

Musa AS menyampaikan ilmu, namun Qorun membantahnya. Musa AS berkata bahwa yang dia sampaikan dan ajarkan itu adalah Ilmu. Qorun berkata, “Tidak” itu bukan ilmu, yang namanya ilmu itu adalah yang sedang saya pelajari sekarang ini. Apa yang dipelajari oleh Qorun ? yaitu tentang Kimia, Qorun ini ahli kimia. Dia mempelajari tentang menggabungkan satu elemen dengan elemen lain. Naudzubillah, hari ini pemahaman umat juga seperti itu. Hari ini pelajaran-pelajaran yang mengajarkan tentang keuntungan-keuntangan dunia, ini yang dianggap sebagai Ilmu.

Dulu Qorun ditenggelamkan kedasar bumi karena bertengkar dengan Nabi Musa AS mengenai Ilmu. Qorun berkata :

innamā ụtītuhụ ‘alā ‘ilmin ‘indī : “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” (QS. Al Qashash : 78)

Semua yang saya kuasai ini berkat ilmu saya, kata Qorun. Asbab ilmu ini saya menjadi orang kaya. Namun ini semua dibantah oleh Musa AS. Musa AS berkata ilmu itu adalah hukum-hukum yang saya bawa yang datangnya dari wahyu.

Beda ILMU versi Musa AS vs Qorun :

1. Qorun ilmu itu adalah segala pengetahuan dunia yang menghasilkan keuntungan dunia.

2. Musa AS ilmu itu adalah hukum-hukum Allah yang datang melalui dari Wahyu Allah swt

Maka perdebatan ini menyebabkan Qorun ditenggelamkan kedalam tanah. Pemahaman Qorun ini sama dengan pemahaman umat islam hari ini.

Ulama itu adalah orang yang meninggalkan semua pengetahuan dunia dan keyakinannya pada asbab, dan hanya mengambil manfaat lewat Qudrat dan Khazanah Nya Allah swt, dengan cara mengamalkan ilmunya. Mereka mampu menentang semua asbab dan mengambil manfaat Qurdatullah melalui pengamalan dengan ilmunya.

Allah swt berfirman tentang pengikut Qorun :

Fa kharaja ‘alā qaumihī fī zīnatih, qālallażīna yurīdụnal-ḥayātad-dun-yā yā laita lanā miṡla mā ụtiya qārụnu innahụ lażụ haẓẓin ‘aẓīm

Artinya:

Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Seandainya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

(QS. Al Qashash : 79)

yā laita lanā miṡla mā ụtiya qārụnu : “Seandainya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun”

Jawaban para Ulama ini Allah swt abadikan dalam Al Quran :

Wa qālallażīna ụtul-‘ilma wailakum ṡawābullāhi khairul liman āmana wa ‘amila ṣāliḥā, wa lā yulaqqāhā illaṣ-ṣābirụn

Artinya:

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”.

(QS. Al Qashash : 80)

Ini adalah pekerjaan ulama yaitu mengarahkan umat yang tadinya berfikir ke arah dunia, dibawa kepada fikir akherat. Menjelaskan kepada ummat bahwa keuntungan dunia ini sangat kecil dibandingkan keuntungan akherat.

Ketika Qorun ditenggelamkan kedalam tanah maka para pengikut Qorun ini berkata :

Wa aṣbaḥallażīna tamannau makānahụ bil-amsi yaqụlụna waika`annallāha yabsuṭur-rizqa limay yasyā`u min ‘ibādihī wa yaqdir, lau lā am mannallāhu ‘alainā lakhasafa binā, waika`annahụ lā yufliḥul-kāfirụn

Artinya :

Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”.

(QS. Al Qashash : 82)

Mereka berkata seandainya Allah swt tidak memberi kami anugrah, merahmati kami, mengasihani kami, tentunya kamipun akan ditenggelamkan Allah swt bersama Qorun. Ini yang dipahami orang hari ini, ketika dia mendapat harta dikira ini adalah kebaikan dari Allah swt. Fikirnya itu jika dapat harta Allah swt telah baik sama dia. Harta yang dulu menyebabkan Qorun celaka, inilah yang diharapkan oleh orang beriman hari ini. Mereka menyangka kalau dapat harta itu adalah kebaikan dari Allah swt. Padahal Harta ini adalah ujian dari Allah swt. Inilah kenapa umat hari ini berada dalam kejahilan. Umat mempelajari pengetahuan-pengetahuan tentang keuntungan dunia dari asbab-asbab, dengan harapan bisa menjadi kaya, inilah yang dianggap ilmu oleh mereka.

Kisah Sahabat Umar bin Khatab RA

Umar RA membaca kitab Taurat. Di sini dia membaca bukan untuk meyakininya dan mengamalkannya. Namun hanya untuk sekedar maklumat, pengetahuan saja. Kemudian dia datang kepada Nabi saw bahwa dia telah membaca Taurat agar bisa lebih luas lagi wawasannya. Jadi apa yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Musa AS, saya juga bisa mengetahuinya. Inipun sebenarnya juga ilmu karena sama-sama datang dari Allah swt. Walaupun memang tidak boleh diamalkan karena syariat Nabi Musa AS dan kaumnya berbeda dengan syariat umat Nabi saw.

Nabi saw marah walaupun itu ilmu tapi sudah tidak boleh lagi di amalkan. Nabi berkata kalau ilmu itu tidak untuk diamalkan kenapa kamu susah payah mempelajarinya. Ini taurat untuk Musa AS dan kaumnya, bukan untuk Umatku. Maka Nabi saw sangat marah, wajah beliau berubah merah. Beliau naik ke mimbar, maka orang anshor memahami sesuatu telah terjadi bikin Nabi saw marah besar. Orang Anshorpun mengumpulkan teman-temannya, dan mengeluarkan pedang mereka untuk membalas orang yang menyakiti Nabi saw dan bikin Nabi saw marah besar. Semua kemarahan tersebut ditujukan kepada Umar RA, kenapa dia mau mempelajari kitab Taurat.

Nabi saw berkata Jika Musa AS hidup hari ini bersama kita, maka diapun akan beriman kepadaku dan beriman kepada Al Quran yang aku bawa. Nabi saw sampaikan andaikan Musa AS bersama kita, diapun tidak akan selamat kecuali dengan mengikuti sunnahku. Jika kamu wahai Umar mengikuti cara Musa AS hari ini maka kamupun tidak akan selamat. Padahal Musa AS itu siapa ? diapun seorang Nabi. Jika kamu mengikuti Musa AS kamupun akan celaka.

Sekarang bagaimana dengan dengan pelajaran-pelajaran dunia yang dipelajari di sekolah hari ini. Padahal Taurat itu bukan pengetahuan tapi bagian dari Ilmu yang datang dari Allah swt. Hanya Taurat ini bukan di zamannya lagi. Sampai sekarangpun Taurat itu masih ilmu. Ketika Umar RA membaca Taurat yang juga masih ilmu, sedemikian besarnya Nabi saw marah atas perkara ini. Bagaimana dengan yang bukan ilmu. Kira-kira jika yang bukan ilmu dipelajari, bagaimana kiranya marahnya Nabi saw.

Bahkan kamu akan memberikan alasan yang sama yaitu agar wawasan lebih luas. Jika Nabi saw masih hidup ditengah kita, melihat kita belajar dari apa yang bukan ilmu bahkan kita menganggap mempelajari asbab-asbab dunia itu ilmu, semarah apa Nabi saw kepada kita kira-kira. Inilah kejahilan kita hari ini menganggap apa yang kita pelajari di sekolah tentang asbab-asbab dunia ini sebagai ilmu.

Pelajaran Asbab :

1. Apa yang ada pada diri Mahluk
2. Apa kehendak Mahluk

 Ini semua adalah hanya pengetahuan saja

Contoh : Tanaman ini apa manfaatnya, bagaimana caranya untuk berkembang, Apa yang diperlukan Tanaman ini ? Dia butuh air. Dia butuh pupuk. Dia butuh matahari. Inilah Science.

Semua ini adalah kejahilan umat hari ini menisbatkan ini semua pada science bukan pada Allah swt.

Kita mungkin telah memiliki Lafadz nya La illaha illallah, tapi kita belum memiliki Ikhlasnya kalimat La illaha Illallah. Apa itu ikhlasnya kalimat La illaha Illallah ? yaitu La illaha illallah mampu menghindari kita dari perkara yang Harom.

Jika sampai Nabi saw itu marah dengan Umar RA tentu itu perkara yang Harom. Jika mempelajari Taurat saja itu dianggap Harom apalagi yang dipelajari orang-orang hari ini disekolah.

Ikhlas :

1. Ikhlasnya la illaha illallah itu adalah la illaha illallah mampu mencegah dia dari perbuatan yang Harom.

2. Ikhlasnya sholat adalah mampu mencegah dia dari perbuatan keji dan mungkar

3. Ikhlasnya Ilmu yaitu menghadirkan rasa takut di hati pada Allah swt

Allah swt berfirman :

innamā yakhsyallāha min ‘ibādihil-‘ulamā` : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (QS. Al Fathir : 28)

Nabi Muhammad SAW membagi ilmu menjadi 2 :

1. Ilmu di Lisan –> Jadi Musibah atas Lisan
2. Ilmu di Hati –> Ini Ilmu yang Bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat itu di hati, ini yang akan merubah seseorang menjadi lebih baik ada rasa takut kepada Allah swt. Sedangkan Ilmu yang di Lisan ini akan menjadi beban bagi dia, musibah. Apa yang Nabi saw ajarkan kepada para sahabat RA ini, diuji oleh Nabi saw. Mereka para sahabat RA di uji oleh Nabi saw kepahaman mereka atas apa yang telah Nabi saw ajarkan.

Nabi saw bertanya apa bukti keimanan kamu, maka sahabat RA menjawab saya seakan-akan melihat surga dan neraka di depan saya. Para penghuni surga saling kunjung mengunjungi, sedangkan di neraka mereka saling memaki satu sama lain, berteriak seperti anjing gila. Mereka sahabat telah lulus dalam ujian, mereka sudah sampai pada level makrifat. Sehingga Nabi saw meminta sahabat ini untuk istiqomah.

Pahamilah Al Quran

Umar RA berkata :

jangan kamu hafalkan syair-syair, jika tidak kamu akan kesulitan menghafalkan Quran.

Disini yang di larang syair, bagaimana dengan lagu-lagu ? Lalu mereka mengatakan bahwa hafalan saya lemah, padahal kebanyak menghafal lagu. Dalam urusan agama dia mengatakan hafalannya lemah, sedangkan dalam lagu-lagu hafalannya kuat. Hari ini orang-orang memberikan alasan-alasan untuk tidak mengamalkan agama. Mereka mencari-cari alasan untuk mempelajari ilmu karena kejahilannya.

Membaca Al Quran pun harus dengan memahami maknanya, apa terjemahnya. Orang-orang musyrik di zaman Nabi saw asbab mereka memahami makna yang terkandung dalam Al Quran, mereka pun masuk islam. Makanya mereka berkata kepada para sahabat RA jangan kamu baca Al Quran dengan suara keras, karena takut orang yang mendengar masuk islam. Ini karena mereka paham maknanya. Sekarang kita sendiri membaca Al Quran tidak memahami maknanya, sehingga kita tidak ada kesan dalam hati. Kita membela diri, baca quran itu kan tetap dapat pahala walaupun tidak memahami maknanya. Memang orang yang membaca quran itu mendapatkan pahala, bahkan yang mendengar juga dapat pahala. Namun bukan untuk itu Quran diturunkan. Quran diturunkan itu untuk dipahami maknanya, agar kita mengetahui apa yang Allah swt inginkan.

Jadi kalau kita baca quran dengan memahami maknanya, maka kita akan mendapatkan pahala dan kepahaman atas quran tersebut. Dengan membaca quran beserta maknanya ini akan mendatangkan kesan dalam hati. Kesan ini ditujukan kepada orang-orang beriman : “Ya Ayyuhal Ladzina Amanu…..” : dirikanlah sholat, bayarlah zakat, berpuasalah di bulan ramadhan, masuk lah kedalam islam secara kaffah, dll. Jadi membaca Quran ini bukan sekedar mencari pahala tapi bagaimana bisa mengesankan hatinya. Nabi saw itu membacakan Al Quran pada orang musyrik, itu mengesankan hati mereka. Bagaimana dengan kita yang membaca dengan maknanya. Quran itu sendiri adalah dakwah.

Kisah Orang Musyrik mendengar Bacaan Quran Nabi SAW

Nabi saw membacakan Quran di depan orang musyrik bernama Dimat. Menurut Dimat apa yang dibacakan Nabi saw ini sastranya luar biasa tinggi. Bacaan ini membawa makna yang begitu dalam, dan kesannya sangat kuat. Siapa yang bicara ini tentang Al Quran, orang musyrik.

Ada 2 ucapan yang memberi kesan yang sangat kuat :

1. Quran
2. Adzan

Kisah Adzan Bilal RA di Kabah saat Futuh Mekah

Ketika Futuh Mekah, Nabi saw meminta Bilal mengumandangkan Adzan di Ka’bah. Maka orang-orang musyrik semua melihat. Satu orang musyrik karena rasa bencinya, dia ikut mengumandangkan adzan meniru-niru dengan maksud untuk menghina syaidina Bilal RA. Maka ada satu orang sahabat mengadukan ini kepada Nabi saw, bahwa orang musyrik itu sudah menghina adzannya syaidina Bilal RA dengan mempermainkan adzan. Maka Nabi saw mengatakan panggil dia orang musyrik itu. Ketika orang musyrik itu sampai dihadapan Nabi saw. Sebagaimana kamu meniru-niru adzannya bilal untuk meledeknya, coba sekarang kamu lakukan lagi di hadapan saya. Disini Nabi saw tidak menghukum orang musyrik ini malah meminta dia mengulangi lafadz adzan yang dia gunakan untuk mempermainkan Bilal RA. Maka orang musyrik ini ulangi lagi adzan tersebut. Ketika sampai pada lafdz asyhadu alla illaha illallah lalu wa asyhadu anna muhammad darassullullah, dia langsung masuk islam. Dia mengatakan ya Rasullullah saw saya barusan telah masuk islam dengan melaungkan adzan tersebut.

Begitu kuatnya kesan adzan tersebut :

1. Orang Musyrik masuk Islam
2. Syetan lari terbirit-birit dan terkentut-kentut

Syetan lari ke tempat dimana suara adzan tidak terdengar lagi.

Ulama dalam Al Quran tidak dikatakan sebagai Ahli Ilmu tetapi Ahli Dzikir. Allah swt sampaikan :

fas`alū ahlaż-żikri : maka tanyakanlah olehmu kepada Ulama (QS Al Anbiya : 7)

Lafadz Dzikir disini ditafsirkan sebagai Ulama. Jika kamu tidak mengetahui hendaknya kamu bertanya kepada ahli dzikir yaitu ulama. Lafadz ilmu diganti dengan Ahli Dzikir. Ahli Dzikir disini yang dimaksud adalah Ahli Ilmu. Maknanya : Ilmu itu disertakan dengan Dzikir, Ilmu Ma’a Dzikir. Dengan Ilmu ingatlah kamu kepada Allah swt. Ilmu yang dikehendaki disini adalah ilmu yang mengesankan hati bukan yang ada di lisan.

Nabi saw bersabda :

“Bawalah ilmumu lalu sampaikanlah kepada ummat, untuk menghapus kejahilan pada diri ummat.”

Nabi saw itu membentuk jemaah ulama untuk menghilangkan kejahilan pada diri ummat. Mereka bergerak untuk Tafaquh Fid Deen.

Allah swt berfirman :

Wa mā kānal-mu`minụna liyanfirụ kāffah, falau lā nafara ming kulli firqatim min-hum ṭā`ifatul liyatafaqqahụ fid-dīni wa liyunżirụ qaumahum iżā raja’ū ilaihim la’allahum yaḥżarụn

Artinya:

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

(QS. At Taubah : 122)

Allah swt berfirman : liyatafaqqahụ fid-dīni, memperdalam pengetahuan mereka tentang agama.

Kenapa tidak ada satu jemaah ulama yang berkeliling untuk Tafakkuh Fiddin, memahami agama. Bukan berarti semua orang harus keluar, khuruj, fissabillillah. Mereka bisa keluar bergilir-gilir, berganti-gantian. Buat jemaah bersama orang awam. Jika semua keluar maka nanti siapa yang ngurus umat di maqomi seperti yang menjadi imam, memberikan fatwa kalau ada yang nanya, dll.

Kisah Sahabat Ubay bin Ka’ab

Ubay bin Kaad ini adalah Sayyidul Quro, Qori ahli bacaan Qur’an, suaranya merdu dan indah. Suatu ketika Nabi saw duduk disebelah Ubay bin Kaab RA, beliau ingin mendengar bacaan Ubay bin Kaab RA yang merdu. Beliau setiap tahun keluar fissabilllillah, namun ada waktu beliau tidak keluar.

Kisah Sahabat Muadz bin Jabal RA

Muadz bin Jabal ini ulamanya para sahabat RA. Suatu ketika beliau ingin ikut dalam jemaah keluar fissabillillah di zaman ke khalifahan Abu Bakar RA. Namun Umar RA melarangnya, karena jika dia pergi tidak ada yang tinggal ulamanya di madinah untuk mengajarkan ummat. Lalu Muadz RA di bawa oleh Umar RA ke Abu Bakar RA. Umar berkata agar Muadz bin Jabal RA jangan di izinkan ikut jemaah keluar karena kalau kamu keluar siapa yang akan memberi fatwa kepada ummat di madinah. Abu Bakar RA berkata wahai umar bagaimana saya bisa menahan orang yang ingin mengorbankan harta dan dirinya di jalan Allah swt. Seandainya dia pergi di jalan Allah swt selama-lamanya tidak kembali lagi, itupun saya tidak akan bisa menahan dia.

Deraknya ulama inilah maksudnya untuk menghapuskan kejahilan pada diri ummat. Para sahabat RA ada yang diutus satu orang, ad ayang diutus berjamaah. Baca Hayatush Sahabah sehingga kamu mengetahui seperti apa kerjanya sahabat RA. Inilah penyebab Ilmu itu tersebar di jaman Sahabat RA yaitu para ulama juga bergerak. Kalau tidak ilmu hanya akan terbatas pada santri-santri pondok saja, sedangkan umat diluar sana tidak akan bisa paham ilmu tersebut. Ulama itu oleh Nabi saw di ibaratkan seperti awan yang mendung kemudian dia bergerak ke daratan lalu menghujani tanah. Sehingga tanah yang dihujani menjadi subur dan bermanfaat mengeluarkan tanaman dan buah.

Ilmu yang ada pada Ulama itu bukan seperti air di dalam sumur. Perumpamaan ilmu itu seperti awan mendung, maknanya dia bergerak seperti awan. Ulama adalah para pewarisnya Anbiya. Dan keilmuannnya seperti awan mendung. Bukan seperti air dalam sumur. Jika ada sawah disebelahnya, maka tanah di sawah harus menunggu air dalam sumur untuk bisa menjadi subur, tidak seperti itu. Yang Nabi saw sampaikan itu Ilmu Ulama itu seperti Awan mendung dia bergerak untuk mengantarkan air, agar tanah tidak kering. Sedangkan air sumur ini tidak bergerak. Jika sawah menunggu air di dalam sumur, maka sawah akan kering. Berbeda dengan awan yang mendatangi sawah. Tanah yang kering jadi subur.

Bagaimana tempat yang jahil bisa terhapus kejahilannya. Sehingga orang yang Jahil bisa memahami agama. Ini karena kejahilan yang dibiarkan akan menyia-nyiakan kebaikan. Tanah ini akan bermanfaat jika bertemu air, jika tidak ketemu air maka dia akan kering tidak bermanfaat, tanah menjadi sia-sia. Kejahilan pada diri ummat akan membuat kebaikan pada diri umat menjadi sia-sia.

Contoh : Orang kaya yang jahil akan menghabiskan duitnya untuk memperindah mesjid saja. Sedangkan orang islam yang kelaparan tidak mendapatkan sedekah atau zakatnya si orang kaya. Padahal mesjid yang dia perbaiki sudah melebihi batas kelayakan untuk di jadikan tempat sholat. Mesjidnya sudah punya lampu hias yang mewah, karpet tebal, ada AC bukan kipas, masih juga disedekahi. Sedangkan manusia sudah hampir mati kelaparan, tidak dia sedekahi, ini namanya kejahilan.

Inilah maksud geraknya ulama yaitu untuk menghapuskan kejahilan. Asbab kejahilan maka kebaikan pada diri umat akan menjadi sia-sia. Ilmu ini adalah perkara yang patut dibanggakan. Dalam satu riwayat dikatakan jika Abdullah ibnu Abbas bangga dengan keilmuannya, maka ini adalah perkara yang patut atau pantas. Ini memang satu hal yang dibanggakan. Hari ini orang bangga dengan pengetahuannya yang di dapat disekolah, di universitas. Dia mendapatkan titel karena menguasai spesialisasi pada satu pengetahuan. Kemudian dia bangga dengan gelarnya dari professor, engineer,dll. Bangga dengan pengetahuan dunia dan gelar-gelarnya ini adalah jalan menuju kekufuran. Jadi bukan pengetahuan dunia yang dibanggakan, kalau mau dibanggakan seharusnya ilmu agama lah yang seharusnya dibanggakan.

Perkara yang dibanggakan adalah ilmu, yang dimaksud disini adalah ilmu agama bukan ilmu dunia atau pengetahuan dunia. Jika pengetahuan dunia ini yang kamu banggakan melebihi ilmu agama ini adalah jalan kekufuran.

Ada 2 cara menyebarkan agama :

1. Duduk di majelis Ulama
2. Bergerak Dakwah ke Ummat

–> ini adalah Qoul atau Ucapan Syaidina Umar RA

Ada 3 perkara yang membuat saya bersemangat hidup di dunia ini:

1. Duduk di majelis Ulama : Ilmu
2. Bersujud lama-lama : Ibadah
3. Bergerak di jalan Allah swt : Dakwah

Dalam urusan harta saja tetangga ini punya hak dari tetangganya. Nabi saw bersabda :

“Berulang kali Jibril AS datang kepada saya membicarakan tentang Hak tetangga, sampai-sampai saya mengira tetangga ini punya hak sebagai ahli waris tetangganya.”

Wasiat jibril AS kepada Nabu saw :

1. Jangan sampai kamu makan tetapi tetanggamu dalam kelaparan.
2. Jangan Kamu berpakaian, tetapi tetanggamu telanjang.

Berulang kali Jibril datang mengingatkan saya tentang hak tetangga sampai saya mengira setelah mati tetangga juga mempunyai hak atas waris tetangganya. Padahal tetangga ini tidak ada hak untuk dapat waris dari tetangganya. Jika urusan bertetangga ini seorang tetangga punya hak, bagaimana dengan urusan ilmu. Jika tidak makan ujungnya hanya mati. Jika tidak ada ilmu maka umat ini akan mati dalam kejahilan dan sengsaranya sampai akherat.

Maka atas perkara ini kita korbankan diri dan harta kita pergi sejauh-jauhnya memenuhi tanggung jawab kita membawa agama ke seluruh alam.

Insya Allah !!!


Blog di WordPress.com.