Buyaathaillah's Blog

Bayan Syuro Indonesia H. Cecep Firdaus : Cara Hidup Golongan Sesat vs Cara Hidup Lurus dalam Surat Al Fatihah

Bayan Syuro Indonesia

H. Cecep Firdaus

Amir Syuro Indonesia

Mesjid Jami Kebun Jeruk

 

Hidup kita ini jika dibandingkan dengan akherat adalah pendek sekali. Singkat sekali kehidupan di dunia ini. Sedangkan Allah swt mengirim kita ke dunia ini untuk di uji :

  1. Lulus dalam Ujian : Bahagia Dunia dan Akherat.
  2. Gagal dalam Ujian : Sengsara Dunia dan Akherat

Allah swt uji kita di dunia ini hanya 60 – 70 tahun, tetapi hasilnya menentukan kehidupan yang selama-lamanya di akherat kelak. Jika sukses kita dalam ujian, maka kelak di akherat Allah swt akan bahagiakan kita, tidak akan ada lagi kesusahan, selama-lamanya. Jika gagal kita dalam ujian yang singkat ini 60-70 tahun, maka kelak di akherat kita akan sengsara selama-lamanya, tidak akan ada lagi kebahagiaan, hanya ada penderitaan yang abadi.

Oleh karena itu penting kita fikirkan bagaimana kita hidup di jalan yang benar. Hidup dijalan yang lurus, yang di ridhoi oleh Allah swt. Ini adalah perkara yang paling penting, bagaimana kita hidup on track di jalan yang lurus, bukan di jalan yang bengkok. Hidup bukan di jalan yang salah, bukan dijalan yang sesat.

Atas perkara ini Allah swt mewajibkan kepada kita, setiap sholat memohon doa atas perkara ini :

“Ihdinash Shiratal Mustaqim”

Artinya :

“Ya Allah tunjukilah kami Jalan yang lurus.”

Inilah doa yang paling utama, yang paling penting. Apa itu ? minta ditunjuki jalan yang lurus, jalan yang benar. Bukan minta jadi kaya atau terhindar dari kemiskinan. Sangking pentingnya doa ini, Allah swt wajibkan untuk membacanya sebanyak 17 kali setiap hari. Ini minimal belum lagi kalau ditambah dengan sholat-sholat sunnat. Bukan hanya dibaca ketka sholat wajib, bahkan dalam sholat sunnat pun kita diwajibkan membaca doa ini.

Jadi sudah seharusnya kita dari waktu ke waktu kita muhasabah, kita teliti, apakah hidup kita ini masih berada di jalan yang benar atau di jalan yang salah. Kita kontrol hidup kita ini, pastikan masih di jalan yang lurus atau di jalan yang sesat. Kenapa harus sering kita berfikir, merenung, bermuhasabah ? ini karena godaan demi godaan terus menerus datang kepada kita. Godaan ini hendak membelokkan kita dari jalan yang lurus. Maka kita harus waspada atas perkara ini. Syetan selalu menggoda kepada kita, untuk menyimpangkan kita dari jalan yang lurus. Waspada yang dimaksud bukannya waspada terhadap perdagangan kita jangan samai rugi atau bagaimana supaya bisa penghasilan kita terus meningkat ? bukan waspada seperti itu. Kita harus waspada bagaimana kita tetap di jalan yang lurus.

Allah swt telah jelaskan pula kepada kita :

“Shiratal Ladzina’an’amta Alaihim”

Artinya :

“Yaitu ke jalan orang-orang yang engkau beri nikmat ”

Siapa itu mereka yang telah Allah swt beri nikmat ? dalam Al Quran Allah swt jelaskan ada 4 golongan :

  1. Para Nabi
  2. Para Shiddiqin
  3. Para Syuhada
  4. Para Sholihin

Allah swt berfirman :

waman yuthi’i allaaha waalrrasuula faulaa-ika ma’a alladziina an’ama allaahu ‘alayhim mina alnnabiyyiina waalshshiddiiqiina waalsysyuhadaa-i waalshshaalihiina wahasuna ulaa-ika rafiiqaan

artinya :

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, yaitu: para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”(4:69)

Kita harus mencopy, meniru-niru, cara hidup mereka. Kita ikuti jejak, napak tilas, kehidupan mereka, baru kita bisa selamat. Hanya 4 golongan itu saja yang boleh kita ikuti jika kita mau selamat dalam kehidupan ini dan akherat nanti : kehidupan Nabi, Shiddiqqin, Syuhada, Sholihin.

_____________________________________________________________

Note penulis :

  1. Para Nabi

Para Nabi adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah SWT, terbaik diantara seluruh manusia. Oleh karena itu cukup bagi kita untuk meneladani para nabi, karena pada diri mereka terdapat suri teladan, jalan menuju kesalamatan.

firman Allah SWT:

Laqad kaana lakum fii rasuuli allaahi uswatun hasanatun liman kaana yarjuu allaaha waalyawma al-aakhira wadzakara allaaha katsiiraan

Artinya :

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT” (QS Al-Ahzab:21)

Qul in kuntum tuhibbuuna allaaha faittabi’uunii yuhbibkumu allaahu wayaghfir lakum dzunuubakum waallaahu ghafuurun rahiimun

Artinya :

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(3: 31)

Jadi kalau kita pingin selamat ikut saja Rasullullah saw saja, jangan ikut yang lain. Ikut Rasullullah saw ini sudah pasti kesuksesannya dunia dan akherat. Jika kita ingin sampai ditempat yang sama bersama Nabi saw, maka kita sempurnakan sunnah-sunnah nabi saw dalam kehidupan kita.

Umar RA pernah berkata :

“sesungguhnya Rasullullah saw, Abu Bakar Shiddiq, dan Aku seperti orang yang sedang dalam perjalanan. Musafir pertama sudah sampai pada tujuan, begitu pula musafir yang kedua juga sudah sampai ke tujuan. Aku khawatir jika aku tidak menempuh jalan yang sama, cara yang sama, aku tidak akan sampai di tujuan yang sama.”

  1. Shiddiqin

Kita harus senantiasa ada Fikir agar Iman kita ini termasuk Iman yang Shiddiq atau benar. Apa maksudnya ? Ibnu Katsir berkata: “Shidiqin adalah orang yang jujur dalam imannya”.

Maka jika kita bicara Shiddiqin itu figur yang patut kita teladani adalah Abu Bakar As Shiddiq RA. Mengapa beliau di panggil seorang yang shiddiq ? ini karena keimanan abu bakar ra ini sudah mampu menafikan kebenaran menurut manusia dan hanya membenarkan kebenaran yang datang dari Allah swt dan RasulNya.

Kisah Abu Bakar tentang Isra Mi’raj Nabi saw :

Diriwayatkan, pada pagi hari setelah Nabi Muhammad menceritakan peristiwa perjalanan beliau dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dan proses mi’raj untuk naik ke langit ketujuh hingga bertemu dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika berita tersebut disampaikan banyak dari kalangan orang islam menjadi murtad asbab kelemahan iman mereka sehingga tidak terima dengan berita yang menurut mereka mustahil. Sehingga beberapa orang yang mendengarnya kemudian menanyakan hal tersebut kepada Abu Bakar. Mereka berkata, “Apakah kamu (Abu Bakar) mempercayai sahabatmu (Muhammad) yang mengira bahwa ia telah melakukan perjalanan ke Baitul Maqdis tadi malam?” mendapat pertanyaan tersebut, Abu Bakar, sebaliknya, bertanya, “Apakah benar Muhammad mengatakan hal tersebut?” Kemudian orang-orang yang bertanya menjawab, “Benar!” maka kemudian Abu Bakar berkata,

“Sungguh apa yang dikatakannya (Muhammad) itu benar. Dan aku akan membenarkannya pula, bahkan jika ia mengatakan lebih dari itu.”

Kisah tersebut didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Al-hakim.

Menurut cerita dari Ali bin Abi Tholib, setelah mendengarkan kesaksian dari Abu Bakar tersebut, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sendiri melalui lisannya, mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang yang memiliki sifat Sidiq, yang berarti “orang yang membenarkan.” Sejak saat itulah, Abu Bakar r.a mendapat julukan As-Siddiq. Ini adalah salah satu bukti betapa besarnya Iman Abu Bakar. Beliau tidak ragu-ragu mengenai apapun yang diucapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan meyakininya sebagai sebuah kebenaran.

Nabi SAW bersabda :

“Tiada aku mengajak seseorang masuk Islam, tanpa ada hambatan, keragu-raguan, tanpa mengemukakan pandangan dan alasan, hanya Abu Bakar lah. Ketika aku menyampaikan ajakan tersebut, dia langsung menerimanya tanpa ragu sedikitpun.”

Inilah keimanan yang harus kita tiru dari sahabat Nabi saw. Iman tanpa keraguan, jika dari Nabi saw walaupun tidak masuk diakal tetap percaya 100%.

  1. Syuhada

Syuhada merupakan salah satu kelompok yang mendapat kenikmatan dari Allah SWT Swt. Secara harfiyah, syahid artinya orang yang menyaksikan. Syuhada adalah orang-orang yang mati syahid, mereka disebut syahid karena berjuang menegakkan agama Allah SWT hingga kematian mencapai mereka dalam perjuangan itu, mereka menjadi saksi atas kebenaran yang diperjuangkannya, karena itu mereka memperoleh kenikmatan tersendiri disebabkan kematian mereka yang begitu mulia.

Syuhada menjadi salah satu kelompok yang memperoleh kenikmatan dari Allah SWT karena mereka mencapai derajat yang mulia, kematiannya bukanlah sebagai kematian yang biasa, bahkan Allah SWT menyatakannya hidup di sisi-Nya meskipun kebanyakan orang menganggap dia telah mati, Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah SWT, (bahwa mereka itu) mati bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS al-Baqarah: 154).

Karena syahid itu merupakan kematian yang begitu mulia, maka para sahabat dan para pejuang Islam sangat mendambakannya yang membuat mereka menjadi begitu berani dalam perjuangan. keberanian mereka itulah yang menyebabkan rasa takut bersemayam dalam hati orang-orang yang tidak suka kepada Islam, hal inilah menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam perjuangan Islam.

Dari 124.000 sahabat Nabi saw hanya 14.000 yang meninggal disekitar mekah dan madinah selebihnya meninggal di jalan Allah swt. Maka syahid ini pun harus kita perjuangkan. Jika hari ini kita hanya memberikan masa 1/10 waktu setiap hari untuk agama berarti hanya 2.5 jam kemungkinan kita syahid sisanya 21.5 jam ada kemungkinan kita tidak syahid. Jika kita beri waktu 4 bulan setiap tahun untuk agama, berarti masih ada 8 bulan kita hidup tapi mati tidak mendapatkan syahid. Jika kita sudah memberikan 50% waktu kita untuk agama, berarti masih ada 50% kemungkinan kita mati sangit bukan syahid. Inilah yang seharusnya menjadi fikir kita bagaimana seluruh waktu kita habis untuk agama sehingga tidak ada waktu yang tersisa selain untuk syahid di jalan Allah swt.

  1. Shalihin

Siapakah orang shalih? Apakah orang shalih harus punya ilmu sakti? Apakah orang shalih harus nampak berjidad hitam, memakai sorban dan baju putih?

Saat kita tasyahud, kita seringkali membaca bacaan berikut,

“Assalaamu ‘alainaa wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin “

artinya:

“Salam untuk mereka juga hamba Allah yang shalih.”

Disebutkan dalam lanjutan hadits,

“Jika kalian mengucapkan seperti itu, maka doa tadi akan tertuju pada setiap hamba Allah yang shalih di langit dan di bumi.”

(HR. Bukhari no. 831 dan Muslim no. 402).

Shalihin adalah bentuk plural dari shalih. Ibnu Hajar berkata, “Shalih sendiri berarti,

“Orang yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat” (Fathul Bari, 2: 314).

Menurut ulama lain Orang sholih itu adalah orang yang sudah memberikan harta, waktu, dan diri dia hanya untuk taat kepada seluruh perintah Allah swt.

Inilah jalan-jalan yang sudah Allah tetapkan sebagai orang-orang yang diberi nikmat. Maka berikutnya kita juga harus waspada jalan mana yang bisa mendatangkan kesengsaraan dunia dan akherat.

_____________________________________________________________

Lalu dijelaskan lagi kehidupan siapa yang harus kita hindari :

Ghoiril Maghdu bi alaihim walad dhoollin

Artinya :

“Bukan ke jalan orang-orang yang telah engkau murkai dan sesatkan.”

Dalam tafsir disebutkan orang-orang yang dimurkai itu adalah :

  1. Dimurkai itu orang Yahudi
  2. Disesatkan orang Nasrani

Jadi sudah seharusnya kita hindari kehidupan cara Yahudi dan kehidupan cara Nasrani. Namun dijelaskan lagi oleh para ulama, bahwa jalan yang sesat itu ada dilakukan oleh 4 golongan :

  1. Yahudi
  2. Nasrani
  3. Majusi
  4. Su’uiyah / Atheis

Maulana Yusuf Rah.A sangat risau atas perkara ini maka beliau berdoa :

“Allahumma’khruj Yahudiyata wa Nasoriyata wa majusiyata wa su’iyata an Qulubil muslimin”

Artinya :

“Ya Allah keluarkanlah keyahudian. Kenasranian, kemajusian, ke atheis an, dari hati-hati orang islam.”

Sebab orang islam hari ini walaupun dibaca “Ihdinash shiratal mustaqim : Tunjukilah Aku kejalan yang Lurus.” Tapi secara tidak sadar dalam praktek kehidupannya sehari-hari mereka sudah mengikuti cara hidup Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Atheis. Hanya orang yang Allah swt beri hidayah saja Allah swt selamatkan dari cara hidup orang yahudi, orang nasrani, orang majusi, dan orang atheis. Jika tidak kebanyakan kita sudah terjerumus dengan cara hidup mereka yang Allah swt murkai dan sesatkan. Doanya minta dihidupkan di jalan yang lurus tapi kehidupannya justru mengikuti kehidupan yang sesat.

  1. Apa itu cara hidup Yahudi ?

Karakteristik atau Ciri Khas kehidupan orang yahudi itu Hubbud Dunia, Cinta Dunia. Mengutamakan dunia lebih dari yang lainnya. Fikirnya, Usahanya, Perjuangannya, bagaimana untuk mendapatkan dunia. Inilah cara hidup orang yahudi. Orang islam tanpa disadari sudah banyak yang seperti itu. Walaupun dia sholat, puasa, zakat, haji, tetapi dalam kehidupannya selalu mendahulukan dunia diatas segala-galanya. Fikirnya dunia, cita-citanya dunia, begitulah keadaan kita pada umunya hari ini. Coba kita check, rata-rata setiap orang ini cita-citanya pingin jadi kaya. Maksud dari Hubbud Dunia itu adalah meyakini bahwa kebahagiaan itu ada dalam keduniaan. Jika kita punya harta banyak, kedudukan tinggi, uang berlimpah itu keyakinannya pasti akan bahagia. Inilah keyakinan orang yahudi, yakin yang salah, yakin yang tidak benar. Tidak sadar kita hari ini berada dalam yakin yang salah, padahal sholat juga, puasa juga, zakat juga, haji juga. Asbab yakin yang salah, cita-cita hidupnya ingin mendapatkan keduniaan.

Penyakit cinta dunia ini, kini merasuk bukan hanya kepada orang awam tapi sampai kepada cendikiawan islam, penceramah2 / mubaligh2, ustadz, bahkan ulama sekalipun. Mereka berkata bahwa orang islam itu harus kaya., ini penyakit yang mereka tidak sadari. Fikirnya hari-hari dunia, dan bagaimana cara mendapatkan dunia. Dia yakin dalam keduniaan ada kebahagiaan.

Beda dengan cara hidup para Nabi, para shiddiqqin, para syuhada, dan para sholihin, mereka yakin bahwa kebahagiaan itu ada dalam agama bukan pada harta. Mereka yakin bahwa kejayaan, kebahagiaan, kesuksesan hidup manusia ini dunia dan akherat hanya ada dalam ketaatan kepada Allah swt. Mereka Yakin hanya dengan taat kepada Allah swt bahwa kebahagiaan itu akan datang.

Jadi penyakit Hubbud dunia ini penyakit yang sangat berbahaya. Walaupun kita sholat, puasa, zakat, dan haji, kalau yakin kita salah dan cara hidup kita salah, maka akan salah semuanya. Ibarat kita bangun rumah, kalau pondasinya miring, maka keatas pasti akan miring juga. Jadi yang perlu kita perbaiki pertama kali itu pondasinya dibetulkan, apa itu ? Yakin kita dibetulkan. Kita luruskan keyakinan kita kepada Allah swt, berdiri tegak hanya kepada Allah swt. Kebahagiaan akan datang hanya dengan keyakinan yang benar kepada Allah swt dan yakin pada janji-janji Allah swt. Meyakini bahwa dalam perintah Allah swt ada kebahagiaan dan kejayaan.

Karguzari :

Saya ada berjumpa dengan orang yahudi di Bali. Dia bisnis beli barang dari bali dia jual ke tel aviv. Waktu diajak mengucapkan syahadat, dia bilang :

”Kalimat ini sudah ratusan kali saya baca. Bisa saja di Bali ini saya jadi islam, tapi nanti kalo saya ke Tel Aviv saya baik yahudi lagi.”

Jadi Agama di anggap main-main, tidak ada keyakinan yang benar. Lalu dia bilang, “Alhamdullillah di dunia ini banyak orang islam.” Terbesit di hati hati saya bagus sekali orang ini pemikirannya, maka saya tanya kenapa dia berpikiran demikian. Dia bilang :

“Saya di Bali beli tulisan-tulisan Qur’an yang ditulis dikulit kambing, pakai bingkai di bentangkan ada yang surat al fatihah, ayat kursi, dll. Dibeli dari Bali di bawa ke Tel Aviv, dalam tempo 2 bulan habis dagangan saya semuanya. Dan yang beli semuanya orang islam. Jadi Alhamdullillah di dunia banyak orang islam.”

Jadi dia bilang alhamdullillah di dunia banyak orang islam ini bukan untuk mensyukuri agama tapi mensyukuri dagangan dia habis dibeli oleh orang islam. Jadi ketika dia ucapkan alhamdullillah ini buat keduniaan juga, bukan buat agama. Fikirnya dengan mendapatkan keuntangan dan dagangan dia habis, ini adalah kesuksesan. Dia tidak masalah, orang islam banyak di dunia tidak masalah, kalau sekiranya menguntungkan kepada dia. Dan orang islampun sudah banyak fokusnya kepada keduniaan, bagaimana dapat untung, kalau untung sukses namanya. Sampai-sampai dalam sholatnya, tahajjudnya, yang diminta keduniaan juga kepada Allah swt. Bahkan sedang Hajipun juga begitu, berdoa di tempat-tempat yang maqbul, yang diminta keduniaan juga. Di Multazam, depan hajar aswad, dalam hijr ismail, dia berdoa sungguh-sungguh, yang diminta keduniaan juga. Kata ulama kalau orang-orang semacam ini di tempat-tempat yang maqbul berdoa dia minta kepada Allah swt perkara dunia akan disegel hatinya sebagai orang Hubbud Dunia, Cinta Dunia.

Padahal di tempat-tempat yang Maqbul ketika haji seharusnya kita minta jalan yang lurus. Minta dibimmbing Allah ke jalan yang benar di dalam kehidupan kita ini. Kalau orang yang benar yakinnya kehidupan yang bahagia dan sukses ini ada di jalan yang lurus, dia akan minta kepada Allah swt perkara itu. Namun asbab dia tidak ada gairah kepada akherat, kepada perintah Allah, kepada jalan yang lurus, sehingga dia tidak minta itu semua kepada Allah swt, kenapa ? karena dia tidak yakin pada perkara tersebut. Dia tidak yakin bahwa jalan yang lurus itu bisa memberikan kebahagiaan dan kesuksesan dunia dan akherat. Namun gairahnya pada kekayaan. Maka hari ini banyak hati-hati orang islam disegel sama Allah swt. Banyak orang hatinya ini isinya Hubbdu Dunia, maka disegel sama Allah stw, sehingga ditempat-tempaat yang maqbulpun yang diminta masih perkara dunia. Jadi tujuan ibadah dan doa hanya untuk mendapatkan keduniaan.

Sering kita dengar laporan bahwa saya habis haji alhamdullillah :

  1. toko saya dari cuman satu sekarang sudah menjadi dua.
  2. Pangkat rendah jadi naik
  3. Mobil satu jadi dua
  4. Rumah kecil jadi besar sekarang

Banyak cerita yang dibanggakan justru pengalaman yang seperti ini yang diceritakan. Ibadah tapi hasilnya dunia yang di ungkapkan. Padahal bukan itu matlamat, hasil, dari pada Haji. Hasil dari pada Haji yang diterima itu adalah Ketaqwaan, berubahnya kehidupan dari yang batil kepada kehidupan yang lurus dan benar. Apa yang seharusnya didapatkan setelah haji :

  1. Tadinya ahli maksiat jadi ahli ibadat
  2. Tadinya ingkar kepada Allah swt, balik jadi taat kepada Allah swt
  3. Tadi ibadahnya lemah, pulang jadi kuat ibadahnya

Inilah tanda-tanda menjadi Haji yang Mabrur. Bukannya Toko satu jadi dua, pangkat rendah jadi naik, rumah kecil jadi besar, ini bukanlah tanda-tanda Haji yang Mabrur. Asbab penyakit hubbud dunia, ukuran kesuksesan ibadah itu dia ukur dari keduniaan juga. Beginilah cara hidup dan cara berfikir Yahudi. Mau tidur yang di ingat dunia, baru bangun yang di ingat dunia, itulah cara hidup yahudi yang dimurkai oleh Allah swt, cara hidup yang sesat.

  1. Apa itu Cara Hidup Nasrani ?

Apa ciri khas, karakteristik, daripada kehidupan Nasrani ini ? Kebebasan, hidup sesuai hawa nafsu. Freedom of Choice, bebas memilih apapun yang dia mau lakukan. Jadi hidup menurut hawa nafsu, sebebas-bebasnya tanpa batasan, inilah kehidupan Nasrani. Ciri-cirinya apa :

Kebebasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Jargonnya Emansipasi Perempuan, kebebasan mendapatkan pekerjaan setara dengan laki-laki. Kalau laki-laki bisa kerja jadi supir, kenapa perempuan tidak boleh. Kalau laki-laki bisa jadi polisi kenapa perempuan tidak boleh. Kalau laki-laki jadi presiden kenapa perempuan tidak boleh. Ujung-ujungnya perempuan bisa bergaul dengan laki-laki secara bebas atas dasar kesetaraan. Ini ciri khas daripada Nasrani. Umat Islam sudah ikut-ikutan terpengaruh disangkanya itu bener. Padahal itu sesat. Islam tidak mengajarkan begitu. Dalam islam laki-laki dan perempuan punya peranan masing-masing.

Jadi hendaknya laki-laki dan perempuan fikirnya ini disandarkan kepada agama, kepada jalan yang lurus. Arahanya kalau laki-laki sibuknya diluar rumah, sedangkan wanita sibuknya didalam rumah. Tugas laki-laki diluar rumah, tugas perempuan di dalam rumah. Laki-laki meluruskan agama diluar rumah, sedangkan perempuan ini meluruskan agama di dalam rumah. Sehigga peran perempuan yang paling utama adalah menghidupkan suasana agama di dalam rumah. Fikir bagaimana anak-anak bisa taat kepada Allah swt ? bagaimana anak bisa menjadi anak yang sholih kalau ibunya di luar rumah. Inilah peran perempuan bagaimana memikirkan suasana agama ada di dalam rumah. Inilah tugas dan peranan perempuan. Bukannya malah memikirkan perempuan jadi polisi, jadi tentara, jadi supir, jadi direktu, dll. Kalau semua wanita berpikir seperti ini hancur generasi kita nanti, siapa yang mau memikirkan agama di rumahnya dan anak-anaknya ? Banyak rumah tangga orang islam berantakan asbab para wanita sudah meninggalkan postnya, posisinya. Mereka lebih memilih jadi supir, jaga di pompa bensin, jadi spg jualan rokok, macam-macam. Ini tidak kita sadari kehidupan macam ini sudah diterima, biasa saja, dalam kehidupan orang islam. Walaupun diluar rumah, mereka sholat juga, puasa juga, bayar zakat juga, tapi cara hidupnya sudah dirasuki cara hidup yang sesat. Kebebasan antara laki-laki dan perempuan.

Kebebasan dalam demokrasi

Kini laki-laki berlomba mengejar jabatan, perempuan juga gak mau kalah berlomba juga bersaing dengan laki-laki memperebutkan kekuasaan. Perempuan ikut-ikutan jadi lurah, jadi bupati, jadi menteri, jadi presiden, ini dianggap sebagai suatu kemajuan. Inilah kejahilan yang terjadi dalam kehidupan umat. Kita minta pada Allah swt hidup di jalan yang lurus tapi faktanya kita memilih hidup di jalan yang sesat.

 

  1. Apa itu cara hidup orang Majusi ?

Karakteristik kehidupan orang Majusi ini adalah pamer kekuatan, show of force, seperti Olah Raga dan segala macam Pertandingan. Orang Majusi itu penyembah api, yang mereka sembah dewa api. Konon cara ibadah mereka adalah : Dinyalakan Api terus diadakan pertandingan, sampai ada yang mati menjadi korban. Beginilah cara ibadah orang Majusi. Dalam ritual penyembahannya kepada dewa api dibuat semacam pertandingan, berkelahi sampai ada yang mati. Macam pertandingan Gladiator : Manusia lawan manusia, terkadang Manusia melawan binatang. Manusia di adu dengan harimau, dengan singa, dengan banteng. Itu sebetulnya peribadatan cara orang Majusi, dinyalakan api, lalu mereka mengadakan pertandingan. Ini cara seperti ini diwarisi ke jaman kita, yaitu Olimpiade. Sebelum pertandingan di bawa api obor, terus dinyalakan kedalam Tungku tanda pertandingan olah raga sudah dimulai. Sebelumnya di arak-arak dulu api, dibuat semacam pesta penyambutan. Kini orang islam juga sudah ikut-ikutan, kalau di indonesia seperti PON. Pekan Olah Raga Nasional (PON) sebelum diadakan, api dengan obornya di arak-arak. Gara-gara nonton arak-arakan api, akhirnya sholat maghrib ditinggal, sholat isya lewat. Ini buat apa kita ikut-ikutan, kita bukan majusi. Padahal orang yang mengarak api itu dia sholat juga, tapi dia tidak sadar perbuatan dia mengarak api ini mencontohi dari cara hidup orang majusi.

Kini umat sudah ikut-ikutan cara hidup orang majusi, tapi tidak sadar bahwa itu adalah kehidupan yang sesat. Bukan kita tidak boleh olah raga, silahkan saja, tapi jangan kita ikut-ikut seperti Orang Majusi. Hari ini banyak orang islam tidak sadar, banyak orang islam tidak tahajjud, tapi pas pertandingan bola tengah malam, bangun dia. Bukan buat tahajud tapi nonton bola. Lebih dipentingkan nonton bola daripada tahajjud. Ini sudah terpengaruh dari pada cara-cara majusi. Kadang-kadang dikitapun juga begitu, pertandingan bola diadakan menjelang maghrib, si pemain gak sholat, yang nontonpun gak sholat. Jadi ada muatan kesesatan dalam perkara tersebut.

Kita harus hati-hati dan minta kepada Allah swt agar kita dilindungi dari kesesatan tersebut, dan kembali ke jalan yang lurus. Sedangkan jalan yang lurus ini hanya akan Allah swt berikan kepada orang yang siap Mujahaddah, yang mau bersusah payah di jalan Allah swt. Kalau gak siap mujahadah yang terjadi adalah kita sholat, puasa, zakat, haji, tapi pola hidup kita akan seperti orang-orang yang Allah swt murkai dan sesatkan yaitu : orang yahudi, nasrani, majusi dan atheis.

  1. Apa itu cara hidup orang Atheis atau Su’uiyah ?

Karakteristik cara hidup orang Atheisme ini adalah Menuhankan Logika, Science dan Technology. Ini dibangga-banggakan bahwa kita harus maju dalam science dan technology. Padahal dalam science dan technology ada muatan yang menyesatkan, yaitu mengarahkan manusia kepada Atheisme. Ini yang tidak kita sadari. Bahkan muatan ini sudah masuk kedalam pendidikan sekolah. Udah menyesatkan kita bayar mahal pula untuk sekolah. Secara tidak sadar pendidikan science dan technology yang kita pelajari sudah menjauhkan kita dengan Allah swt.

Dalam Imu pengetahuan ini dikaji tentang asbab musabab segala sesuatu.

Contoh : tentang proses turunnya hujan.

Air laut kena sinar matahari menguap ke udara menjadi awan. Lalu awan tertiup ke daerah udara yang dingin, mengembun sehigga titik dingin tertentu turunlah hujan, karena berat jenis air lebih berat daripada udara. Disini tidak disebutkan ada faktor kuasa Allah swt disitu. Inilah yang dipelajari dari tingkat SD sampai dengan Universitas. Tebal-tebal bukunya tapi tidak ada satupun dalam buku tersebut disebutkan nama Allah swt. Jadi pelajaran science dan technology itu ada muatan yang menyesatkan, yang menyebabkan kita tidak percaya adanya Allah swt yang mengatur segala sesuatu. Muatan yang menyesatkan itu membuat kita jauh dari Allah swt. Seolah-olah segala sesuatu itu terjadi bukan karena Allah swt melainkan ada asbabnya. Padahal segala sesuatu terjadi itu ada amr Allah swt, perintah Allah swt. Tidak ada satu pun terjadi melainkan atas pengaturan Allah swt. Walaupun itu jatuhnya sehelai daun dari pohon di malam yang gelap semuanya sudah Allah swt ketahui.

Maulana Saad DB katakan :

Tujuan Science dan Technology itu untuk membuktikan bahwa segala sesuatu terjadi bukan karena Allah swt.

Inilah yang tidak kita sadari. Akhirnya hari ini orang mempelajari science dan technology, mendalami ilmu tersebut, berkeyakinan bahwa segala sesuatu terjadi bukan karena Allah swt, tetapi ada asbabnya. Memang tipuan Tauhid dan Keyakinan ini adalah Asbab. Hari ini, syirik itu bukan dengan berhala lagi, tapi dengan Asbab. Sering kita dengarkan ucapan :

“Betul rizki daripada Allah swt, tapi kalau tidak kerja bagaimana ?”

Ini ucapan seperti benar padahal menyesatkan, seakan-akan Allah swt tidak bisa ngasih tanpa asbab atau seakan akan rizki itu datang dari asbab bukan dari Allah swt. Sehingga keyakinan kita untuk bener kepada Allah swt selalu terhalangi oleh asbab. Kita dalam dakwah ini usaha bagaimana bisa memurnikan Tauhid kepada Allah swt bersih dari Asbab. Bukan maksudnya kita harus meninggalkan asbab, bukan begitu, silahkan saja punya asbab. Silahkan kita buat asbab, tetapi jangan yakin kepada asbab tersebut. Mau dapet rizki silahkan dagang, bertani, berkebun, berternak, kerja di kantor. Tapi jangan yakin dengan itu semua kita akan mendapat rizki. Rizki itu mutlak dari Allah swt dan Allah pulalah yang memilih asbab-asbab datengnya rizki.

Sedangkan ilmu pengetahuan itu mempelajari asbab-asbab. Contoh dalam kedokteran : penyakit ini asbabnya ini, penyembuhannya caranya begini, obatnya harus ini. Tidak ada faktor Allah swt dari datangnya penyakit sampai ke penyembuhan. Padahal penyakit itu datangnya dari Allah swt, dan kesembuhan juga datengnya dari Allah swt. Inilah Tauhid yang benar. Dalam ilmu pengetahuan tidak dipelajari seperti ini. Tidak sadar kita hari ini kita digiring kepada kesesatan melalui ilmu pengetahuan. Sehingga hari ini kalau kita mendatangi orang-orang intelektual ini susah diajak kepada agama dan usaha atas agama. Kenapa Allah swt melakukan ini kenapa gak Allah swt buat seperti itu. Malah dia yang ngatur Allah swt. Sampai-sampai ada orang yang tinggi kecanduannya kepada logika, intelektualitas, science dan technology, berani-beraninya menyalahkan Allah swt. Sering kita dengar ucapan “Allah tidak adil”. Ini karena mencerna sesuatu itu dengan otaknya. Padahal mengenal Allah swt itu bukan dengan otak tapi dengan Hati. Jadi kita perlu waspada dengan segala bentuk penyimpangan ini.

Orang yang tidak paham hari ini begitu memuji yang namanya kemajuan dalam science dan technology. Padahal pemahaman itu menyesatkan, dan membahayakan. Sampai-sampai hari ini para ilmuwan, pakar-pakar science dan technology, berhasrat dan berambisi pingin buat manusia. Kayak film-film barat yang dibuat seperti Robocop, membuat manusia setengah robot, ini mengandung muatan kesesatan. Mereka berimiginasi bahwa manusia itu bisa dibikin oleh manusia. Bukan Allah swt aja yang bisa buat manusia, manusia juga bisa buat manusia. Ini arahnya kesana yang ingin dibuat ole mereka. Jadi sering kita tidak sadar, banyak perkara-perkara yang menggiring kita kepada Atheisme. Menggiring kita kepada keyakinan tidak bertuhan, bahwa tuhan itu tidak ada dan tidak ada perannya.

Walaupun itu hanya sekedar hiburan untuk anak-anak, ada tokoh-tokoh fiktif diciptakan oleh Ahli Bathil. Kayak Superman, Spiderman, Batman, Flash, ini semua ada muatan atheis yang dibuat untuk meracuni otak anak-anak kita. Coba tonton dan baca komiknya, itu mereka tidak pernah ke mesjid, bahkan ke gereja juga, gak pernah ke kuil, gak pernah berdoa ketika menghadapi masalah-masalah. Inilah cara hidup atheisme, tidak mau berdoa karena lebih percaya dengan kemampuan dan logika. Orang atheis itu tidak mau ke mesjid, ke gereja, ke kuil, ke sinagog untuk berdoa. Sebab mereka sudah tidak percaya dengan adanya Tuhan. Mereka hanya mempercai akalnya dan kekuatannya untuk menyelesaikan masalah. Adi tokoh-tokkoh fiktif itu dibuat untuk menyesatkan kita dan anak-anak kita. Sehingga kalau kita lemah dalam dakwah, anak-anak kita lebih kenal tokoh fiktif daripada Allah swt, daripada Nabi-nabi, daripada Sahabat RA. Inilah pentingnya kita buat dakwah untuk mengenalkan Allah swt, para Nabi, dan Sahabat RA kepada keluarga dan umat seluruh alam. Agar selamat dari ancaman kesesatan yang tersembunyi.

Note Penulis Rangkuman :

  1. Cara Hidup Yahudi : Hubbud Dunia. Mau tidur pikir Dunia, Bangun Tidur pikir Dunia. Time is Money, Waktu adalah uang, sehingga tidak ada waktu buat agama. Bahkan Ibadah dan Doapun ukurannya Dunia. Inilah Produk Yahudi : Perbankan, Pasar Saham, Cara Dagang, Jam Kerja Kantor, Sistem Lembur, perjudian. Yahudi ini mengajarkan Riba dan Waktu buat Duit.
  1. Cara Hidup Nasrani : Kebebasan, Hidup untuk memenuhi Hawa Nafsu. Contoh : Kebebasan bergaul, kebebasan seksual, kebebasan memilih, kebebasan emansipasi (kesetaraan), kebebasan berpolitik. Walaupun semua ini bertentangan dengan perintah Allah swt, yang penting bebas melakakunnya yang dia mau. Inilah Produk Nasrani : Emansipasi, Pergaulan Seksual, Kesetaraan Gender, Demokrasi, LGBT, Fashion, Entertainment, dll.
  1. Cara Hidup Majusi : Pamer Kekuatan, Show of Force, kesombongan. Asbab cara peribadatan mereka yang suka menampilkan Api dan Pertandingan. Api simbol kekuasaan, identik dengan pamer kekuatan. Produk Majusi : Olah Raga, kekuatan Fisik, Militer, Perang Kekuasaan.
  1. Cara Hidup Atheisme : Mentuhankan Logika, Science, dan Technology. Segala sesuatu terjadi bukan karena Allah swt tetapi ada asbabnya. Mereka mengandalkan Logika, bukan Keyakinan pada Allah swt. Produknya Atheis ini : Ilmu Astronomy, Geology, Technology, dll.

Hari ini dimana-mana ada muatan kesesatan kalau kita tidak waspada. Dalam film, dalam olah raga, dalam pekerjaan, dalam majalah, dalam buku pelajaran, hari ini banyak muatan kesesatan terselubung. Jadi kita harus hati-hati.

Masyeikh kita sampaikan :

“Buku itu gudangnya ilmu pengetahuan. Kuncinya adalah membacanya. Padahal tidak semua buku itu isinya benar, banyak buku yang isinya salah dan menyesatkan. Bahkan dalam perkara agamapun hati-hati membaca buku. Banyak buku agama dikarang oleh orang islam tapi cara berpikir dan cara hidupnya seperti orang Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Atheis. Maka buku agama yang ditulispun akan mengarah ke cara berpikir dia dan cara hidup dia.Ini karena buku dibuat berdasarkan pola pikir, kalau pola pikirnya sudah teracuni dengan kesesatan, maka bukunyapun juga akan menyesatkan.”

Kadang-kadang umat islam tertipu, bangga kepada orang orientalis. Orientalis ini bukan orang islam, umumnya orang barat, tapi mereka menulis buku tentang islam. Dalam bukunya mengagugkan Rasullullah saw dan sahabat RA. Ulama sampaikan agar kita waspada dengan buku-buku islam karangan orientalis. Menangnya islam di tujukan kepada sahabat, mereka memuji para sahabat RA. Ini karena kedisplinannya, keberaniannya, kecerdasannya para sahabat RA. Namun dalam buku tersebut tidak ada faktor Nusrotullah yang disebutkan dala buku mereka, bagaimana para sahabat ini menang dan sukses asbab pertolongan Allah swt. Jadi buku tentang sahabat yang seharusnya mengenal bagaimana pertolongan Allah swt kepada mereka, dibelokkan menjadi kedisplinan sahabat, keberanian sahabat, dan kecerdasan sahabat.

Padahal banyak kemenangan dan kesuksesan sahabat ini asbab dari Nusrotullah. Tapi ini tidak ditulis dalam buku mereka, justru yang ditulis kedisplinan mereka, keberanian mereka, kecerdasan mereka, yang dzohir-dzohir saja. Sehingga terjadi pengkultusan kepada pribadi-pribadi. Dari dulu rusaknya agama ini asbab adanya pengkultusan kepada figur-figur tertentu. Seperti Nabi Isa AS, beliau itu Nabi dan Rasul, tapi asbab kultus, jadi sampai di tuhankan. Padahal keistimewaan nabi isa ini, mukjizat-mukjizatnya, ini semua datang dari pada Allah swt. Allah swt lah yang memberikan mukjizat kepada Nabi Isa AS.

Demikian juga dengan kemenangan-kemenangan para Sahabat RA, ini semua karena Nusrotullah, bukan karena pribadi-pribadi sahabat RA. Kemenangan terjadi karena bantuan Allah swt bukan karena mereka orang arab yang berani, tahan sakit, tahan panas, cerdas-cerdas, disiplin, bukan karena itu semua. Sahabat dimenangkan oleh Allah swt karena Imannya dan Amalnya. Kitapun orang indonesia, kalau mempunyai iman yang sama dan amal yang sama seperti sahabat RA, pasti nusrutollah yang Allah swt berikan ke para sahabat RA akan Allah swt berikan juga kepada kita. Jadi waspada dalam membaca buku, lihat dulu dikarang oleh siapa buku agama ini. Kalau buku tersebut dikarang oleh orang-orang yang imannya tidak benar bukannya memuji Allah swt dan Rasulnya malah memuji orang-orang barat orientalis. Buku macam ini jika dibuat oleh orang yang punya pola pikir seperti yahudi, nasrani, majusi, dan atheis, akan menyesatkan kita. Maka kta harus waspada dalam perkara ini.

Maksud daripada dakwah dan tabligh ini adalah bagaimana kita dapat terselamatkan dari perkara-perkara tersebut. Tawajjuhkan diri ke jalan orang-orang yang lurus yaitu para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan Sholihin. Siapa mereka itu :

  1. Para Nabi itu adalah orang yang 100% berjuang untuk agama dengan segala kesusahan dan resiko yang dihadapi. Sibuk dalam dakwah dan ibadah tidak dengan perkara yang lain. Lalu ada aja orang yang bilang itu Nabi saw kan berdagang juga, mengembala juga. Seakan-akan usaha dunia itu lebih penting. Maksudnya biar kita juga sibuk dagang dan sibuk kerja. Padahal itu semua sebelum diangkat menjadi Nabi. Lihat kehidupan Nabi saw setelah diangkat menjadi Nabi, 100% kehidupannya untuk Agama. Sampai-sampai asbab 100% hidupnya untuk agama tidak ada watu buat kerja sehingga dirumah Nabi saw pernah dapur tidak ngepul 2 bulan purnama. Ini contoh yang benar daripada Nabi, ini kalian yang ngejegreg, ngendon, ditempat kerja saja, di rumah saja, gak mau dakwah, ini cara hidupnya ikut siapa ? nabi saw tidak begitu cara hidupnya, gak ada contoh dari Nabi saw hidup kayak gitu.
  1. Orang Shiddiqien contohnya adalah Abu Bakar Shiddiq RA. Beliau dulunya adalah orang yang kaya raya, namun setelah ikut membantu nabi saw dalam berdakwah 100% waktu dan hartanya dipakai untuk agama, sampai-sampai jatuh miskin habis semua di jalan Allah swt. Bahkan dalam perang tabuk, baju yang dipakainya dikorbankan juga untuk agama, diganti dengan bahan karung goni, kancingnya dengan lidi daun korma. Sampai-sampai bikin terharu penduduk langit, sehingga Allah swt utus jibril untuk menyampaikan salam kepada Abu Bakar RA dan seluruh malaikat agar memakai pakaian seperti Abu Bakar RA. Ini jalan orang shiddiqien, korban habis-habisan untuk agama, sampai tidak ada lagi yang bisa di korbankan. Siapa kita dengan islam pingin jadi kaya, korban gak ada pingin masuk surga. Ikut siapa kita ? bandingkan hidup kita dengan sahabat RA yang sudah di jamin surganya. Mereka surga sudah di jamin aja masih korban habis-habisan, kita surga aja tidak ada jaminannya malah pingin kaya gak mau korban. Ikut siapa kita ? Dulu khadeeja dan Abu Bakar RA ini orang kaya asbab berjuang untuk agama jatuh miskin. Beda Sahabat RA sama kita, kalo kita diajak berjuang untuk agama tidak mau karena tapi takut miskin, maunya jadi orang kaya. Kalo saya tinggalkan dagangan saya bagaimana nanti dagangan saya bisa bangkrut, kalau saya tinggal kerja saya nanti apa yang terjadi sama saya gak ada kerjaan, gak ada uang.

Sampai-sampai Nabi saw berkata : “andaikata umat ini takut kepada neraka sebagaimana mereka takut kepada kemiskinan, pasti masuk surga.” (Mahfum Hadits)

Itu ucapan “Berantas Kemiskinan” ini kalimat kesesatan, karena Nabi saw tidak pernah memberantas kemiskinan. Justru yang Nabi saw bilang :

“Aku tidak khawatir kamu jadi miskin, tapi yang aku khawatirkan jika dibuka pintu keduniaan untuk kalian oleh Allah swt. lalu kalian dihancurkan sebagaimana kaum terdahulu dihancurkan.” (Mahfum Hadits)

Jadi kaya atau miskin itu ujian, kaya itu ujian, dan kemiskinan juga ujian.

Abu Bakar RA sampaikan :

“Ketika kami di uji dengan kemiskinan alhamdullillah kami bisa bertahan. Tapi ketika kami di uji dengan kekayaan, hampir-hampir kami tidak bisa bertahan.”

Kaya dan Miskin itu ujian. Namun jadi kaya itu lebih berbahaya dari jadi miskin. Kenapa digembar-gemborkan jadi miskin itu bahaya. Sampai disambung-sambungkan dengan hadits :

“Kefakiran membawa kepada kekufuran.” (Mahfum Hadits)

Maulana Saad tafsirkan hadits ini :

“Kalau umat islam bercita-cita ingin jadi kaya, berusaha mati-matian ingin jadi kaya. Tau-tau datang kemiskinan kepada dia, inilah yang justru membikin dia menjadi kufur. Tapi orang islam dia kaya terus korban sampai dia menjadi miskin tidak akan jadi kufur.”

Contohnya Abu Bakar Shiddiq dari kaya korban terus untuk agama sampai jadi miskin, tidak kufur. Ini karena kita salah memahami hadits. Perkara yang menyebabkan Orang fakir bisa menjadi kufur itu adalah kalau dia bercita-citanya pingin jadi orang kaya habis-habisan ternyata kemiskinan yang datang kepada dia, ini yang bikin kufur. Orang yang berkorban untuk agama dari kaya sampai enjadi miskin tidak akan kufur, malah tambah kuat imannya. Inilah orang shiddiqin, yaitu cara hidup orang yang berada di jalan yang lurus.

  1. Para Syuhada diantaranya adalah Mus’ab bin Umair RA. Beliau ini tadinya anak orang kaya. Sebelum masuk islam dia anak orang kaya. Ayahnya pedagang eksport-import, sehingga semua pakaiannya made in luar negeri. Dari baju, celana, minyak wangi, sampai sepatunya pun tidak ada yang punya di mekah, hanya Mus’ab bin Umair RA yang punya. Sampai-sampai kalau ada bau harum itu, mereka langsung tahu bahwa mus’ab bin umair ra yang sedang lewat. Namun setelah masuk islam, ditinggalkan semua kekayaannya, hijrah meninggalkan itu semua, hanya membawa pakaian yang melekat di badan saja. Ketika perang Uhud, beliau syahid, ketika mau di kafankan jenazahannya dengan pakaiannya, ditutup kepalanya terbuka kakinya, ditutup kakinya terbuka kepalanya. Ini dulunya orang kaya setelah korban habis-habisan untuk islam, kain kafan aja gak cukup. Sampai Nabi saw perintahkan tutup kepalanya dan tutup kakinya dengan daun-daunan, dikuburkan seperti itu. Inilah kehidupan syuhada, kehidupan jalan yang lurus. Tinggalkan kekayaan demi agama. Coba kita periksa diri kita, kepada para Nabi gak masuk, shiddiqin juga, syuhada juga. Ini mereka orang yang mengorbankan harta, meninggalkan kekayaan, demi agama. Malah kita sekarang ada yang keluar tapi keinginannya masih pingin jadi orang kaya. Kaya atau Miskin itu takdir Allah, bukannya dengan khuruj mencari jadi kaya. Justru ketika khuruj yang ingin kita cari itu jalan yang lurus.
  1. Para Shalihin inilah cuman kesempatan kita satu-satunya untuk bisa ikut, yaitu menjadi orang sholeh. Tapi yang namanya orang sholeh juga orang ahli korban untuk agama. Salah seorang sahabat bertanya kepada sahabat yang lain : “Saya ini orang sholeh atau bukan.” Lalu jawaban sahabat yang ditanya :

“Tawarkan kepada hatimu Dunia. Kalau hatimu sudah menolak dunia, itu berarti kamu sholeh. Tetapi kalau masih doyan dan masih pingin dunia berarti kamu belum sholeh.”

Kita hari ini berdoa Ihdinash shiratal mustaqim tiap hari 17 kali minimal, tapi belum masuk kita kedalam golongan orang-orang yang diberi nikmat. Maka kita harus prihatin atas perkara ini, robah cara hidup kita. Ikut kepada mereka yang sudah berhasil hidup di jalan yang lurus. Kita korban terus, jangan malah kita menakuti kemiskinan. Malah kalau mau takut, takutlah kepada kekayaan, karena itu lebih berbahaya. Nabi saw dan para sahabat bukan berlomba-lomba untuk menjadi kaya, tetapi berlomba-lomba untuk menjadi miskin. Kalu kita bener mengamalkan itu bisa dianggap sesat kita hari ini, tapi memang begitu adanya. Jika sahabat ad ahidup dijaman ini akan dianggap sesat oleh kita, tapi kalau kita hidup dengan cara kayak sekarang, justru kita dianggap sesat oleh sahabat RA.

Ketika Hadits Nabi Saw ini disampaikan bahwa :

“Orang miskin lebih dulu masuk surga dari pada orang kaya 500 tahun lebih dulu.”

Ini ada orang miskin dan orang kaya ibadahnya sama, amalnya sama, tapi si miskin akan masuk surga 500 tahun lebih dulu daripada orang kaya. Setelah mendengar dari pada hadits ini, ada seorang sahabat datang kepada Nabi saw, lalu dialog dengan Nabi saw :

Sahabat : “Ya Rasullullah, saya ini termasuk golongan miskin atau tidak ?”

Kata Nabi saw : “Kamu sehari berapa kali makan ?”

Sahabat RA katakan : “ 2 kali ya Rasullullah.”

Maka Nabi katakan : “Bukan.”

Kalau makan 2 kali bukan orang miskin. Hanya orang kaya yang masih makan 2 kali. Sedangkan kita 3 kali makan sehari termasuk orang apa kita hari ini ? Sahabat 2 kali makan oleh Nabi saw belum dianggap sebagai orang miskin.

Lalu sahabat yang ke dua datang kepada Nabi saw dengan pertanyaan yang sama.

Sahabat ke dua : “Ya Nabi apakah saya termasuk golongan yang miskin ?”

Nabi saw katakan : “ berapa kali kamu makan ?”

Sahabat kedua sampaikan : “cuman sekali ya Rasullullah saw.”

Lalu Nabi saw sampaikan : “Berapa pakaian kamu di rumah ?”

Sahabat ke dua sampaikan : “Ada dua pasang masih tersisa di rumah.”

Maka Nabi saw sampaikan : “Bukan. Kamu tidak termasuk golongan miskin.”

Ini sahabat makan cuman sekali, dan pakaian cuman dua pasang masih dibilang bukan orang miskin, masih dianggap orang kaya. Bagaimana kita ? kita makan lebih dari sekali dan pakaian aja masih numpuk di rumah, tapi masih aja merasa miskin, ini namanya kesesatan. Jadi ini sahabat makan cuman sekali dan baju cuman dua stel masih dibilang belum miskin.

Datang sahabat yang ketiga bertanya pertanyaan yang sama kepada Nabi saw.

Sahabat ke Tiga : “Apakah aku termasuk golongan yang miskin ya Rasullullah ?”

Nabi saw bertanya : “Berapa kamu makan sehari dan pakaian ada berapa di rumah ?”

Sahabat RA jawab : “saya makan cuman sehari sekali, dan pakaian cuman yang dibadan saja ya Rasullullah.”

Lalu Nabi saw tanya : “Kalau kamu kerja masih bisa gak ?”

Sahabat ketiga tersebut bilang : “Masih bisa ya Rasullullah.”

Maka Nabi saw katakan : “Tidak kamu tidak termasuk golongan miskin.”

Bayangkan makan sekali, pakaian cuman satu helai, masih belum dibilang miskin karena masih bisa bekerja. Lalu datang sahabat yang ke empat.

Sabahat yang ke empat : “ Bagaiamana dengan saya ya Rasullullah ?”

Nabi saw tanya : “Berapa kali sekali kamu makan, berapa banyak pakaian kamu dan masih bisa kerja gak ?”

Sahabat ke empat bilang : “Makan hanya sehari sekali, pakaian cuman sehelai, dan saya sudah tidak bisa kerja.”

Nabi saw tanya lagi : “Kalau kamu minjam uang masih ada yang mau meminjakan gak ?”

Sahabat ke empat sampaikan : “Kalau saya minjam uang, alhamdullillah masih ada ya rasullullahh yang mau meminjamkan.”

Kata Nabi saw : “Kamu bukan orang miskin.”

Lalu datang sahabat yange kelima : “Bagaimana dengan saya ya Rasullullah. Saya makan sehari hanya sekali, pakaian, cuman selembar, sudah tidak bisa kerja, dan orang sudah tidak ada yang percaya mau meminjamkan uangnya kepadaku ?”

Disini Nabi saw bertanya : “Apakah kamu ridho kepada Allah swt dengan keadaan kamu ini.”

Sahabat kelima bilang :”Alhamdullillah Saya Ridho dengan keadaan saya ya Rasullullah.”

Kata Nabi saw ini lah yang akan masuk surga, golongan miskin itu yang seperti sahabat yang ke lima ini. Orang miskin macam inilah yang akan masuk 500 tahun lebih dulu daripada orang kaya. Kita ini belum masuk golongan miskin, masih jauh dari kemiskinan, tapi udah ketakutan sama kemiskinan. Kita takut miskin tapi tidak takut berada di jalan yang sesat. Sekarang yang dipuji-puji adalah orang yang sukses dalam keduniaan, jadi kaya, walaupun dia tidak sholat, banyak maksiat, malah yang seperti ini yang kita agung-agungkan.

Pelajarilah agama sungguh-sungguh agar kita tidak tersesat. Inilah kepentingan kita pergi d jalan Allah swt karena kita ingin belajar agama.

Karguzari :

Ada ulama mau keluar dijalan Allah swt, berangkat 40 hari. Sayangnya tidak sampai habis masa, sudah mau pulang, alasannya tidak kuat. Dia makan dengan jamaah tidak kuat, akhirnya harus jajan terus. Sehingga duitnya habis sebelum masa keluarnya selesai, tidak bisa menamatkan.

Kita keluar di jalan Allah swt ini bukan hanya belajar sholat, belajar adab-adab, belajar imu agama, tapi kita keluar ini dalam rangka belajar hidup yang benar. Bagaimana hidup yang benar ? yaitu hidup yang sederhana. Kalau sampai tingkat sahabat ra makannya cuman sehari sekali. Sedangkan bersama jemaah keluar, kita masih 3 kali makan. Kadang-kadang makan kita malah lebih banyak dibanding ketika kita tidak keluar. Mau kemana kita ini hadirin ? Kita keluar di jalan Allah swt ini untuk belajar agama. Belajar hidup sederhana, belajar mujahaddah. Mungkin dirumah pakaian kita banyak, tapi kalau sedang keluar buat apa di bawa semuanya, malah memberat-beratkan saja. Seperlunya saja, paling 2 atau 3 stel. Tidur di rumah mungkin punya kasur yang tebal, sedangkan keluar bawa sleeping bed tipis saja. Begitu juga dalam makan, kita sederhanakan, walaupun dirumah suka makan macam-macam yang enak-enak.

Anjuran Masyeikh :

“Perkara kehidupan dunia kalian turunkan-turunkan terus secara bertahap-tahap sampai kelevel para sahabat RA. Dan perkara iman dan amal kalian terus tingkatkan-tingkatkan sampai ke level para sahabat RA secara bertahap-tahap.”

Hari ini jika umat islam diajak ke level kehidupan para sahabat RA , justru dianggap sebagai suatu kemunduran bukan kemajuan. Sebab hari ini yang dimaksud maju itu bukan dari agamanya tapi dari dunianya. Kalau rumah gubuk jadi gedung, ini dinamakan maju. Dari makan sehari sekali jadi sehari tiga kali, ini kemajuan. Sehingga kini kita menilai maju mundur seseorang bukan dari sudut pandang islam tetapi sudut pandang orang yang tidak punya iman, orang-orang jahil. Inilah yang menyebabkan kita berjalan diatas kesesatan. Jadi ketika kita keluar bukan hanya belajar sholat, wudhu, adab, saja, tapi belajar cara hidup Nabi saw dan para Sahabat RA, cara hidup yang benar.

Hidup seperti Nabi saw dan para Sahabat RA, Hidup Sederhana :

  1. Makan minum Sederhana
  2. Pakaian Sederhana
  3. Rumah sederhana
  4. Kendaraan sederhana
  5. Pernikahan sederhana

Kalau kita mau hidup sederhana maka kita akan punya waktu dan tafakkud yang cukup untuk memenuhi takaza agama. Kenapa hari ini orang susah di taskil ? Ini karena kita tidak mau hidup sederhana. Sibuk kerja nyari duit lebih banyak dan tafakkud habis hanya buat keperluan-keperluan yang sebenarnya gak diperlukan.

Contoh Hidup Sederhana :

Makan kita itu tidak mungkin bisa menghabiskan 1 liter beras dalam 1 hari. Kenapa ? ini karena 1 liter ini cukup untuk 7 orang atau 7 kali makan, sedangkan kita cuman butuh 3 kali makan. Perut kita ini kecil, tidak mungkin bisa memuat semuanya. Ini karena yang menyebabkan kita pingin ini dan itu, sebenarnya hawa nafsu kita saja.

Pakaian begitu juga, sekarang textile bagus, kalau kita punya 3 stel, setahun itu cukup. Itupun tidak akan rusak juga baju-baju tersebut.

Kalau kita mau hidup sederhana dengan 1 liter beras dan pakain 3 stel untuk satu tahun, maka akan banyak waktu dan uang yang bisa kita gunakan untuk mengambil takaza agama. Hari ini kenapa menjadi sempit waktu ? ini karena kita sibuk memenuhi hawa nafsu kita. Takut tidak makan, takut miskin. Sudah ada pakaian ini, pingin ini lagi, tambah itu lagi. Buat beli ini harus tambah kerja lagi, lembur lagi. Inilah yang terjadi jika kita mengikuti nafsu pingin ini dan pingin itu. Kalau ita mau memenuhi nafsu, kita perlu banyak uang. Sedangkan untuk banyak uang perlu kerja lebih banyak lagi. Kalau kerja tambah banyak berarti waktu makin susah buat agama. Jika tuntutannya kerja 8 jam full dalam satu hari, 12 bulan salam satu tahun, siap kita kerjakan. Tapi giliran diminta waktunya untuk agama 4 bulan saja seumur hidup pada merasa keberatan. Asbab kita ikut pola kehidupan dari pada orang jahil bukan cara hidup rasullullah, kita terhalang dari jalan yang lurus. Asbab sudah berada dalam kesesatan, hadits pun direak-reka menurut selera dia.

Hadits :

“Tholabul Rizki Faridhoh : Mencari Rizki itu fardhu hukumnya.” (mahfum)

Ini kan ad ahaditsnya mencari rizki fardhu, kenapa kita tidak bekerja. Hadits ini betul, tidak salah, cuman kapan mencari rizki itu menjadi wajib dan kapan menjadi tidak. Lihatlah sahabat yang paham hadits ini.

Kisah Ali bin Abi Thalib RA

Suatu ketika baru pulang dari memperjuangkan agama Allah swt, sampe rumah ditemukan tidak ada makanan. Maka dia pergi kerja, datang ke kebun orang yahudi. Dia menimba air, setiap timba diberi upah 1 kurma. Setelah berapa kali timba an dapat segenggam korma, dia langsung berhenti. Ini karena bagi Ali RA segenggam korma cukup buat makan 1 hari di hari itu dengan keluarganya. Namun si yahudi tersebut bilang lagi kerja jangan berhenti, masih banyak tanaman yang belum kesiram. Ali RA bilang : “Tidak cukup, ini sudah mencukupi buat anak dan istri saya, saya masih ada pekerjaan lain yang lebih penting.”

Ali bin Abi Thalib RA walaupun dia mempunyai kesempatan untuk menambah bayaran tapi dia tidak timba lagi, atau ambil lembur biar perbekalan makin banyak. Namun Ali RA faham ukuran mencari rizki, dan ada yang lebih penting lagi yaitu kerja agama.

Lalu si yahudi bilang kamu timba lagi saya naikkan gaji kamu setiap sekali timba saya kasih 2 kurma. Tapi Ali RA tidak tergiur, tetap di tolak karena dia sudah merasa cukup dengan apa yang dia dapat dan masih ada takaza agama lainnya yang harus diselesaikan. SI yahudi lalu menambahkan lagi 3 kurma untuk setiap timba, tetap Ali RA tidak mau. Sampai ditawarkan 5 kurma per timbaan, tetep Syaidina Ali RA menolaknya. Coba hari ini dibandingkan dengan kita, boro-boro dikasih gaji naik, demi mengumpulkan harta kita bela-belain tinggalkan takaza agama buat kerja lembur. Ali RA tahu tentang hadits ini bahwa mencari rizki itu hukumnya fardhu. Tapi Ali RA juga faham kapan fardhu itu berlaku dan kapan tidak, gak terus menerus ngejeg jrek nyari duit melulu. Ali faham kapan hadits ini berlaku yaitu ketika dia pulang di rumah tidak didapatinya makanan maka baru dia bekerja untuk mencari nafkah buat anak dan istrinya. Kita hari ini masih banyak simpanan, makanan di kulkas masih banyak numpuk, rekening uang masih banyak, tapi lihat kita hari ini ditaskyl malah milih ngejegjrek kerja melulu. Darimana kita bisa mentafsiran hadits seperti itu menurut kemauan kita saja. Ini tafsiran menurut otak kita yang kotor. Cara memahami hadits yang benar itu dengan mengikuti Nabi saw dan para sahabat RA. Lihat kehidupan Nabi saw dan para Sahabat RA dalam melihat hadits dan quran. Inilah kepentingan dari kita belajar agama, keluar dijalan Allah swt. Acua kita adaah Nabi saw dan para Sahabat RA :

  1. Bagaimana mereka mengamalkan agama.
  2. Bagaimana cara hidup mereka
  3. Bagaimana mereka berkorban untuk memperjuangkan agama
  4. Bagaimana dakwah mereka

Sebab mereka mereka ini adalah orang-orang yang telah di ridhoi oleh Allah swt, orang-orang yang telah sukses di jalan yang lurus, udah dapat jaminan dari Allah swt. Jadi kalau kita mau ikuti, jangan ikuti yang tidak pasti, ikuti yang pasti-pasti saja yaitu Nabi Saw dan para Sahabat RA. Jalan selain Nabi saw dan oara Sahabat ini tidak ada jaminannya, tidak pasti, yang ada sesat kayak jalan : Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Atheis. Kalo kita ingin di Ridhoi Allah swt ikuti orang-orang yang sudah sukses di jalan yang lurus yaitu Nabi SAW dan para sahabat RA. Jadi banyak waktu mereka dipakai untuk memperjuangkan agama, sampai waktu mereka habis diperjalanan mati di jalan Allah swt untuk memperjuangkan agama. Andaikata para sahabat ra dulu, islamnya kayak kita duduk aja ngejegjrek di tempat kerja saja, mungkin agama tidak sampai ke kita. Sahabat kerja terus, lalu hanya mikirin ibadah di mesjidil haram, puasa di bulan ramadhan, haji, beres, tidak pergi memperjuangkan agama, maka hari ini kita pasti masih menyembah batu.

Ada yang nyinyir mana ayatnya dan haditsnya keluar di jalan Allah swt ? balik tanya ke dia mana ayat dan haditsnya diem aja di rumah, di tempat kerja, tidak mau memperjuangkan agama Allah swt ? Inilah kejahilan dalam otak kita. Bukti islam tersebar kemana-kemana ini karena para sahabat ra pergi di jalan Allah swt menyampaikan agama, dakwah illallah. Mereka berkorban meninggalkan anak istri agar hidayah tersebar di seluruh dunia. Maka kita oerlu pergi di jalan Allah swt agar kita selamat dari cara hidup yang sesat. Ulama katakan minimal kita pergi di jalan Allah swt 4 bulan seumur hidup, agar kita bisa membawa perobahan dalam kehidupan kita, latihan memperbaiki diri.

Berangkat Khuruj Fissibalillah :

  1. 4 bulan seumur hidup, 40 hari tiap tahun, 3 hari tiap bulan, 2.5 jam tiap hari
  2. Tingkatkan menjadi 4 bulan tiap tahun, 10 hari tiap bulan, 8 jam setiap hari
  3. Tingkatkan sampai menjadi kapanpun dibutuhkan kita siap pergi di jalan Allah swt mengambil takaza agama.

Para Sahabat ini sudah dampai kepada tingkatan “On Call”, kapanpun diminta siap berangkat meninggalkan semuanya, pergi fissabillillah menyambut panggilan agama. Maka untuk mengarah kesana maka perlu kita sedikit demi sedikit kita berkorban di jalan Allah swt.

Insya Allah kita semua siap !

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.